LAPORAN INVERTEBRATA ECHINODERMATA
Kelompok 4 Ade Febriyanti
2031711001
Gea Ratri Ningsih
2031711006
Junita
2031711007
Miranty Esterida
2031711015
Mutiara Darlingga
2031711011
Salsa Ananda Ifafah
2031711017
Windiarti Pujinisa
2031711024
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2018
PENDAHULUAN Latar Belakang Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum hewan laut yang mencakup bintang laut, teripang, dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah. Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya tercakup vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata. Laut
merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Hampir wakil dari setiap phylum hewan dapat ditemukan di laut. Organisme yang hidup di laut dipengaruhi oleh sifat air laut untuk sekelilingnya, baik berupa tumbuhan ataupun hewan sehingga banyak bentuk umum yang dijumpai merupakan hasil adaptasi terhadap medium cair dan perggerakannya Laut juga merupakan tempat mata penjaharian untuk golongan masyarakat tertentu yang hidup di sekitar laut, termasuk daerah pasang surut yang berkarang, berlumpur atau berpasir. Hampir semua wakil dari phylum hewan dapat ditemukan di laut. Phylum echidonemata ditempatkan pada akhir deretan Phylum dalam invertebrata lainnya. Hal ini merupakan salah satu alasan banyak Phylum echidonemata lebih dekat dengan Vertebrata daripada Invertebrata. Echidonemata menempati berbagai macam habitat Zona Trumbu Karang, daerah pertumbuhan Algae, Tumbuhan laut jenis lainnya, Koloni Karang Hidup, Koloni Karang Mati serta daerah betting karang. Echidonemata merupakan komponen Distik yang penting dalam siklus rantai makanan. Makanan dan Phylum Echidonemata jenis tripang adalah detritus sehingga hewan ini banyak ditemukan di daerah yang banyak mengandung detritus. (Maskoeri Jasin. 1992). Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga dilakukanya praktikum lapang ini.
Tujuan -
Mengetahui keanekaragaman spesies echinodermata di pulau Putri
-
Mengidentifikasi beberapa spesies echinodermata di pulau Putri
Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 9 Mei 2018 di Pulau Putri, Pantai Penyusuk, Belinyu, Kabupaten Bangka,Provinsi Bangka Belitung. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu kayu, toples, kacamata selam, dan pelampung, sedangkan bahan yang digunakan yaitu spesies echinodermata yang ditemukan di Pulau Putri (teripang dan bulu babi) untuk diidentifikasi. Cara kerja Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu dengan metode eksplor atau jelajah di Pulau Putri. Penjelajahan yang dimaksud sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis spesies yang ditemukan.
Hasil dan Pembahasan Hasil Hasil penelitian di Pulau Putri, Pantai Penyusuk, Belinyu, Kabupaten Bangka,Provinsi Bangka Belitung diperoleh 2 spesies Echinodermata yang termasuk dalam 2 kelas yaitu Kelas Echinoidea diwakili oleh Diadem antillarum dan Kelas Holothuroidea diwakili oleh Holothria edulis Klasifikasi
Kingdom Filum Kelas
: Echinodermata : Holothuroidea Ordo
Famili
: Animalia
: Asphidochirotida
: Aspidochirotae
(Aziz 1995).
Genus
: Holothuria
Spesies
: Holothria edulis
Klaisfikasi Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Echinoidea
Ordo
: Cidaroidea
Famili
: Diadematidae
Genus
: Diadema
Spesies : Diadema antillarum (Budiman & Chika 2014).
Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum lapang yang telah dilakukan, Echinodermata yang terdapat di Pulau Putri, Pantai Penyusuk, Belinyu, Kabupaten Bangka,Provinsi
Bangka
Belitung tergolong rendah karena hanya terdapat dua spesies dari filum Echinodermata yaitu teripang hitam (Holothria edulis) dan bulu babi (Diadema antillarum). Hal ini disebabkan oleh faktor kurang fokusnya praktikan dalam mengeksplor keberadaan filum echinodermata, serta menurut Krebs (1989), sedikitnya jenis Echinodermata yang ditemukan tersebut diduga disebabkan oleh penyebaran jumlah individu tiap jenis tidak menyebar secara merata, atau disebabkan karena faktor fisik-kimia lingkungan. Apabila dibandingkan dengan penyebaran echinodermata di beberapa tempat di indonesia seperti di Perairan Dangkal Pulau Pandang Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara yang memiliki spesies echinodemata lebih banyak seperti Diadema setosum, Holothuria atra, Holothuria leucopsilota, dan Ophiocoma erinaceus. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Batu Bara memiliki dua buah pulau kecil yaitu Pulau Pandang dan Pulau Salah Namo. Kedua pulau ini terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram, dan berada di perairan Selat Malaka. Pulau Pandang memiliki luas sekitar 7 hektar, dengan panjang pantai 2-3 hektar. Kawasan perairan sekitar Pulau Pandang memiliki
ekosistem terumbu karang, pantai berpasir, dan pantai berbatu. Pulau Pandang kaya akan biota lautnya. Kondisi air yang jernih, dihuni oleh berbagai spesies karang dan berbagai populasi ikan. Dengan kondisi perairan yang masih alami sangat mudah ditemukan biota laut terutama spesies dari Echinodermata yaitu bulu babi (Echinoidea) dan teripang (Holothuroidea) Selain itu, di Perairan Dangkal Pulau Pandang, keanekaragaman filum echinodermata di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara terbilang cukup tinggi dimana hasil penelitian yang didapatkan sebanyak 13 spesies Echinodermata yaitu kelas Asteroidea diwakili oleh Linckia laevigata, Protoreaster nodosus dan Nardoa tuberculata. Ophiomastix annulosa termasuk pada kelas Ophiuroidea. Kelas Echinoidea diwakili oleh Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinothrix diadema dan Echinothrix calamaris. Kelas Holothuroidea diwakili oleh Synapta maculata, Holothuria atra, Holothuria scabra dan Bohadschia marmmota. Spesies D. setosum banyak terdapat di daerah mangrove karena spesies ini hidup berkelompok dan menempel pada celah-celah akar mangrove untuk beradaptasi melindungi diri terhadap perubahan suhu dan hempasan ombak yang keras agar tidak terbawa oleh gelombang laut. Karakteristik dari spesies ini yaitu hidup menyebar hampir pada semua zona yang ada di laut (Rumahlatu et al., 2008). Habitat terumbu karang terdapat kepadatan tertinggi pada spesies D. setosum dan S. maculata yaitu 0,70 individu/m2 dan kepadatan relatif 22,22%. Hal ini dikarenakan habitat ini adalah habitat yang cocok untuk kedua spesies ini, yaitu terumbu karang yang memiliki substrat keras agar dapat bertahan hidup pada bebatuan karang. Hal ini didukung oleh Supono dan Arbi (2010) bahwa, tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu jumlah jenis atau individu yang didapat, adanya beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang melimpah, homogenitas substrat dan kondisi dari tiga ekosistem penting di daerah pesisir yaitu padang lamun, terumbu karang dan hutan mangrove sebagai habitat biota perairan. Krebs (1989) menyebutkan bahwa jika spesies-spesies yang ditemukan pada suatu komunitas memiliki jumlah individu tiap spesies yang sama atau hampir sama, maka kemerataan di komunitas tersebut menjadi tinggi.
Keanekaragaman dan kelimpahan Echinodermata di pulau barrang lompo Kecamatan ujung tanah kota Makassar Dari hasil penelitian pada tiga tiga titik stasiun ditemukan 11 spesies Echinodermata dengan empat kelas yaitu Asteroidea, Holothuroidea, Echinoidea, dan Ophiuroidea dengan indeks keanekaragaman yang tergolong rendah yaitu 1,244, sedangkan indeks dominansi juga rendah yaitu 0,481. Peranan Echinodermata di perairan laut adalah sebagai pembersih limbah dan sampah, mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan beberapa jenis diantaranya dapat dimakan misalnya teripang serta bulu babi. Sebagian besar masyarakat perairan memanfatkan perairan pantai dengan cara mencari berbagai jenis spesies untuk dimanfaatkan sebagai makanan. Selain itu, Echinodermata juga dimanfaatkan sebagai hiasan dinding ataupun hiasan meja (Suparna,1993). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Echinodermata yang terdapat di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar pada stasiun I (Zona lamun) sebanyak 109 individu, stasiun II (Zona berpasir) sebanyak 94 individu, stasiun III (Zona karang) sebanyak 65 individu dan ditemukan adanya empat kelas yaitu asteroidea, ophiuroidea, echinodea, dan holothuroidea. Echinodermata yang terdapat di Pulau Barrang Lompo Kecematan Ujung Tanah Kota Makassar meliputi empat kelas yaitu asteroidea dengan 2 jenis spesies yaitu Protoreaster nodosus dan Linckia laevigata. Kelas ophiuroidea dengan 1 jenis spesies yaitu Ophiocoma brevipes. Kelas echinodea dengan 3 jenis spesies yaitu Diadema setosum, Tripneutes gratilla, dan Echinothrix calamaris. Kelas holothuroidea dengan 5 jenis spesies yaitu Teripang ceracera, Holothuria fuscogilva, Stichopus horrens, Holothuria argus, dan Teripang polos. Echinoderamta berasal dari bahasa yunani echi yang berarti duri dan derma berarti kulit. Echinodermaa berarti hewan yang kulitnya berduri. Tubuhnya tidak bersegmen dan beruas. Pada waktu larva, berntuk tubuhnya simetri bilateral tetapi setelah dewasa menjadi radial, hewan ini memiliki kaki ambulakral dan tidak berkepala. Secara umum echinodermata tubuhnya terdiri dari bagian oral dan aboral, memiliki sistem vaskuler, umumnya berjumlah 5, asterias tubuhnya dilindungi oleh duri-duri. Hewan ini memiliki bentuk yang khas dan panjangnya bisa mencapai 1 mm. Berdasarkan bentuk tubuhnya Echinodermata terbagi kedalam 5 kelas yaitu Asteroidea contohnya bintang laut, Echinoidea contohnya landak laut, Ophiuroidea contohnya bintang ular laut, Holotoroidea contohnya timun laut dan Cronoidea contohnya lili laut(Jasin 1992)
Berdasarkan praktikumj yang dilakukan, didapatkan dua spesies Echinodermata di Pula Putri yaitu teripang dan babi laut. 1. Teripang (Holothria edulis) Teripang termasuk ke dalam Filum Echinodermata dari Kelas Holothuroidea. Tubuh hewan ini lunak, panjang silindris, memiliki warna dan corak yang beragam, memiliki tentakel pada bagian mulut atau oral, kaki tabung, dan beberapa jenis dapat mengeluarkan cairan yang lengket seperti getah karet untuk melindungi diri (Aziz 1995). Teripang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata timun laut (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder) (Jasin 1984). Menurut Rusyana (2011) klasifikasi teripang adalah sebagai berikut: Filum
: Echinodermata
Sub filum
: Echinozoa
Kelas
: Holothuroidea
Sub kelas
: Apidochirotacea
Ordo
: Aspidochirotida
Famili
: Holothuridae
Genus
: Holothuria
Spesies
: Holothuria edulis
Teripang merupakan salah satu anggota dari filum Echinodermata, yaitu kelompok hewan invertebrata yang berkulit duri. Namun tidak semua teripang mempunyai duri pada kulitnya. Duri-duri pada teripang sebenarnya adalah skelet atau rangka dari kapur tersusun dari kapur yang terdapat dalam kulitnya. Rangka kapur teripang tidak dapat di lihat dengan mata telanjang, karena bentuknya sangat kecil dan hanya dapat di lihat dengan bantuan miksroskop ( Kastawi 2003). Teripang dalam ekosistem laut termasuk dalam katagori benthos yang mendiami dasar perairan pantai dan dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukan keadaan lingkungan dimana komunitas tersebut berada (Jasin 1992). Teripang
adalah
salah
satu
anggota
hewan
berkulit
duri
(Echinodermata).Tubuh teripang lunak, berdaging dan bentuknya silindris memanjang seperti buah ketimun, itulah sebabnya hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakannya sangat lambat sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut. Warnanya pun bermacam – macam mulai dari hitam, abu – abu, kecoklat – coklatan, kemerah – merahan, kekuning – kuningan, sampai putih (Lariman 2010). Teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau selindris sekitar 10-30 cm. Mulutnya dikelilingi oleh tentakel-tentakel atau lengan peraba yang kadang-kadang bercabang-cabang, mulut terdapat pada salah satu ujungnya dan dubur pada ujung lainnya. Tubuhnya berotot, tipis dan tebal, lembek atau licin serta kulitnya dapat kasar atau berbintil bintil (Madang 2008). Berdasarkan kedudukan mulut dan anus, tubuh teripang dibagi menjadi dua yaitu anterior dan posterior. Sekeliling mulut terdapat 10-30 tantakel yang dapat dijulurkan dan ditarik kembali karena adanya kontraksi otot refraktor tantakel dan refraktor mulut (Rompis & Billy 2011). Tantakel ini berguna untuk mengambil makanan, yaitu detritus dan plankton yang berada di sekitarnya. Tubuh teripang yang bulat memanjang dengan garis oral sebagai sumbu yang menghubungkan anterior dan
posterior, sepintas tidak diduga bahwa kelompok ini termasuk filum binatang berkulit duri karena penampakannya tidak demikian, duri-duri terisebut merupakan butir-butir kapur mikroskopik yang terletak tersebar di dalam lapisan dermis (Aziz 1995). Teripang termasuk jenis hewan diocius. Artinya hewan yang berkelamin jantan terpisah dengan yang berkelamin betina. Untuk membedakan jenis kelamin tersebut secara morfologis sangat sulit sekali dan harus dilakukan pembedaan gonad untuk diambil organ kelamin (Kastawi 2003). Alat kelamin atau reproduksi teletak pada bagian mulut atau sebelah dorsal anterior yang berbentuk tubulus memanjang sifatnya diocious (Brotowidjojo 1989). Teripang memiliki dua macam sistem pernafasan, yaitu pernafasan berbentuk saluran yang bercabang-cabang seperti pohon sehingga dikenal dengan nama pohon pernapasan (respiratory tree) yang berfungsi menghisap oksigen dan menyalurkan ke darah, dan pernapasan berbentuk kaki tabung (teube feet) yang terletak di dinding tubuh berfungsi mengisap oksigen yang terlarut dalam air. Teripang ditemukan hampir di seluruh perairan pantai mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang dalam (Jasin 1984). Habitat spesies teripang yaitu paparan terumbu karang, tempat berpasir, tempat berbatu dan pasir lumpur (Jasin 1984). Menurut Jasin (1992), teripang dapat dijumpai pada dasar perairan yang berpasir, sedikit berlumpur atau pada pecahan karang bercampur lumpur laut. Teripang lebih suka hidup di perairan yang jernih dan relatif tenang, habitat yang spesifik untuk teripang pasir adalah daerah yang berpasir atau pasir yang bercampur lumpur yang mempunyai kedalaman kurang dari 1 – 40 meter atau perairan dangkal yang banyak di jumpai lamun (Kastawi 2003). Menurut Lariman (2010), menyatakan bahwa teripang muda biasa berada pada perairan dangkal (2-5 meter) hal ini terjadi karena larva hewan ini bersifat planktonis sehingga akan terbawa arus dari peraiaran dalam ke arah pantai dan beberapa saat kemudian menjad individu muda yang hidup di perairan dangkal. Teripang yang banyak dijumpai di daerah pasang surut hingga laut dalam lebih menyukai hidup pada habitat-habitat tertentu. Beberapa kelompok teripang hidup di daerah berbatu yang dapat digunakan untuk bersembunyi, sedangkan teripang lain
hidup pada rumput atau lamun dan ada juga yang membuat lubang dan lumpur atau pasir. Teripang pada umumnya berada pada tempat yang airnya tenang, teripang tidak tahan terhadap suatu kondisi yang sedikit ekstrim. Ada beberapa jenis tertentu jika mengalami gangguan, mereka akan mengeluarkan isi perutnya yang mempunyai daya lekat tinggi (Madang 2008). Teripang biasanya bersembunyi dalam lubang atau celah batu dan koral, atau membenamkan diri dalam lumpur atau pasir laut, dan hanya bagian posteriornya saja yang tampak (Rusyana 2011). Kehidupan teripang dialam mulai larva sampai teripang dewasa, hidup sebagai plankton dan sebagai bentik. Pada fase larva yakni pada stadia auricularia hingga doliolaria, hidup sebagai plankton, kemudian pada stadia pentactula hidup sebagai bentik
sampai
menjadi
teripang
dewasa.
Umumnya Holothuria adalah dicocious artinya, hewan berkelamin jantan terpisah dengan yang berkelamin betina. Proses pembuahan terjadi di luar tubuh dengan cara teripang jantan mengeluarkan sperma terlebih dahulu, dan kira-kira 30 menit kemudian disusul oleh teripang betina yang mengeluarkan telurnya dengan cara menyemprotkan ke air. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk betina bekisar antara 4-5 juta butir. Telur teripang berbentuk bulat dan berwarna putih. Ukuran telur bervariasi antara 160-180 µm . Telur yang telah dibuahi akan mengendap beberapa saat di dasar perairan. Sedangkan telur yg tidak dibuahi akan mengendap di dasar perairan (Rusyana 2011). 2. Bulu Babi (Diadema antillarum) Diadema antillarum merupakan hewan yang memiliki tubuh bulat dan memiliki duri-duri yang panjang dan terbagi atas 5 sekat lempengan. Diadema antillarum emiliki umur 7-15 tahun bahkan kadang ada yang mencapai 200 tahun. Diademaantillarum hidup pada daerah padang lamun dan bersembunyi di terumbu karang. Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi (Umagap 2013). Menurut Rompis & Billy (2013), Diademaantillarum merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi. Diadema antillarum termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau
oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan. Berbeda dengan bintang laut dan bintang ular, bulu babi (Echinoidea) tidak memiliki lengan . Tubuh bulu babi berbentuk agak bulat seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Pada duri-duri hewan ini terletak dalam garis-garis membujur yang saling berderetan dan dapat di gerakkan. Mulut terletak di bawah menghadap ke bawah dan anus terletak diatas menghadap ke atas di puncak cangkang yang membulat. Diademaantillarum memiliki ciri-ciri berwarna hitam dengan dari-duri berwarna hitam pula yang memanjang keatas untuk pertahanan diri sedangkan bagian bawah pendek sebagai alat pergerakan. Memiliki 5 titik putih pada bagian atas dan terletak di antara segmen setiap satu titik putih (Rusyana 2011). Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah kepingkeping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera aristotle”, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Kastawi 2003). Tubuh bulu babi memiliki satu rongga utama yang berisi lentera aristoteles dan organ pencernaan. Lentera aristoteles terdiri dari lima buah gigi yang disatukan oleh suatu substansi berkampur dan dikelilingi oleh otot pengulur dan penarik. otot ini berperan mengatur pergerakan gigi. Lentera aristoteles berfungsi seperti mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan makanan, Esophagus, usus halus, usus besar dan anus tersusun melingkari lentera aristoteles membentuk suatu sistem pencernaan (Jasin (1984). Bulu babi kaki tabungnya memiliki banyak fungsi, selain untuk bergerak, kaki tabung juga digunakan sebagai indera peraba, organ respirasi dan tempat pengeluaran
air dari tubuh. Air masuk melalui madreporit menuju saluran batu dan keluar melalui saluran pada kaki tabung (Lariman 2010). Sistem peredaran darah dan ekskresi pada bulu babi tidak dijumpai. Sistem syaraf dan reproduksi masih sederhana. Hewan ini memiliki kelamin yang terpisah. Gonad melekat disisi atas rongga tubuh. Sperma dan telur di lepas langsung ke perairan yang selanjutnya terjadi pembuahan diluar tumbuh dengan bertemunya sel telur (Ovum) dan sel kelamin jantan (Sperma) (Madang 2008).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat keanekaragaman Echinodermata di perairan di Pulau Putri, Pantai Penyusuk, Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung tergolong rendah karena hanya ditemukan dua spesies dari filum Echinodermata yaitu teripang hitam (Holothria edulis) dan bulu babi (Diadema antillarum).
DAFTAR PUSTAKA Aziz A. 1995. Beberapa Catatan Tentang Teripang Bangsa Aspidochirotida. Oseana. 3(2) : 11-23. Brotowidjojo M D. (1989). Zoologi Invertebrata. Jakarta: Erlangga. Budiman, Chika C. 2014. Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara. Jurnal Mipa Unsrat. 3(2): 97-101. Jasin M. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya. Jasin M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya. Kastawi Y. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang : Universitas Negeri Malang Krebs, C. J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row. New York. Lariman. 2010. Keanekaragaman Filum Echinodermata di Pulau Segajah Kota Bontang Kalimantan Timur. 7(2) : 134-165. Madang K. 2008. Zoologi Avertebrata. Palembang : Universitas Sriwijaya. Rompis, Billy R. 2013. Diversitas Echinodermata di Pantai Meras Kecamatan Bunaken Sulawesi Utara. Jurnal Bioslogos. 3(1): 26-30. Rusyana A. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA. Rumahlatu, D., Gofur, A. dan Sutomo, H. 2008. Hubungan Faktor Fisika – Kimia Lingkungan Dengan Keanekaragaman Echinodermata Pada Daerah Pasang Negeri Malang. Jurnal FMIPA. 37 (1): 77-85.
Simatupang, Sarung MA & Ulfa Maria. 2017. Keanekaragaman Echinodermata Dan Kondisi Lingkungan Perairan Dangkal Pulau Pandang Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 2(1): 97- 103. Suparna.1993.Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Jakarta: Kanisius Supono dan Arbi, U.Y. 2010. Struktur Komunitas Ekhinodermata Di Padang Lamun PerairanKema, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 36 (3): 329342. Umagap, Wirda A. 2013. Keragaman Spesies Landak Laut (Echinoidea) Filum
Echinodermata Berdasar Morfologi di Perairan Dofa Kabupaten Kepulauan Sula. Jurnal Bioedukasi. 1(2): 94-100.
LAMPIRAN