Laporan Hasil Penelitian Seni Budaya.docx

  • Uploaded by: Agung Prabowo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Hasil Penelitian Seni Budaya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,204
  • Pages: 13
LAPORAN HASIL PENELITIAN SENI BUDAYA “TARI GEMA NUSANTARA”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 :

1. AGUNG PRABOWO 2. MIFTAHUL JANNAHTI PUTRI 3. NELSA AMELIA 4. NISA YULANDA 5. RARA NOVELIA

KELAS :

X MIPA 4

GURU PEMBIMBING : MELY SAFITRI S.Pd

KEMENTERIAN AGAMA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL) LUBUKLINGGAU TAHUN AJARAN 2018/2019

TANGGAPAN TERHADAP TARI GEMA NUSANTARA 1. Miftahul Jannahti Putri “Menurut saya, tari gema nusantara sangatlah menarik. Para Penari juga sangat mengutamakan kekompakan diantara mereka. Lagunya merupakan gabungan dari beberapa lagu yang berbeda. Para Penari juga sangat menikmati tarian mereka. Hal tersebut membuat saya sangat tertarik untuk menontonnya.” 2. Nisa Yulanda “Menurut saya, Gerakan tari nusantara sangat praktis dan mudah dipraktekkan. Koreografinya dan pola tariannya cukup sulit dan didalam tarian ini membutuhkan power yang besar saat menari. Dan dari tarian ini ternyata tidak hanya perempuan yang bisa menari,tetapi lelaki juga pandai menari.” 3. Nelsa Amelia “Menurut saya, tarian ini sangat menonjolkan beberapa ciri khas yang mewakili nusantara dan tarian ini indah,namun tegas karena menunjukkan bahwa tarian ini dapat menyatukan berbagai kebudayaan dan memiliki nilai yang unik dan tarian yang menarik.” 4. Rara Novelia “Menurut saya, tarian ini seperti dance tetapi terlalu berlebihan. Tarian ini sangat bagus dan mudah untuk ditiru. Seharusnya harus ditambah sedikit gerakan sinden.” 5. Agung Prabowo “Menurut saya meskipun tari gema nusantara ini merupakan tari kreasi baru, tetapi bisa mengembangkan kesenian di Indonesia, dan mengajarkan beberapa seni yang ada. Selain itu juga, tari gema nusantara ini berkembang pesat di Indonesia.”

KONSEP SENI TARI A. Uraian Materi Pembelajaran

1. 1.1.

Pengetahuan Dasar Seni Tari Pengertian Seni Tari a. Pengertian umum Pengertian tari secara umum adalah gerakan badan sebagai cermin ungkapan jiwa (ekspresi) yang mempunyai irama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian. b. Pengertian seni tari menurut pendapat tokoh-tokoh tari Indonesia. i. B.P.H Soeryodiningrat Tari adalah gerak dari seluruh anggota badan yang selaras dengan bunyi musik (gamelan), diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam menari. ii. Soedarsono Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah. iii. S.D Humardani Tari adalah ungkapan bentuk gerak-gerak ekspresif yang indah dan romantis. iv. Bagong Kussudihardjo Tari adalah keindahan bentuk anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang harmonis. Konsep Seni Tari secara Umum

Seni tari adalah ungkapan ekspresi manusia yang menggunakan media tubuh dalam bentuk gerak yang ritmis dan indah.

1.2 Unsur-unsur Tari Unsur-unsur tari secara umum meliputi gerak (unsur pokok), irama. penghayatan/ekspresi, tema, tata rias, tata busana, tata panggung (tempat/tata ruang), dan tata lampu. Waktu penyajian atau pelaksanaan pertunjukan tari kemudian diakui sebagai salah satu unsur tari pada konsep pengetahuan tari modern karena pelaksanaan pertunjukan tari pada waktu yang berbeda menghasilkan kesan artistik dan ekspresi yang berbeda pula.

a. Fungsi musik pada seni tari  Sebagai pengiring tari  Sebagai penguat suasana  Sebagai ilustrasi untuk memperkuat imajinasi b. Fungsi busana tari  Sebagai pendukung tema atau isi tari  Memperjelas peran, penokohan atau karakter dalam sajian tari c. Fungsi rias tari  Mengubah atau membentuk wajah sesuai peran, karakter, atau tokoh  Memperkuat ekspresi  Menambah daya tarik penampilan d. Fungsi tata lampu, tata cahaya dan tata suara  Memperkuat suasana dan efek dramatik  Memberi daya hidup pada rias busana dan unsur lainnya Pada konsep pengetahuan tari gaya Mataram yang berkembang di Surakarta dan Yogyakarta, unsur tari dikenal dengan istilah wiraga (gerak tubuh), wirama (pola ritme/irama), dan wirasa (penghayatan ekspresi). Namun demikian dalam setiap pertunjukan tari tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur rias, busana, panggung dan sebagainya. Sehingga pada perkembangan berikutnya unsur-unsur artistik seperti rias, busana, dan tata panggung Konsep disebut unsur wirupa.

Unsur-unsur tari gaya Surakarta (Jawa Tengah) yaitu : a. Wiraga : bentuk gerak dan tubuh, keruntutan gerak dan kesinambungan antar gerakan. b. Wirama : irama gerak(ritme), irama musik pengiring. c. Wirasa : ekspresi/penghayatan (karakter atau rasa gerak), arti dan tujuan gerak tari. d. Wirupa : tata rias, tata busana, tata panggung, tata lampu

1.3 Jenis-jenis Tari Seni tari berdasarkan jenisnya dapat digolongkan berdasarkan tema, fungsi, pola garapan, penyajian, dan gender.

a. Tema i. Tari heroik (kepahlawanan/keprajuritan), contohnya : Tari Prawiro Watang, Tari Bondoyudo, Tari EkoPrawiro (dari Surakarta).

ii.

Tari erotik (pergaulan, percintaan), contohnya : Tari Karonsih, Tari Driasmara (dari Surakarta), Tari Tayub (dari Blora). iii. Tari imitatif atau pantomim (menirukan sesuatu), contohnya : Tari Merak Subal, Tari Batik, Tari Kukilo, Tari Bondan Tani (dari Surakarta). b. Fungsi i. Tari ritual, yaitu tari yang berfungsi sebagai bagian pendukung kegiatan keagamaan atau upacara adat. Contohnya : Tari Bedaya Ketawang dalam upacara ulang tahun kenaikan tahta raja di Kraton Kasunanan Surakarta, Srimpi Anglir Mendung dalam upacara meminta hujan di Kraton Surakarta, Kuda Lumping dalam upacara bersih desa di beberapa kota di Jawa Tengah. ii. Tari hiburan, yaitu pertunjukan tari yang berfungsi untuk hiburan atau tontonan, contohnya : Tari Golek, Tari Retno Pamudyo, Tari Karonsih (dari Surakarta). iii. Tari pergaulan, yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana sosialisasi atau pergaulan. Contohnya Tari Tayub dari Blora. iv. Tari pertunjukan, yaitu jenis tari yang diciptakan sebagai sarana apresiasi dengan bobot artistik dan estetika yang tinggi. Contoh :Tari Bedaya Ketawang dari kraton Surakarta, pertunjukan Diponegoro karya Sardono W. Kusumo. c. Pola Garapan i. Tari klasik adalah jenis tari yang berkembang di kalangan istana serta mempunyai unsur artitsik tinggi yang merupakan kristalisasi budaya. Contoh : Tari Bedaya Ketawang dan Tari Srimpi dari Surakarta. ii. Tari rakyat adalah tari yang berkembang di kalangan rakyat dengan ciri sosial/kebersamaan dan bersifat sederhana. Contoh : Kuda Lumping (berkembang menyebar di Jawa Tengah seperti di Kebumen dan Magelang), Ndolalak (dari Purworejo), Lengger (Wonosobo, Banyumas). iii. Tari kreasi baru adalah tari yang disusun dengan berpijak pada tari tradisi. Contoh : Tari Merak, Tari Kukilo, Tari Jaranan (dari Surakarta). iv. Tari Kontemporer yaitu tari yang disusun dari hasil eksplorasi gerak tubuh dan terlepas dari gerak tradisi. Contoh : Koreografi Panji Sepuh karya Sulistyo Tirtokusumo. d. Pola Penyajian i. Tari tunggal adalah jenis tari yang disajikan oleh seorang penari. Contoh : Tari Gambiranom, Tari Klana Topeng (dari Surakarta). ii. Tari pasangan adalah jenis tari yang disajikan oleh 2 orang penari dan gerakannya saling melengkapi. Contoh : Tari Bondoyudo, Tari Adaninggar Kelaswara, Tari Srikandi Mustakaweni, Tari Bambangan Cakil.

iii. Tari kelompok, yaitu jenis tari yang disajikan dalam jumlah tertentu dan gerakannya saling melengkapi. Jumlah penari pada jenis tari klasik di Surakarta biasanya sudah ditentukan. Contoh : Tari Srimpi oleh 4 penari putri, Tari Bedaya oleh 9 penari putri, Tari Lawung Alit oleh 4 penari putra, Lawung Gagah oleh 16 penari putra. iv. Tari massal adalah jenis tari yang disajikan dalam jumlah besar atau kolosal. e. Gender Jenis tari berdasarkan gendernya secara umum dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu tari putri dan tari putra. Pada tari daerah Surakarta berdasarkan gendernya dibedakan menjadi 3 yaitu tari putri, putra alus dan putra gagah. Contoh tari putri : Tari Gambyong, Tari Golek, Tari Srimpi, Tari Bedaya. Contoh tari putra alus : Tari Gambiranom, Tari Panji Kembar. Contoh tari putra gagah : Tari Klana Topeng, Tari Minakjinggo, Tari Eko Prawiro. Konsep

o o o o

Jenis-jenis tari dapat digolongkan berdasarkan tema, fungsi, pola garapan, pola penyajian, dan gender. Secara garis besar tema karya tari dibedakan menjadi tema baku dan tema khusus. Tema baku antara lain berkaitan dengan kebaikan-keburukan atau kejahatan, kepahlawanan atau pengkhianatan, percintaan dan kasih sayang, kebencian dan kemarahan. Tema khusus digunakan pada karya tari yang bertujuan sebagai karya apresiatif.

2. Tari Tunggal Daerah Jawa Tengah (Surakarta) 2.1.

Konsep Dasar Tari Tunggal Gaya Surakarta

Pengertian tari tunggal adalah tari yang disajikan oleh seorang penari. Pengertian ini pada ragam tari daerah Surakarta dimaksudkan untuk menunjuk karya tari yang memang diciptakan sebagai tari tunggal, sehingga tidak lazim jika karya tari tersebut disajikan oleh lebih dari 1 penari. Ciri-ciri tari tunggal daerah Surakarta biasanya menggambarkan karakter tokoh dari cerita Ramayana maupun Mahabarata.

Pengamatan tari tunggal daerah Surakarta secara langsung maupun melalui media audio visual dapat dilakukan berdasarkan pada 3 unsur pokok yakni wiraga, wirama, wirasa, serta unsur pendukung lain seperti aspek wirupa, tema dan fungsi.

Tari gaya Surakarta berakar pada konsep Jogged Mataram sehingga pelaksanaan atau peragaanya harus memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya Joged Mataram adalah ketentuan normatif tari klasik Jawa sejak Kerajaan Mataram Islam yang muncul ketika Sultan Agung menjadi raja melalui Bedaya Ketawang. Kemudian nilai filosofi dalam Joged Mataram diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792) dan berlaku bagi penari dan pelatih tari. Aturan-aturan ini juga diterapkan pada gaya tari Surakarta karena pada hakekatnya gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta berakar pada budaya seni tari yang sama. Perbedaan gaya muncul sebagai akibat terpecahnya kerajaan Mataram menjadi Kasultanan (Yogyakarta) dan Kasunanan (Surakarta), dimana kedua kerajaan mengembangkan budaya tari sesuai tafsir masing-masing. Isi nilai filosofi dalam Joged Mataram adalah sebagai berikut. a. Sawiji: sawiji berarti menyatu atau manungga. Maksudnya adalah focus konsentrasi yang diarahkan pada satu tujuan. Dalam penerapannya seorang penari harus mampu memusatkan pikiran,hati dan tindakan pada karakter tari yang diperankan. b. Greget: greget merupakan kekuatan emosi atau perasaan yang terungkap dalam gerak yang bertujuan mengekspresikan karakteristik peran yang dibawakan. Pelaksanaan greget harus disertai pengendalian diri dalam mengukur ekspresi secara tepat disertai kesadaran artistik. c. Sengguh: sengguh merupakan kepercayaan terhadap diri sendiri yang mengarah pada kemampuan dalam membawakan peran atau mencapai sesuatu yang diinginkan. d. Ora mingkuh: sikap ora mingkuh mempunyai arti pantang mundur dalam menghadapi setiap persoalan. Sikap ini memerlukan kesanggupan, tanggung jawab, keteguhan hati, dan keuletan. Salah satu ketentuan normatif yang paling dasar yang diterapkan di dalam tari Jawa gaya Surakarta adalah hastha sawanda, yaitu 8 ketentuan yang harus dipenuhi sebagai syarat dalam menarikan tari Jawa gaya Surakarta maupun Yogyakarta. Syarat tersebut adalah sebagai berikut. a. Pacak: ukuran dan aturan gerak yang berhubungan dengan watak, sifat, atau jiwa suatu karya tari. b. Pancat: aturan atau pola kesinambungan gerak antar motif gerak dan gerak penghubung sehingga keseluruhan gerak merupakan satu kesatuan. c. Ulat: sikap pandangan mata (polatan) yang menyatu dengan arah muka. Sedangkan tinggi arah pandangan serta ekspresi polatan disesuaikan dengan karakter tokoh atau tarianya. d. Wiled: variasi sekaran atau gaya individu penari dalam membawakan gerak. e. Luwes: sifat selaras dan harmonis yang muncul dari penyatuan anggota tubuh penari dalam menghayati gerak sehingga menimbulkan kesan gerak yang enak dan nyaman.

f. Lulut: penguasaan gerak tari sehingga dapat dilakukan dengan lancar atau mengalir, berkesinambungan, dan runtut. g. Wirama: kemampuan koordinasi gerak dan irama secara tepat. Irama berhubungan dengan irama gerak dan irama musik yang dikuasai penari sebagai satu kesatuan. h. Gending: kemampuan penari memahami rasa, watak, dinamika dan suasana iringan. 2.2.

Contoh Tari Tunggal Daerah Surakarta

Pada dasarnya ragam gaya tari tunggal Surakarta dibedakan menurut gendernya menjadi tari putri. Contoh tari tunggal daerah Surakarta antara lain sebagai berikut. a. Tari tunggal putri :  Tari Retno Pamudyo  Tari Golek b. Tari tunggal putra alus :  Tari Gambiranom  Tari Menak Koncar c. Tari tunggal putra gagah  Tari Klana Topeng  Tari Eko Prawiro  Tari Prawiro Watang  Tari Gatutkaca Gandrung

Gambar 1.1. Gambar salah satu pose gerak pada Tari Retno Pamudyo.

Gambar 1.2. Gambar salah satu pose gerak pada Tari Gatutkaca.

JENIS GERAK DALAM SENI TARI Unsur pokok tari adalah gerak. Pada dasarnya gerak bersumber dari tenaga (energi) yang melibatkan ruang dan waktu. Gerak tari berasal dari proses pengolahan yang telah mengalami penggayaan (stilasi) dan pengubahan (distorsi). Proses ini melahirkan dua jenis gerak dalam tari yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni (pure movement) disebut juga gerak wantah, yaitu gerak yang bertujuan untuk kepentingan artistik atau keindahan sehingga tidak mempunyai arti apapun. Gerak maknawi (gesture) merupakan gerak yang mengandung arti, maksud, atau tujuan tertentu namun telah melalui proses penggayaan atau stilasi sehingga tidak sama persis seperti gerak sehari-hari.

Kesimpulan Fungsi Seni serta tujuannya bisa dibagi menjadi;Fungsi Religi/Keagamaan, Fungsi Pendidikan, Fungsi Komunikasi, Fungsi Rekreasi/Hiburan, Fungsi Artistik, Fungsi Guna (seni terapan), dan Fungsi Kesehatan (terapi). Jenis tari ditinjau dari bentuk penyajiannya terbagi tiga kelompok, yaitu: Tari Tunggal, Tari Berpasangan, dan Tari Kelompok/Massal. Peranan seni tari untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan melalui stimulan individu, social dan komunikasi. Dengan demikian tari dalam memenuhi kebutuhan individu dan social merupakan alat yang digunakan untuk penyampaian ekspresi jiwa dalam kaitannya dengan kepentingan lingkungan. Oleh karena itu tari dapat berperan sebagai pemujaan, sarana

komunikasi, dan pernyataan batin manusia dalam kaitannya dengan ekspresi kehendak. Secara garis besar fungsi tari ada 3 antara lain :tari sebagai upacara , tari sebagai sarana hiburan dan tari sebagai sarana pertunjukkan Dalam sebuah tarian antara tubuh, gerak komposisi tari tidak dapat dipisahkan.Dalam sebuah tarian terdapat unsur-unsur yang membangunnya yakni unsur gerak, tenaga dan waktu. Tari Nusantara adalah tari-tarian yang tumbuh dan terus berkembang sesuai kelompok masyarakat pendukungnya. Tari daerah ini memiliki keunikan gerak, bentuk penyajian, iram musik pengiring, rias dan busana. Keunikan ini di sesuaikan dengan fungsi tari tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Claire Holt. 2002. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Clara Brakel – Papenhuyzen. Tth. Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta dan Peristilahannya. Edi Sedyawati, dkk. 1986. Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Edi Sedyawati, ed. 2002. Indonesian Heritage: Seni Pertunjukan. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta: Grolier Internasional.

I Wayan Dibia, dkk. 2006. Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara. Robby Hidayat. 2005. Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Malang: Banjar Seni Gantar Gumelar. Soedarsono. 1978. Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta. Teguh Wartono. 1989. Pengantar Seni Tari Jawa. Klaten: Intan Pariwara. Tim Abdi Guru. 2004. Kesenian SMP Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Related Documents


More Documents from ""