Laporan Fistum Fiks.docx

  • Uploaded by: intan permata sari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Fistum Fiks.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,329
  • Pages: 23
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Permeabilitas membran sel dan Potensial Osmotik Cairan Sel

Nama Kelompok : Intan Permata Sari (162500011) Rizki Aulia Rahmah (162500012) Adelia Chisa Amanda (162500016)

Prodi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2017-2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Contohmya pada saat kita menyeduh teh celup dalam kemasan kantong, warna dari teh tersebut akan menyebar. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi teh dalam gelas lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi teh yang ada di dalam kantong teh tersebut. Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi. Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi. Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut. Tunbuhan mempunyai membran plasma yang jika dimasukkan dalam larutan dengan konsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu tearlepasnya membran plasma dari dinding sel akibat tekanan osmotik. Pada praktikum kali ini kita akan mencoba mencari pada konsentrasi berapakah sel akan mengalami plasmolisis. Selain itu kita juga akan menghitung tekanan osmotik dari sel tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa dan NaCl terhadap prosentase sel yang terplasmolisis? 2.

Pada konsentrasi larutan sukrosa dan NaCl berapakah yang dapat menyebabkan sel epidermis Rhoe discolor mengalami plasmolisis?

3. Berapakah tekanan osmisis cairan sel epidermis Rhoe discolor tersebut?

1.3 Tujuan 1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa dan NaCl terhadap prosentase sel epidemis Rhoe discolor yang terplasmolisis. 2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa dan NaCl yang menyebabkan sel epidermis Rhoe discolor mengalami plasmolisis. 3. Menentukan tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Permeabilitas Sel, Difusi dan Osmosis Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang lain. Perpindahan molekul-molekul itu dpat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau deficit tekanan difusi yang disingkat dengan DTD (Dwijo, 1985). Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih tinggi ke tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan itu, Agrica (2009) menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap

air

dari

cerek

yang

berdifusi

dalam

udara.

Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini adalah difusi terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga menyebabkan difusi. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2009). Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga

konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi (Anonymous

a,

2009).

Apabila ada dua bejana yang satu berisi air murni dan bejana lain diisi dengan larutan, apabila kedua bejana ini kita hubungkan, lalu diantara kedua bejana diletakkan membran semipermeabel, yaitu membran yang mempu melalukan air (pelarut) dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Pada proses ini air berdifusi ke bejana yang berisi larutan sedangkan larutan terhalang untuk berdifusi ke bejana murni. Proses difusi ini disebut dengan osmosis (Tim Fisiologi

Tumbuhan,

2009).

Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Fetter, 1998). Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica,2009). Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif. Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut: PA = PO + PT Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka nilai PA = PO Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang

ada dalam sel maupun di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis. Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TO sel = 22,4 x M x T 273 Dengan :

TO = Tekanan Osmotik M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis T

= Temperatur mutlak (273 + t°C)

(Tim fisiologi tumbuhan. 2010). Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis (Tim fisiologi tumbuhan. 2009). 2.2 MOLARITAS, MOLALITAS, SATUAN, DAN SATUAN PPM Dalam kegiatan praktikum Fisiologi Tumbuhan, seringkali kita terlibat dengan pembuatan larutan yang memiliki kosentrasi tertentu. Satuan – satuan konsentrasi larutan yang biasanya digunakan dalam kegiatan tersebut adalah Molaritas (M), Molalitas (m), Persen (%), dan Part Per Million(ppm). Molaritas (M), menunjukkan satuan konsentrasi yang mengacu pada besaran mol per liter. Mol itu sendiri mengacu pada satuan gram nper massa atom relative (AR) atau massa molekul relatif (MR). Jadi secara umum, untuk mencari molaritas suatu larutan dapat ditulis rumus umum sebagai berikut

Molalitas, menunjukkan satuan konsentrasi yang mengacu pada besaran mol per 1000 gram air. Mol itu sendiri mengacu pada satuan gram per massa atom relative (AR) atau massa molekul relative (MR). Satuan Persen (%), menunjukkan ssatuan konsentrasi yang mengacu pada perbandingan jumlah berat (gram) zat terlarut dalam 100 gram larutan (w/w). satuan persen ini dapat dinyatakan juga dalam perbandingan jumlah berat (gram) zat terlarut dalam 100 ml larutan (w/v) atau perbandingan jumlah volume zat terlrut dalam 100 ml larutan (v/v). Satuan Part Per Million (ppm), yang artinya seper sejuta bagian. Dibuat dengan cara melarutkan 1 mg zat sampai volumenya mencapai 1 liter/1000 ml liter.

2.3 CARA PENGENCERAN Ada kalanya kita perlu membuat larutan yan memiliki serangkaian konsentrasi, misalnya larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; dan 0,14 M. Untuk membuat larutan tersebut maka kita membuat terlebih dahulu larutan sukrosa 0,28 M sebagai larutan stok. Sedangkan larutan-larutan yang lainnya dapat dibuat dengan menggunakan metode pengenceran. Rumus yang digunakan: M1 X V1 = M2 X V2 Catatan : M= Konsentrasi (atau molalitas, satuan persen, atau satuan ppm) V= Volume (ml) Stok larutan sukrosa 0,28 M. Maka jika kita memerlukan larutan sukrosa 0,26 M sebanyak 200 ml diperoleh dengan cara sebagai berikut : M1 X V1 = M2 X V2 0,28 X V1 = 0,26 X 200

V1 = (0,26 X 200):0,28 V1 = 185,7 Maka kita ambil larutan sukrosa 0,28 M sebanyak 185,7 ml kemudian ditambah aquades sampai volumenya 200 ml. Untuk membuat sukrosa 0,24 M sebanyak 200 ml dari larutan sukrosa 0,28 M diperoleh dengan cara sebagai berikut: M1 X V1 = M2 X V2 0,28 X V1 = 0,24 X 200 V1 = (0,24 X 200):0,28 V1 = 171,4 Maka kita ambil larutan sukrosa 0,24 M sebanyak 171,4 ml kemudian ditambah aquades sampai volumenya 200 ml. Untuk membuat larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,22 dan seterusnya, dilakukan cara yang sama seperti diatas.

2.4 SEL Sel adalah unit terkecil dasar suatu organisme. Pada organisme multisel, sel tidak semata-mata mengelompok, tetapi dihubungkan dan dikoordinasikan dalam satu keseluruhan yang harmonis. 2.4.1 Sejarah Sel Sel berasal dari istilah cellula yang pertama kali digunakan oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Hooke memberikan istilah ini untuk ruang kecil yang dibatasi oleh dinding yang dilihatnya pada sel gabus. Senyawa dalam sel yaitu protoplasma, ditemukan beberapa saat sesudahnya. Pada tahun 1880, Hanstein menggunakan istilah protoplas untuk menyebut unit protoplasma yang terdapatdi dalam sel. Pada tahun 1831, Robert Brown menemukan inti di dalam sel epidermis

tumbuhan anggrek. Pada tahun 1846, Hugo von Mohl membedakan antara protoplasma dalam cairan sel. Pada tahun 1862, Kolliker memperkenalkan istilah cytoplasma.

2.4.2 Struktur Sel

Berdasarkan organisasi internalnya, sel dapat dibedakan menjadi prokariot dan eukariot. Disebut prokariot jika inti selnya tidak dibatasi selaput (tidak mempunyai membran inti), disebut eukariot jika sudah mempunyai membran inti (selaput inti). Komponen utama dalam sel tumbuhan adalah dinding sel, sitoplasma dan inti. Di dalam sitoplasma terdapat retikilum endoplasma, badan golgi, mitokondria, plastida, badan mikro, ribosom, sperosom, mikrotubula, vakuola dan benda ergastis. Dinding Sel Adanya dinding pada sel tumbuhan merupakan ciri penting yang membedakannya dengan sel hewan. Dinding sel ditemukan pada abad ke-17 sebelum ditemukan protoplas. Jaringan tepi dinding sel berisi bahan yang melindungi sel dibawahnya dari kekeringan. Dinding sel berfungsi sebagai penyokong mekanis organ tumbuhan, khususnya pada dinding tebal. Dinding sel mempengaruhi metabolisme penting jaringan tumbuhan, seperti penyerapan, transpirasi, translokasi, dan sekresi. Bahan utama dinding sel adalah selulosa, yaitu polisakarida dengan formula empiris (C6H10O5)n. Molekul ini merupakan rantai glukosa yang panjangnya mencapai 4mm. Sitoplasma Sitoplasma merupakan bagian dari protoplas. Secara fisik, sitoplasma merupakan senyawa yang liat, dan agak bening jika terkena sinar yang dapat dilihat. Secara kimia, struktur sitoplasma sangat rumit dan komponen utamanya terdiri atas 85-90% air. Aliran sitoplasma sering kali dapat dilihat dengan mikroskop cahaya pada sel hidup. Antara sitoplasma dan dinding sel di batasi oleh suatu unit selaput yang disebut plasmalema. Nukleus (inti sel) Di dalam nukleus terdapat:

Nukleolus (anak inti) yang berfungsi mensintesis berbagai macam molekul RNA yang digunakan dalam perakitan ribosom. Nukleoplasma (cairan inti), merupakan zat yang tersusun dari protein Butiran kromatin terdapat di nukleoplasma, tampak jelas jika sel tidak membelah, sedangkan pada saat sel membelah butir seperti benang disebut kromosom. Retikulum Endoplasma RE merupakan labirin membran didalam sitoplasma yang saling berhubungan. Labirin berrongga berfungsi untuk membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian lainnya. Terdapat dua daerah RE yang struktur dan fungsinya berbeda jelas, sekalipun tersambung: RE halus dan RE kasar. RE halus tidak ditempeli ribosom sehingga permukaanya halus. RE halus memiliki enzim-enzim pada permukaannya. RE kasar kebalikannya. Fungsi RE halus : Dalam proses metabolism, termasuk sintesis lipid, metabolism karbohidrat, dan menawarkan obat dan racun. Badan golgi Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom. Fungsi badan golgi : 1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain. 2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membrane plasma. 3. Membentuk dinding sel tumbuhan

4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom. 5. Tempat untuk memodifikasi protein 6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel 7. Untuk membentuk lisosom pada hewan.

d. Mitokondria Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah "pembangkit tenaga" bagi sel. Plastida Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu : - leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung) - kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten -kromoplast : plastid yang mengandung karoten.

f. Badan Mikro Badan mikro mempunyai diameter 0,5-1,5 µm, dan terdapat di sitoplasma berbagai jaringan. Badan mikro dibatasi oleh suatu selaput tunggal dengan matriks berbutir dab serabut.di dalamnya terdapat berbagai enzim sesuai tipe maupun tempat sel atau jaringan tersebut. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat badan mikro yang di sebut peroksisom. Ribosom

Ribosom terdiri dari nucleoprotein yang tersusun atas rRNA dan protein, ribosom berfungsi sebagai sintetis protein di bawah control DNA yang ada dalam nukleus Sferosom Sferosom merupakan badan lemak yang bulat dan tampak gelap setelah difiksasi dengan osmium tetroksida. Mikrotubula Mikrotubula berbentuk lurus, memanjang, kosong, dan tersusun atas subunit protein membulat (globular). Mikrotubula terdapat di bagian tepi sitoplasma, dekat dengan dinding sel yang masih tumbuh dan tipis, dalam mitosis dan meiosis, dan dalam fragmoplas yang terdapat di dalam sel anak pada waktu telofase. Bagian dari sitoplasma yang mempunyai banyak persamaan dengan mikrotubula adalah plasmalema dan mikroserabut selulosa dalam dinding sel. Vakuola Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.

fungsi vakuola adalah : 1. memelihara tekanan osmotik sel 2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll 3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel

k. Pigmen

Pigmen merupakan molekul khusus yang dapat memunculkan warna. Pigmen mampu menyerap cahaya matahari dengan menyerap dan memantulkannya pada panjang gelombang tertentu. Molekul pigmen yang berbeda akan memantulkan warna tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga menyebabkan reaksi kimia yang berbeda. Beberapa pigmen yang umumnya terdapat pada suatu tanaman dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain klorofil, anthosianin, dan karotenoid yang terdiri dari karoten dan xanthophyl. Hubungan antara pigmen tumbuhan dan fotosintesis diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen senagai antena. Dalam hal ini pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nm) dan merah(650-700 nm) dibandingkan hijau (500-600 nm). Namun demikian klorofil dan pigmen lainnya lebih efektif dalam menyerap energi sinar merah dibandingkan sinar biru. Padahal energi yang dikandung sinar biru dan sinar merah sama-sama efektif dalam mempengaruhi proses fotosintesis. Hal ini dikarenakan setelah eksitasi dengan foton biru, elektron dalam klorofil selalu hancur dengan sangat cepat dengan cara melepaskan bahan. Selain itu sinar biru lebih banyak ditangkap oleh pigmen karotenoid dan flavonoid/anthosianin. Pigmen-pigmen ini merupakan pigmen pelengkap fotosintesis karena radiasi yang diserapnya akan ditransfer ke klorofil sebelum digunakan dalam proses fotosintesis.

Pada prosesnya klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik

yang mengumpulkan cahaya untuk kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reksi tersusun dari klorofil a. energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi dalam fotosintesis. Peningkatan kandungan klorofil b yang pada kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan meningkatkan efisiensi fungsi antenna. BAB III LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM 1:

PERMEABILITAS MEMBRAN SEL

Tujuan Mengapa pengaruh air suling dan larutan NaCL terhadap sel tumbuhan. Alat dan Bahan :

-

Daun tumbuhan Rhoeo discolour

-

Air suling

-

Larutan NaCl 5% dan 10%

-

Mikroskop dan perlengkapannya

Cara Kerja 1. Siapkan beberapa sayatan epidermis Rhoeo discolour pada kaca benda dan usahakan pada bagian yang berwarna. 2. Temukan bebrapa sel dengan menggunakan pembesaran kuat sehingga dapat diidentifikasi bagian-bagian yang ada di daam sel tersebut. Kemuadian gambarlah sel tersebut dan lengkapilah bagian-bagiannya!

3. Rendam beberapa potongan epidermis daun Rhoeo discolour dalam larutan NaCl 5% dan larutan NaCl 10% selama 10 menit. Apa yang terjadi? Rekam juga dalam bentuk gambar!

Jawab : : Terjadi perubahan warna pada penampang sel yang terlihat di mikroskop secara makroskopik pun lebih cepat perubahan warna dari ungu menjadi putih transparan dan pada konsentrasi larutan 10% lebih cepat terjadi perubahan dibanding pada konsentrasi 5%.

Gambar :

(a)

(b)

Gambar sel epidermis daun Rhoeo discolour dalam larutan NaCl 5% (a) dan larutan NaCl 10% (b) 4. Kemukakan beberapa alternative yang dapat menjelaskan terhadap hasil observasi tersebut! Jawab : Suatu sel dapat mengalami plasmolisis jika berada dalam larutan yang konsentrasinya lebih tinggi dari konsentrasi larutan cairan di dalam sel. Perbedaan tersebut akan memacu perpindahan air dari dalam cairan sel ke luar sel, dan jika proses berlanjut akan menyebabkan terlepasnya membran se dari dinding sel, yang lebih dikenala dengan proses plasmolisis. 5. Segera setelah dilakukan pengamatan terhadap potongan-potongan epidermis daun Rhoeo discolour, rendamlah potongan-potongan tersebut dalam air suling selama 10 menit. A pa yang terjadi? Rekam juga dalam bentuk gambar! Jawab :

6. Kemukakan beberapa alternative yang dapat menjelaskan terhadap hasil observasi tersebut. Jawab : Didalam proses osmosis, disamping komponen potensial air komponen lain yang penting adalah potensial osmotik yang lebih menggambarkan tentang status larutan yang dapat dinyatakan dalam satuan konsentrasi, tekanan, atau energi. Selain dua hal tersebut diatas juga ditentukan oleh nilai potensial tekanan, yang ada pada tumbuhan timbul dalam bentuk tekanan turgor.

7. Kesipulan apa yang dapat anda kemukakan dengan kejadian tersebut! Jawab : Daun Rhoe Discolor akan mengalami plasmolysis bila dimasukkan pada larutan Nacl. Semakin tinggi kosentrasi Nacl maka sel terplasmolisis semakin tinggi juga, sedangkan semakin rendah kosentrasi Nacl, maka semakin tinggi juga sel terplasmolisis.

8. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis anda, jawabah pertanyaan berikut ini! a. Mengapa potongan epidermis diusahakan pada bagian daun yang berwarna? Jawab : Karena untuk mepermudah mengetahui sel epidermis terplamolisis/tidak. b. Apa yang menyebabkan bagaian tersebut berwarna ? di bagian mana dari sel warna tersebut? Jawab : Karena mempunyai kandungan atoxianin. Dibagian diding sel. c. Apa yang dimaksud dengan sel yang terplasmolisis dan terdeplasmolisis? Serta bagaimana tanda-tandanya? Jawab : Tanda plasmolisis dapat dilihat dengan adanya pemudaran warna ungu sel Rhoe Discolor yang awalnya memenuh sel tersebut. Sel terplasmolisis yaitu sel yang mengalami peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel karena sel kehilangan air, disebabkan adanya osmosis karena sel berada diingkungsn hipertonik. Terplasmolisis peristiwa mengkeutnya sitoplasma dan lepasnya membrane plasma di dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan kedaam larutan hipertonik.

PRAKTIKUM 2: PENENTUAN POTENSIAL OSMOTIK CAIRAN SEL Tujuan : 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis. 2. Menhitung nilai potensial osmotic cairan sel. Bahan dan alat:  Daun Rhoeo discolour dan Zebrina pendula.

 Larutan sukrosa 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; dan 0,14 M.  Botol vial 7 buah (dapat diganti dengan kaca arloji)  Gelas ukur 10 ml  Air suling Cara kerja: 1. Siapkan bahan dan alat yang dipelukan 2. Buatah label dari angka 1 sampai dengan angka 7, kemudian tempelkan pada botol vial 3. Isilah botol vial 1 dengan larutan sukrosa 0,28 M; botol vial 2 dengan larutan sukrosa 0,26 M; demikian seterusnya sampai botol vial 7 untuk larutan sukrosa berkonsentrasi 0,14 M, masing-masing 5 ml 4. Ambil daun Rhoeo discolour, kemudian sayatlah bagian epidermisnya (usahakan pada

bagian yang berwarna). Cara mendapatkan sayatan epidermisnya dapat ditempuh dengan cara menyobek sebagian daun. 5. Masukkan sayatan-sayatan epidermis daun tersebut pada ketujuh botol vial yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. 6. Setelah 30 menit, amati dengan menggunakan mikroskop sel-sel epidermis tersebut. Hitung jumlah seluruh sel pada satu lapangan pandang mikroskop, jumlah sel yang terplasmolisis, dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya. Buatlah table yang merekam data-data tersebut.

Konsentrasi (M)

Total Pandang

Jumlah terplasmolisis

% plasmolisis

0,24

57

15

26,32%

0,22

54

18

33,3 %

0,20

47

22

46,80%

0,18

37

27

72,98%

0,16

59

31

52,54%

0,14

45

28

62,22%

7. Berdasarkan data pada tabel 1, buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan prosentase sel yang mengalami plasmolisis! Jawab:

Chart Title 70

60 50 40 30 20 10 0 1

:

2

3

4

Konsentrasi (M)

Total Pandang

Jumlah terplasmolisis

% plasmolisis

5

6

8. Berdasarkan grafik yang sudah Anda buat: a. Apa yang dapat Anda ungkapkan tentang pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis? Jawab: Semakin Rendah atau tinggi suatu Konsentrasi Larutan gula pada lingkungan sekitar sayatan kurang berpengaruh pada banyaknya jumlah sel

terplasmolisis. Tapi ini semua bisa terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan hasil dari praktikum dan perolehan literatur berbeda. b. Kemukakan teori pendukung yang dapat menjelaskan peristiwa tersebut! Jawab: Menurut Tjitrosomo (1987) dalam Novi Utami 2011 (on line) , jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel epidermis daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. c. Kesimpulan apa yang dapat Anda kemukakan tentang pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel terplasmilisis? Jawab: Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang berplasmolisis karena konsentrasi larutan semakin pekat dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin sedikit jumlah sel yang tidak berplasmolisis. 9. Berdasarkan grafik yang sudah Anda buat, tentukan konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel mengalami plasmolysis! Bagaimana cara Anda menentukan hal tersebut? Jawab: Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat digunakan dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapa jimlah sel yang mengalami plasmolisis 50%, karena pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. 10. Sekarang hitunglah nilai tekanan osmotic cairan sel epidermis daun Rhoeo discolour!

Jawab:

22,4 M.T_____ TO sel=

273

TO sel = 22,4 x 0,16 x (273+32): 273 =3,584 x 305 ; 273 =4,00 Jadi Tekanan Osmotik pada sel sebesar 4,00

11. Berikan alasan Anda bagaimana cara menghitung nilai tekanan osmoik dan nilai potensial osmotic cairan sel! Jawab: Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat digunakan dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapa jimlah sel yang mengalami plasmolisis 50%

12. Menurut pengetahuan Anda, mengapa kita perlu mencari niali konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis? Jawab: karena pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Plasmolisis adalah lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan akibat sel dimasn pada larutan yang hipertonik. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam. Plasmolisis dapat terjadi apabila sel tumbuhan diletakkan dilingkungan hipertonik (larutan garam) sehingga air akan keluar dari dalam vakuola karena tekanan osmosis, membuat sitoplasmanya mengerut dan membran plasma lepas dari dinding sel. Kondisi sel yang terplasmolisis bisa dikembalikan kesemula dengan memberikan air yang berperan sebagai larutan hipotonik. Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya. Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah sel yang yang tampak pada satu lapang pandang, jika konsentrasi larutan M dan tekanan osmosis yang didapat ialah 6 atm.

DAFTAR PUSTAKA

Aadesanjaya. (2010). Fisiolog Tumbuhan. Tersedia: http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/06/fisiologi-tumbuhan.html [21 Oktober 2018] Anonim (2011). Percobaan polasmolisis. Tersedia : http://war27.blogspot.com/2009/11/percobaan-plasmolisis.html. [21 oktober 2018] Campbell. Biologi edisi ke-5. Jakarta : Erlannga. Dwidjoseputro, D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia. Dwidjoseputro. D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta Estiti B. Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB. Kimball, John W. 1983. BIOLOGI. Jakarta: PT Erlangga. Loveless. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia. Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:ITB Press. Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:ITB Press. Tim fisiologi tumbuhan. 2009. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Tim fisiologi tumbuhan. 2010. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN. Surabaya : Jurusan Biologi FMIPA UNESA. Bidwell. R.G.S.1979. Plant Physiology edition 2. Macmillion Publishing. Co : New York

Related Documents


More Documents from "Mellya Rizki"