Laporan Hbsag.docx

  • Uploaded by: srimeylani bobihu
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Hbsag.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,919
  • Pages: 21
KATA PENGANTAR Assalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas hasil laporan praktikum “Pemeriksaan HBsAg metode rapid test” Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Wasalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Gorontalo,

Maret,2019

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3 Tujuan Praktikum ................................................................................... 2 1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3 2.1 Pengertian Hepatitis ................................................................................ 3 2.2 Jenis – Jenis Hepatitis ............................................................................. 3 2.3 Struktur Virus Hepatitis B ...................................................................... 6 2.4 Siklus Replikasi Virus Hepatitis B ......................................................... 7 2.5 Struktur HBsAg ...................................................................................... 8 2.6 Pemeriksaan Hepatitis B .......................................................................... 9 2.7 Pencegahan ........................................................................................... 10 BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 12 3.1 Waktu Dan Tempat ............................................................................... 12 3.2 Metode .................................................................................................. 12

ii

3.3 Prinsip ................................................................................................... 12 3.4 Pra Analitik ........................................................................................... 12 3.5 Analitik ................................................................................................. 13 3.6 Pasca Analitik ....................................................................................... 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 14 4.1 Hasil ...................................................................................................... 14 4.2 Pembahasan .......................................................................................... 14 BAB V PENUTUP ............................................................................................... 17 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 17 5.2 Saran ..................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen penyebab, yaitu virus hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virus hepatitis D (VHD), dan virus hepatitis E (VHE). Virusvirus tersebut dapat memberikan gejala klinik yang serupa. Hepatitis B merupakan salah satu penyakit hepatitis virus yang paling dikenal. Virus hepatitis B merupakan agen prototipe dari famili Hepadnaviridae (Suryani.U., Setiawaty.V. 2015). Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Infeksi hepatitis B sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan dunia. Infeksi virus hepatitis B suatu infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik. Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di dunia, termasuk di Indonesia (Hadi.M.I., Alamudi.M.Y. 2017). Rapid test merupakan metode ICT untuk mendeteksi HBsAg secara kualitatif yang ditampilkan secara manual dan memerlukan pembacaan dengan mata. Tes ini sudah secara luas digunakan dalam mendiagnosis dan

1

skrining penyakit infeksi di negara berkembang. Prinsip dasar rapid test adalah pengikatan antigen oleh antibodi monoklonal yang spesifik. Stik uji ini menggunakan prinsip imunokromatografi yang telah banyak digunakan dan beredar di masyarakat (Hidayat.S.U.,Aini.K., Fajrin.R.B.2017). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana cara melakukan pemeriksaan HBsAg dengan metode Rapid test? 1.3 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui cara pemeriksaan HBsAg dengan metode rapid test. 1.4 Manfaat Praktikum Mahasiswa dapat mengerahui cara pemeriksaan HBsAg dengan metode rapid test.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hepatitis Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai kausa, termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis virus, Peradangan hati yang berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan dengan alkoholisme kronik, dapat menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa penggantian hepatosit yang rusak secara permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki kemampuan mengalami regenerasi, dan dalam keadaan normal mengalami pertukaran sel yang bertahap (Price.,Wilson. 2005). Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medic (Price.,Wilson. 2005). 2.2 Jenis – Jenis Hepatitis 1. Hepatitis A Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal – oral. Virus ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh virus hepatitis darah. Pada

3

anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan tidak parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada orang lain. 2. Hepatitis B Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi dari penyakit.Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit. Patofisiologi.Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung, melalui mebran mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati.Di hati, replikasi perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami gejala.Beberapa infeksi tidak terlihat untukmereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. 3. Hepatitis C Sampai saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran virus hepatitis yang bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari hepatitis Non- A, Non- B ditularkan melalui parenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui dan virus ini juga tidak diketahui dan sekarang teridentifikasidan disebut hepatitis C. Kemudian, tes antibodi untuk memeriksa pasien terhadap agens ini telah tersedia. Patofisiologi.

4

Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang per tahun di Amerika Serikat. Hal ini dianggap menjadi penyakit yang ditularkan hampir selalu melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui cara perenteral lain ( menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh pengguna obat intravena dan tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain pada petugas kesehatan ). Terdapat bukti lanjut dimana virus ditularkan melalui kontak seksual. 4. Hepatitis D Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk bertahan. Hepatitis D hanya merupakan risiko untuk mereka yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B positif Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau berulang dan sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis B. Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk virus ini dicapai sebagai keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif terhadap virus darah ini ( tidak menggunakan jarum bergantian dan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual ) harus ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B yang tidak terinfeksi hepatitis D. 5. Hepatitis E Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui kontaminasi makanan dan air melalui jalur fekal – oral. Sampai dengan saat ini,

5

infeksi disebut dengan hepatitis enteric Non- A Non- B. Diagnosa dibuat dengan menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan menentukan yang paling mungkin dari sumber makanan atau air yang terkontaminasi. Sekarang tes untuk antibodi untuk hepatitis E telah tersedia, studi epidemologi akan sangat terfasilitasi (James.,Tim Horn. 2005). 2.3 Struktur Virus Hepatitis B Virus Hepatitis B memiliki DNA double-stranded pada 600-2100 nukleotidanya serta DNA polimerase. Virus Hepatitis B mengandung protein kinase dan polimerase dengan aktivitas reverse transcriptase dan ribonuklease H dan sebuah protein P menempel pada genom (Tjandrawati.A.2007). Pada inti virus terdapat gen-gen dari virus Hepatitis B yang mengandung kode-kode genetik untuk membuat sejumlah produk-produk protein, yaitu Hepatitis B surface antigen (HBsAg), Hepatitis B core antigen (HBcAg), Hepatitis B e antigen (HBeAg) yang merupakan komponen minor virus, dan DNA polimerase yang merupakan protein subunit dari inti. Keempat protein ini digunakan sebagai

marker (penanda) dari kemampuan virus untuk

menyebarkan infeksi serta

mendiagnosis infeksi virus Hepatitis B

(Tjandrawati.A.2007).

Gambar 2.3 Gambar 2.2 Struktur Virus Hepatitis B

6

2.4 Siklus Replikasi Virus Hepatitis B Virus Hepatitis B menginfeksi hepatosit melalui spesifik reseptor sel hati (endonexin, carboxypeptidase dan serum apolipoprotein). Virus Hepatitis B melekat pada hepatosit karena ini merupakan tempat yang paling efektif untuk replikasi yang melibatkan heparan sulfate proteoglycan, walaupun sel lain dapat menyokong replikasi dalam derajat yang lebih rendah (Mansjoer, Arif. 2001). Saat virus menginfeksi hepatosit partikel core virus akan masuk ke sitoplasmik, yang digunakan sebagai jalan masuk DNA ke nukleus melalui nuclear core complex, kemudian virus akan masuk ke dalam sel dan diikuti dengan masuknya DNA virus ke dalam nukleus untuk membentuk convalently closed circular DNA (cccDNA). Negative strand cccDNA merupakan template untuk transkripsi oleh RNA polimerase sehingga terbentuk mRNA pregenome dan subgenome. Ribosom pada retikulum endoplasma kemudian akan mentranslasi mRNA subgenome virus menjadi protein untuk virus Hepatitis B surface antigen dan bagian virus lainnya, sedangkan RNA pregenome memproduksi protein polimerase (Mansjoer, Arif. 2001). Dengan terbentuknya

DNA virus Hepatitis B dan bagian dari virus

lainnya, virus akan keluar dari sel untuk menginfeksi sel lain khususnya sel limfosit atau sebagian DNA virus akan bersirkulasi kembali ke dalam nukleus dan mengulang proses di atas sehingga menghasilkan akumulasi 10-30

7

molekul cccDNA dan peningkatan konsentrasi mRNA virus (Mansjoer, Arif. 2001).

Gambar 2.4 Siklus Replikasi Virus Hepatitis B 2.5 Struktur HBsAg Hepatitis B surface Antigen adalah suatu lipoprotein envelope virus, beredar pada darah dalam bentuk partikel sferis dan tubular. HBsAg yang dikode oleh gen S (regio pre S-S) dan dapat dilihat dalam serum dengan menggunakan mikroskop elektron. Antigenisitas HBsAg akan rusak bila terpapar dengan sodium hypochlorite selama 3 menit.

autoclav 121 ºC

selama 20 menit atau dengan pemanasan kering 100 ºC selama satu jam. Bentuk HBsAg ini terdiri atas tiga ukuran yaitu Hepatitis B Surface Protein ukuran kecil (small), sedang (middle), dan besar (large) (Tjandrawati.A.2007)

Gambar 2.5 Struktur Hepatitis B Surface Antigen

8

2.6 Pemeriksaan Hepatitis B 1. Metode ELISA Diagnosa Laboratorium Untuk Hepatitis B dengan Metode ELISA, penelitian laboratorium secara intensif mengenai VHB telah menemukan hal untuk diamati diklinik dan laboratorium. Keterangan diatas (petanda serologi) telah memuat variabel - variabel yang sering diperiksa. Tes - tes yang sangat sensitif pun telah banyak dikembangkan secara luas untuk meneggakan diagnose hepatitis B dalam kasus - kasus ringan, sub klinis atau yang menetap. Salah satunya adalah tes pemeriksaan yang tergolong dalam generasi ketiga menurut WHO adalah ELISA. ELISA dianggap pemeriksaan yang memiliki spesifitas dan sensitifitas yang tinggi yang mampu menunjang diagnosa klinis hepatitis B (Hidayat.S.U.,Aini.K., Fajrin.R.B.2017). 2. Metode Rapid Tes Rapid diagnostic tests (RDTs) adalah tes sekali pakai yang disediakan dalam format sederhana yang biasanya tidak memerlukan reagen tambahan kecuali yang ada disertakan dalam test kit. Mereka dibaca secara visual dan bisa memberikan kualitatif yang sederhana Hasilnya kurang dari 30 menit. Karena kesederhanaan, biaya dan waktu penyelesaian yang cepat, mereka dapat dilakukan oleh penyedia awam terlatih atau petugas layanan kesehatan. RDT yang berkualitas terjamin karenanya sangat berguna dalam pengaturan di mana layanan pengujian

9

berbasis laboratorium konvensional tidak tersedia (Hidayat.S.U.,Aini.K., Fajrin.R.B.2017). Tes HbsAg (serum/plasma) pada tes langsung untuk pemeriksaan kualitatif adanya HbsAg pada spesimen serum atau plasma. Tes ini memanfaatkan

kombinasi

antibodi

monoklonal

dan

poliklonal

mendeteksi peningkatan kadar HbsAg pada serum atau plasma. Prinsip HBsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti HBs colloidal gold konjugat membentuk komplek yang akan bergerak melalui membran area tes yang telah dilapisi oleh anti HBs. Kemudian terjadi reaksi membentuk garis berwarna merah muda keunguan yang menunjukkan hasil positif (Hidayat.S.U.,Aini.K., Fajrin.R.B.2017). 2.7 Pencegahan Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satusatunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling banyak diselidiki baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun komplikasinya. Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada

10

penderita sebulan sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian. Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja (Ester, Monica. 2002).

11

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan HBsAg” dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2019 di Laboratorium Stikes Bina Mandiri Gorontalo. 3.2 Metode Tes HBsAg (rapid test) 3.3 Prinsip Imunokromatografi dengan prinsip serum/plasma yang diteteskan pada bantalan sampel bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi dengan anti HBS (antibodi). Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membrane untuk berikatan dengan antibodi spesifik pada daerah tes (T), sehingga akan menghasilkan garis warna. 3.4 Pra Analitik 1. Konfirmasi Pasien Sebelum melakukan pemeriksaan dilakukan konfirmasi pada pasien untuk dilakukan pemeriksaan HBsAg. 2. Persiapan Alat Dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Kit ACON HBsAg ,alat tes, pipet tetes, serum dan plasma. 3. Persiapan Pasien Sebelum dilakukan pemeriksaan diusahakan pasien senyaman mungkin dengan cara melakukan komunikasi dengan pasien.

12

3.5 Analitik 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Ambil darah vena dengan menggunakan vacutainer 3. Kemudian darah diambil dilakukan sentrifus 4. Setelah serumnya dan masukan strip HBsAg pada serum tersebut 5. Tunggu sampai garis merah pada control (C/T). hasil sebaiknya dibaca dalam waktu 15 menit. 3.6 Pasca Analitik Interpretasi hasil Positif

: jika dua garis ( line test dan line control).

Negative : jika satu garis (line control). Invalid

: hanya satu garis pada line test atau tidak kedua-duanya.

13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan pemeriksaan yang telah di lakukan di dapatkan hasil berdasarkan pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Hasil Periksaan HBsAg metode rapid test Sampel

Hasil

Metode

urin

Positif (-)

Rapid test

keterangan Muncul 1 garis (line control).

4.2 Pembahasan HBsAg (hepatitis B surface antigten) merupakan suatu tahap secara kualitatif yang menggunakan serum atau plasma dimana bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam serum atau plasma membrane yang dilapisi dengan anti HBsAg antibody pada daerah garis test selama proses pemeriksaan, sampel serum atau plasma bereksi dengan partikel yang ditutupi dengan anti HBsAg antibodi, campuran tersebut akan meresap sepanjang membrane kromatografi dengan anti HBsAg, anti pada membrane dan menghasilkan suatu hasil posotif pada daerah test, jika tidak menghasilkan garis yang berwarna pada daerah test menunjukan hasil yang negatif Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis.

14

Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain. Menurut (Suryani.U.,Setiawaty.V.2015) kebanyakan infeksi VHB akut pada orang dewasa ternyata HBsAg menghilang diikuti dengan terbentuknya anti-HBs, Deoxyribonucleic Acid (DNA)- VHB tetap ada walaupun dalam jumlah kecil, baik dalam sirkulasi ataupun dalam hati. Demikian juga setelah penyembuhan dari hepatitis B kronis, DNA-VHB masih terdapat di sel hati. Keadaan DNA-VHB ditemukan dalam hati atau serum dari seseorang dengan HBsAg negatif, disertai atau tanpa adanya anti-HBs disebut dengan infeksi hepatitis B occult (HBO). Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan HBsAg dengan metode rapid test. Pada pemeriksaan ini menggunakan sampel serum yang sebelumnya telah dilakukan sentrifus pada sampel darah vena. Kemudian strip HBsAg dimasukan ke dalam serum tersebut dan amati hingga muncul garis berwarna merah. Dari pemriksanaa yang telah dilakuna diperoleh hasil bahwa pasien tersebut negative HBsAg yang di tunjukan dengan 1 garis (line control), karena serum tersebut tidak berikatan dengan antibodi spesifik pada daerah tes (T) yang ditunjukan dengan garis berwarna. Menurut (Bratanata.J., dkk.2015) individu dengan HBsAg (hepatitis B surface antgen) negatif disebut sebagai infeksi VHB tersamar. Pemikiran mengenai adanya VHB tersamar ditemukan sejak awal tahun 1980an, namun baru teridentfkasi dengan baik selama 10 tahun terakhir setelah ditemukannya teknik biologi molekular yang sangat sensitf. Kejadian VHB tersamar sering ditemukan

15

pada pasien dengan kondisi imunosupresi yang diinduksi oleh terapi atau penyakit yang berhubungan dengan sistem imun. Infeksi VHB tersamar dapat terjadi pada pasien dengan keganasan hematologi, infeksi HIV, menjalani transplantasi organ serta kemoterapi.

16

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pemeriksaan diatas dapat disimpulkan bahwa Hepatitis B surface Antigen adalah suatu lipoprotein envelope virus, beredar pada darah dalam bentuk partikel sferis dan tubular. HBsAg dapat dilihat dalam serum dengan beberapa metode salah satunya dengan metode rapid tes. Prinsipnya HBsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti HBs colloidal gold konjugat membentuk komplek yang akan bergerak melalui membran area tes yang telah dilapisi oleh anti HBs. Kemudian terjadi reaksi membentuk garis berwarna. Dari hasil diatas didaptkan hasil bahwa bahwa pasien tersebut negative HBsAg yang di tunjukan dengan 1 garis (line control). 5.2 Saran Saran untuk praktikum selanjutnya pada saat pengambilan sampel darah harus berhati-hati agar tidak dapat tertular oleh penyakit Hepatitis B dari darah yang diambil.

17

DAFTAR PUSTAKA Bratanata.J., dkk.2015. Proporsi Infeksi Virus Hepatitis B Tersamar pada Pasien yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 2, No. 3. 2015. Hal. 12-132 Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Hadi.M.I., Alamudi.M.Y. 2017. Skrining Hepatitis B Surface Antibody (HBsAb) pada Remaja di Surabaya dengan Menggunakan Rapid Test. Surabaya: Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Journal of Health Science and Prevention, Vol.1(2),2017. Hal. 93-96

Hidayat.S.U.,Aini.K., Fajrin.R.B.2017. Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Efektvitas Metode Rapid Tes Hbsag Dalam Mendeteksi Penyakit Hepatitis B. Surabaya: Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya James.,Tim Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta: Sprita Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Price.,Wilson. 2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jakarta: EGC. Suryani.U., Setiawaty.V. 2015. Metode Nucleic Acid Test untuk Uji Saring Virus Hepatitis B pada Darah Donor dengan Hepatitis B Occult. Program Magister Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Indonesia. Tjandrawati.A.2007. Panel Penanda Serologis Hepatitis B. Pekan Ilmiah Tahunan Emas Universitas Padjadjaran.

18

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"