i
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU USAHATANI ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PADI DI DAERAH DESA TERONG TAWAH KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN LOMBOK BARAT
DISUSUN OLEH KELOMPOK IV :
1. Asmarita
(C1G117020)
2. Ayu Nurwaliyyu
(C1G117021)
3. Azka Iklilah Alhudzaifah
(C1G117022)
4. Azril Yusuf
(C1G117023)
5. Baiq Dina Ayu Ningsih
(C1G117024)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Ilmu Usahatani: Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Tanaman Padi di Daerah Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Semester Ganjil, TA 2018-2019
Disusun Oleh Kelompok : 1. Asmarita
(C1G117020)
2. Ayu Nurwaliyyu
(C1G117021)
3. Azka Iklilah Alhudzaifah
(C1G117022)
4. Azril Yusuf
(C1G117023)
5. Baiq Dina Ayu Ningsih
(C1G117024)
Menyetujui, Mataram, Januari 2019 Pembimbing
Ir. Syarif Husni M. Si. NIP: 196412311993031012
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ilmu usahatani yang berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Tanaman Padi di Daerah Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat” ini dengan tepat waktu. Dengan Pertolongan-Nya tentu kami sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya Bapak Ir. Syarif Husni M. Si. yang telah memberikan tugas serta membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini. Tak lupa kami juga berterima kasih kepada petani yang telah memberikan data untuk praktikum yang telah kami lakukan serta Kepala Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Mataram, Januari 2019
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………
ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………
v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………..
vi
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………..
1
1.1. Latar Belakang………………………………………………
1
1.2. Tujuan……………………………………………………….
2
1.3. Manfaat Praktikum…………………………………………..
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………...
3
BAB III. METODE PRAKTIKUM……………………………………
7
3.1. Jumlah Responden…………………………………………..
7
3.2. Lokasi Praktikum……………………………………………
7
3.3. Metode Wawancara…………………………………………..
7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………
8
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ………………………….
8
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah………………………. 8 4.1.2. Letak dan Luas wilayah Kabupaten Lombok barat ………. 9 4.1.2.1. Keadaan Iklim dan Curah Hujan ………………………..
9
4.1.2.2. Keadaan Demografi……………………………………... 10 4.1.2.2.1. Jumlah Penduduk……………………………………… 10 4.1.3. Jumlah Angkatan Kerja…………………………………… 4.2. Karakteristik Responden ……………………………………
11 12
4.2.1. Umur Responden …………………………………………. 13 4.2.2. Tingkat Pendidikan Responden…………………………… 14 4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga…………………………….. 14 4.2.4. Pengalaman Usahatani…………………………………….
14
4.2.5. Luas Lahan Garapan………………………………………
15
v
4.3. Gambaran Umum Usahatani Padi…………………………..
15
4.3.1. Persiapan Lahan…………………………………………..
15
4.3.2. Pengolahan Lahan ………………………………………..
16
4.3.3. Penanaman dan Jarak tanam………………………………
16
4.3.4. Pemupukan………………………………………………..
16
4.3.5. Panen……………………………………………………...
17
4.4. Pendapatan Usahatani………………………………………. 4.4.1. Biaya Produksi…………………………………………….
17 17
4.4.1.1. Biaya Variabel…………………………………………... 18 4.4.1.1.1. Biaya Sarana Produksi………………………………..
19
4.4.1.2. Biaya Tetap……………………………………………..
21
4.4.1.2.1. Biaya Penyusutan Alat……………………………….
22
4.5. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi…
22
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 24 5.1. Kesimpulan ………………………………………………...
24
5.2. Saran………………………………………………………...
24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
25
LAMPIRAN……………………………………………………………
26
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Banyaknya Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018 4.3. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018 4.4. Karakteristik Petani Responden Pada Usahatani Padi di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat 4.5. Rata-Rata Biaya Produksi Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat 4.6. Rata-Rata Biaya Variabel Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat 4.7. Rata-Rata Biaya Saprodi Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat 4.8. Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat 4.9. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat 4.10. Rata-Rata Biaya Penyusutan Alat Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat 4.11. Rata-Rata Produksi, Harga, Nilai Produksi, Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal dengan potensi sumber daya alam yang luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan tingginya keanekaragaman hayati yang dimiliki, baik dilihat dari sektor pertanian, perikanan, maupun peternakan. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris dan maritim, karena kekayaan sumber daya alamnya. Selain itu, kondisi geografis yang strategis dan beriklim tropis menjadikan kualitas potensi alam yang lebih unggul dibandingkan dengan negara lain. Potensi ini harus bisa termanfaatkan secara optimal untuk menjadikan Indonesia maju, terutama dari sektor yang dekat dengan sumber daya alam, yaitu pertanian (Adiwilaga, 2009). Pertanian di indonesia dapat dikatakan sebagai roda penggerak perekonomian nasional. Selain menghasilkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pertanian juga sedang menjadi prioritas untuk ditingkatkan produktivitasnya. Saat ini sektor pertanian Indonesia dari sisi produksi merupakan sektor kedua paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, setelah industri pengolahan. Posisi sektor pertanian masih di atas sektor lainnya, seperti perdagangan maupun konstruksi. Pada triwulan II 2017 sektor pertanian terus memberi kontribusi positif untuk perekonomian Indonesia. Kondisi ini tak lepas dari road map pertanian yang sudah disusun pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia tahun 2045 (Dumairy, 2005). Padi merupakan salah satu komoditi yang mempunyai prospek pengembangan guna menambah pendapatan para petani. Hal tersebut dapat memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan produksinya dengan tujuan agar pada saat panen usaha memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Namun kadang kala dalam kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika panen tiba, hasil melimpah tetapi harga mendadak turun, dan lebih parah lagi jika hasil produksi yang telah di prediksikan jauh melenceng dari jumlah produksi yang dihasilkan, produksi minim, harga rendah dan tidak menentu membuat petani padi
2
kadang merasa kecewa bahkan patah semangat untuk tetap megembangkan usaha pertaniannya. Hal ini disebabkan karena setiap kegiatan pengolahan sawah mutlak petani mengeluarkan biaya untuk kegiatan produksi, mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya lainnya yang tidak terduga. Upaya meningkatkan produksi padi untuk menekan impor beras pemerintah perlu memanfaatkan lahan-lahan pertanian yang berpotensi di Indonesia. Semakin luas sawah di Indonesia, semakin besar jumlah produksi padi yang dihasilkan (Suratiyah, 2008). Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Husnul Fauzi optimis produksi padi petani di musim panen raya bulan Maret dan April mendatang akan menjadikan stok pangan nasional melimpah. Pasalnya, produksi padi pada musim panen raya di bulan Maret dan April ini diperkirakan menghasikan lebih dari 1 juta ton setara beras. Klaim produksi padi petani di musim panen raya mendatang oleh Husnul berpatokan dari luas areal tanam yang bertambah cukup signifikan. Jika pada tahun 2017 lalu, luas areal lahan sawah tanaman padi sebanyak 80 ribu hektar yang kemudian dipanen raya pada bulan Maret hingga April. Sementara di tahun 2018 ini luas areal tanam padi mencapai 120 ribu hektar atau terjadi peningkatan luas tanam yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan realisasi tanam di tahun 2016 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, 2016). Berdasarkan adanya penambahan luas areal tanaman padi untuk dipanen raya pada bulan Maret dan Agustus 2018 menjadikan Husnul semakin optimis produksi beras di NTB pada tahun 2018 akan melimpah. Pada tahun 2018 ini, terjadi pergeseran puncak panen yakni menjadi April. Sementara di tahun 2017 lalu, puncak panen terjadi pada bulan Maret. Dijelaskan, tingginya luas areal tanam padi pada tahun 2018 disebabkan karena musim penghujan yang cukup panjang di akhir tahun 2017 lalu. Alhasil, berdampak positif terhadap lahan kering yang ada di sejumlah daerah di Provinsi NTB. Bahkan musim hujan juga masih terjadi hingga sekarang ini dan tentunya memberi hal positif terhadap produksi padi di NTB pada tahun 2018 sekarang ini (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, 2018).
3
Kemajuan pembangunan pertanian di Propinsi Nusa Tenggara Barat terlihat sangat pesat. Daerah yang sangat bangga disebut sebagai Bumi Gogo Rancah (GORA) kini menjadi lumbung pangan nasional. Propinsi ini merupakan penyumbang produksi pangan baik padi, jagung, kedelai, bawang merang, cabai, sapi, serta menyusul tebu. Produksi padi NTB melampaui kebutuhan penduduknya atau surplus. Kemampuan NTB dalam menimbun stok beras di gudang Bulog saat ini nomor enam setelah tiga propinsi Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung. Bahkan dalam program Serap Gabah Petani (Sergap) sekali waktu NTB mampu melampaui Propinsi Lampung (Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, 2017). Sentra produksi padi utama yang memiliki sumber daya air (SDA) melimpah terutama berada di bagian utara Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Lombok Tengah (Loteng) dan Lombok Timur (Lotim), yang merupakan bagian bawah atau kaki perbukitan dari gunung Rinjani. Pada Kabupaten Lombok Barat kecamatan yang memiliki sumber melimpah antara lain Kecamatan Narmada, Lingsar, Labuapi dan Gunungsari. Banyak daerah-daerah ini memiliki indeks pertanaman (IP) 300 atau bisa tanam tiga kali setahun (Badan Pusat Statistik, 2016). Panen di Lombok Barat antara lain terjadi di Dusun Ketapang, Desa Gerung, Kecamatan Lingsar, tepatnya pada kelompok tani (Poktan) Pade Angkat. Panen dilaksanakan pada areal 5 hektar dari luas hamparan 23 ha. Petani poktan ini menggunakan varietas Mekongga Inpari 32 juga mulai ditanam pada poktan ini. Produktivitas padi berkisar 6 sampai 7 ton/ha. Pembinaan oleh penyuluh pada daerah ini perlu lebih intesif dilakukan agar produktivitasnya dapat ditingkatkan. Perbaikan varietas dan penerapan teknologi budi daya padi terbaru seperti jajar legowo super akan dapat meningkatkan hingga produktivitas di atas 7 ton/ha.. Kegembiraan para petani karena panen terlihat dari raut muka dan pembicaraan mereka ketika didatangi tim dari Distan Lobar, BB Biogen, BB POPT, BPTP NTB, serta penyuluh. Karena itu dari petani berharap harga gabah bisa diamankan oleh pemerintanh supaya tidak jatuh, khususnnya akibat impor. Bagi petani, impor merupakan mimik buruk. Semangat petani untuk mengadopsi teknologi baru tidak
4
ada artinya bila ada impor (Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Barat, 2017). Tabel 1.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, Produktifitas Tanaman Padi di Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2015-2017
Sawah-sawah baru di berbagai wilayah di Indonesia, salah satu wilayah yang berpotensi dapat meningkatkan hasil produksi tanaman padi yaitu pada Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Petani yang mengusahakan komoditi padi sudah cukup merasakan keuntungan, karena faktor permintaan pasar yang tinggi. Namun ada juga petani yang secara umum hanya menggunakan hasil panennya untuk dikonsumsi sehari-hari dan membayar biaya produksi yang telah dikeluarkan. Untuk itu pada mata kuliah ilmu usahatani kami melakukan wawancara di Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi pada petani responden yang berada disana mengenai biaya yang dikeluarkan pada saat awal produksi hingga pendapatan setelah panen serta bagaimana pemasarannya. Selain itu, kita juga dapat mengetahui kehidupan sehari-hari serta pertanian yang ada di desa tersebut 1.2. Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui biaya (cost) yang dikeluarkan. 2. Untuk mengetahui penerimaan (revenue) yang diperoleh. 3. Untuk mengetahui pendapatan (income) dari usahatani padi. 1.3. Manfaat Praktikum 1. Kita dapat mengetahui biaya (cost) yang dikeluarkan. 2. Kita dapat mengetahui penerimaan (revenue) yang diperoleh. 3. Kita dapat mengetahui pendapatan (income) dari usahatani padi.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting karena beras masih digunakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia terutama Asia sampai sekarang. Beras merupakan komoditas strategis di Indonesia karena beras mempunyai pengaruh yang besar terhadap kestabilan ekonomi dan politik. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat maka, masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam memperoleh hidup yang tenang dan berperan dalam pembangunan (Purnamaningsih, 2006). Ada empat masalah yang berkaitan dengan kondisi beras di Indonesia, pertama rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, kedua, sekitar 70% petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Ketiga, hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras dan keempat rata-rata pendapatan dari usahatani padi hanya sebesar 30% dari total pendapatan keluarga. Dengan kondisi ini hampir semua sawah ditanami dengan cara konvensional. Beberapa kelemahan ternyata tampak dalam sistem pengolahan tanah yang biasa diterapkan petani. Air yang boros, tenaga kerja banyak, biaya relatif besar, serta waktu yang relatif banyak yang dicurahkan petani merupakan hal yang menonjol. Sesuai dengan perkembangan zaman berbagai permasalahan baru dalam produksi padi mulai banyak timbul. Berkurangnya lahan sawah karena digunakan kepentingan lain, kurangnya tenaga kerja produktif, berkurangnya ketersediaan air irigasi dan lainnya merupakan masalah yang membutuhkan jalan keluar (Achmad Suryana, 2001). Sistem penanaman padi sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak. Pembajakan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin maupun hewan ternak atau melalui pencangkulan oleh petani. Setelah dibajak tanah dibiarkan selama 2-3 hari, selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya, setelah itu bibit hasil semaian ditanam dan selanjutnya proses pemeliharaan
6
tanaman padi hingga proses pemanenan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan produksi tanaman padi. Kita ketahui bahwa dalam budidaya padi ini kebutuhan tenaga kerja sangat diperlukan dan setiap tahunnya biaya tenaga kerja selalu meningkat. Sehingga hal ini dapat membengkakkan biaya produksi dan dapat mengurangi pendapatan bagi petani. Pemerintah selalu dihadapkan pada posisi sulit, satu sisi pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, dan disisi lain pemerintah harus melindungi petani produsen dan menjaga ketersediaan secara cukup (Sapuan, 2003). Sistem usaha tani terintegrasi antara tanaman dan ternak telah lama dilakukan oleh rumah tangga petani di Indonesia, terutama di pedesaan. Umumnya rumah tangga petani menggunakan persediaan makanannya untuk mencukupi konsumsi sendiri dan selebihnya dijual. Karakteristik yang dijumpai pada petani tersebut adalah melakukan usahatani campuran dalam upaya mendapatkan keuntungan yang maksimal dan meminimalkan risiko. Ada empat model penerapan sistem usahatani campuran yaitu: 1) sistem yang dipraktikkan secara alami dan turun-temurun oleh petani setempat, 2) sistem usahatani tanpa melibatkan ternak, 3) sistem usahatani ternak, dan 4) sistem usaha yang berbasis pada sumber daya lahan, tenaga kerja, dan modal. Masing-masing sistem usahatani tersebut memiliki risiko dan ketidakpastian usaha di masa yang akan datang. Beberapa risiko mendasar pada sistem usahatani adalah risiko produksi, risiko usaha dan finansial serta risiko kerusakan. Dari risiko mendasar tersebut, dengan menggunakan perhitungan sistem fungsional, usahatani terintegrasi tanaman ternak mempunyai peluang risiko yang minimal (Sukarni, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi adalah sebagai berikut : a). Luas lahan, luas lahan yang ditanami padi berpengaruh terhadap keuntungan usahatani. Sejarah teori semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang diterima. Tapi keuntungan yang diterima petani padi juga dipengaruhi faktor yang lain seperti komoditi yang ditanam, penerapan teknologi, kesuburan tanah dan lain sebagainya
7
b). Jumlah bibit, bibit padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih. c). Jumlah pupuk, unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara yang ada pada tanah yang diperlukan tanaman, dinamakan pupuk. Tujuan penggunaan pupuk adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Pupuk yang biasanya digunakan oleh petani berupa: 1) pupuk alam (pupuk organik) pupuk alam meliputi pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisasisa tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman padi seperti jerami maupunbahan yang berasal dari tanaman lain, misalnya pupuk hijau. 2) pupuk buatan (pupuk anorganik) pupuk buatan ini memang sengaja dibuat dari bahanbahan kimia guna menambah atau menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh tanaman sebelumnya, pupuk buatan juga dapat berfungsi menambah hara pada lahan miskin hara, terutama unsur hara pokok yang biasanya diserap tanaman dalam jumlah besar. d). Jumlah tenaga kerja, tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. e). Pestisida, semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan firus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah penyakit pada tanaman dan hasil pertanian (Suratiyah, 2008). Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran kotor usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang di jual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi, 2006). Biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal, eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun eksternal akan bersamasama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi umur petani,
8
tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga keja keluarga, luas lahan dan modal. Faktor eksternal terdiri dari input yang meliputi ketersediaan dan harga, serta output yang meliputi permintaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan dengan bagaimana seorang petani sebagai manajer dalam kegiatan usahataninya, mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomi sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maskimal (Suratiyah, 2009).
9
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Jumlah Responden Dalam sebuah kelompok praktikum terdiri atas 5 orang dan setiap orang mewawancarai 1 petani padi. 3.2. Lokasi Praktikum Praktikum ilmu usahatani yang kami lakukan berlokasi di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia. 3.3. Metode Wawancara Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan teknik daftar pertanyaan (Kuisioner). Angket (Kuisioner) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden yakni petani padi. Dalam hal ini kami memberikan daftar pertanyaan (Kuisioner) kepada 5 orang petani padi. Yang nantinya dari hasil pengumpulan data tersebut akan dibahas, dianalisis, dan ditarik kesimpulan. 3.4. Analisis Data Menghitung Biaya Produksi 1. TC = Biaya Variabel + Biaya Tetap 2. Biaya Penyusutan alat (Rp) = Nilai beli-Nilai Sisa Umur Ekonomis 3. Penyerapan Tenaga Kerja (HKO) = (t × h × j) 7 4. Biaya Tenaga Kerja per kegiatan = t × h × (upah/orang/hari) Keterangan :
TC
= Total Cost
t
= jumlah tenaga kerja yang digunakan
h
= jumlah hari bekerja
j
= jumlah jam bekerja dalam satu hari
Menghitung pendapatan usahatani
10
a. I = TR ˗ TC Keterangan: I
= pendapatan Usahatani (Rp)
TR
= Total Penerimaan (nilai produksi) (Rp)
b. TR
=Q×P
Keterangan : Q
= Jumlah Produksi (Ku)
P
= Harga perunit (Rp/Ku)
c. TC
= FC + VC
Keterangan :
TC
= Total Cost
FC
= Fikst Cost (biaya tetap)
VC
= Variabel Cost (biaya variable)
Analisi BEP : Briek Even Point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus di jual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan profit. Rumus BEP yaitu: BEP Penerimaan (Rp) :
FC 1 – VS S
BEP Produksi (Kg) :
FC P - AVC
BEP Harga (Rp) :
TC Y
Keterangan : FC
: Fixed Cost
VC : Variabel Cost
11
S
: Pendapatan
P
: Harga Jual/Kg
AVC : Average Variabel Cost AVC = Total Biaya Variabel Produksi Total (Kg) TC
: Total Cost Y : Produksi Total (Kg)
Y
Penjelasan : Usaha dikatakan layak, Apabila : Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp) Produksi (Kg) > BEP produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) > BEP Harga (Rp/Kg)
Menganalisis Kelayakan Usahatani Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis anggaran parsila. Indikator analisis yang dipakai adalah R/C ratio (Revenue Cost Ratio). Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) anatara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : A=
R C
R = Penerimaan C = Biaya Jika : a. A > 1 Maka dikatakan layak b. A < 1 maka dikatakan tidak layak c. A = 1 maka dikatakan impas (Tidak untung maupun rugi)
Menganalisis keuntungan usahatani
12
B/C ratio adalah besaran nilai yang menunjukkan perbandingan antara laba bersih (Benefit) dengan total biaya (Cost). Dalam batasan besaran nilai B/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Secara sistematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : A=
B C
R = Benefit (pendapatan) C = Cost (Biaya) Jika : A > 0,3 maka dikatakan menguntungkan A < 0,3 maka dikatakan tidak menguntungkan A = 1 maka dikatakan impas (Tidak untung maupun rugi)
13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu dari 10 (Sepuluh) Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Yang mempunyai luas wilayah + 62,30 Km2. Keberadaan Kabupaten Lombok Barat terletak antara 1150,46’1160.20’ Bujur Timur, dan 80.25’ sampai dengan 80.55’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah : Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kota Mataram Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah Sebelah Selatan : Samudera Hindia Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Utara Secara administrasi Kabupaten Lombok Barat terbagi dalam 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Sekotong, Kecamatan Lembar, Kecamatan Gerung, Kecamatan Labuapi, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kuripan, Kecamatan Narmada, Kecamatan Lingsar, Kecamatan Gunungsari dan Kecamatan Batulayar. Kecamatan Gerung merupakan Ibu kota Kabupaten sekaligus sebagai pusat Pemerintahan (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2018) Pada Gambar 4.1 :
Lokasi praktikum
u
14
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Lombok Barat 4.1.2. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lombok Barat Kabupaten Lombok Barat memiliki luas wilayah 1.058,92 km2 yang terdiri dari sepuluh Kecamatan sebagian besar Wilayah Lombok Barat merupakan lahan pertanian, sehingga pekerjaan dominan masyarakat pada umumnya sebagai petani dan beberapa pekerjaan lainnya seperti pedagang, peternak dan lain-lain. Tabel 4.1. Banyaknya Kecamatan dan luas wilayah di kabupaten Lombok barat tahun 2018 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunungsari Batu layer Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat, Tahun 2018
529,38 62,66 62,3 28,33 21,64 21,56 107,62 96,58 89,74 34,11 1.058,92
4.1.2.1 Keadaan Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah yang beriklim tropis, dengan dua musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung dari April hingga Agustus, dan musim hujan antara bulan September hingga Maret dengan temperature atau suhu udara berkisar antara 23,91oC sampai 31,94oC dan suhu maksimum terjadi pada bulan April dengan suhu 32,90oC serta suhu minimum 22,80oC terjadi pada bulan Juli. Kelembaban udara berkisar antara 82%, kelembaban udara maksimum terjadi pada Mei sebesar 85% sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 79%. Keadaan curah hujan rata-rata sebesar 220 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 489 mm dan curah hujan terendah pada bulan Maret yaitu sebesar 77 mm. Lamanya penyinaran matahari yang terjadi selama tahun 2018 rata-rata 68%, lamanya penyinaran matahari terjadi
15
pada bulan Agustus dan lamanya penyinaran matahari minimum terjadi pada bulan Desember sebesar 33%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 7 knot, kecepatan maksimum terjadi pada bulan Januwari, Februari, Maret, April, Juli,November dan Desember yaitu sebesar 7 knot, sedangkan kecepatan minimum terjadi pada bulan Mei, Juni, Agustus, September, dan Oktober yaitu sebesar 6 knot. Arah angina terjadi pada tahun 2010 sebesar 230 derajat, arah angina maksimum terjadi pada bulan Januwari sebesar 280 derajat, sedangkan arah angina minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 90 derajat. Tekana udara yang ditandai dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Tekanan udara sebesar 1.009,54 mbs dengan tekanan udara maksimum terjadi pada bulan Juli sebesar 1.011,40 mbs sedangkan tekanan udara minimum terjadi pada bulan Desember sebesar 1.006,50 mbs. 4.1.2.2 Keadaan Demografi 4.1.2.2.1 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2018 adalah 718,54 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 342,27 jiwa dan Perempuan sebesar 376,27 jiwa. Kabupaten Lombok Barat yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Gerung dengan jumlah penduduk sebesar 101,917 jiwa. Jumlah penduduk kabupaten Lombok Baratmenurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Labuapi Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lombok Barat, Tahun 2018
16
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecamatan Gerung Kediri Narmada Sekotong Labuapi Gunungsari Lingsar Lembar Batulayar Kuripan Jumlah
Jumlah Penduduk (jiwa) Laki-Laki Perempuan 49,9585 51,9585 32,331 38,331 46,058 50,058 34,1385 38,1385 34,173 36,173 40,1025 44,1025 35,117 37,117 26.637 30,637 25,1015 29,1015 18,653 20,653 342,27 376,26
Jumlah 101,917 70,662 96,116 72,277 70,346 84,205 72,234 57,274 54,203 39,306 718.54
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018 4.1.3. Jumlah Angkatan Kerja Jumlah angkatan kerja di kabupaten Lombok barat pada tahun 2018 adalah 508,09 Jiwa. Angkatan kerja merupakan salah satu variabel utama dalam mencermati gerak perekonomian satu wilayah sehingga fenomena angkatan kerja penting untuk di cermati secara berkelanjutan. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Lombok Barat menurut jenis kelamin dapat di dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Lombok Barat, Tahun 2018 No
Kegiatan Utama
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Angkatan kerja
270,07
238,02
508,09
2
Bekerja
265,03
220,00
485.03
3
Pengangguran Terbuka Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat tahun 2018
17
4.2. Karakteristik Responden Adapun karakteristik responden petani dalam penelitian ini meliputi: umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usahatani dan luas lahan garapan. Tabel 4.4. Karakteristik Petani Responden pada Usahatani Padi di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat No
1
2.
3
4
5
Uraian
Umur responden (tahun)(30-70) a. Non Produktif (<15) b. Produktif (15-64) c. Non Produktif (>65) Jumlah Tingkat Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) a. 1 – 2 b. 3 – 4 c. 5 – 6 Jumlah Pengalaman Berusahatani (tahun) a. 1 – 10 b. 11 – 20 c. 21 – 30 d. 31 – 40 e. 41 – 50 Jumlah Luas Lahan Garapan (Ha) a. <0,5 b. 0,5 – 1,00 c. > 1,00 Jumlah
Sumber: Data Primer diolah, 2018
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
0 5 0 5 0 0 5 0 0 5
0 100 0 100 0 0 100 0 0 100
0 2 3 5
40 60 100
0 2 1 1 1 5
100
1 3 1 5
100
18
4.2.1. Umur Responden Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata umur responden adalah 45,8 tahun yang berkisar antara tahun 35 – 63 tahun dengan umur terendah 35 tahun dan umur tertinggi umur 63 tahun. Berdasarkan tabel 4.4. menunjukan bahwa umur petani responden pada kisaran 15 - 64 tahun memiliki presentase 100% yang berada pada kisaran umur produktif dan tidak dijumpai petani responden yang tergolong pada kisaran umur tidak produktif yaitu >64 tahun dengan presentase 0%. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan fisik seseorang dalam beraktivitas. Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya. Petani mina padi usia produktif dianggap memiliki kemampuan fisik yang baik dalam mengelola usahataninya dibanding dengan petani usia tidak produktif karena dianggap kemampuan fisik sudah menurun sehingga tidak maksimal dalam mengelola usahataninya. Selain itu umur juga berpengaruh terhadap respon petani dalam menerima dan menentukan teknologi pertanian yang cocok untuk diterapkan (Madina, 2015). Umur juga berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kerja karena semakin bertambah umur maka produktifitas seseorang semakin berkurang atau menurun. Umur produktif berkisar antara 15 – 64 tahun. Dengan demikian, umur petani responden tergolong produktif untuk melakukan usahatani. Umur produktif yang dimaksud bahwa, responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat tersebut baik secara kemampuan fisik maupun mental mempunyai kemampuan untuk melakukan usahataninya (Soekartawi,2006). 4.2.2. Tingkat Pendidikan Berdasarkan tabel 4.4 bahwa kisaran pendidikan petani responden adalah tidak tamat SD sampai dengan tamat SMA. Tingkat Pendidikan petani responden pada Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat ratarata tamat SD dengan presentase penelitian 100% tamat SD dari jumlah petani responden sebanyak 5 orang. Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor penting dalam menerima informasi dan inovasi teknologi khususnya yang berkaitan dengan usahatani padi. Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi
19
pola berfikir para petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin mudah menerapkan inovasi teknologi, sehingga petani dapat meningkatkan atau mengembangkan usahanya. Semakin tinggi Pendidikan petani responden maka wawasan dan pola pikir semakin luas sehingga rasional dalam memilih alternatif terbaik dalam kegiatan usahataninya. Demikian pula sebaliknya, petani responden dengan tingkat pendidikan yang rendah relatif sulit menerima perubahan dan mereka akan mengikuti cara-cara yang sudah terpola secara turun-temurun (Soekertawi, 2006). 4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Berdasarkan tabel 4.4.dapat diketahui jumlah tanggungan keluarga paling banyak pada usahatani padi di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat yaitu berada pada kisaran 5–6 orang. Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi besar kecilnya biaya hidup yang harus di tanggung karena semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula beban yang dikeluarkan oleh rumah tangga tersebut. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat kerja petani. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin giat petani untuk bekerja karena memiliki banyak tanggungan keluarga yang dimiliki (Sapuan, 2003). 4.2.4. Pengalaman Usahatani Tabel 4.4 menunjukan bahwa pengalaman usahatani pada kisaran 11-20 tahun yang lebih dominan , dari jumlah responden 5 orang yang berpengalaman berusaha tani yaitu pada kisaran 11-20 tahun. Dari responden 5 orang rata-rata berusaha tani 29 tahun lamanya. Hal ini menunjukan bahwa petani responden cukup berpengalaman dalam usahatani padi. Pangalaman merupakan modal dasar dalam menerima inovasi serta meningkatkan produktivitas dalam berusahatani. Pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan, keterampilan seseorang dalam pekerjaan yang dapat diukur serta kecakapan dan kecekatan dalam pengabdian kerjanya (Handoko, 2016). 4.2.5. Luas Lahan Garapan Luas lahan garapan yang diusahakan petani responden cukup bervariasi yaitu berkisar antara 0,5- > 1,00 Ha, yang dimana luas lahan garapan yang paling
20
banyak berada pada kisaran 0,5–1,00 Ha yaitu sebanyak 3 orang atau 82% dari jumlah petani responden. Luas lahan garapan dapat berpengaruh pada jumlah produksi yang dihasilkan. Semakin besar luas lahan garapan yang tersedia memungkinkan memperoleh produksi dengan jumlah yang lebih besar (Suratiyah, 2008). 4.3. Gambaran Umum Usahatani Padi Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi merupakan sentral usahatani padi di Kabupaten Lombok Barat yang memiliki luas lahan serta produksi padi yang cukup baik jika dibandingkan dengan Kecamatan lainnya di Kabupaten Lombok Barat. Faktor lokasi yang strategis serta keadaan agroklimat yang baik, dan teknik budidaya juga sangat mempengaruhi produktifitas usahatani padi. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan petani responden pada usahatani padi sebagai berikut 4.3.1. Persiapan Lahan Salah satu komponen usahatani adalah Persiapan lahan. Persiapan lahan dimulai dengan tahap penyiapan media tumbuh pada tanaman dan tempat yang baik untuk tanaman sehingga pengolahan tanah sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan tanaman padi. Persiapan lahan dimaksudkan agar pada saat melakukan penanaman keadaan dan struktur tanah menjadi tidak keras sehingga memudahkan petani untuk menanam padi. Kegiatan dalam persiapan lahan petani Desa Terong Tawah ini pada dasarnya meliputi dua kegiatan yaitu olah tanah dan menyediakan tempat tanam bibit. Olah tanah yaitu kegiatan pengolahan tanah yang baik untuk tanaman padi secara sempurna, penggaruan dan diakhiri dengan perataan tanah (Rachman, 2002). 4.3.2. Pengolahan Lahan Petani Desa Terong Tawah mengolah tanah dengan cara digemburkan atau dilembekkan dengan alat-alat seperti cangkul, bajak, garu dengan tenaga manusia maupun mesin traktor. Kegiatan mengolah tanah adalah kegiatan awal yang umumnya dilakukan para petani sebelum melakukan kegiatan penanaman tanaman padi. Pengolahan tanah berfungsi untuk menyiapkan terlebih dahulu lahan yang akan digunakan untuk melakukan penanaman tanaman. Tujuan dasar dari pengolahan tanah yaitu untuk menyiapkan tanah sebelum ditanam dengan
21
membolak-balik tanah agar tanah yang berada dibawah permukaan tanah menjadi di atas permukaan tanah. Pengolahan tanah berfungsi untuk membentuk fisik dan biologis tanah agar lebih baik dan menjadi lahan yang baik dan siap untuk ditanami, membunuh gulma yang akan menyebabkan persaingan hara terhadap tanaman padi, mencampur pupuk dengan tanah, membunuh serangga dan sinar matahari, merotasi udara dengan memasukkan oksigen kedalam tanah. Sistem pengolahan lahan yang akan dilakukan harus menyesuaikan dengan tanaman yang akan ditaman. Lahan yang diolah sebaiknya diolah dengan metode yang benar, agar tanaman yang ditanam pada tanah tersebut akan baik pertumbuhan dan perkembangannya (Vizi, 2010). 4.3.2. Penanaman dan Jarak Tanam Jarak tanam yang dilakukan oleh petani di Desa Terong Tawah adalah sebesar 25-30 cm. Jarak tanam ini menentukan produktivitas tanaman padi melalui pengaruhnya terhadap kuantitas (jumlah rumpun tanaman per ha), dan kualitas pertumbuhan individu atau rumpun tanaman di lapang. Penanaman juga dilakukan dengan cara tradisional oleh setiap petani (Sahidu, 2014). 4.3.3. Pemupukan Pemupukan pertama dilakukan ketika padi berusia 7-15 hari setelah ditanam. Rata-rata pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan TSP. Untuk pemmberian pupuk pada tahap berikutnya, dilakukan ketika tanaman padi telah berusia 25-30 hari. Proses pemupukan tahap akhir dilakukan ketika tanaman berusia 40-45 hari. Pemupukan merupakan faktor penting dalam pengelolaan budidaya tanaman padi, pemupukan bermanfaat untuk menjaga kesuburan tanah agar mampu menopang kebutuhan hara tanaman, mencegah terserang hama dan penyakit karena tanaman menjadi sehat, memperbaiki struktur tanah agar tanah mampu mengikat air, dan tanaman tumbuh optimal dengan hasil yang maksimal. Pada saat melakukan pemupukan yang perlu di ingat adalah tepat jenis, tepat cara, tepat waktu dan tepat ukuran. Agar pupuk yang sudah diaplikasikan ke lahan pertanian memberikan hasil yang baik (Widodo, 2010).
22
4.3.4. Panen Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit. Dengan memotong batang padi. Pemanenan dilakukan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip good handlin (GHP) dapat menekan kehilangan hasil panen dan mempertahankan mutu gabah/bulir padi. Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan, teknis, kesehatan ekonomi dan ergonomis serta menerapkan sistem panen yang tepat. Pemanenan Padi digunakan untuk bahan pangan (beras/konsumsi) dan pembenihan (Mukhtar, 2000). 4.4. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih anatara penerimaan nilai produksi dengan semua biaya produksi. Pendapatan difokuskan pada analisis biaya yakni biaya variabel dan biaya tetap, produksi, nilai produksi serta pendapatan usahatani padi di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia. 4.4.1. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan jumlah keseluruhan dari semua biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari jumlah produksi yang meliputi biaya sarana produksi, penggunaan tenaga kerja, dan biaya variabel lain serta semua biaya diperhitungkan dalam satu kali proses produksi. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak habis dipakai dalam satu kali produksi atau biaya yang dikeluarkan petani yang tidak mempengaruhi hasil produksi yang meliputi biaya penyusutan alat, iuran irigasi dan
sewa lahan
(Soekartawi, 2005). Tabel 4.5. Rata-Rata Biaya Produksi Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia.
23
No 1
Jenis dan Komponen Biaya Biaya Variabel a. Biaya Saprodi b. Tenaga Kerja Subtotal 2 Biaya Tetap Penyusutan Alat 3 Biaya Total Sumber: Data Primer diolah, 2018
Per LLG (0,82 Ha) (Rp) 4.818.000,00 3.331.600,00 8.149.600,00 5.148.136,67 13.297.736,67
4.4.1.1. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari volume usahatani, semakin luas lahan yang dikelola maka semakin besar beban biayanya.. Dalam praktikum
ini biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah untuk
pembenihan, pemupukan, perawatan dan jumlah tenaga kerja yang di pergunakan, serta biaya lain yang di keluarkan dalam proses usaha tani tanaman padi, adapun daftar –daftar biaya yang di keluarkan petani dalam usahatani tanaman padi dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut Tabel 4.6. Rata-Rata Biaya Variabel Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia.
No 1 2 3 4
Jenis Sarana Produksi
Benih (Kg) Pupuk (Kg) Pestisida (ml) Tenaga kerja (HKO) Jumlah Sumber: Data primer diolah 2018
Per Luas Lahan Garapan (0,82 Ha) Jumlah (Rp) 41 3.755.000 351 953.000 5,8 110.000 8,075 3.544.000 8.362.000
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa petani di Desa Terong Tawah rata-rata pengadaan benih sebesar 41 Kg, rata-rata penggunaan pupuk sebesar 351 Kg dan rata-rata penggunaan pestisida sebesar 5,8 ml, dan penggunaan HKO sebesar 8,075. Besarnya rata-rata biaya variabel yang digunakan oleh petani dalam usaha tani tanaman padi tertinggi adalah Rp. 3.755.000 untuk pengadaan benih sebesar 41 Kg dan biaya terendah adalah biaya penggunaan pestisida yaitu
24
sebesar
Rp.110.000. Penggunaan pestisida menjadi salah satu biaya variabel
terendah karena pada daerah praktikum tidak terlalu melakukan banyak aktifitas penggunaan pestisida pada usahataninya. Petani usahatani tanaman padi pada Desa Terong Tawah menggunakan tenaga kerja luar keluarga saja untuk melakukan kegiatan usahataninya. HKO yang digunakan sebesar 8,075 dengan nilai Rp.3.544.000. 4.4.1.1.1. Biaya Sarana Produksi Biaya sarana produksi adalah besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan petani untuk pengadaan benih, pupuk dan pestisida yang digunakan dalam usahatani padi. Rincian besarnya sarana produksi yang di keluarkan petani pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Rata-Rata Biaya Saprodi Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia. No 1
Jenis Sarana Produksi
Jumlah
Rp 41
3.755.000
193 98 60
411.000 392.000 150.000
Sub Total Pestisida (ml) Furadan
351
953.000
5,8
110.000
Sub Total Jumlah Sumber: Data primer diolah 2018
5,8
110.000 4.818.000
2
Benih (Kg) Pupuk (Kg) Urea TSP Ponska
Per Luas Lahan Garapan (0,82 Ha)
3
Biaya sarana produksi paling tinggi pada usaha tani tanaman padi yang di keluarkan oleh petani Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat adalah biaya pengadaan benih pada tanamannya dengan rata-rata Rp. 3.755.000. Selanjutnya penggunaan pupuk yaitu rata-rata biaya sarana produksinya Rp. 953.000 dan yang paling sedikit mengeluarkan biaya sarana produksi adalah pada penggunaan pestisida yaitu Rp. 110.000.
25
Petani usahatani tanaman padi pada Desa Terong Tawah menggunakan tenaga kerja luar keluarga saja untuk melakukan kegiatan usahataninya. Adapun rincian rata-rata biaya tenaga kerja disajikan pada tabel 4.8 Berikut: Tabel 4.8. Rata-Rata Biaya Pengggunaan Tenaga Kerja Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia. Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja per Luas Lahan Garapan (0,82 Ha) No.
Jenis Kegiatan Usahatani Jumlah (HKO)
1
Luas Garapan Tenaga Kerja Luar 2 Keluarga: Persiapan Lahan Pengolahan Lahan Penanaman Pemupukan Penyiangan Perawatan Pemanenan Pascapanen Total TKLK Sumber: Data primer diolah 2018
Nilai (Rp)
0,82
2,4 3,4 8,8 2,4 2,6 1,4 41,6 2
62.000 147.000 23.600 60.000 82.000 77.000 2.788.000 92.000 3.331.600
Pada Desa Terong Tawah rata-rata hanya menggunakan tenaga kerja luar keluarga saja karena pada dasarnya sudah jarang keluarga petani yang ikut turut serta dalam melakukan usahatani padi pada daerah tersebut.Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan adalah bervariasi. Mulai dari tenaga kerja untuk persiapan lahan menggunakan rata-rata HKO 2,4 dengan nilai Rp.62.000. Pada pengolahan lahan menggunakan rata-rata HKO 3,4 dengan nilai Rp.147.000. Pada penanaman menggunakan rata-rata HKO 8,8 dengan nilai Rp.23.600. Pada pemupukan menggunakan rata-rata HKO 2,4 dengan nilai Rp.60.000. Pada penyiangan menggunakan rata-rata HKO 2,6 dengan nilai Rp.82.000. Pada perawatan menggunakan rata-rata HKO 1,4 dengan nilai Rp.77.000. Pada pemanenan menggunakan rata-rata HKO 41,6 dengan nilai 2.788.000 dan pada
26
pascapanen menggunakan rata-rata HKO 2 dengan nilai Rp.92.000. Jadi penggunaan rata-rata HKO terbesar adalah pada kegiatan pemanenan yaitu dengan HKO sebesar 41,6 dan mengeluarkan biaya Rp.2.788.000. Total rata-rata biaya TKLK secara keseluruhan adalah Rp.3.331.600. 4.4.1.2. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan peningkatan atau penurunan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan. Seperti biya yang berhubungan langsung dengan penyusutan alat, iuran irigasi, sewa lahan. Berdasarkan jumlah luas garapannya dalam hal ini biaya tetap yang digunakan hanya penyusutan alat saja. Tabel 4.9. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia. No.
Jenis Biaya Tetap
1 Total Biaya Tetap
Penyusunan Alat
Biaya Tetap Per LLG (Rp) 5.148.136,67 5.148.136,67
Rata-rata Biaya tetap untuk penyusutan alat pada usaha tani tanaman padi petani Desa Terong Tawah sebesar Rp.5.148.136,67.Biaya penyusutan alat merupakan biaya yang terdapat pada suatu alat dengan melihat nilaiproduksi cabang usaha tani,total nilai produksi dan nilai penyusutan alat (Widodo,2002). 4.4.1.2.1. Biaya Penyusutan Alat Setiap pengguanan alat-alat tertentu untuk kegiatan produksi pasti akan mengalami
penyusutan
yaitu
hilangnya
nilai
ekonomis
selama
masa
penggunaannya nilai penyusutan alat pertanian dihitung menggunakan metode garis lurus yaitu nilai beli dikurangi nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis (Suratiyah, 2009). Tabel 4.10. Rata-Rata Biaya Penyusutan Alat Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia.
27
NO 1
Jenis Biaya Tetap Penyusutan alat Cangkul Traktor
Biaya Penyusutan Alat Per LLG (0,82 Ha) (Rp) 28.016,67 5.000.000,00
Sabit Threeser Total Penyusutan Alat Sumber: Data primer diolah 2018
10.120,00 110.000,00 5.148.136,67
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata biaya penyusutan alat pada cangkul sebesar Rp.28.016,67. Pada traktor nilai penyusutannya adalah sebesar Rp.5.000.000. Pada sabit nilai penyusutannya sebesar Rp.10.120. Pada Threeser nilai penyusutannya sebesar Rp.110.000 dan total rata-rata biaya penyusutan alat sebesar Rp.5.148.136,67. Biaya penyusutan alat yang paling tinggi adalah traktor dengan nilai Rp.5.000.000 dan biaya penyusutan alat yang paling rendah adalah sabit dengan nilai Rp.10.120. 4.5. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Produksi dalam penelitian ini adalah jumlah fisik padi yang dihasilkan petani responden dalam satuan Kg. Nilai produksi (penerimaan) adalah jumlah produksi padi (Kg) dikalikan dengan harga persatuan Kg yang dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan diperoleh dari selisih antara nilai produksi pada usahatani padi dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut. Tabel 4.10. Rata-Rata Produksi, Harga, Nilai Produksi, Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Responden di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia. No 1 2 3 4 5
Uraian Produksi (Kg) Harga (Rp) Nilai Produksi (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp)
Per LLG (0,82 Ha) (Rp) 3.800,00 5.000,00 19.000.000,00 13.297.736,67 5.702.263,33
28
Pada tabel 4.10. di atas menunjukkan bahwa rata-rata produksi usaha tani tanaman padi yang dapat di capai oleh petani responden di daerah praktikum adalah sebesar 3,8 ton dengan harga Rp.5.000/Kg. Jadi besar nilai produksi usahatani padi tersebut ialah Rp.19.000.000. Besar kecilnya nilai produksi tergantung dari jumlah produksinya dan harga jual produk, semakin banyak produksi yang dihasilkan yang diikuti dengan tingginya harga jual produk persatuan, maka nilai produksi akan semakin besar, sebaliknya semakin rendah jumlah produksi yang dihasilkan dan rendahnya harga jual maka nilai produksi semakin rendah. Dengan demikian besar kecilnya nilai produksi akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima petani. Pendapatan rata-rata yang diperoleh petani responden per luas lahan garapan (0,82 Ha) sebesar Rp.5.702.263,33. Tinggi rendahnya pendapatan usahatani padi di pengaruhi oleh besarnya biaya produksi yang dikorbankan dan nilai produksi yang diperoleh, disamping itu juga faktor harga saat penjualan juga mempengaruhi pendapatan usahatani padi. Di daerah praktikum harga produk sudah di tentukan sebelum usahatani dilakukan dan diberlakukan yaitu Rp 5.000/Kg
29
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pendapatan yang diperoleh petani padi di Desa Terong Tawah, Kecamatan Labu Api, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesia adalah sebesar Rp.5.702.263,33. 2) Hasil praktikum menunjukkan bahwa penggunaan input yang berpengaruh terhadap usahatani produksi padi diDesa Terong Tawah, Kecamatan Labu Api, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Indonesiaadalah luas lahan, pengadaan benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan penyusutan alat secara serentak berpengaruh nyata pada hasil produksi usaha tani padi. 5.2. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Handoko. 1984. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta. Rachman, Benny. 2002. Evaluasi Kebijakan Dan Harga Pupuk Ditingkat Puslitibang Pertanian. Bandung Litbang Pertanian. Soekartawi, A. 1995. Analisis Usahatani. Universiitas Indonesia. Jakarta. Soekartawi, A. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Soekartawi, A. 2006. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta. Sukarni. 2011. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Dan Pengembangan Penelitian Kecil. UI Press. Jakarta. Suratiyah. 2008. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Suratiyah. 2009. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Tjeppy, D. Soedjana. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2)2007. Penelitian Dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Padjajaran Kav. E. 59. Bogor. Vizi. 2010. Harga Tulis Lahan Kering Di NTB. Diakses Pada Januwari 2 2019. Dari http://www. Vizi. Blogspot.co.id/ Widodo. 2002. Analisis Usahatani Padi Terhadap Pendapatan Keluarga Petani. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Sjakhyakirti. Palembang.
31
LAMPIRAN
32
33
Karakteristik Responden No Responden Nama 1 2 3 4 5 Jumlah Rata2
Suyatni H.M.Saleh H.Maslah Sudirman Marwan 5 Orang
Jenis
Umur
Kelamin
(thn)
P L L L L
36 40 35 63 55 229 45.8
Jumlah
Desa
Pendidikan
Terong tawah Terong tawah Terong tawah Terong tawah Terong tawah
TSD TSD TSD TSP TSD
pengalaman Berusaha tanggungan Tani 5 19 4 20 5 25 6 46 4 35 24 145 4.8 29
Pekejaan pokok PETANI PETANI PETANI PETANI PETANI
Sampingan PEDAGANG PETERNAK PETERNAK
status Kepemilikan Lahan MILIK SENDIRI MILIK SENDIRI MILIK SENDIRI MILIK SENDIRI MILIK SENDIRI
Luas lahan Garapan (Ha) 0.45 0.6 0.4 2 0.65 4.1 0.82
34
Luas Garap (Ha) 0.45 0.6 0.4 2 0.65 4.1 0.82
Jumlah (Kg) 25 30 20 100 30 205 41
Benih Harga (Rp/Kg) Nilai (Rp) Jumlah(Kg) 110000 275000 100 100000 3000000 125 100000 2000000 100 105000 10500000 500 100000 3000000 140 515000 18775000 965 103000 3755000 193
Urea Harga (Rp/Kg) 2000 3000 2000 2000 2000 11000 2200
Nilai (Rp) 200000 375000 200000 1000000 280000 2055000 411000
Benih dan Pupuk TSP Harga Jumlah(Kg) (Rp/Kg) 50 4000 75 4000 50 4000 250 4000 65 4000 490 20000 98 4000
PONSKA
Nilai pupuk
Nilai Nilai Jumlah(Kg) Harga(Rp/Kg) (Rp) (Rp) 200000 400000 300000 675000 200000 50 2500 125000 525000 1000000 200 2500 500000 2500000 260000 50 2500 125000 665000 1960000 300 7500 750000 4765000 392000 60 1500 150000 953000
Total sarana Produksi 675000 3675000 2525000 13000000 3665000 23540000 4708000
35
Biaya penggunaan sarana produksi No Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-Rata
Luas Garap (Ha) 0.45 0.6 0.4 2 0.65 4.1 0.82
junlah(gr) 3 3 3 15 5 29 5.8
Furadan Harga(Rp/ml) 20000 19000 21000 18000 20000 98000 19600
Total sarana produksi (Rp) Nilai 60000 57000 63000 270000 100000 550000 110000
60000 57000 63000 270000 100000 550000 110000
36
Lanjutan No Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Biaya Saprodi
Luas Lahan (Ha) 0.45 0.6 0.4 2 0.65 4.1 0.82
Biaya Benih (Rp)
Biaya Pupuk (Rp)
Biaya obat-obatan (Rp)
275000 3000000 2000000 10500000 3000000 18775000 3755000
400000 675000 525000 2500000 665000 4765000 953000
60000 57000 63000 270000 100000 550000 110000
Total Biaya Saprodi (Rp) 735000 3732000 2588000 13270000 3765000 24090000 4818000
37
Rekapitulasi Nilai upah TK per Aktivitas Pada usaha tani Luas Lahan T.K Dalam Keluarga No Garapan Jenis Responden TK HK JK Kelamin HKO (Ha) (L/P) (Org) (hari) (jam) 1 0.45 2 0.6 3 0.4 4 2 5 0.65
Pengolahan Lahan (Traktor) T.K luar keluarga Upah HKO (Rp)
Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin
TK(Org)
(L/P) L L L L L
2 2 2 4 3
HK (hari) 1 1 1 2 1
JK (Jam)
HKO
7 7 7 14 7
2 2 2 8 3
Upah HKO (Rp) 40000 40000 35000 50000 35000
Total Upah (Rp) 80000 80000 70000 400000 105000
38
Rekapitulasi Nilai Upah TK per Aktivitas pada usaha tani Luas Lahan T.K Dalam Keluarga Garapan Jenis No Responden Upah TK HK JK HKO Kelamin HKO (Ha) (L/P) (Org) (hari) (jam) (Rp) 1 0.45 2 0.6 3 0.4 4 2 5 0.65
Penanaman T.K luar keluarga Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin (L/P) P P L L P
TK
HK
JK
(org) 8 8 8 12 8
(hari) 1 1 1 1 1
(Jam) 7 7 7 7 7
HKO 8 8 8 12 8
Upah HKO (Rp) 25000 20000 25000 35000 25000
Total Upah (Rp) 200000 160000 200000 420000 200000
39
Rekapitulasi Nilai Upah TK per Aktivitas pada usaha tani Luas Lahan T.K Dalam Keluarga Garapan Jenis No Responden TK HK JK Kelamin HKO (Ha) (L/P) (Org) (hari) (jam) 1 0.45 2 0.6 3 0.4 4 2 5 0.65
Penyiangan T.K luar keluarga Upah HKO (Rp)
Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin (L/P) P L P L P
TK
HK
JK
(org) 2 2 2 5 2
(hari) 1 1 1 1 1
(Jam) 6 6 6 6 6
HKO 2 2 2 5 2
Upah HKO (Rp) 25000 30000 25000 40000 25000
Total Upah (Rp) 50000 60000 50000 200000 50000
40
Rekapitulasi Nilai Upah TK per Aktivitas pada usaha tani Luas Lahan T.K Dalam Keluarga Garapan Jenis No Responden TK HK JK Kelamin HKO (Ha) (L/P) (Org) (hari) (jam) 1 0.45 2 0.6 3 0.4 4 2 5 0.65
Perawatan T.K luar keluarga Upah HKO (Rp)
Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin (L/P) L L L L L
TK
HK
JK
(org) 1 1 1 3 1
(hari) 1 1 1 1 1
(Jam) 6 6 6 7 6
HKO 1 1 1 3 1
Upah HKO (Rp) 50000 55000 50000 60000 50000
Total Upah (Rp) 50000 55000 50000 180000 50000
41
Rekapitulasi Nilai Upah TK per Aktivitas pada usaha tani Luas Lahan T.K Dalam Keluarga Garapan Jenis No Responden Upah TK HK JK HKO Kelamin HKO (Ha) (L/P) (Org) (hari) (jam) (Rp) 1 0.45 2 0.6 3 0.4 4 2 5 0.65
Pemupukan T.K luar keluarga Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin (L/P) L L L L L
TK (org) 2 2 2 4 2
HK
JK
(hari) (jam) 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
HKO 2 2 2 4 2
Upah HKO (Rp) 20000 25000 20000 30000 25000
Total Upah (Rp) 40000 50000 40000 120000 50000
42
Persiapan Lahan T.K Dalam Keluarga Jenis Kelamin (L/P)
TK
HK
JK
(Org)
(hari)
(jam)
HKO
T.K luar keluarga Upah HKO (Rp)
Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin (L/P) L L L L L
TK
HK
JK
(org)
(hari)
(jam)
2 2 2 4 2
1 1 1 1 1
Upah HKO (Rp)
HKO 7 7 7 7 7
2 2 2 4 2
20000 25000 20000 35000 20000
Total Upah (Rp) 40000 50000 40000 140000 40000
43
Rekapitulasi Nilai Upah TK per Aktivitas pada usaha tani Luas Lahan T.K Dalam Keluarga Garapan Jenis No Responden Upah TK HK JK HKO Kelamin HKO (Ha) (L/P) (Org) (hari) (jam) (Rp) 1 0.45 2 0.6 3 0.4 4 2 5 0.65
Pamanenan T.K luar keluarga Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin (L/P) LP LP LP LP LP
TK
HK
JK
(org) 9 9 9 20 9
(hari) 3 3 3 5 3
(jam) 6 6 6 6 6
HKO 27 27 27 100 27
Upah HKO (Rp) 50000 60000 50000 80000 60000
Total Upah (Rp) 1350000 1620000 1350000 8000000 1620000
44
Lanjutan No Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-Rata
Luas Lahan Garapan (Ha) 0.45 0.6 0.4 2 0.65 4.1 0.82
Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga per Aktivitas Persiapan Lahan (Rp) 40000 50000 40000 140000 40000 310000 62000
Pengolahan Lahan (RP) 80000 80000 70000 400000 105000 735000 147000
Penanaman Pemupukan Penyiangan (Rp) 200000 160000 200000 420000 200000 1180000 236000
(Rp) 40000 50000 40000 120000 50000 300000 60000
OPT(Rp) 50000 60000 50000 200000 50000 410000 82000
Perawatan (Rp) 50000 55000 50000 180000 50000 385000 77000
Pemanenan 1350000 1620000 1350000 8000000 1620000 13940000 2788000
Pasca panen 80000 100000 80000 120000 80000 460000 92000
Total Nilai TKLK 1890000 2175000 1880000 9580000 2195000 17720000 3544000
45
Rekapitulasi Nilai TKDK dan TKLK Usahatani No Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Luas Lahan Garapan (Ha) 0.45 0.6 0.4 2 0.65
Nilai TKDK & TKLK (Rp/HKO)
Total Nilai TKDK (Rp)
4.1 0.82
Total Nilai TKLK (Rp) 1890000 2175000 1880000 9580000 2195000 17720000 3544000
Total Nilai TKDK & TKLK (Rp) 1890000 2175000 1880000 9580000 2195000 17720000 3544000
46
Biaya Penyusutan alat petani Responden Luas No Res.
Cangkul
Lahan
Traktor
sabit
Harga Beli (Rp/
Jumlah
Harga Beli (Rp/
Total Hrg Beli
Total Hrg Beli
Nilai Sisa
Umur
Nilai Penyusutan
Jumlah
Harga Beli (Rp/
Total Hrg Beli
Nilai Sisa
Umur
Nilai Penyusutan
Nilai Sisa
Umur
Nilai Penyusutan
Unit)
(Rp)
(Rp)
(Thn)
(Per tahun)
(Unit)
Unit)
(Rp)
(Rp)
(Thn)
(Per tahun)
(Unit)
Unit)
(Rp)
(Rp)
(Thn)
Threeser Jumlah
Harga Beli (Rp/
Total Hrg Beli
Nilai Sisa
Umur
Nilai Penyusutan
(Per tahun)
(Unit)
Unit)
(Rp)
(Rp)
(Thn)
(Per tahun)
Garapan
Jumlah
(Ha)
(Unit)
1
0.45
1
100000
100000
15000
12
7083.33
1
35000000
35000000
15000000
5
4000000
1
35000
35000
7000
5
5600
1
600000
600000
50000
5
110000
2
0.6
2
150000
300000
30000
10
27000
1
40000000
40000000
20000000
5
4000000
1
30000
30000
5000
4
6250
1
600000
600000
50000
5
110000
3
0.4
2
150000
300000
30000
10
27000
1
50000000
50000000
20000000
5
6000000
1
30000
30000
5000
4
6250
1
600000
600000
50000
5
110000
4
2
4
150000
600000
80000
10
52000
1
50000000
50000000
15000000
5
7000000
4
30000
120000
20000
5
20000
1
600000
600000
50000
5
110000
5
0.65
2
150000
300000
30000
10
27000
1
35000000
35000000
15000000
5
4000000
2
30000
60000
10000
4
12500
1
600000
600000
50000
5
110000
4.1
11
700000
1600000
185000
52
140083.33
5
210000000
210000000
85000000
25
25000000
9
155000
275000
47000
22
50600
5
3000000
3000000
250000
25
550000
0.82
2.2
140000
320000
37000
10.4
28016.67
1
42000000
42000000
17000000
5
5000000
1.8
31000
55000
9400
4.4
10120
1
600000
600000
50000
5
110000
Jumlah RataRata
47
Biaya tetap petani No Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-Rata
Luas Lahan Garapan (ha) 0.45 0.6 0.4 2 0.65 4.1 0.82
Biaya Tetap Sabit (Rp) 5600 6250 6250 20000 12500 50600 10120
Cangkul (Rp)
Traktor
Threeser
7083.33 27000 27000 52000 27000 140083.33 28016.666
4000000 4000000 6000000 7000000 4000000 25000000 5000000
110000 110000 110000 110000 110000 550000 110000
Total Penyusutan Alat 4122683.33 4143250 6143250 7182000 4149500 25740683.33 5148136.666
Total Biaya (Rp) 4122683.33 4143250 6143250 7182000 4149500 25740683.33 5148136.666
48
Rekapitulasi Nilai Upah TK per Aktivitas pada usaha tani Luas Lahan T.K Dalam Keluarga Garapan Jenis No Responden TK HK JK Kelamin HKO (Ha) (L/P) (Org) (hari) (jam) 1 0.45 2 0.6 3 0.4 4 2 5 0.65
Pascapanen T.K luar keluarga Upah HKO (Rp)
Jenis Total Upah (Rp)
Kelamin (L/P) LP LP LP LP LP
TK
HK
JK
(org)
(hari) 1 1 1 1 1
(jam) 6 6 6 6 6
2 2 2 2 2
Upah HKO (Rp)
HKO 2 2 2 2 2
40000 50000 40000 60000 40000
Total Upah (Rp) 80000 100000 80000 120000 80000
49
50