Laporan Gravity Jay.docx

  • Uploaded by: pelangilaksmita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Gravity Jay.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,022
  • Pages: 31
LAPORAN PRAKTIKUM GEOFISIKA EKSPLORASI METODE GRAVITASI

Disusun Oleh:

Nurjayanti 21100116120037

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK, GEODINAMIKA, DAN GEOFISIKA DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG APRIL 2018

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi, Acara : Gravity yang disusun oleh praktikan bernama Nurjayanti disahkan pada: hari

:

tanggal

:

pukul

:

Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Geofisika Eksplorasi.

Semarang, 06 April 2018

Asisten Acara,

Praktikan,

Resa Komala NIM : 21100115120011

Nurjayanti NIM : 21100116120037

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 

Mengetahui jenis litologi dalam permukaan berdasarkan densitas batuan dengan menggunakan data gravity serta pengolahannya

1.2 Tujuan    

Dapat mengetahui perbedaan litologi berdasarkan densitas yang ada Dapat melakukan perhitungan secara manual pada data serta pengaplikasiannya terhadap software dapat mengetahui nilai densitas dengan menggunakan tabel tellford dapat mengetahui adanya anomali pada lapisan litologi dalam permukaan serta penyebabnya

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 



Praktikum ke-1 Hari, Tanggal : Jumat, 16 Maret 2018 Waktu : 18.30 – 21.00 WIB Tempat : Ruang GS 302, Gedung Pertamina Sukowati Praktikum ke-2 Hari, Tanggal : Jumat, 23 Maret 2018 Waktu : 18.30 – 21.00 WIB Tempat : Ruang GS 302, Gedung Pertamina Sukowati

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Fisiografi regional Jawa Timur dan Madura secara umum dapat dikelompokkan menjadi 4 Zona : Zona Rembang-Madura, Zona Kendeng, Busur Vulkanik saat ini dan zona Pegunungan Selatan (Gambar 2.2). Zona Rembang-Madura

merupakan

punggungan

terlipa

dan

membentuk

anticlinorium memanjang arah barat-timur mulai dari Purwodadi, Jawa Tengah menerus ke daerah Tuban-Surabaya dan berakhir di Pulau Madura. Zona ini ditempati oleh sedimen klastik laut dangkal dan karbonat yang luas. Zona Kendeng merupakan anticlinorium yang memanjang dari Semarang kea rah timur sampai Surabaya. Zona ini pafa umumnya dibentuk oleh endapan vulkanik, batupasir, batulempung dan napal. Busur Vulkanik saat ini menempati bagian tengah Jawa Timur merupakan zona Jajaran gunung api aktif saat ini yang memanjang dari barat-timur dari Gububg Slamet, Sindoro, Merapi, Kelud, Semeru hingga Gunung Ijen

Gambar 2.1 Pulau Madura

Zona Pegunungan Selatan merupakan busur vulkanik Eosen-Miosen yang terdiri atas endapan silisiklastik, vulkaniklastik, batuan karbonat dan vulkanik dengan kemiringan lapisan yang seragam kea rah selatan. Zona ini memanjang dari barat-timur yaitu dari Wonosari, Yogyakarta hingga daerah Blambangan, Jawa Timur. Zona ini umumnya mempunyai topografi yang dibentuk oleh batugamping, vulkanik dan sering dijumpai gejala Karst.

Gambar 2.2 Fisiografi Jawa-Madura

Berdasarkan peta geologi Lembar Waru -Sumenep (Situmorang drr., 1992), daerah penelitian termasuk dari bagian Cekungan Jawa Timur utara. Tataan stratigrafinya dari tua ke muda adalah Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi Pasean, Formasi Madura, Formasi Pamekas-an, dan Aluvium. Kolom stratigrafi beserta litologi tersaji dalam Gambar 2.3. Formasi Tawun secara litologis terdiri atas batulempung, napal, batugamping lempungan de- ngan sisipan orbitoid. Formasi ini berumur Miosen Awal-Tengah dan sedimennya diendapkan pada lingkungan laut agak dangkal (sublitoral) dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Ngrayong yang menindih secara se-laras atas Formasi Tawun merupakan perulangan batupasir kuarsa dengan batugamping orbitoid dan

batulempung. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal (litoral) dengan ketebalan lebih kurang 600 m. Formasi Bulu diendapkan selaras di atas Formasi Ngrayong. Formasi ini disusun oleh batugamping dengan sisipan napal pasiran, berumur Miosen Tengah Atas di lingkungan pengendapan laut dangkal pada zona neritik tengah, dengan ketebalan formasi sekitar 200 meter. Formasi Madura sebagian menindih selaras dan sebagian lagi tidak selaras Formasi Pasean, Formasi Bulu, dan Formasi Ngrayong dan diduga berumur Pliosen, sedangkan di Lembar Tanjung Bumi-Pamekasan dan Lembar Surabaya-Sapulu berumur Miosen Akhir- Pliosen. Formasi Madura terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping dolomitan. Batugamping terumbu bebentuk padat dan permukaannya umumnya berongga, setempat dolomitan. Satuan batuan ini beragam antara batu-gamping kapuran, dibagian bawah batugamping pasiran, batugamping oolit, batugamping hablur dan batugamping dolomitan. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dan tenang dengan ketebalan sekitar 250 m. Formasi Pamekasan menindih tidak selaras Formasi Madura terdiri atas konglomerat, batupasir, batu lempung dan batugamping. Konglomerat bersi-fat kompak, padat, terpilah buruk dengan komponen dasar terdiri atas batugamping foraminifera dan Formasi Madura sebagian menindih selaras dan sebagian lagi tidak selaras Formasi Pasean, Formasi Bulu, dan Formasi Ngrayong dan diduga berumur Pliosen, sedangkan di Lembar Tanjung BumiPamekasan dan Lembar Surabaya-Sapulu berumur Miosen Akhir- Pliosen. Formasi Madura terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping dolomitan. Batugamping terumbu bebentuk padat dan permukaannya umumnya berongga, setempat dolomitan. Satuan batuan ini beragam antara batu-gamping kapuran, dibagian bawah batugamping pasiran, batugamping oolit, batugamping hablur dan batugamping dolomitan. Formasi ini

diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dan tenang dengan ketebalan sekitar 250 m. Formasi Pasean, yang menindih selaras Formasi Bulu, merupakan perselingan napal dengan batugamping lempungan, batugamping pasiran dan batugamping oolit, napal pasiran, berbutir halus sampai sedang, berlapis baik dan mengandung sedikit kuarsa. Formasi ini berumur Miosen Akhir dan diendapkan dalam laut dangkal (inner sublittoral) dengan tebal kurang lebih 600 m. Aluvium disusun oleh material lepas berukuran lempung, pasir, kerikil dan kerakal yang merupakan endapan sungai, pantai dan rawa, berumur Holosen. Satuan ini menindih secara tak selaras formasi yang

lebih tua

lainnya.

Gambar 2.3 Kolom stratigrafi daerah Sumenep ( Situmorang drr., 1992).

Struktur di daerah Madura adalah lipatan dan sesar. Struktur antiklin dan sinklin berarah barat – timur, jurus sesar umumnya berarah barat dayatimur laut dan barat laut-tenggara. Antklin berkembang pada Formasi Ngrayong, Bulu dan Formasi Pasean. Sinklin pada umumnya berkemba pada

Formasi Ngrayong. Sesar yang terdapat di daerah ini adalah sesar naik, sesar geser dan sesar normal, jurus sesar naik berarah barat-timur, jurus sesar geser dan sesar normal berarah barat daya-timur laut dan barat laut-tenggara. Kelurusan pada umumnya searah denganjurus sesar geseran sesar normal (Situmorang. 1992). Daerah prospek geothermal ini terletak di Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur (Madura). Keberadaan potensi panas bumi atau geothermal diindikasikan oleh munculnya sumber mata air panas (hot springs) di desa Lombang. Seperti halnya daerah prospek geothermal Tirtosari Sumenep, tatanan geologi (geological setting) di daerah ini didominasi oleh batuan sedimen dari Formasi Madura dan Formasi Ngrayong yang mana terdiri dari batu gamping terumbu, batu gamping dolomite dan pasir (sandstone) (Situmorang. 1992). Prospek geothermal di desa lombang ini diperirakan merupakan system panas bumi geopressured (geopressured system) yang terasosiasi dengan depresi zona cekungan sedimen yang memanjang dari Jawa Barat ke Jawa Timur, yaitu: Bogor - Serayu Utara – Kendeng – Zona depresi selat Madura (Arifin, 2013).

BAB III ANALISIS DATA Rumus Perhitungan 

Koreksi Drift : ((Grav Reading akhir-Grav Reading awal))/(Tbase AkhirTbase Awal)x(Tpengukuran-Tbase Awal)



Gobs Bacaan : (Greading – Koreksi Drift)



Delta To Base : Gobs Bacaan – Gbase daerah pengukuran



G obs : G absolut + Delta To Base



G Normal (Koreksi Lintang) : 978032,7 x {(1+0,053024 x Sn [Radians lintang]2 } – {(0,000058 sin [Radians(2xLintang)]2}



FAC : - 0,30876 x h (Elevasi)



Anomali FA : Gobs – G Normal + FAC



Density From Parasnis : 𝜌rata-rata batuan : 2,76



BC : 0,0419 x 𝜌 x h (Elevasi)



ABS : Anomali FA – BC



ABL : ABS + Terrain Connection Langkah Pengerjaan

1. Langkah pertama adalah buka data excel yang sudah dikerjakan perhitungannya

2. Buatlah data X, Y dan Z kedalam Kilometer dan 4 angka dibelakang koma, kemudian simpanlah kedalam bentuk excel 97-2003 supaya dapat diinput kedalam surfer 8

3. Buka aplikasi surfer lalu tekan grid data

4. kemudian masukkan data excel yang sudah di save

5. pilihlah pengolahan AB, karena data yang akan diolah adalah data gabungan antara base A dan Base B

6. kemudian lakukan grid data, dan save file nya kedalam bentuk dat

7. setelah itu kemudian terdapat hasil cross validate data

8. langkah selanjutnya adalah membuat kontur dari data grid yang sudah disimpan, tekan map lalu contour map

9. bukalah data grid yang sudah disimpan

9. kemudian akan muncul tampilan contour seperti berikut

10. berilah warna pada kontur, kemudian tampilkan colour scale

11. save hasil contur

12. klik i untuk mengetahui grid geometry, kemudian save dengan menekan tanda save

13. copy hasil grid geometry ke excel

14. bukalah worksheet pada surfer lalu masukkan pada baris pertama judul “TUGAS”, kemudian jarak 2 baris masukkan banyaknya jumlah data yaitu 6900, dilanjutkan dengan memasukkan kode 12030 pada baris ke 4.

15. copy data excel X Y Z ke worksheet

16. tampilan data dari excel ke worksheet

17. save data worksheet dengan format grid dat

18. klik tab lalu ok

19. bukalah aplikasi grablox, kemudian tekan cancel

20. akan muncul tampilan sebagai berikut, kemudian ganti sift nly, menjadi preserve

21. setalah itu masukkan data grid geometry kedalam block model

22. setelah memasukkan data save hasil yang sudah dibuat

23. save hasil grablox dalam bentuk inp

24. bukalah aplikasi grablox kembali, kemudian masukkan data yang sudah disimpan sebelumnya, kemudian ubahlah preserve, lalu file dan read data, masukkan data grid surfer yang sudah disimpan sebelumnya.

25. kemudian masukkan nilai minimal dan maksimal data

26. setelah itu, ubahlah format data menjadi base,normal, dan all. kemudian tekan compute. setelah compute tekan optimize. kemudian ganti base dangan density lalu tekan optimize, ganti density dengan heights lalu tekan optimize, setelah itu ganti heights dengan occam h dan tekan optimize. kemudian setelah selesai, klik x dan save data dalam bentuk inp.

27. bukalah aplikasi bloxer, kemudian masukkan data dari grablox yang sudah disimpan, kemudian akan muncul tampilan seperti berikut

BAB IV INTERPRETASI DATA

Praktikum Geofisika Eksplorasi dengan acra Gravity dilakukan dua minggu, pertemuan pertama pada hari Jumat, 16 Maret 2018 dann pertemuan kedua pada hari Jumat, 23 Maret 2018. dimana pada minggu pertama diajarkan untuk erhitungan manual pada data gravity, kemudian minggu kedua dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software Grablox dan Bloxer. dari hasil yang telah di olah dapat dilihat dari beberapa parameter yang ada, bahwa dapat dilihat densitas suatu batuan berdasarkan warna hasil olahan data. densitas yang besar memiliki warna yang cenderung lebih gelap dibandingkan dengan yang memiliki densitas rendah berwarna agak terang. adapun pembahasannya adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1. Hasil pengolahan data dalam bentuk 3D

Berdasarkan dari hasil data sekunder geologi regional Madura, dapat diketahui litologi yang terdapat pada daerah ini adalah berupa batulempung, napal, batugamping lempungan dengan sisipan orbitoid, perulangan batupasir, batugamping pelat dengan sisipan napal pasiran. perselingan napal, batugamping pasiran, batugamping oolit, napal pasiran, berbutir halus sampai sedang, batugamping terumbu, batugamping dolomitan. konglomerat, Sejak kala Holosen telah terjadi

pegerosian dan terendaan alluvium yang terdiri atas fraksi lepas berukuran lempungkrakal dan pertumbuhan terumbu koral. Dari data yang didapatkan dapat dilihat bagian paling bawah dari data ini berwarna biru yang memiliki densitas paling tinggi sebesar 3.30 diinterpretasikan bahwa litologi dari data ini merupakan basement berupa batuan beku ataupun batuan metamorf yang memiliki densitas lebih tinggi daripada batuan sedimen, berdasarkan klasifikasi density Telford 1990 litologi batuan yang memiliki densitas sebesar

2.97-3.30 merupakan batuan beku yakni basalt,

gabbro, sedangkan untuk batuan metamorf berupa gneiss ataupun eclogite.

Gambar 4.2. Klasifikasi Density Telford 1990

Gambar 4.3. Hasil pengolahan data 2D

Pada daerah penelitian ditunjukkan dengan adanya perlapisan batuan yang menandakan adanya anomali yang sangat jelas, yaitu ditandai dengan adanya perbedaan densitas pada lapisan yang tidak merata, hal ini diindikasikan terjadi karena adanya struktur geologi yang bekerja sehingga air yang berada dalam permukaan mengerosi dan menjadikannya sebuah anomali litologi, hal ini berkaitan dengan adanya struktur-struktur pada daerah Madura. selain itu dengan adanya prospek atau manifestasi air panas yang terjadi yaitu dengan inidikasi adanya geothermal yang mendukung. Daerah prospek geothermal ini terletak di Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur (Madura). Keberadaan potensi panas bumi atau geothermal diindikasikan oleh munculnya sumber mata air panas di desa Lombang. Seperti halnya daerah prospek geothermal Tirtosari Sumenep, tatanan geologi di daerah ini didominasi oleh batuan sedimen dari Formasi Madura dan Formasi Ngrayong yang mana terdiri dari batu gamping terumbu, batu gamping dolomite dan pasir. Prospek geothermal di desa lombang ini diperirakan merupakan system panas bumi geopressured yang terasosiasi dengan depresi zona cekungan sedimen yang memanjang dari Jawa Barat ke Jawa Timur.

BAB V KESIMPULAN

Dapat disimpulkan dari hasil pengolahan data gravity, dimana data yang digunakan adalah data sekunder dan dikorelasikan dengan Geologi Regional daerah Madura, dengan adanya hasil berupa densitas batuan dapat disimpulkan bahwa semakin besar densitas batuannya, warna yang dihasilkan dari pemodelan semakin gelap, dan begitupula sebaliknya, semakin redah densitas tingkat warna pada pemodelan semakin cerah. Kemudian adanya anomali pada perlapisan batuan adalah diinterpretasikan karena adanya struktur geologi pada daerah tersebut sehingga masuknya air panas kedalamnya, dan air panas tersebut bukan dari sistem geotermal, melainkan ada sistem dalam permukaan yang disebabkan oleh batuan sedimen.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Related Documents

Laporan Gravity Jay.docx
November 2019 7
Gravity
May 2020 21
Gravity
April 2020 21
Gravity
November 2019 46
Gravity
May 2020 21

More Documents from ""

4.docx
November 2019 1
4.docx
November 2019 1
Denah.docx
November 2019 2
Denah 2.pdf
November 2019 2
Laporan Gravity Jay.docx
November 2019 7