BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan menurut standar kesehatan (Tarwaka, 2008). Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada di luar batas standar kesehatan dapat menyebabkan meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat. Menurut Umar Fahmi (2008) bahwa iklim kerja dapat mempengaruhi ekosistem, habitat binatang penular penyakit, bahkan tumbuh kembangnya koloni kuman secara alamiah. Dengan demikian hubungan antara iklim kerja dengan kejadian penyakit bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Efek langsung pemanasan lingkungan pada kesehatan manusia misalnya adalah stress akibat kepanasan yang banyak menimpa bayi, orang lanjut usia dan buruh-buruh yang melakukan pekerjaan berat secara fisik. Selain itu kenaikan temperatur lingkungan juga akan memperparah dampak polusi terhadap diperkotaan dan meningkatkan kelembapan udara yang berpengaruh terhadap individu dengan penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung, asma dan lain sebagainya. Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh core temperature. Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukan variasi tertentu (Nurmianto, 2003).
1
Penerapan k3 disuatu perusahaan ataupun disuatu lingkungan kerja di Indonesia sendiri masih sangat rendah, Hal ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan yang terjadi, dimana pada tahun 2008 terjadi kecelakaan sebanyak 58.600 kasus, tahun 2009 sebanyak 94.398 kasus, tahun 2010 terjadi sebanyak 98.000 kasus, 1.200 kasus diantaranya mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan tahun 2011 kecelakaan kerja mencapai 99.491 kasus, namum umumnya, kecelakaan kerja yang terjadi didominasi oleh kecelakaan lalulintas sebanyak 40% kasus (Rudy, 2012). Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya sosialisasi ataupun peran pemerintah dalam menegakkan pekerjaannya sangat dibutuhkan sumbangsih penerapan K3 dalam pekerjaanya, serta dapat disebabkan karena suatu perusahaan dan pekerjanya dengan sengaja melalaikan kewajibannya untuk menerapkan K3 tersebut, dikarenakan perusahaan tidak ingin mengeluarkan pengeluaran yang lebih untuk kegiatan K3 dan pekerja yang berpendapat dengan penerapan salah satu kegiatan K3 akan dapat mengganggu proses produksi pekerjaan tersebut. Karena beberapa hal tersebut diatas kami melakukan pengujian iklim kerja panas ditempat parkir Gedung Pendidikan dokter FK UNS untuk mengetahui seberapa intensitas iklim kerja panas yang terjadi ditempat kerja tersebut serta bagaimana pengendalian dan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ilkim kerja dalam suatu pekerjaan. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana angka iklim kerja panas yang ada ditempat parkir Gedung Pendidikan Dokter FK UNS. 2. Untuk mengetahui beban kerja yang diterima oleh pekerja ditempat parkir Gedung Pendidikan Dokter FK UNS. 3. Untuk mengetahui angka nilai ambang batas iklim kerja pekerja ditempat parkir Gedung Pendidikan Dokter FK UNS. 4. Untuk mengetahui pengendalian dan pencegahan iklim kerja panas.
2
C. Manfaat 1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai iklim kerja, perhitungan beban kerja, serta bagaimana pengendalian dan pencegahan terhadap adanya iklim kerja didalam suatu pekerjaan. 2. Mengaplikasikan materi pembelajaran dari dosen,kepada keadaan sesungguhnya 3. Menambah referensi Menambah studi kepustakaan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam menerapkan keselamtan dan kesehatan kerja di perusahaan.
3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja. Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan ISBB (OC) Beban Kerja
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam
Sangat Berat
Ringan
Sedang
Berat
75% - 100%
31,0
28,0
-
-
50%-75%
31,0
29,0
27,5
-
25%-50%
32,0
30,0
29,0
28,0
0-25%
32,2
31,1
30,5
30,0
Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu Basah dan Bola, macamnya adalah: 1. Untuk pekerjaan diluar gedung ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering 2. Untuk pekerjaan didalam gedung ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi 2. ISBB Rata - Rata
4
ISBB rata - rata = (ISBB1)(t1) + (ISBB2)(t2) + ...... + (ISBBn)(tn) t1 + t2 + .......+tn
Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk mengukur suhu basah, temometer kata untuk mengukur kecepatan udara dan termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat mengunakan questemt digital. Pengukuran dilakukan pada tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan kira – kira satu meter dari pekerja. Beban Kerja adalah beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaan yang dilakukannya. Pedomanan penentuan beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi dengan acuan pada SNI 7269 : 20091 dengan kategori sebagai berikut : a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo Kkal/jam. b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo Kkal/ jam. c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo Kkal /jam. Efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudian panas lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan sekeliling, berupa panas matahari atau panas ruangan. Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam menyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul keluhankeluhan seperti kelelahan, ruam panas, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
5
Ruam panas ( prickly heat ), dapat terjadi dilingkungan panas, lembab dimana keringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaan ini
dapat
mengakibatkan ruam
yang dalam
beberapa kasus
menyebabkan rasa sakit yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi ini adalah beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit.
Kelelahan. Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Cara yang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat dingin, memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi banyak minum.
Heat cramps, dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan. Kondisi ini biasanya melebihi dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati melalui meminum cairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and potassium.
Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat.
Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37). Kondisi ini harus diatasi melalui mendinginkan tubuh korban dengan air atau menyelimutinya dengan kain basah. Segera mencari pertolongan medis.
6
B. Perundang-undangan Dalam Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Iklim Kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekarjaannya meliputi tekanan panas dan dingin. Menurut Suma’mur PK, iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang. 1. Iklim Kerja Panas Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. a. Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. lebih panas dari tubuh manusia. b. Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. c. Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari. d. Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin. 2. Iklim Kerja Dingin
7
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang. Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingin diantaranya di pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang computer dan lain-lain.
8
BAB III HASIL A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran 1. Gambar Alat
2. Cara Kerja a. Rendam kain katun dengan air suling alami, rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 12 menit. b. Letakkan alat tersebut pada titik pengukuran dengan lambung termometer setinggi 1 - 1,25 meter dari lantai. c. Sesudah 15 menit, dapat dibaca. Suhu Kering (SK) karena waktu adaptasi 2 menit, Suhu Basah (SBA) karena waktu adaptasi 10 menit, Suhu Bola (SB) karena waktu adaptasi 12 menit dan ISBB. d. Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja, yaitu pada awal shift kerja, pertengahan shift dan akhir shift. e. Untuk tenaga kerja yang berpindah tempat dan beda paparan, maka dilakukan sesuai dengan mobilitas pekerja. f. Letak titik pengukuran ditentukan pada tempat pekerja melakukan pekerjaan. g. Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan dadi kegiatan pengukuran. 3. Prosedur Pengukuran a. Pengukuran Berat Badan
9
Ukur berat badan pekerja b. Pengamatan aktivitas kerja terhadap tenaga kerja 1. Amati setiap aktivitas tenaga kerja (kategori pekerjaan dan posisi badan) sekurang-kurangnya 4 jam kerja dalam sehari kerja dan diambil rerata setiap jam. 2. Hitung dan catat aktivitas waktu tenaga kerja. 3. Beban kerja setiap aktivitas tenaga kerja.
Gambar : Area Heat Stress Monitor B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan 1. Hasil Pengukuran N
Lokasi
o
Sumber
Beban
Panas
Kerja
Parameter
Keterang an
ta
tb
tg
ISB
RH
B
(°C)
(°C)
(°C)
B
(°C)
ISB B
(°C) 1
NA
Parkira
Matahari
85
29,7
25,8
29,7
26,9
75
n
dan
denyu
Baseme
panas
t/meni
dibawah
nt FK
kendaraa
t
NAB
UNS
n bermotor
Catatan : NAB berdasarkan Permenaker RI. No. 5 tahun 2018
10
31°
Iklim
C
Kerja
Ta : Suhu Kering
tg : Suhu Radiasi
RH : Kelembaban
Tb : Suhu Basah
ISBB : Index Suhu Basah dan Bola
Kategori Beban Kerja
Denyut Jantung (denyut/min)
1. Ringan
75-100
2. Sedang
100-125
3. Berat
125-150
4. Sangat Berat
150-175
5. Sangat Berat Sekali
>175
Sumber : Christensen (1991 : 1699), dalam Tarwaka (2004)
ISBB (°C)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam
Beban Kerja Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
75% - 100%
31,0
28,0
-
-
50% - 75%
31,0
29,0
27,5
-
25% - 50%
32,0
30,0
29,0
28,0
0% - 25%
32,5
31,5
30,5
30,0
Sumber : Permenaker RI No 5 Tahun 2018 a. Beban kerja seorang pekerja tersebut termasuk dalam kategori ringan b. NAB untuk ISBB adalah 31,0°C 4. Hasil Perhitungan a. Diketahui :
11
1) Beban Kerja : 85 denyut/menit 2) Lama Kerja : 75% - 100% 3) ta : 29,7°C 4) tb : 25,8°C 5) tg : 29,7°C 6) RH : 75°C lihat di lampiran 7) Wbgt out : 27,0°C 8) Wbgt in : 27,0°C b. Ditanya : Berapa hasil ISBBin ? c. Jawab : ISBBin = 0,7.SBA + 0,3.SB = 0,7.25,8 + 0,3.29,7 = 18,06 + 8,91 = 26,97°C Jadi, ISBBin di parkiran basement FK UNS adalah 26,97°C maka tidak melebihi NAB yaitu 31,0°C
12
BAB IV PEMBAHASAN A. Data Pemaparan Panas Pengambilan data pemaparan panas ini dilakukan di area parkir basement Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Kami mengambil satu probandus bernama Bapak Kadi selaku penjaga parkir yang berumur 49 tahun dengan berat badan 70 kg. Dengan jam kerja yang dimulai pukul 07.00, selesai pukul 16.00, dan istirahat pukul 12.00-13.00. Aktivitas yang dilakukan yaitu merapikan posisi motor dan duduk untuk berjaga. Di area tersebut tidak banyak terdapat sinar matahari yang masuk, sehingga probandus tidak mengalami paparan panas yang berlebih. Paparan panas yang ada di area tersebut hanya dihasilkan oleh karbon monoksida dari kendaraan bermotor. B. Beban Kerja Pada pengukuran iklim kerja ini kami menggunakan pengukuran beban kerja dari Christense (1991:1699) dalam buku karangan Tarwaka Revisi Edisi: II tahun 2015 yaitu berdasarkan frekuensi denyut nadi per menit sebagai berikut : No
Kategori Beban Kerja
Denyut Nadi (denyut/menit)
1
Ringan
75 – 100
2
Sedang
100 – 125
3
Berat
125 – 150
4
Sangat Berat
150 – 175
5
Sangat Berat Sekali
>175
13
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperolah data denyut nadi Bapak Kadi yaitu 85 denyut/menit. Sesuai kategori beban kerja berdasarkan denyut nadi menurut Christense (1991:1699) termasuk dalam kategori beban kerja ringan. C. Hasil Data Area Heat Stress Pengukuran iklim kerja ini dilakukan di area parkir basement Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan menggunakan alat Area Heat Stress. Kami mengambil satu probandus bernama Bapak Kadi selaku penjaga parkir yang berumur 49 tahun dengan berat badan 70 kg. Dari hasil pengukuran iklim kerja, diperoleh data sebagai berikut : Parameter N
Lokas
Sumber
Beban
o
i
Panas
Kerja
ri dan
an Base ment
Ta
Tb
Tg
ISBB
RH
(°C)
(°C)
(°C)
(°C)
(°C)
B
Keter
IS
angan
BB
Mataha
Parkir
1
NA
panas kendara
FK UNS
an bermot
Iklim 85 denyu t/meni
Kerja 29,7
25,8
29,7
26,9
75
31°
di
C
bawah
t
NAB
or
Catatan : NAB berdasarkan Permenaker RI. No. 5 tahun 2018 Keterangan : Ta : Suhu Kering
Tg : Suhu Radiasi
RH : Kelembaban
Tb : Suhu Basah
ISBB : Index Suhu Basah dan Bola
D. Analisa NAB Iklim Kerja Setelah dilakukan penilaian tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola,
14
diperoleh ISBBin yaitu 26,97 0C. Berdasarkan Permenaker RI No.5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan , NAB iklim kerja sebagai berikut : ISBB (°C) Pengaturan
Beban Kerja
Waktu Kerja Setiap Jam
Sangat
Ringan
Sedang
Berat
75% - 100%
31,0
28,0
-
-
50% - 75%
31,0
29,0
27,5
-
25% - 50%
32,0
30,0
29,0
28,0
0% - 25%
32,5
31,5
30,5
30,0
Berat
Sumber : Permenaker RI No 5 Tahun 2018 1. Beban kerja seorang pekerja tersebut termasuk dalam kategori ringan 2. NAB untuk ISBB adalah 31,0°C Dari pengukuran denyut nadi probandus diperoleh data sebesar 85 denyut/menit. 85 denyut/menit pada metode pengukuran beban kerja dari Christense (1991:1699) termasuk dalam kategori ringan. Sehingga pada tabel NAB iklim kerja termasuk kategori ringan pula, dengan lama paparan 75%100%. Dapat disimpulkan bahwa ISBBin yang ada di area parkir basement Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret masih dibawah NAB, karena NAB untuk beban kerja kategori ringan sebesar 31,0. E. Kelembaban
menurut
Kepmenkes
Republik
Indonesia
No
1405/MENKES/SK/XI/2002 Dari data yang diperoleh, kelembaban di area parkir basement Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret tidak melebihi NAB. Hal ini disebabkan suhu di area parkir
tersebut adalah sebesar 26,970C yang berarti masih
termasuk range suhu 180C-280C dan kelembaban 40%-60%.
15
F. Akibat Iklim Kerja Panas 1. Ruam panas (Prickly Heat) Dapat terjadi di lingkungan panas, lembabdimana keringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaanini dapat mengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus menyebabkanrasa sakit yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecilkondisi ini adalah beristirahat berulang kali ditempat yang dingin danmandi secara teratur untuk memastikan dengan seksama kekeringanpada kulit. 2. Kelelahan. Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari.Setelah 4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunankadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karenapengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Carayang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempatdingin, memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberibanyak minum. 3. Heat cramps Heat cramps dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam-garam natrium dalam tubuh dan sebagai akibat minum banyak air, tapi tidak diberi garam untuk mengganti garam natrium yang hilang. Heat cramps terasa sebagai kejang-kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit. Disamping kejangkejang tersebut terdapat pula gejala-gejala yang biasa pada heat stress yaitu pingsan, kelemahan, rasa enek, dan muntah-muntah (Suma’mur P.K, 1996: 91). 4. Heat exhaustion Biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat sehingga penderita akan merasa lemah dan mungkin pingsan (Suma’mur P.K, 1996: 91).
16
5. Heat stroke Heat stroke adalah pengaruh panas kepada pusat pengatur panas di otak (Suma’mur P.K, 1996: 91). Terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003:37). Jarang terjadi di industri, namun bila terjadi sangatlah hebat. Biasanya yang terkena adalah laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi. Gejala gejala terpenting adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas. gejala-gejala syaraf pusat dapat terlihat, seperti vertigo, tremor, konvulsi, dan delirium. 6. Miliaria Miliaria adalah kelainan kulit sebagai akibat keluarnya keringat yang berlebihan (Suma’mur P.K, 1996: 91). G. Pengendalian dan Pencegahan Iklim Kerja Panas 1.
Apabila iklim kerja di tempat tersebut melebihi NAB yang telah ditetapkan, maka pengendalian yang dapat dilakukan adalah a. Engineering control 1) Isolasi Sumber Panas 2) Radiation shielding. 3) Local exhaust ventilation 4) Localized cooling at work station 5) Ventilasi umum (general ventilation) b. Administrative Control 1) Permeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan secara khusus 2) Pengadaan air minum harus disediakan dalam jumlah yang memadai 3) Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan 4) Pengaturan lamanya kerja dan istirahatc. Alat Pelindung Di ri c. APD yang dipakai antara lain : 1) Kacamata (goggles) 2) Topi
17
3) Celemek 4) Pakaian kerja yang dilapisi dengan alumunium, 5) Sarung tangan dari kulit atau gauntlets 6) Sepatu kerja. 2. Pencegahan masalah panas yang berhubungan dengan kesehatan, dapat dilakukan dengan cara : a. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut jantung dan suhu tubuh. Proses ini biasanya memerlukana waktu 7-10 hari dan aklimatisasi ini dapat menghilang dengan cepat apabila pekerja tidak masuk selama satu minggu. Aklimatisasi bertujuan untuk membiasakan diri kita terhadap cuaca terutama pada periode waktu kerja fisik yang lama.. b. Pemeliharaan cairan tubuh Cairan yang masuk kedalam tubuh harus tetap dipelihara dengan mempelajari aktifitas fisik. Dapat dialakukan dengan cara jangan mengandalkan rasa haus sebagai indikator kekurangan cairan dan
menghindari alkohol karena akan sering kencing
sehingga akan meningkatkan dehidrasi dan dapat mempengaruhi penurunan panas tubuh. c. Diet yang tepat Memakan makanan ringan, menjauhi makanan berat. Semakin sedikityang dimakan, semakin sering mendapatkan keseimbangan pencernaan makanannya. d. Pakaian yang tipis Menggunakan
pakaian
yang
tipis,
pakaian
warna
lembut/muda, memakaipakaian longgar sperti katun yang dapat dilewati gerak udara keseluruh tubuh.
18
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Data pemaparan panas dilakukan di area parker basement Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Dengan mengambil satu probandus bernama Bapak Kadi selaku penjaga parkir yang berumur 49 tahun dengan berat badan 70 kg. Dengan jam kerja yang dimulai pukul 07.00, selesai pukul 16.00, dan istirahat pukul 12.00-13.00. Aktivitas yang dilakukan yaitu merapikan posisi motor dan duduk untuk berjaga. Paparan panas yang ada di area tersebut dihasilkan oleh karbon monoksida dari kendaraan bermotor. Setelah dilakukan penilaian tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola, diperoleh ISBBin yaitu 26,97 0C. Dari pengukuran denyut nadi probandus diperoleh data sebesar 85 denyut/menit. 85 denyut/menit pada metode pengukuran beban kerja dari Christense (1991:1699) termasuk dalam kategori ringan. Sehingga pada tabel NAB iklim kerja termasuk kategori ringan pula, dengan lama paparan 75%-100%. Dapat disimpulkan bahwa ISBBin yang ada di area parkir basement Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret masih dibawah NAB, karena NAB untuk beban kerja kategori ringan sebesar 31,0. Akibat dari iklim kerja yang panas yaitu:
Ruam Panas(Prickly Heat)
Kelelahan
Heat cramps
Heat exhaustion
Heat stroke
Miliaria
Maka untuk Pengendalian dan Pencegahan kondisi iklim kerja yang panas dapat menggunakan sistem Engineering control, Administrative Control, dan Alat Pelindung Diri. Untuk pencegahan yang berhubungan
19
dengan kesehatan dapat dilakukan dengan cara Aklimatisasi, Pemeliharaan cairan tubuh, menggunakan pakaian yang tipis, dan diet yang tepat. B. Saran NAB Iklim Kerja di area parker basement Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret termasuk dalam kategori ringan. Namun, pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret harus memperhatikan paparan panas yang ada di area tersebut dihasilkan oleh karbon monoksida dari kendaraan bermotor yang sangat berbahaya bagi organ pernafasan. Oleh karena itu, para pekerja setidaknya diberi APD berupa masker untuk mencegah udara karbon monoksida masuk ke tubuh.
20
DAFTAR PUSTAKA
Elyastuti, Febriana. 2011. Hubungan Antara Iklim Kerja Dengan Tingkat Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Fabrikasi Pabrik Gula Trangkil Pati. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Semarang https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac. id/27267/2/BAB_I.pdf&ved=2ahUKEwjo5ZJtpDfAhVKYo8KHUZ3AscQFjAGegQIAxAB&usg=AOvVaw1KZFrxdGC2Lw Q-c5uQtz1A. (Sabtu, 8 Desember 2018). https://lib.unnes.ac.id/9901/1/6459.pdf. (Senin, 9 Desember 2018).
https://www.academia.edu/6825892/Laporan_praktikum_K3_IKLIM_KERJA_IN DEKS_SUHU_BOLA_BASAH_Disusun_Oleh_Sunandar_70200111082. (Senin, 9 Desember 2018).
Sunandar. 2013. Iklim Kerja (Indeks Suhu Bola Basah). Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Makassar
21
22
23
24