Laporan Faal Telinga Kelompok C3.docx

  • Uploaded by: Muhammad Ibnu Nazari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Faal Telinga Kelompok C3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,927
  • Pages: 26
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN MODUL PENGINDERAAN

Disusun oleh : Kelompok C3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2019

BAB 1 TUJUAN 1.1 Tujuan Instruksional Umum a. Memahami mekanisme lokalisasi suara b. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh c.

Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh

d. Memahami dasar-dasar 3 cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan garpu tala (penala) dan interpretasinya 1.2 Tujuan Perilaku Khusus a. Menjelaskan bagaimana proses lokalisasai suara b. Mendemonstrasikan peran mata dan kedudukan kepala dalam mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh c. Menjelaskan peran mata dan kedudukan kepala dalam mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh d. Menjelaskan peran mata dan propriosepsi dalam keseimbangan e. Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan tubuh f. Mendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada krista ampularis dengan menggunakan model kanalis semisirkularis g. Mendemonstrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan tubuh dengan menggunakan kursi Bárány h. Menjelaskan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran i. Menjelaskan gangguan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran j. Mendemonstrasikan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garpu tala k. Mendemonstrasikan gangguan hantaran udara pada pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garpu tala l. Menjelaskan kesimpulan hasil 3 cara pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan menggunakan garpu tala

BAB 2 METODE 2.1 Lokalisasi Binaural Suara (Binaural Localization of Sound) 1. Dengan kedua mata ditutup, OP diminta melokalisasi sumber suara yang dihasilkan dari getaran garpu tala. 2. Garpu tala yang sudah digetarkan diposisikan ke beberapa tempat secara acak (depan,belakang,kiri, dan kanan dari kepala probandus), lalu OP diminta menyebutkan arah suara tersebut. 3. Ulangi prosedur diatas dengan sebelah telinga ditutup. 2.2

Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis dan Model Kanalis

Semisirkularis 1. Instruksikan OP, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30º, berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam sebanyak 10 kali dalam 30 detik. 2. Instruksikan OP untuk berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke depan. 3. Perhatikan apa yang terjadi. 4. Ulangi percobaan nomor 1-3 dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan jarum jam. 5. Pelajari pengaruh berbagai kedudukan kepala terhadap posisi setiap kanalis semisirkularis. 6. Pelajari pengaruh pemutaran terhadap aliran endolimfe dan perubahan posisi krista ampularis. 2.3 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan 1. Instruksikan OP untuk berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus tersebut.

2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup. 3. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan: a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan 2.4 Percobaan dengan Kursi Barany a. Nistagmus 1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. 2. Perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepalanya 30o ke depan. 3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan. 4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba. 5. Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan. 6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan komponen cepat nystagmus tersebut. b. Tes Penyimpangan Penunjukan (Past Pointing Test) 1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dan memejamkan kedua matanya. 2. Pemeriksa berdiri tepat di depan kursi Barany sambil mengulurkan tangan kirinya ke arah OP. 3. Perintahkan OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya. 4. Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkannya kembali sehingga menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan 1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya, sebagai berikut: 5. Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. OP menundukkankepala 30o ke depan. 6. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan. 7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, dan instruksikan OP untuk menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan seperti telah disebutkan di atas (langkah 1 sampai 4).

8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh OP. Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes tersebut sampai OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

c. Tes Jatuh 1. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi! 2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepala dan bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala membentuk sudut 120° dengan sumbu tegak. 3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan. 4. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba. Instruksikan OP untuk menegakkan kembali kepala dan badannya. 5. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu ke mana rasanya ia akan jatuh. 6. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90 ° terhadap posisi normal. b. Memiringkan kepala ke arah bahu kiri sehingga kepala miring 90 ° terhadap posisi normal. c. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60° terhadap posisi normal. 7. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang. d. Kesan (Sensasi) 1. Gunakan OP yang lain. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan saputangan.

2. Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsurangsur pula sampai berhenti. 3. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar: a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah b. sewaktu kecepatan putar menetap c. sewaktu kecepatan putar dikurangi d. segera setelah kursi dihentikan 4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh OP. 2.5 Peran Mata dan Propriosepsi dalam Keseimbangan 1. Dengan kedua mata terbuka, OP diminta untuk berdiri dengan satu kaki kemudian menjaga keseimbangan tubuhnya selama 2 menit. 2. Catat apakah OP dapat mempertahakan posisinya. 3. Ulangi prosedur di atas dengan kedua mata tertutup. 4. Catat berapa lama OP dapat mempertahankan keseimbangannya (dalam detik).

BAB 3 HASIL 3.1 Binaural Locali\ation of Sound Posisi Garpu Tala Depan Belakang Kanan Kiri

Terdengar

Tidak terdengar ✔ ✔

✔ ✔

3.2 Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis dan Model Kanalis Semisirkularis No

Posisi kepala

Letak aliran endolimfe

1

Ditunduk ke depan

Kanalis semisirkularis anterior

2

Menengadah

Kanalis semisirkularis anterior

3

Menggeleng

Kanalis semisirkularis lateral

4

Memiringkan kepala ke kanan & kiri

Kanalis semisirkularis posterior

N

Arah putaran

Arah jalan

o 1

Searah jarum jam

OP miring ke kanan

2

Berlawanan arah jarum jam

OP miring ke kiri

3.3 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan Mata Terbuka Mata Tertutup Kepala dan badan dalam OP bisa mengikuti garis yang OP cenderung berjalan ke sikap biasa ada tanpa kesulitan arah kanan Kepala dimiringkan kuat OP bisa mengikuti garis yang OP bisa mengikuti garis ke kiri ada tanpa kesulitan yang ada tanpa kesulitan Kepala dimiringkan kuat OP bisa mengikuti garis yang OP bisa mengikuti garis ke kanan

ada tanpa kesulitan

yang ada tanpa kesulitan

3.4 Percobaan dengan Kursi Barany a. Nistagmus Didapatkan bola mata bergerak cepat dari kanan ke kiri OP (komponen cepat) dan bola mata OP bergerak lambat dari kiri ke kanan OP setelah dilakukan pemutaran kursi barany yang diduduki OP ke arah kanan OP. b. Past Pointing Test OP dapat menyentuh tangan pemeriksa dengan lurus dan baik.. c. Tes Jatuh Perlakuan

Hasil

Kepala OP ditundukkan 30°

OP cenderung jatuh ke kanan dan OP

Kepala OP dimiringkan 90° ke arah bahu

merasa ke arah kiri OP cenderung jatuh ke kanan dan OP

kanan Kepala OP dimiringkan 90° ke arah bahu

merasa ke arah kiri OP cenderung jatuh ke kanan dan OP

kiri Kepala OP menengadah ke arah belakang

merasa ke arah kiri OP cenderung jatuh ke kiri dan OP merasa ke arah kiri

d. Kesan (Sensasi) Perlakuan

Hasil

Kecepatan putar bertambah Kecepatan putar menetap

OP merasa arah putarannya ke kiri OP tidak bisa membedakan arah putaran

Kecepatan putar diperlambat

(kiri-kanan) OP tidak bisa membedakan arah putaran

Putaran dihentikan

(kanan-kiri) OP merasa ara putarannya ke kiri

3.5 Peran Mata dan Propriosepsi dalam Keseimbangan a. Buka Mata - 6s = Agak oleng ke kiri - 38s = Agak oleng - 52s = Kaki tumpu agak getar b. Tutup Mata - 7s = Bergeser tumpuan, sangat goyang - 24s = Oleng tidak beraturan - 40s = Oleng ke kiri - 58s = Kaki tumpuan bergetar

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Binaural Localization of Sound Lokalisasi suara adalah proses penentuan lokasi sumber suara. Otak menggunakan perbedaan halus dalam intensitas, spektrum, dan isyarat waktu untuk memungkinkan kita untuk melokalisasi sumber suara. Lokalisasi dapat digambarkan dalam posisi tiga dimensi : Azimut atau sudut horisontal, elevasi atau sudut vertikal , dan jarak (untuk suara statis) atau kecepatan (untuk memindahkan suara). Azimut suara ditandai dari perbedaan waktu kedatangan antara telinga, dengan amplitudo relatif dari suara frekuensi tinggi (efek bayangan), dan pada refleksi spektral asimetris dari berbagai bagian tubuh kita, termasuk tubuh, bahu, dan pinnae.1 Pada percobaan, OP dapat melokalisasi sumber bunyi yang diarahkan ke kanan dan kiri kepala OP dengan tepat, namun tidak dapat menentukan arah suara ketika suara ditimbulkan dari depan ataupun belakang. Untuk membedakan bunyi pada bagian depan ataupun belakang memang cukup sulit. 2 Selain itu, faktor lokasi dilaksanakannya percobaan yang bising juga diduga menggangu konsentrasi OP sehingga tidak dapat melokalisasi bunyi dengan tepat. 4.2 Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis dan Model Kanalis Semisirkularis

Gambar 1.Tulang labirin Ada tiga bentuk kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, kanalis semisirkularis lateral, dan kanalis semisirkularis inferior. Kanalis semisirkularis lateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus dengan kanalis semisirkularis lateral dan satu sama lain.3 Akselerasi atau deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis karena susunan tiga dimensinya. Sewaktu Anda mulai menggerakkan kepala Anda, kanal tulang dan sel-sel rambut yang terbenam di dalam kupula bergerak bersama kepala Anda. Namun, pada awalnya cairan di dalam kanalis, karena tidak melekat ke tengkorak Anda, tidak bergerak searah dengan rotasi tetapi tertinggal di belakang akibat adanya inersia. (Karena inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang sedang bergerak akan terus bergerak ke arah yang sama kecuali benda tersebut mendapat gaya luar yang menyebabkan perubahan.) Ketika endolimfe tertinggal di belakang sewaktu Anda mulai memutar kepala Anda, cairan dalam bidang yang sama dengan arah gerakan pada hakikatnya bergeser dalam arah berlawanan dengan gerakan (serupa dengan tubuh Anda yang miring kekanan ketika mobil yang Anda kendarai mendadak berbelok ke kiri).

Gambar 2. Struktur dan aktivitas vestibular Gerakan cairan ini menyebabkan kupula miring dalam arah berlawanan dengan gerakan kepala Anda, menekuk rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Iika gerakan kepala Anda berlanjut dengan kecepatan dan arah yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala Anda sehingga rambut-rambut tersebut kembali ke posisinya yang tidak melengkung. Ketika kepala Anda melambat dan berhenti, terjadi situasi yang sebaliknya. Endolimfe sesaat melanjutkan gerakan ke arah rotasi sementara kepala Anda melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambutrambutnya secara transien melengkung ke arah putaran sebelumnya, yaitu berlawanan dengan arah lengkung mereka sewaktu akselerasi. Ketika cairan secara perlahan berhenti, rambutrambut menjadi lurus kembali. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasional (akselerasi atau deselerasi rotasional) kepala Anda. Endolimfe ataupun rambut-rambut sensorik tidak berespon ketika kepala Anda tidak bergerak atau ketika berputar dalam lingkaran dengan kecepatan tetap.4 Bila posisi kepala ke ditundukan ke depan dan menengadah maka aliran endolimfe akan masuk ke kanalis semisirkularis anterior. Sewaktu kepala di gelengkan ke kanan dan ke kiri maka aliran endolimfe masuk ke kanalis semisirkularis lateral karena arah

horizontal, sedangkan saat kepala dimiringkan ke kanan dan ke kiri maka aliran endolimfe akan mengisi kanalis semisirkularis posterior. Berdasarkan teori dan gambar 2 diatas ketika gerakan rotasi kepala dilakukan secara mendadak maka arah aliran endolimfe bergerak berlawanan dengan arah gerakan kepala akibat adanya inersi. Hal ini juga menyebabkan menekuknya rambut-rambut sensorik di krista ampula. Namun, apabila pergerakan kepala dalam kecepatan konstan maka aliran endolimfe akan sama dengan arah pergerakan kepala dan krista ampula akan pada posisi sama. Sedang pada keadaan pergerakan kepala yang tiba-tiba diperlambat (dihentikan) krista ampula akan melengkung ke arah berlawanan dengan arah peregerakan kepala sebelumnya. Pembahasan pertanyaan 

Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 30o ke depan? Tujuan tindakan penundukan kepala OP 30o ke depan agar endolimfe mengisi

kanalis semisirkularis anterior. 

Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan lurus ke depan setelah berputar 10 kali searah jarum jam? Saat OP berjalan mengelilingi tiang sebagai porosnya dengan mata tertutup, terjadi pengisian endolimfe ke kanalis semisirkularis lateral karena pada bidang horizontal.



Bagaimana penjelasannya? OP melakukan putaran searah jarum jam (kanan) dengan poros tiang, sehingga endolimfe mengisi kanalis semisirkularis lateral yang terletak pada bidang horizontal. Putaran dengan kecepatan dan arah yang konstan tersebut membuat endolimfe menyusul dan menyamakan arah alirannya ke kanan. Namun, setelah OP berputar 10 kali dan berhenti melakukan putaran (berhenti mendadak)

maka arah aliran

endolimfe dan rambut-rambut sensorik yang masih melengkung ke arah kanan seolah-olah

melawan

pergerakan

kepala

(diam).

Rambut-rambut

sensorik

membentuk sinaps kimiawi dengan ujung terminal neuron aferen yang aksonya menyatu dengan akson struktur vestibular. Hal inilah yang menyebabkan OP akan berjalan miring ke arah kanan.4

4.3 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan4,5,6 Posisi kepala dalam suatu ruangan dapat diketahui otak melalui sensitivitas arah sel rambut. Apabila stereosilia membengkok ke arah kinosilium, perjalanan impuls meningkat. Namun, apabila stereosilia membengkok menjauhi kinosilium akan menurunkan perjalanan impuls, seringkali mematikan seluruhnya. Oleh karena itu, ketika orientasi kepala dalam hal ini berubah dan berat statokonia akan membengkokkan silia dalam arah dorongan gravitasi dan sinyal-sinyal yang sesuai akan dihantarkan ke otak untuk mengatur keseimbangan. Misalnya di praktikum ini, kepala dimiringkan ke kiri dan ke kanan, maka beberapa sel rambut akan terangsang dan otak dapat mengetahui tentang posisi kepala dalam ruangan. Selain ditentukan oleh sensitivitas arah sel rambut, juga ditentukan oleh kanalis semisirkularis. Ada 3 kanalis semisirkularis, yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral (horizontal). Pada ujung akhir setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut ampula, dan kanalis serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Setiap ampula terdapat tonjolan kecil yang disebut krista ampularis. Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa, yang disebut kupula. Bila kepala seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan di dalam satu atau lebih kanalis semisirkularis akan mempertahankan endolimfe akibat efek inersianya, untuk tetap tak bergerak sementara kanalis semisirkularis berputar searah dengan kepala. Hal ini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis menuju ampula, membengkokkan kupula ke satu sisi. Putaran kepala dalam arah berlawanan menyebabkan kupula membengkok ke sisi yang berlawanan. Ke dalam kupula terdapat ratusan penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak di puncak krista ampularis. Kinosilia sel-sel rambut ini semuanya berorientasi ke arah sisi yang sama dengan kupula. Pembengkokan kupula ke arah tersebut menyebabkan depolarisasi sel-sel rambut, sedangkan pembengkokan ke arah berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi sel-sel rambut. Kemudian, dari sel-sel rambut, sinyal dikirimkan melalui nervus vestibularis untuk memberitahu otak mengenai perubahan perputaran kepala dan kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan

Selain itu, juga ada faktor lain yang berhubungan dengan keseimbangan yaitu proprioseptor leher. Informasi yang dikirimkan oleh reseptor-reseptor persendian di leher penting untuk menjaga keseimbangan. Misalnya bila kepala condong ke salah satu sisi akibat menekuknya leher, impuls yang berasal dan proprioseptor leher dapat mencegah sinyal yang terbentuk di dalam apparatus vestibular mencetuskan rasa ketidakseimbangan pada seseorang. Dengan kata lain, sinyal yang berlawanan dengan sinyal yang dikirimkan dari apparatus vestibular. Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen apparatus vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nucleus vestibularis yang dintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk mempertahankan keseimbangan dan eksternal sehingga mata terfiksasi ke satu titik, meskipun kepala bergerak, mempersepsikan gerakan dan orientasi. Pada OP, saat mata terbuka dapat berjalan dengan baik pada kondisi mata terbuka. Ini berarti pergerakan bola mata yang baik untuk memfokuskan lapang pandang saat mata terbuka. Saat mata tertutup, pasien mulai cenderung ke kanan dikarenakan tidak adanya pemasukan impuls dari mata untuk memvisualisasi dan memfiksasi ke satu titik sehingga pasien sulit menyeimbangkan badannya. Pembahasan Pertanyaan 

Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan? Pengaruh sikap kepala berpengaruh terutama pada pertahanan keseimbangan di telinga

dalam. Bila kepala seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan di dalam satu atau lebih kanalis semisirkularis akan mempertahankan endolimfe akibat efek inersianya, untuk tetap tak bergerak sementara kanalis semisirkularis berputar searah dengan kepala. Hal ini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis menuju ampula, membengkokkan kupula ke satu sisi sehingga keseimbangan terjaga. Karena nukleus vestibular mengintegrasikan impuls dari reseptor vestibular, visual, dan somatik yang kemudian mengirimkannya ke: 1. N. III, IV, dan VI yang mengontrol pergerakan mata untuk membantu memfokuskan lapang pandang saat kepala akselerasi. Dengan begitu, perlunya mata yang terbuka untuk menjaga keseimbangan. Mata tertutup akan sulit untuk mempertahankan keseimbangan.

2. N.XI untuk membantu mengontrol pergerakan kepala dan leher dalam menjaga equilibrium. Dengan mengontrol pergerakan leher, maka akan ada impuls dari proprioseptif leher yang mencegah sinyal yang terbentuk di dalam apparatus vestibular mencetuskan rasa ketidakseimbangan pada seseorang. 4.4 Percobaan dengan Kursi Barany a. Nistagmus7 Pada praktikum ini OP diputarkan di atas kursi barany searah dengan jarum jam (ke kanan) dengan mata ditutup dan kepala ditundukan 30 o sebanyak 10 kali kemudian putaran diberhentikan. Saat putaran diberhentikan, terjadi nistagmus horizontal pada mata OP. Nistagmus horizontal adalah nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksis visual. Ketika seseorang dengan mata tertutup dilakukan rotasi angular (contoh: dengan kursi Barani), maka ia dapat menentukan secara akurat arah rotasi pada saat awal pergerakan. Namun setelah periode rotasi mencapai kecepatan konstan, maka ia akan berkata bahwa ia berhenti berputar, ini merupakan adaptasi cepat reseptor di kanalis semisirkularis pada kecepatan konstan. Selama perputaran berlangsung, orang tersebut mengalami nistagmus searah dengan arah rotasi, bola mata berusaha memfiksasi bola mata pada beberapa target. Saat kursi Barany dihentikan secara tiba-tiba, maka orang tersebut akan merasakan sensasi rotasi berlawanan arah dengan yang dialami sebelumnya. Nistagmus yang terjadi pada mata OP dengan gerakan

fase cepat ke kiri

(berlawanan arah

pemutaran) dan fase lambat ke kanan (searah dengan perputaran) ini disebut dengan nistagmus postrotatori yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah berlawanan dengan arah rotasi. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR) yang merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan kepala dengan memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala, sehingga mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual. Pembahasan Pertanyaan 

Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan nistagmus pemutaran dan nistagmus pasca pemutaran?

Nistagmus pemutaran adalah nistagmus yang terjadi pada OP selama pemutaran kursi Barany dan nistagmus yang terjadi searah dengan arah rotasi di mana bola mata berusaha memfiksasi bola mata pada beberapa target. Nistagmus pasca pemutaran adalah nistagmus yang terjadi pada OP setelah pemutaran kursi barany dihentikan dan tampak bola mata bergerak dalam fase cepat dan fase lambat dengan arahnya yang berlawana dengan arah rotasi. b. Past Pointing Test8 Setelah melakukan pemutaran 10 kali dalam 20 detik pada OP di atas kursi barany dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30o kemudian dihentikan tiba-tiba dan dilakukan tes tunjuk pada OP dan didapatkan adanya deviasi, sesekali OP dapat dengan tepat menunjuk ke arah yang dituju seharusnya menurut teori cairan endolimfe masih dalam keadaan berputar kearah kanan hingga kupula membelok kearah kanan pula hal ini menyebabkan dunia seakan-akan bergerak dari arah kirikekanan dan tubuh seakan-akan jatuh kesebelah kiri sehingga OP mengadakan kompensasi jatuh kearah kanan agar tubuh tidak jatuh kearah kiri. Hal ini terlihat saat OP menjulurkan tangan kanannya ke arah pemeriksa, tangan OP jatuh lebih kearah kanannya sehingga OP tidak menyentuh tangan pemeriksa. Namun, dari hasil yang kami dapatkan OP bisa langsung menyentuh jari pemeriksa dan tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini mungkin dikarenakan tidak konsistenya perputaran. Pembahasan Pertanyaan 

Bagaimana penjelasan terjadinya penyimpangan penunjukan ? Penyimpangan penunjukan ke arah kiri yang terjadi setelah OP diputar ke kanan bukan suatu refleks, tetapi merupakan tindakan berdasarkan keinginan. Saat mata OP dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari OP karena sensasi perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh jari tangan dengan tepat.

c. Tes Jatuh4 Pembahasan Pertanyaan 

Apa maksud penundukan kepala OP 120° dari posisi tegak? Pada posisi kepala 120° ke depan, kanalis semisirkularis posterior terletak padabidang horizontal sehingga efek pemutaran terkuat pada kanalis semisirkularis

posterior. Selama perputaran ke kanan, cairan endolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior ikut berputar ke kanan. Pada saat putaran dihentikan tiba-tiba, cairanendolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior yang masih terus berputar ke kanan akan bergerak ke kanan sebagai akibat dari inersia cairan tersebut sementara kanalis semisirkularis tersebut sudah tidak bergerak lagi. Hal ini kemudian menyebabkan timbulnya rangsangan pada reseptor sel rambut pada krista ampularis pada kanalis semisirkularis posterior yang kemudian mengirim sinyal ke nukleus vestibularis.Keadaan ini menimbulkan sensasi yang salah bahwa tubuh jatuh ke kanan. Sensasi yang salah ini akan berusaha dikompensasi oleh tubuh dengan bergerak ke kiri seperti yang terjadi pada OP. Pada posisi kepala miring 90° ke bahu kanan, kanalis semisirkularis anterior dan posterior terletak pada bidang horizontal sehingga efek pemutaran terkuat terjadi pada kedua kanalis semisirkularis tersebut. Selama perputaran ke kanan, cairan endolimfe dalam kedua kanalis semisirkularis tersebut ikut berputar ke kanan. Pada saat putaran dihentikan tiba-tiba dan kepala ditegakkan, cairan endolimfe dalam kanalis semisirkularis anterior dan posterior yang masih terus berputar ke kanan akan bergerak ke depan sebagai akibat dari momen inersia yang bergerak ke depan sedangkan kanalis semisirkularis tersebut sudah tidak bergerak lagi. Hal ini kemudian menyebabkan timbulnya rangsangan pada reseptor sel rambut pada krista ampularis pada kanalis semisirkularis anterior yang kemudian mengirim sinyal ke nucleus vestibularis. Keadaan ini menimbulkan sensasi yang salah bahwa tubuh jatuh kedepan. Sensasi yang salah ini akan berusaha dikompensasi oleh tubuh dengan bergerak ke belakang seperti yang terjadi pada OP. Sebaliknya yang terjadi pada saat OP memiringkan kepala 90° ke bahu kiri adalah OP cenderung jatuh ke depan. Hal ini disebabkan karena cairan endolimfe yang terdapat pada kanalis semisirkularis anterior dan posterior ketika dihentikan mendadak dan kepala ditegakkan, cairan yang awalnya ikut bergerak ke kanan menjadi bergerak ke belakang akibat momen inersianya. Akibatnya memberikan sensasi yang salah dan berusaha dikompensasi tubuh dengan bergerak ke depan.Pada posisi kepala 60° ke belakang, kanalis semisirkularis posterior terletak pada bidang horizontal tetapi dengan posisi yang berkebalikan dengan posisi kanalis semisirkularis posterior pada

posisi kepala 120° ke depan. Rangsangan yang timbul setelah pemutaran dihentikan terjadi sebaliknya karena cairan yang terdapat dalam kanalis semisirkularis bergerak ke kiri sebagai akibat dari momen inersia cairan didalam kanalis semisirkularis yang bergerak ke kiri. Keadaan ini menimbulkan sensasi yang salah bahwa tubuh jatuh ke kiri. Sensasi yang salah ini akan berusaha dikompensasi oleh tubuh dengan bergerak ke kanan seperti yang terjadi pada OP. Agar kanalis semisrkularis posterior sejajar dengan bidang horizontal. sehingga mengalami pemutaran maksimal pada kanalis tersebut. 

Apa maksud tindakan seperti pada langkah #6a dan #6b? Jelaskan!4 Saat pertama kali berputar aliran endolimfe akan mengalir berlawanan arah dengan arah putar sehingga kupula bergerak sesuai dengan arah endolimfe. Dengan demikian OP merasa arah putaran pada saat pertama kali berlawanan arah dengan arah putar sesungguhnya. Bila kecepatan putar menetap sehingga tak ada percepatan yang dihasilkan, kupula akan kembali ke posisi normal sehingga OP merasa tidak ada perputaran yang terjadi. Namun pada OP tetap merasa berputar mungkin dikarenakan kesalahan dalam memutar kursi sehingga tidak terjadi putaran konstan. Saat kecepatan mulai diturunkan (deselerasi) cairan endolimfe akan mengalir searah dengan arah putar sehingga kupula akan melekuk ke arah putar..Kupula membutuhkan waktu sekitar 25-30 detik untuk kembali ke posisi normal setelah melekuk hal ini menjelaskan mengapa OP masih merasa berputar pada saatputaran telah dihentikan. Pada OP persepsi terbalik dengan teori. Kemungkinan terjadi kesalahan interpretasi persepsi arah pada OP. Tindakan ini dimaksudkan agar kanalis semirkularis anterior dan posterior terletak dalam posisi horizontal sehingga mengalami pemutaran maksimal pada kanalis tersebut.

d. Kesan (Sensasi)4 Secara teori, saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP akan merasa tidak berputar. Dan saat kursi dihentikan,

kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri, sehingga OP akan merasa berputar ke kiri. 4.5 Peran Mata dan Propiosepsi Dalam Keseimbangan9 Komponen pengatur keseimbangan yaitu sistem informasi sensoris dapat visual, respon otot otot postural yang sinergis, kekuatan otot, sistem adaptif, lingkup gerak sendi. Sistem informasi sensoris terbagi menjadi tiga yaitu sistem vestibular, maupun somatosensoris. Kanalis semi sirkularis dari apparatus vestibuli berperan dalam gerak rotasi.

Tiga kanal yang berisi cairan terletak tegak satu sama lain. Oleh karena itu, gerak rotasi kepala ke jurusan manapun akan merangsang setidaknya salah satu kanal. Di setiap ujung masing-masing kanal terdapat organ indra transduksi mekano elektrik, yang disebut ampulla. Seperti makula, setiap ampula berisi sel rambut dengan struktur silia yang sama, dikelilingi lapisan gelatin yang disebut kupula. Kapula menyilang lumen kanal ke dinding kanal lainnya.

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala, seperti berjungkir balik, memutar kepala atau berhenti memutar. Terdapat tiga kanalis semi sirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang yang saling tegak lurus. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula. Rambut-rambut terbenam pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai kupula. Kupula menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat bergoyang sesuai dengan arah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepalake segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe.

Pergerakan endolimfe dapat terjadi pada satu kanalis karena adanya perbedaan dimensi pada ketiga kanalis tersebut. Pada saat kepala mulai bergerak, cairan dalam kanalis, yang mula-mula diam tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah rotasi tetapi tertinggal di belakang karena adanya kelembaman suatu benda akan tetap diam atau tetap bergerak kecuali ada gerakan dari luar yang bekerja padanya. Inilah yang menyebabkan probandus akan terjatuh/ tidak seimbang ke arah yang berlawanan, karena diputar ke arah kanan, maka probandus akan jatuh ke arah kiri.

Hubungan antara kanal setengah lingkaran dan otot mata. Diagram atas adalah representasi skematis frontal dari enam kanal, menunjukkan arah rotasi kepala dan kanal yang distimulasi. (Kanal dan otot yang menghitam dirangsang. Kanal dan otot yang putus-putus dihambat.) VOR (Vestibular Ocular Reflex) merespons terlalu cepat untuk memanfaatkan umpan balik visual untuk memeriksa akurasinya. Namun itu sangat akurat. Ketepatan ini dihasilkan dari kalibrasi jangka panjang atau adaptasi terhadap kondisi yang mengubah hubungan antara rotasi kepala dan kecepatan yang dihasilkan dari gambar retina. Perubahan dihasilkan dengan lensa kacamata atau anomali yang memengaruhi transduser mekanis di kanal. Adaptasi dilakukan selama stimulasi visual ketika kesalahan atau slip retina residual dapat dideteksi. Kesalahan visual ini dikirim ke otak kecil bersama dengan langkah-langkah gerakan mata yang dirasakan yang disebut salinan efference. Diambil bersama-sama gerakan gambar retina dan gerakan mata indera memberi kita rasa gerakan target di ruang angkasa. Kami membutuhkan informasi ini jika kami ingin mengikuti target bergerak dengan mata kami. Awalnya mata itu diam dan target bergerak. Mata merasakan gerakan dari gambar retina dan mulai mengikuti. Berikut ini menstabilkan gambar retina di fovea. Apa yang membuat mata mengikuti target begitu stabilisasi

ini telah ditetapkan dan tidak ada lagi slip retina? Stimulus adalah gerakan sasaran yang dirasakan yang berasal dari indera mata kita. Adaptasi VOR terjadi dengan mengubah indera mata kita. Jika kita menginginkan VOR yang lebih cepat, kita melebih-lebihkan kecepatan pergerakan indera mata kita dan ini menghasilkan kecepatan stimulus yang lebih tinggi untuk mendorong refleks berikut. Modifikasi ini terjadi pada nuklei vestibular dan interaksinya dengan flocculus. VOR sangat plastis sehingga bahkan dapat merespon lensa pembesar dan membalik prisma. Anda yang mengenakan kacamata harus melihat ke seberang ruangan dan menggelengkan kepala secara horizontal. Ketika Anda melakukan ini, dunia akan tampak stabil. Sekarang lakukan hal yang sama dengan kacamata Anda. Jika Anda seorang myope Anda terbiasa melihat melalui lensa minifying dan VOR Anda berkurang. Tanpa kacamata Anda, dunia tampak bergerak ke arah yang berlawanan dengan kepala Anda. Jika Anda hyperope, lensa plus Anda telah memperbesar gambar retina dan meningkatkan amplitudo VOR Anda. Tanpa kacamata Anda, dunia tampak bergerak ke arah yang sama dengan kepala Anda. Dalam sebuah eksperimen ekstrem, Stratton, pendiri Departemen Psikologi Berkeley, mengenakan 180 derajat prisma pembalik dalam bentuk teleskop astronom selama dua minggu. Setelah periode itu, VORnya terbalik sehingga ketika kepalanya berputar ke kanan, matanya juga berubah. Ini adalah sistem yang sangat luar biasa. VORnya terbalik sehingga ketika kepalanya berputar ke kanan, matanya juga melakukannya. Ini adalah sistem yang sangat luar biasa. VORnya terbalik sehingga ketika kepalanya berputar ke kanan, matanya juga melakukannya. Ini adalah sistem yang sangat luar biasa.

BAB 5 KESIMPULAN 1. Lokalisasi bunyi dapat digambarkan dalam posisi tiga dimensi : Azimut atau sudut horisontal, elevasi atau sudut vertikal , dan jarak (untuk suara statis) atau kecepatan (untuk memindahkan suara). 2. Aliran endolimfe akan mempengaruhi kesan terhadap arah rotasi yang terjadi.

3. Sikap kepala dan mata mempengaruhi keseimbangan seseorang.

4. Komponen cepat nistagmus pascarotasi berlawanan dengan arah rotasi sedangkan komponen lambat searah dengan rotasi.

DAFTAR PUSTAKA 1. T. Gustafsson and B.D. Rao. Source Localization in Reverberant Environments: Statistical Analysis. Submitted to IEEE Trans. on Speech and Audio Processing, 2000. 2. Plotnik R. Introduction to Psychology, 7th ed. Australia: Thomson and Woodsworth; 2005. 3. Paulsen, F and Waschke, J. Sobotta Atlas of Human Anatomy, 15th Ed. Germany: Elsevier, 2011.

4. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to System. 9th edition. Philadelphia: Cengage Learning; 2016. 5. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12 th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012. 6. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s Review of Medical Physiology. United States of America: The McGraw-Hill; 2012. 7. Soepardi EA, Iskandar N, dkk. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. 2010: 17-8 8. Marieb EN, Hoehn K. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education, Inc; 2010. 9. Douglas DH. Sensory inputs for image stabilization of optic flow (primarily during locomotion). Indiana Univ Sch Of Optometry; 2004.

LAMPIRAN

Related Documents

Psikologi Faal
December 2019 29
Faal Doc.docx
July 2020 20
Faal Tp.docx
July 2020 19
Laporan Kelompok 3
December 2019 17

More Documents from "Anna Marthea Veronicha"

Laporan Dk6 P4 Indera.docx
October 2019 31
Selawat Nabi
May 2020 29
F(1).txt
November 2019 38
F.txt
November 2019 37