LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESUBURAN TANAH HUBUNGAN ANTARA PADI VARIETAS CIHERANG DENGAN PEMUPUKAN PHOSPOR PADA TANAH SAWAH DESA KEBONDOWO, KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATEN SEMARANG.
Disusun Oleh : Felicia Josephin S. 512014065
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
I.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui kandungan phospor pada tanah sawah desa kebondowo. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemupukan phospor dengan varietas yang ditanam pada tanah sawah desa kebondowo. II.
DASAR TEORI
Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbai ki dan meningkatkan produktivitas la h a n pertani a n, khususn ya di daerah tropi ka basah dimana pada umumnya tingk at kesuburan tanahnya rendah karena tingkat pelapukan dan pencuci an hara yang ti nggi. Pem batas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai adalah rendahn ya kandungan hara di dalam tanah terutama hara makro N, P dan K. ntuk maksud tersebut, Balai Peneliti a n Tanah pada tahun 2004 telah mengembangkan Perangkat Uji T anah Sawah (PUTS) y ang bermanfaat unt uk menetapkan status hara tanah dan rekomendasi pupuk untuk padi sawah. Perangkat Uji T anah Sawah (PUTS) adalah suatu alat unt uk analisis kadar h ara t anah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, m urah dan cukup akurat. P UTS ini dirancang unt uk mengukur kadar N, P, K dan pH t anah. Satu U nit P erangkat Uji T anah Sawah terdiri dari: (1) satu paket b ahan kimia dan alat untuk ekstr aksi kadar N, P, K dan pH, (2) bagan warna untuk p enetapan kadar pH, N, P, dan K, (3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk sawah, (4) Bagan warna daun (BWD) (BALITTANAH , 2005). Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dari lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus- menerus tetapi mengalami masa pengeringan (Musa, dkk, 2006). Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan- perubahan sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan- perubahan kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : penurunan kadar oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen, peningkatan ketersediaan fosfor (Ponnamperuma, 1972 dan 1976). Varietas padi merupakan salah satu teknologi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas pemerintah,
kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi. Varietas padi merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini mudan dan penggunaannya sangat praktis. Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi, pemerintah selalu berupaya untuk mendapatkan jenis-jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik. Jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik itu disebut dengan “padi jenis unggul” atau disebut “varietas unggul”. Caranya dengan mengadakan perkawinanperkawinan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik dengan jenis padi lain yang juga mempunyai salah satu sifat baik pula, sehingga akan didapat satu jenis padi yang mempunyai sifat yang paling baik atau unggul (Sugeng, 2001). Padi Ciherang dilepas pada tahun 2000. Memiliki umur tanaman 116-125 hari. Bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanaman 107-115 cm, jumlah anakan produktif sekitar 14-17 batang. Padi Ciherang tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan 3- dan tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan IV. Rata-rata produksi 6 t/ha dengan potensi hasil 8,5 t/ha (Suprihatno, et al. 2009). Nama varietas
Ciherang
Kelompok
Padi sawah
Nomor seleksi
S3383-1d-Pn-41--3-1
Asal persilangan
IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661-131-3-1///IR64 ////IR64
Golongan
Cere
Umur tanaman
116 – 125 hari
Bentuk tanaman
Tegak
Tinggi tanaman
107 – 115 cm
Anakan produktif
14 – 17 batang
Warna kaki
Hijau
Warna batang
Hijau
Warna daun telinga
Putih
Warna daun
Hijau
Warna muka daun
Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun
Tegak
Daun bendera
Tegak
Bentuk gabah
Panjang ramping
Warna gabah
Kuning bersih
Kerontokan
Sedang
Kerebahan
Sedang
Tekstur nasi
Pulen
Kadar amilosa
23%
Bobot 1000 butir
27-28 g
Rata-rata produksi
5 - 8,5 t/ha
Ketahanan terhadap hama
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Ketahanan terhadap penyakit
Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV:
Anjuran
Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl
Dilepas tahun
2000
Sumber : Balai Besar Penelitian Padi (http://bbpadi.litbang.deptan.go.id) Fosfor di dalam tanaman mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu dalam proses fotosíntesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. Selain itu, P sangat penting dalam tranfer sifat-sifat menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya meningkatkan kualitas panen (Winarso, 2005). Pengaruh unsur P terhadap tanaman padi adalah sebagai berikut : memacu terbentuknya bunga, menurunkan aborsitas, menunjang perkembangan akar halus dan akar rambut; memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah dan memperbaiki kualitas gabah. Adapun kekurangan fosfor menyebabkan pertumbuhan kerdil, jumlah anakan sedikit dan daun meruncing berwarna hijau gelap (Rauf et al, 2000). Pupuk SP-36 mengandung 36 phosphor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari phosphate alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi
kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar. SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986). III.
ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Alat PUTS
8. GPS status
2. Tabung reaksi dan raknya
9. Bagan Warna Daun (BWD)
3. Pengaduk
10. Bagan warna P tanah
4. Spatula
11. Tisu
5. Sringe
12. Alat tulis
6. Kantong plastik
13. kamera
7. Stopwatch
Bahan : 1. Tanah sawah komposit desa Kebondowo 2. Pereaksi P-1 3. Pereaksi P-2 4. Air 5. Daun padi IV.
CARA KERJA
1. Mengambil sample tanah sawah desa Kebondowo dari setiap titik 2. Melakukan penetapan warna daun a. Ambil sample daun yang akan di uji b. Cocokkan dengan warna daun dengan menggunakan Bagan Warna Daun 3. Melakukan penetapan kandungan phospor pada tanah komposit -
Memasukkan 0,5 ml tanah kedalam tabung reaksi
-
Menambahkan 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk sampai merata menggunakan pengaduk kaca.
-
Menambahkan 5 butir pereaksi P-2 kemudian dikocok 1 menit.
-
Didiamkan selama 10 menit, mencocokkan warna biru yang muncul dari larutan jernih diatas permukaan tanah dalam tabung dengan bagan warna P tanah.
V.
HASIL PENGAMATAN
1. Status hara P : Sedang, dengan rekomendasi pupuk SP-36 sebanyak 75 kg/ha 2. pH tanah : agak masam ( 5-6) dengan rekomendasi sistem drainase konvensional dan pemberian pupuk N dalam bentuk urea 3. Hasil wawancara : a. Sejarah lahan : dari awal lahan sudah menjadi lahan sawah b. Posisi lahan : cukup dekat dengan rawa sehingga jika pada bulan januari mulai hujan maka air akan pasang sedangkan bendungan ditutup sehingga air meluap dan membanjiri lahan sawah c. Penanaman : dalam kurun waktu 1 tahun dilakukan 2 kali tanam padi dan 1 kali bero. Bero dilakukan pada bulan april – mei akhir. Kemudian pada awal bulan juli dilakukan penanaman lagi d. Pemupukan : pada ½ hektar lahan sawah diberikan 50 kg urea dan phonska sebanyak 50 kg e. Hama dan penyakit : pada awal penanaman biasanya hama yang menyerang adalah keong. Setelah dewasa biasanya wereng, tikus, kresek (jamur) , sundep (lalat didalam batang padi) f. Varietas yang ditanam adalah padi varietas Ciherang.
VI.
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian tanah sawah di lahan sawah desa
Kebondowo, kecamatan Banyubiru, kabupaten Semarang. lahan sawah terletak dekat dengan rawa sehingga keadaan lahan cukup tergenang oleh air. Untuk melakukan analisis kandungan phospor pada tanah dibutuhkan sample tanah komposit yang diambil dari titik-titik pada tepi sawah secara acak. Berdasarkan hasil wawancara, lahan sawah tersebut sudah diolah menjadi tanah sawah sejak lama. padi yang ditanam merupakan varietas Ciherang. Menurut Suprihatno et al. (2009) Padi Ciherang memiliki umur tanaman 116-125 hari. Bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanaman 107-115 cm, jumlah
anakan produktif sekitar 14-17 batang. Padi Ciherang tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan 3- dan tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan IV. Padi Ciherang termasuk dalam kelompok padi Indica. Padi ini merupakan varietas padi sawah yang sangat cocok ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah. Padi ini dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dari permukaan laut. Padi Ciherang merupakan hasil persilangan antara varietas padi IR64 dengan varietas / galur lainSetelah sample tanah komposit dikumpulkan kemudian di haluskan sehingga tidak ada batu-batu didalamnya. Kemudian dimulailah pengujian kadar phospor dalam tanah dengan mengambil 0,5 ml tanah menggunakan syringe dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan pereaksi P-1 sebanyak 3 ml dan diaduk hingga merata dengan pengaduk kaca setelah itu tambahkan seujung spatula pereaksi P-2 yang berupa bubuk dan aduk rata selama 1 menit. Setelah itu diamkan selama 10 menit dan lihat warna cairan yang dihasilkan dan bandingkan dengan bagan warna P. Berdasarkan analisis, tanah sawah desa Kebondowo memiliki kandungan Phospor sedang dengan rekomendasi pemberian pupuk SP-36 sebanyak 75 kg/ha. Berdasarkan hasil wawancara pemberian pupuk phonska adalah sebanyak 50 kg/ha , meskipun kandungan P pada tanah sudah cukup dalam mendukung pertumbuhan padi pemberian pupuk P pada lahan sawah tersebut masih kurang. Ketersediaan P tanah untuk tanaman terutama sangat dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanahnya sendiri yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) tipe liat, 2) pH tanah, 3) waktu reaksi, 4) temperature dan 5) bahan organic tanah. Disamping itu penggenangan juga dapat mempengaruhi. Fosfat menjadi tidak tersedia dan tidak larut disebabkan fiksasi oleh mineral-mineral liat dan ion-ion AL, Fe, Mg, ataupun Ca yang banyak larut, membentuk senyawa komplek dan tidak larut. Suatu kenyataan bahwa ketersediaan P tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah, pada kebanyakan tanah kesediaan P maksimum dijumpai pada kisaran pH antara 5,5 – 7,0. Ketersediaan P akan menurun bila pH tanah lebih rendah dari 5,5 atau lebih tinggi dari 7,0. Pada pH rendah jerapan P terjadi oleh ion Fe dan Al. Diatas pH 7,0 fiksasi atau jerapan dilakukan oleh kalsium dan magnesium yang banyak tersedia dan larut yang menyebabkan P mengendap. Berdasarkan hasil analisis pH tanah desa Kebondowo masuk dalam kategori agak masam ( pH 5-6) dengan rekomendai sistem drainase konvensional dan pemberian pupuk N dalam bentuk urea. pH yang agak masam ini menandakan bahwa jerapan P cukup baik karena tidak terfiksasi oleh mineral-mineral seperti Al dan Fe yang terdapat pada pH masam. Kandungan fosfor yang cukup baik ini ditunjukkan dengan penetapan warna
daun dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) yang menunjukkan warnanya berada pad antara 3 dan 4. Warna daun hijau tua dan tidak pucat. VII.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis tanah sawah desa Kebondowo dapat diketahui bahwa : 1. Tanah sawah desa Kebondowo kecamatan Banyubiru memiliki kandungan fosfor sedang dengan rekomendasi pemupukan SP-36 sebanyak 75 kg/ha 2. Kandungan fosfor cukup baik, hal ini didukung dengan hasil analisis pH yang menunjukan agak masam sehingga kandungan fosfor tidak berikatan denga mineralmineral lain 3. Kandungan fosfor cukup untuk mendukung pertumbuhan padi varietas ciherang hal ini ditunjukkan dengan warna daun yang tidak pucat VIII. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanah. 2005 . Pemupukan Berimbang Dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Online
(http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/leaflet/puts.pdf)
diakses pada 10 februari 2016 pukul 20.30 Hakim, dkk., 1986. Dasar-dasar Imu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung. Musa, L., Mukhlis dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. USU Press, Medan. Suprihatno, B. et.al. 2009. Buku Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang Sugeng, H. R. 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang. Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah. Gajah Mada University press, Yogyakarta.
IX.
LAMPIRAN