Laporan Kadar Air Dan Abu.docx

  • Uploaded by: srimeylani bobihu
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kadar Air Dan Abu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,528
  • Pages: 18
KATA PENGANTAR Assalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas hasil laporan praktikum “Pemeriksaan Kehamilan” Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Wasalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Gorontalo,

Maret,2019

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1 1.3 Tujuan Praktikum .................................................................................................. 1 1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................................ 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................2 2.1 Pengertian Air ......................................................................................................... 2 2.2 Penentuan Kadar Air ............................................................................................ 2 2.3 Penentuan Kadar Abu........................................................................................... 3 2.4 Mie Instan.................................................................................................................. 4 2.5 Jagung ......................................................................................................................... 4 2.6 Beras ketan putih ................................................................................................... 5 BAB III METODE PRAKTIKUM ..................................................................................6 3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................................ 6 3.2 Prinsip ........................................................................................................................ 6 3.2.1 Kadar Air ...................................................................................................... 6 3.2.2 Kadar Abu .................................................................................................... 6 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 6 3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................................ 6 3.3.1 Penentuan Kadar aAir ............................................................................. 6 3.3.2 Penentuan Kadar Abu .............................................................................. 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................8 4.1 Hasil ............................................................................................................................. 8 4.2 Pembahasan ............................................................................................................. 8 4.2.1 penentuan kadar air.................................................................................. 8 4.2.2 Penentuan kadar abu................................................................................ 9 4.3 Perhitungan ............................................................................................................11 4.3.1 kadar air ......................................................................................................11

ii

4.3.2 kadar abau ..................................................................................................13 BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 14 5.1 Kesimpulan ............................................................................................................14 5.2 Saran ........................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, ciri Negara berkembang adalah terjadinya perubahan pola hidup masyarakat termasuk pola konsumsi pangan. Perubahan tersebut menimbulkan pemikiran yang serba instan serta menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat menjadi konsumtif pada pangan yang cepat saji (Harahap.,Efendi.,Ayu.2017). Banyaknya kandungan kadar air yang terkandung dalam suatu makanan dapat Mempengaruhi masa simpan dan makanan tersebut. Kerusakan pada makanan dapat dicegah. misalnya dengan cara pengolahan. Akan tetapi. terlebih dahulu harus detahui jumlah kadar air yang terkandung dalam makanan tersebut agar bahan pagan tersebut mendapatkan penangan yang tepat (Harahap.,Efendi.,Ayu.2017). Bahan pangan tidak hanya mengandung kadar air tetapi juga mengandung mineral atau senyawa anorganik. Mineral yang terdapat pada bahan pangan ini biasa sebut dengan kadar abu. Kadar abu pada bahan pangan meputi zat besi, kaIsium, iodium, fosfor, dan lain -lain. Kandungan kadar abu pada suatu bahan pangan berpengaruh terhadap mutu bahan pangan tersebut. Setiap bahan pangan memiliki kandungan kadar air dan kadar abu yang berbeda tergantung pada jenis bahan pangannya dan penting bagi kita untuk mengetahui kandungan kadar air dan kadar abu pada setiap bahan. Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan praktikum penentuan kadar air dan kadar bau pada bahan pangan (Harahap.,Efendi.,Ayu.2017). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana cara menentukan kadar air dan kadar abu dalam bahan pangan? 1.3 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui kadar air dan kadar abu dalam bahan pangan. 1.4 Manfaat Praktikum Mahasiswa dapat mengetahui kadar air dan kadar abu dalam bahan pangan.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Air merupakan karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Pada beberapa bahan pangan, air ada dalam jumlah yang relatif besar, misalnya didalam beberapa buah-buahan dan sayuran mencapai sekitar 90%, susu segar sekitar 87%, dan daging sapi sekitar 65%. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno.2000). Air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat dengan komponen bahan pangan lainnya. Interaksi antara air komponen pangan ini menjadikan air dalam bahan pangan memiliki karakteristik yang unik tergantung pada jenis bahan pangannya. Berikut adalah tipe-tipe air menurut (Andarwulan. Dkk.2011): 1. Air lapisan tunggal (water monolayer), merupakan air yang terikat dalam bahan pangan secara kimia melalui ikatan hidrogen atau ikatan ionik dengan komponen bahan pangan. 2. Air lapisan banyak (water multilayer), adalah air yang terikat pada molekul monolayer. 3. Air bebas, adalah air yang terikat secara fisik dalam matrik komponen bahan pangan. 2.2 Penentuan Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Sudarmadji.dkk. 2010). Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105110ºC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan.Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan (Winarno,2004). Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau thermogravitimetri yaitu mengupakan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dam cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat

2

dilakukan pemanasan dengan suhu rendah atau vakum. Namun, terdapat kelemahan cara analisa kadar air dengan cara pengeringan, yaitu bahan lain selain air juga ikut menguap dan ikut hilang misalnya alkohol, asam asetat,minyak atsiri. Kelemahan lain yaitu dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lainya, dan juga bahan yang mengandung zat pengikat air akan sulit melepaskan airnya walaupun sudah dipanaskan (Sudarmadji.dkk. 2010). 2.3 Penentuan Kadar Abu Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan cara mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur pengabuan (furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat konstan tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Residu yang didapatkan merupakan total abu dari suatu sampel (Andarwulan, 2011). Beberapa metode analisis telah digunakan untuk analisis mineral/logam/unsur dalam berbagai makanan seperti gravimetri dan volumetri. Pada metode gravimetri, bentuk mineral yang tidak larut diendapkan,dibilas,dikeringkan dan ditimbang untuk mengestimasi kandungan mineral/logam. Analisis gravimetri berdasarkan pada kenyataan bahwa konstituen mineral dalam senyawa murni apapun selalu berada pada proporsi berat yang sama. Pada analisis gravimetri, konstituen yang diharapkan dipisahkan dari senyawa yang mengkontaminasi dengan pengendapan selektif dan dilanjutkan dengan pembilasan untuk meminimalkan elemen apapun yang terjerap atau menempel. Senyawa yang terendapkan kemudian dikeringkan dan ditimbang. Prosedur gravimetri paling sesuai untuk sampel dengan ukuran besar dan pada umumnya terbatas untuk bahan makanan yang mengandung unsur yang akan ditentukan dalam jumlah banyak. Kerugian utama metode gravimetri adalah banyaknya waktu yang diperlukan (Rohman,2013). Menurut Sudarmadji,2010. Penentuan abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan yaitu antara lain: 1. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan. Misalnya pada penggilingan gandum diharapkan dapat dipisahkan antara bagian endosperm dengan kulit dan lembaganya. Apabila masih banyak katul atau lembaga terikut dalam endosperm maka tepung gandum yang dihasilkan akan mempunyai kadar abu yang relatif tinggi.

3

2. Untuk mengertahu jenis bahan yang digunakan. Misalnya penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly atau marmalade. 3. Penentuan abu total sangat beguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain. 2.4 Mie Instan Mie merupakan salah satu jenis makanan yang sangat populer di Asia, khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mie dibuat pertama kali di daratan Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han. Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di Benua Eropa, mie mulai dikenal setelah Marcopolo berkunjung ke Cina dan membawa oleh-oleh mie. Selanjutnya, mie berubah menjadi pasta di Eropa, seperti yang dikenal saat ini (Ismianik.T.2009). Berdasarkan proses pengeringan, dikenal dua macam mie pengeringan dengan cara menggoreng menghasilkan mie instan (instant atau fried noodle), sedangkan pengeringan dengan udara panas disebut mie kering (dried noodle). Mie instan mampu menyerap minyak hingga 20% selama penggorengan (dalam proses pembuatan mie) sehingga mie instan memiliki keunggulan rasa dibanding mie jenis lain. Namun demikian, mie instan diisyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada minyak yang terlepas ke dalam air dan hasilnya mieharus cukup kompak dan permukaannya tidak lengket (Ismianik.T.2009). 2.5 Jagung Jagung merupakan salah satu jenis komoditi penting di Indonesia. Selain beras, jagung menjadi komoditi utama hampir sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, menjadikan jagung sebagai bahan pangan utama. Komoditas jagung saat ini menjadi komoditas nasional yang cukup strategis. Menurut BPS (2017), produksi jagung di Gorontalo tahun 2015 cukup melimpah tercatat 643.513 ton. Pemanfaatan jagung untuk industri pangan sudah cukup berkembang dan bervariasi antara lain makanan ringan, minyak jagung, maizena, grits, margarin, gula dan lain sebagainya. Akan tetapi, pada skala petani atau usaha kecil menengah, jagung umumnya hanya dijual begitu saja sebagai kudapan atau makanan ringan. Untuk meningkatkan nilai tambah dan pemanfaatan dari jagung maka dapat dilakukan pengolahan jagung menjadi produkproduk turunannya diantaranya diolah menjadi tepung jagung yang dapat diolah

4

lebih lanjut menjadi bahan dasar dalam pembuatan mie basah (Pade.Bulotio.2016). 2.6 Beras ketan putih Beras ketan putih (Oryza sativa glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam famili Graminae. Butir beras sebagian besar terdiri dari zat pati sekitar 80-85% yang terdapat dalam endosperma yang tersusun oleh granula-granula pati yang berukuran 310 milimikron. Beras ketan juga mengandung vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral dan air. Dari komposisi kimiawinya diketahui bahwa karbohidrat penyusun utama beras ketan adalah pati. Pati merupakan karbohidrat polimer glukosa yang mempunyai dua struktur yakni amilosa dan amilopektin (Suriani.2012).

5

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum yang berjudul “ Analisis Kadar Air dan Kadar Abu Pada Bahan Panggan dan Makanan” dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 13:00 di laboratorium STIKES Bina Mandiri Gorontalo 3.2 Prinsip 3.2.1 Kadar Air Prinsip kadar air dari metode oven merupakan bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105OC selama waktu tertentu. 3.2.2 Kadar Abu Prinsip kadar abu dengan metode tanur yaitu zat organik dioksida pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 – 600OC. Kemudian zat yang tinggi setelah proses pembakaran ditimbang. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu : Cawan berpenutup, Desikator, Oven, Furnace, Gegep Besi, Jagung Pulut, Beras Pulut, Mie Sakura. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Penentuan Kadar aAir 1. Stel oven dengan menggunakan suhu 100 – 105OC 2. Masukkan cawan kosong dan penutupnya kedalam oven selama 15 menit dan dinginkan dalam desikator ± 15 menit, timbang cawan tersebut. 3. Catat berat cawan kosong sebagai (a) 4. Timbang sebanyak 3 gram sampel sebagai (b) dengan tepat menggunakan cawan yang telah diketahui beratnya. 5. Masukkan kedalam oven bersamaan dengan penutup cawan ± 1 jam. 6. Cawan yang berisi sampel pindahkan kedalam desikator hingga dingin. 7. Timbang cawan berisi sampel sebagai (c) 8. Ulangi perlakuan hingga berat konstan. Perhitungan : % kadar air =

𝑏−(𝐶−𝑎) (𝑐−𝑎)

100%

Dimana : a = berat cawan kering yang sudah konstan b = berat awal sampel c = berat cawan dan sampel kering yang sudah konstan

6

3.3.2 Penentuan Kadar Abu 1. Cawan pengabuan disiapkan masukkan kedalam Oven pada suhu (±100 – 105OC) 2. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang dan catat berat kosong cawan. 3. Timbang sebanyak 5 – 10 gram sampel, cawan yang berisi sampel dibakar diatas pembakar Bunsen dengan api sedang untuk meguapkan sebanyak mungkin zat organic yang ada (sampai sampel tidak berasap lagi dan berwarna hitam. 4. Masukkan cawan kedalam tanur, pada suhu 420 – 550OC hingga ± 6 jam. 5. Dinginkan dengan suhu ± 250OC, keluarkan masukkan kedalam desikator, hingga dingin 6. Timbang dan catat hasilnya. Perhitungan : % Abu = Keterangan :

𝑊2−𝑊0 𝑊1−𝑊0

100%

W2 = berat cawan + sampel setelah pengabuan WO = berat cawan kosong W1 = berat cawan = sampel sebelum pengabuan

7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan pemeriksaan yang telah di lakukan di dapatkan hasil berdasarkan pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Hasil Penentuan kadar air Sampel

Berat sampel

Berat cawan kering yng konstan

(Gram)

(Gram)

Padi pulo

5

Jagung polu

5

Mie sakura

5

Beras pulo

5

Berat cawan dan sampel yang konstan Awal (Gram) 11 14,5 11,6 11 14,3 14 10 8,5 17 11,03 13,01 9,01

6 9,5 6.6 6 9,3 9 11 12,5 20 6,3 8,1 4,1

Kadar air

Ulang (Gram) 11 14,1 11,6 11 14,3 1,5 9,8 8,5 17 11 10,1 8,8

(%)

2,04 %

8,93 %

1,21 %

0,37 %

Tabel 4.1 Hasil Penentuan kadar air sampel

Berat sampel

Berat cawan kosong

berat cawan + sampel setelah pengabuan

berat cawan = sampel sebelum pengabuan

Kadar abu (%)

21.6

1,03 %

gram jagung pulo

5

18,6

271,7

4.2 Pembahasan 4.2.1 penentuan kadar air Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Analisis kadar air sangat penting untuk dilakukan karena sangat berhubungan terhadap pendugaan umur simpan dari bahan pangan terkait. Salah satu metode pengeringan adalah metode ove biasa pemanasan langsung. Metode oven biasa merupakan salah satu

8

metode pemanasanlangsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar air dengan menggunakan bahan pangan. Sebelum dilakukan penentuan kadar dilakukan random sampling. Prinsip dari random sampling yaitu dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap bahan pangan untuk di pilih menjadi bahan dalam pengujian. Sebelum dilakukan pemenanasan cawan perti ditimbang dulu sebelumnya untuk mengetahui berat dari cawan tersebut. Setelah itu di timbang kembali cawan dengan sampel yang akan digunakan. Cawan yang sudah dimasuki sampel kemudian dikeringkan di dalam oven selama 1 jam dengan suhu 100-105oC sampai diperoleh berat konstan yaitu selisihnya berat dari hasil pemanasan dengan berat awal. setiap 20 menit cawan diluarkan dari ove dan dimasukan kedalam desikator (penangas air) karena di dalam desikator terdapat zat penyerap air. Alasan setelah dilakukan pengovenan sampel dimasukkan ke desikator adalah karena bahan yang telah mengalami pengeringan bersifat lebih higroskopis daripada bahan asalnya. Kemudian diukur untuk mengetahui berat sampel tersebut sudah konstan atau belum. Jika selisih berat sampel tidak sama dengan berat awal maka pemanasan diulangi lagi. Dalam praktikum ini hanyak dilakukan 1 kali pengulangan, karena pada 20 menit pertama pemanasan sudah dicapai berat konstan. Berdasarkan tabel penentuan kadar air di atas didapatkan hasil pada bahan pangan dengan kadar air terbesar yaitu pada jagung pulo dengan nilai kadar air 8,93%, kemudian di susul oleh padi pulo 2,04%, mie sakura 1,21%, dan beras polu 0,37%. Perbedaan kadar air dalam suatu bahan disebabkan karena perbedaan bahan, selain itu perbedaan ini dapat disebabkan karena pengaruh alat-alatnya seperti timbangan analitik yang sulit stabil dan karena bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan bahan lain ketika penyimpanan atau ketika berada dalam desikator. 4.2.2 Penentuan kadar abu Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total

9

mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Analisa kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi dalam tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat konstan tercapai. Sampel yang digunakan pada metode pengabuan kering ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis. Dalam praktikum ini, cawan yang digunakan untuk sampel adalah cawan porselen. Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar air dengan menggunakan bahan pangan. Sebelum dilakukan penentuan kadar dilakukan random sampling. Prinsip dari random sampling yaitu dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap bahan pangan untuk di pilih menjadi bahan dalam pengujian. Sebelum dilakukan pengabuan cawan porselin ditimbang dulu sebelumnya untuk mengetahui berat dari cawan tersebut. Cawan porselen digunakan karena beratnya yang relatif konstan. Setelah itu di timbang kembali cawan dengan sampel yang akan digunakan. Setelah itu Cawan yang sudah dimasuki sampel kemudian di dalam tanur selama 6 jam dengan suhu 600oC hingga sampai sampel tersebut menjadi abu. Prinsip dari kadar abu dengan metode tanur yaitu zat organic dioksida pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600oC. kemdian zat tertinggi setelah proses pemanasan ditimbang. Setelah 6 jam sampel dikeluarkan dari tanur dan dimasukan kedalam desikator (penangas air) karena di dalam desikator terdapat zat penyerap air. Alasan setelah dilakukan pengovenan sampel dimasukkan ke desikator adalah karena bahan yang telah mengalami pengeringan bersifat lebih higroskopis daripada bahan asalnya. Kemudian ditimbang cawan porselin dengan sampel tersebut. Berdasarkan tabel penentuan kadar air di atas didapatkan hasil pada bahan pangan dengan kadar abu pada jagung pulo yaitu 1,03%. Kadar abu yang didapatkan adalah kadar abu atau mineral total yang terdapat dalam suatu bahan,tetapi kita tidak mengetahui zat atau senyawa apa saja yang terkandung dalam bahan tersebut.

10

4.3 Perhitungan 4.3.1 kadar air 1. Padi pulo Dik : B.C I : 6 gr B.C II: 9,5 gr B.C III: 5 gr Dit : % kadar air? Peny : B I : Berat konstan total – Berat cawan : 11 6 : 5 gr B II : Berat konstan total – Berat cawan : 14,1 9,5 : 4,6 gr B III : Berat konstan total – Berat cawan : 11,6 6,6 : 5 gr C

𝐵 𝐼+𝐵 𝐼𝐼+𝐵 𝐼𝐼𝐼 3

% kadar air = =

𝑏−𝑐

5+4,6+5

=

3

=

14,6 3

= 4,9

100%

𝑐 5−4.9 4,9

100%

= 2,04 % 2. Jagung pulo Dik : B.C I : 6 gr B.C II: 9,03 gr B.C III: 9 gr Dit : % kadar air? Peny : B I : Berat konstan total – Berat cawan : 11 6 : 5 gr B II : Berat konstan total – Berat cawan : 14,3 9,03 : 5,27 gr B III : Berat konstan total – Berat cawan : 12,5 9 : 3,5 gr C

𝐵 𝐼+𝐵 𝐼𝐼+𝐵 𝐼𝐼𝐼 3

% kadar air = =

𝑏−𝑐

=

5+5,27+3,5 3

100%

𝑐 5−4.59 4,59

100%

= 8,93 %

11

=

13,77 3

= 4,95

3. Mie sakura Dik : B.C I : 6 gr B.C II: 7,5 gr B.C III: 15 gr Dit : % kadar air? Peny : B I : Berat konstan total – Berat cawan : 9,8 6 : 3,8 gr B II : Berat konstan total – Berat cawan : 8,5 7,5 : 1 gr B III : Berat konstan total – Berat cawan : 17 15 : 2 gr C

𝐵 𝐼+𝐵 𝐼𝐼+𝐵 𝐼𝐼𝐼 3

% kadar air = =

𝑏−𝑐

3,8+1+2

=

3

= 2,26

100%

𝑐 5−2,26 2,26

100%

= 1,21 % 4. Beras pulo Dik : B.C I : 6,3gr B.C II: 8,1 gr B.C III: 4,1 gr Dit : % kadar air? Peny : B I : Berat konstan total – Berat cawan : 11 6,3 : 4,7 gr B II : Berat konstan total – Berat cawan : 10,1 8,1 : 2 gr B III : Berat konstan total – Berat cawan : 8,8 4,1 : 4,7 gr C

𝐵 𝐼+𝐵 𝐼𝐼+𝐵 𝐼𝐼𝐼 3

% kadar air = =

𝑏−𝑐

=

4,7+2+4,7 3

100%

𝑐 5−3,8 3,8

100%

= 0,37 %

12

= 3,8

4.3.2 kadar abau 1. Jagung pulo Dik : W2 : 21,7 W0 : 18,6 W1 : 21,6 Dit : % kadar abu? 𝑊2−𝑊0

Peny : % abu = 𝑊1−𝑊0 100% = =

21,7−18,6 21,6 18,6 3,1 3

100%

100%

=1,03%

13

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Didapatkan hasil bahwa pada jagung pulo dengan nilai kadar air 8,93%, kemudian di susul oleh padi pulo 2,04%, mie sakura 1,21%, dan beras polu 0,37%. Sedangkan Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Didapatkan hasil pada jagung pulo yaitu 1,03%. 5.2 Saran Saran untuk praktikum selanjutnya pada saat penimbangan harus dilakukan dengan teliti agar didapatkan hasil yang diinginkan.

14

DAFTAR PUSTAKA Harahap.R.A., Efendi.R., Ayu.D. F.2017. Konsentrasi Effervescent Mix Dalam Pembuatan Serbuk Effervescent Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.). Riau: Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Jom FAPERTA UR Vol. 4 No. 1.2017 Winarno F.G. 2000. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Andarwulan, N., Kusnandar F., dan D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat, Jakarta. Sudarmadji,Slamet dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta Rohman,Abdul. 2013. Analisa Komponen Makanan. Graha Ilmu. Yogyakarta Ismianik.T.2009. peknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Pade.S.W., Bulotio.N. 2016. Karakteristik Fisikokimia Mie Jagung Pulut (Zea Mays Ceritina) Dengan Penambahan Tepung Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis). Bone Bolango: eknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo Suriani.2012. Analisis Proksimat Pada Beras Ketan Varietas Putih (Oryza Sativa Glutinosa). Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

15

Related Documents


More Documents from ""