Laporan Praktek Lapang Evaluasi Proyek Perikanan
Fitri Ayu Lestari L24114018 Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat kongrespondensi : Fitri Ayu Lestari Kab. Jeneponto, Sulawesi Selatan Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 082 393 685 507 Email :
[email protected]
PENDAHULUAN Indonesia mempunyai potensi sumber daya laut yang luar biasa yang Jika dikalkulasi dan diolah secara maksimal maka kekayaan laut Indonesia bisa menyumbang pendapatan sebesar US$ 1,2 triliun. Kekayaan laut Indonesia bisa dipetakan dari beberapa sumber, yakni migas, wisata bahari, dan komoditas perikanan. "Dari sektor cadangan migas saja, 70 persen atau sebesar 9,1 miliar barel terdapat di laut (Rykang, 2014). Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat dijabarkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut dan sumberdaya perikanan yang cukup besar dan berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2005, pemanfaatan sumber daya perikanan di perairan Sulawesi Selatan baru mencapai 30% dari potensi lestari. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi perikanan budidaya di Sulawesi Selatan berjumlah maksimal. Kenyataan diatas tidak lepas dari kurangnya sarana dan prasarana pembudidayaan ikan yang ada. Keadaan tersebut umumnya dikarenakan alasan klasik berupa besarnya biaya investasi pengadaan lokasi dan peralatan pembudidyaan ikan yang umumnya masih dikelola oleh kelompok-kelompok nelayan setempat, sehingga menyebabkan kurang maksimalnya pemanfaatan potensi perikanan setempat. Pemerintah terus berupaya mengatasi hal ini, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya rutin memberikan paket bantuan pengadaan binih/benur kepada kelompok-kelompok nelayan namun hal ini kurang terlihat manfaatnya dikarenakan jumlah nya yang terbatas. Menyiasati keadaan tersebut maka para kelompok nelayan melakukan penangkaran binih/benur unggulan yang nantinya dibagikan atau dijual murah kepada nelayan setempat (Tuwo, 2011). Produksi hasil perikanan laut Sulawesi Selatan meningkat, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi ikan, penerimaan devisa dan pasokan bahan baku untuk industri dalam negeri. Walaupun peningkatan produksi ikan diharapkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan, usaha pembangunan harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan sumber daya perikanan dan lingkungan dalam rangka mencapai wawasan lingkungan dan pembangunan perikanan berkelanjutan.
Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah potensial di bidang Kelautan dan Perikanan. Luas wilayah penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39 Ha Produksi perikanan saat ini : Udang : 633,01 ton Bandeng : 1.556,08 ton Cakalang/Tongkol : 260,6 ton Kerapu/Kakap : 744 ton Ikan Merah : 97,02 ton Rumput Laut : 251,07 ton yang sudah diuji coba dan hasilnya sangat baik Peluang bagi investor pada sub sektor Perikanan ini adalah budidaya laut berupa keramba jaring apung rumput laut, penangkapan dan pengolahan hasil laut. Ikan teri hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Barru pada umumnya diolah menjadi ikan teri asin kering, selebihnya dikonsumsi segar. Berdasarkan data data yang diperoleh di lapangan sampai saat ini belum terdapat industri rumah tangga atau UKM yang bergerak dibidang pengembangan dan diversifikasi aneka produk olahan ikan teri. Pengolahan ikan teri menjadi berbagai jenis produk masih sebatas untuk konsumsi rumah tangga dan belum ada yang bersifat komersil. Proses pengolahan ikan teri asin kering adalah sebagai berikut: ikan teri yang diperoleh dari hasil tangkapan sero, bagan dan alat tangkap lainnya dibawa ke darat selanjutnya dicuci lalu direndam dengan air ditambah garam kasar selama ± 4 jam (lama perendaman tergantung pada kadar garam yang digunakan dan diinginkan produsen). Setelah perendaman, ikan teri dicuci hingga bersih dari kotoran dan darah lalu ditiriskan. Selanjutnya ikan teri dijemur di atas para-para (bilah bambu yang dibetuk persegi dan diberi waring/net). Dalam masa penjemuran harus dilakukan pembalikan ikan teri beberapa kali agar kering secara marata. Jika cuaca mendukung, penjemuran bisa berlangsung dalam sehari. Jika tingkat kekeringan ikan teri belum optimal, maka pengeringan dilakukukan selama dua hari. Setelah itu dilakukan pengemasan dalam karung plastik dan siap didistribusikan dan dapasarkan (Karim, 2013) Dengan melihat latar belakang diatas maka perlu diadakan praktek lapang evaluasi proyek yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan, bisa dalam bentuk usaha atau proek dan hasil dari penilaiannya merupakan bahan pertimbangan apakah proyek/usaha tersebut layak atau tidak layak. Adapun tujuan pelaksanaan praktek lapang evaluasi proyek perikanan yaitu untuk mengetahui jenis-jenis biaya proyek perikanan dan mengevaluasi
proyek perikanan. Manfaat dilaksanakannya praktek lapang Evaluasi Proyek Perikanan untuk membandingkan materi yang didapatkan dibangku kuliah dengan keadaan di lokasi praktek. Praktek lapang mata kuliah Evaluasi proyek dilaksanakan pada hari tanggal 28 – 30 Oktober 2016, yang berlokasi di Desa Sido Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Metode pengumpulan data pada Praktek lapang mata kuliah Evaluasi Proyek yaitu observasi dan wawancara. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan
keadaan di lokasi
yang terkait dengan tujuan praktek. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi secara langsung kepada pihak terkait dan masyarakat yang berkaitan dengan praktek lapang. Sumber data pada Praktek lapang mata kuliah Evaluasi Proyek yaitu data primer, data sekunder, dan studi pustaka. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui wawancara dan observasi. Data sekunder, merupakan data pelengkap primer, yang diperoleh dari kelurahan setempat yang erat hubungannya dengan data primer. Studi pustaka adalah metode pengambilan data yang diperoleh dari literatur. STUDI LITERATUR Evaluasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluation. Secara umum, pengertian evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh (Husein, 2002). Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk mendapatkan benefit/manfaat dalam jangka waktu
tertentu. Evaluasi proyek
adalah suatu kegiatan yang menilai dan memilih berbagai investasi yang mungkin dikembangkan sesuai dengan kemampuan investasi yang dimiliki. Secara umum pengertian proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalam suatu wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk mencapai
sasaran tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan proyek atau yang juga sering disebut studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Jafar, 2012). Evaluasi proyek adalah kegiatan penilaian dan analisis, apakah suatu kegiatan pekerjaan atau proyek yang dilaksanakan (dilanjutkan) dapat memperoleh kegunaan atau keuntungan dalam suatu waktu tertentu atau dalam waktu yang di rencanakan. Keputusan yang dihasilkan dalam evaluasi proyek adalah Menerima atau menolak seluruh proyek tersebut dan memilih satu atau beberapa proyek yang memungkinkan menghasilkan laba dan sesuai dengan dana yang tersedia. Memilih skala prioritas, dari beberapa proyek yang layak. Manfaat dari proyek ada 3 yaitu yang pertama manfaat secara langsung yang diterima sebagai akibat adanya suatu kegiatan proyek, seperti naiknya nilai produksi dan jasa, kedua : manfaat tidak langsung, dimana manfaat yang timbul sebagai akibat dan bersifat multiplier. Contoh : Pendirian mall, mengakibatkan timbulnya manfaat dari penduduk di sekitar dari adanya mall tersebut, dan ketiga : manfaat tidak kentara yang timbul karena adanya proyek tersebut dan tidak dapat diukur dengan uang. Seperti pemikiran masyarakat yang sudah maju, sebagai akibat timbulnya pusat bisnis di daerah tersebut (Nasir, A, 2012). Berdasarkan definisi evaluasi proyek di atas dapat di simpulkan bahwa evaluasi proyek perikanan adalah suatu kegiatan penilaian dan analisis terhadap proyek/usaha di bidang perikanan (penangkapan, budidaya dan pengolahan), dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut di jalankan dan untuk mengetahui apakah usaha yang di laksanakan dapat memperoleh keuntungan dalam suatu waktu tertentu atau dalam waktu yang di rencanakan. Adapun pengertian evaluasi proyek menurut para ahli antara lain (Umar, 2002) : Menurut Yunanda (2009) pengertian istilah “Evaluasi proyek merupakan kegiatan yang direncanakan untuk menentukan keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan patokan untuk kesimpulan”.
Hikmat (2004:3) bahwa Evaluasi proyek adalah proses menilai pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik untuk meningkatkan kualitas kinerja proyek. Griffin & Nix (1991:3) menyatakan : “Pengukuran, penilaian dan evaluasi hirarki. Evaluasi didahului oleh penilaian (assessment), sedangkan penilaian yang didahului dengan pengukuran.. Suchman (Arikunto dan Jabar,2010:1) memandang bahwa, “evaluasi sebagai proses penentuan hasil yang dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung pencapaian tujuan”. Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar (2010:2) mengatakan bahwa, “evaluasi adalah penggambaran proses, mencari dan memberikan informasi yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan”. Secara umum, prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan studi kelayakan sebagai berikut (Guido, 2013): 1. Aspek Hukum Dalam aspek ini menyangkut masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan dasar hokum yang harus dipegang apabila suatu saat timbul masalah. 2. Aspek Pasar dan Pemasaran Untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Dalam hal ini, untuk menentukan besarnya pasar nyata dan potensi pasar yang ada maka perlu dilakukan riset pasar. Kemudian setelah diketahui pasar nyata dan potensi pasar yang ada barulah disusun strategi pemasarannya. 3. Aspek Keuangan Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan. Selain itu juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek jadi dijalankan. Penelitian ini meliputi seberapa lama investasi yang
ditanamkan akn kembali. Kemudian dari mana saja sumber pembiayaan bisnis tersebut dan bagaimana tingkat suku bunga berlaku, sehingga bila diukur dengan formula penilaian investasi sangat menguntungkan. 4. Aspek Teknis/Operasi Dalam aspek ini yang akan diteliti adalah mengenai lokasi usaha, baik kantor
pusat,
cabang,
pabrik,
atau
gudang.
Kemudian
penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan serta layout ruangan sampai pada uasaha perluasan selanjutnya. Penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, apakah harus dekat dengan pasar, dekat dengan bahan baku, dekat dengan tenaga kerja, dengan pemerintahan, lembaga keuangan, pelabuhan, atau pertimbangan lainnya. Kemudian mengenai penggunaan teknologi apakah padat karya ataukah padat modal. 5. Aspek Manajemen/Organisasi Aspek ini menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang professional. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya. 6. Aspek Ekonomi Sosial Penelitian dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek ini dijalankan. Pengaruh ini terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di pabrik maupun yang bekerja di luar pabrik. Demikian pula dampak sosial yang ada seperti tersedianya sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan,listrik,dll. 7. Aspek Dampak Lingkungan Merupakan analisis yang paling dibutuhkan, karena setiap proyek yang dijalankan aka sangat besar dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap darat, air, laut, dan udara, yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan yang ada di sekitarnya. 8. Aspek Sumberdaya Manusia
Membutuhkan data-data dan asumsi dari aspek teknik danteknologi, pasar dan pemasaran, dan manajemen untuk menentukan jumlah dan spesifikasi tenaga kerja dan program pengembangannya. Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Adapun jenis-jenis biaya di bagi atas 3, yaitu (Poerwanto, 2014): Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya tetap per unit berbanding terbalik secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan atau kapasitas. Semakin tinggi tingkat kegiatan, maka semakin rendah biaya tetap per unit. Semakin rendah tingkat kegiatan, maka semakin tinggi biaya tetap per unit. Dalam hubungannya dengan perilaku biaya. Contoh: Mesin, perahu dan peralatan alat tangkap. Biaya variabel (Variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan atau aktivitas, maka secara proporsional semakin tinggi pula total biaya variabel. Semakin rendah volume kegiatan, maka secara proporsional semakin rendah pula total biaya variabel. Contoh: Konsumsi, bahan bakar dan bahan baku. Biaya Semivariabel (Semivariabel cost/ Mixed Cost) Biaya semivariabel adalah biaya yang mempunyai elemen biaya tetap dan biaya variabel di dalamnya. Elemen biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa sedangkan elemen biaya variabel merupakan bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh volume kegiatan. Biaya semivariabel jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi tingkat perubahannya tidak proporsional atau sebanding. Untuk menilai suatu proyek dalam rangka memperoleh suatu tolok ukur yang mendasar dalam kelayakan investasi, maka telah dikembangkan suatu metode analisis yaitu dengan kriteria investasi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan apakah benefit bersih suatu kesempatan dalam berinvestasi (Pasaribu, 2005).
Dengan demikian suatu kriteria investasi adalah merupakan suatu alat apakah proyek yang akan dilaksanakan Go atau No Go. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut (Pasaribu, 2005): Analisis Payback Peroid Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Karena satuan hasilnya bukan presentase, tetapi satuan waktu. Kalau periode “Payback Period” ini lebih pendek daripada diisyaratkan, maka proyek diakatakan menguntungkan, sedangkan kalau lebih lama proyek ditolak. Kelemahan metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang dan diabaikannya aliran kas setelah periode “Payback” (Pasaribu, 2005). Rumus : 𝑛
PBP = T p – 1 +
𝑛 ─ ─ ⎯∑ B icp⎯ 1 Ι i 𝑖=1 𝑖=1 ─ 𝐵𝑝
∑
Dimana : PBP
= Pay Back Period
Tp-1
= Tahun sebelum terdapat PBP
Ii
= Jumlah investasi telah di diskon
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah di diskon sebelum PBP Bp
= Jumlah benefit pada PBP.
Net Present Value (NPV) Nilai bersih sekarang atau net present value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada Discount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) yaitu menunjukkan kelebihan Benefit (manfaat) dibandingkan dengan Cost (biaya) (Djumran dan Amiluddin, 2013). Apabila evaluasi suatu proyek tertentu telah dinyatakan “Go” maka nilai NPV ≥ 0. Bila NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital, dan bila NPV < 0, maka proyek tersebut “ No Go” atau ditolak artinya, ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek. Contoh perhitungan NPV adalah sebagai berikut (Pasaribu, 2005):
𝑡=𝑛
𝑡=𝑛
Bt − Ct 𝑁𝑃𝑉 = ∑ atau 𝑁𝑃𝑉 = ∑(Bt − Ct)(DF) (1 + 𝑖)𝑡 𝑖=0
𝑖=0
Atau 𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑡=𝑛 𝑖=0 (𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡)(DF) Dimana:
Bt
= Benefit pada tahun ke t
Ct
= Cost pada tahun ke t
DF
= Discount Faktor (bunga yang berlaku)
N
= Waktu umur proyek
Salah satu kekuatan metode NPV sebagai sarana mengevaluasi kelayakanrencana investasi barang modal adalah penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai senyatanya cash flow yang diperoleh pada masa yang akan datang. Dengan demikian akan diperoleh benefitabilitas proyek yang lebih mendekati kenyataan.Sedangkan kekuatan metode evaluasi proyek ini adalah digunakan suku bunga kredit yang dipinjam investor untuk membiayai proyek sebagai faktor pendiskonto (Nasir, A, 2012). Kriteria: NPV > 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C) Net benefit cost ratio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat (Pasaribu, 2005). Contoh perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut: 𝑡=𝑛
𝑡=𝑛
𝐵 Bt − Ct Bt − Ct 𝑁𝑒𝑡 = ∑ /∑ (1 + 𝑖)𝑡 (1 + 𝑖)𝑡 𝐶 𝑖=0 𝐵
atau𝑁𝑒𝑡 𝐶 =
𝑖=0
∑𝑡=𝑛 𝑖=0 (Bt−Ct)(DF) ∑𝑡=𝑛 𝑖=0 (Ct−Bt)(DF)
𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 ∑𝑡=𝑛(𝑁𝑒𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓)(𝐷𝐹)
𝑡=𝑜 atau𝑁𝑒𝑡 𝐵⁄𝐶 = ∑𝑡=𝑛 (𝑁𝑒𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓)(𝐷𝐹) 𝑡=0
𝑡=𝑛
atau𝑁𝑒𝑡 𝐵⁄𝐶 =
∑𝑡=0 𝑁𝑃𝑉 (+) ∑𝑡=𝑛 𝑡=0 𝑁𝑃𝑉 (−)
Dimana: NPV (+)
= Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah positif
NPV (-)
= Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah negatif
Kriteria: Net B/C > 1, maka usaha layak untuk di lanjutkan Net B/C = 1, maka usaha impas Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dikembangkan Gross Benefit Cost Ratio ( GrossB/C) Gross B/C adalah rasio antara jumlah Present Value Benefit (PVB) dengan Present Value Cost (PVC). Perbedaannya dalam perhitungan Net B/C, biaya tiap tahun dikurangkan dari benefit tiap tahun untuk mengetahui benefit netto yang positif dan negatif. Kemudian jumlah present value positif dibandingkan dengan jumlah present value yang negatif. Sebaliknya, dalam perhitungan Gross B/C, pembilang adalah jumlah present value arus benefit (bruto) dan penyebut adalah jumlah present value arus biaya (bruto). Semakin besar Gross B/C, semakin besar perbandingan antara benefit dengan biaya. Artinya proyek relatif semakin layak (Guido, 2013). Adapun perhitungannya sebagai berikut: t=n
t=n
t=0
t=0
Bt Ct 𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝐵⁄𝐶 = ∑ ⁄∑ t (1 + i) (1 + i)t 𝑡=𝑛
atau𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝐵⁄𝐶 = ∑
𝐵𝑡 (𝐷𝐹)
𝑡=0 𝐶𝑡 (𝐷𝐹)
𝑡=𝑛
atau𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝐵⁄𝐶 ∑ 𝑡=0
(𝑃𝑉)(𝐵) (𝑃𝑉)(𝐶)
Kriteria: Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan Jika Gross B/C < 1, maka proyek tdk layak (not go) untuk dilaksanakan Internal Rate of Return (IRR) Oleh karena ada 2 (dua) jenis analisis dalam evaluasi proyek yaitu analisis finansiil dan ekonomis maka penyebutan IRR nya menjadi berbeda pula untuk finansiil proyek disebut Finansiil Internal Rate of Return (FIRR), sedangkan yang
analisis ekonomis adalah Economic Internal Rate of Return (EIRR) (Pasaribu, 2005). IRR ialah untuk mengetahui sebagai alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga keuangan yang membiayai proyek tersebut. Pada dasarnya IRR adalah memperlihatkan bahwa Present Value (PV) Benefit akan sama dengan Present Value (PV) Cost dengan kata lain bahwa IRR tersebut menunjukkan NPV=0 dengan demikian kata lain bahwa IRR, kita harus menaikkan Discount Factor (DF) adalah merupakan Opportunity Cost of Capital (Pasaribu, 2005). Untuk mencari IRR dibutuhkan perhitungan yang berkali-kali oleh karena proses sebenarnya lebih bersifat coba-coba, sebaiknya dapat menggunakan perangkat lunak (software) seperti lotus, excel, dan lain-lain. Adapun prosedur perhitungan IRR sebagai berikut (Pasaribu, 2013): a) Pilihlah nilai Discount Factor (DF) yang dianggap dekat nilai IRR nya yang benar, lalu dihitung NPV dari pada arus benefit dan biaya. b) Apabila hasil NPV negative (-), hal itu berarti bahwa nilai coba-coba tersebut terlalu tinggi, sehingga dicoba lagi DF yang lebih mudah. c) Jika sebaliknya hasil NPV nya positif (+), diketahui bunga (i’) terlalu rendah, maka dipilih lagi percobaan I baru yang lebih tinggi. d) Nilai percobaan pertama (I) untuk DF I’, yang kedua (II) adalah I’’, nilai percobaan NPV dilambangkan dengan NPV’ dan kedua NPV’’. Apabila salah satu dari kedua prakiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol (0) (yang merupakan nilai patokan NPV benar apabila i=IRR). IRR = i′
NPV' '
NPV NPV"
(i" − i′ )
dimana: IRR
= Tingkat pengembalian internal
i
= Bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif
i’
= Bunga diskonto yang menghasilkan NPV negatif
NPV
= Nilai sekarang yang positif
NPV’
= Nilai sekarang yang negative
Analisis Profitabelity Index
Pemakaian metode profitability index (PI) adalah perbandingan antara nilai sekarang penerimaan bersih di masa yang akan datang, dengan nilai sekarang investasi proyek. Proyek dikatakan menguntungkan bila nilai “Profitability Index” lebih besar dari satu. Sebaliknya bila hasilnya kurang dari satu berarti proyek kurang menguntungkan. Analisis profitability index berguna untuk mengetahui besarnya tingkat profit dari suatu perusahaan, sebagai indikator kemampuan manajemen dalam mengelola usahanya (Pasaribu, 2005). 𝑛
FVi ( ) 1=1 1+r
∑
PI =
𝑃𝑉𝐾
Dimana, FVi
=Future Value Net Cash Inflow Tahun I
r
= Tingkat Bunga
i
=Period
PVK = Nilai Sekarang Investasi DAFTAR PUSTAKA Diari, 2010. Analisis Kriteria Investasi. http://kelincicoklatdiary.wordpress.com/0 10/14/net present value npv dan internal rate of return irr/. (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2016. Pukul 18.00 WITA) Guido, 2013. Evaluasi Proyek: Pengertian Evaluasi Proyek, Aspek-Aspeknya dan Metode Memperoleh Gagasan.pdf. http://staff.ui.ac.id/ system/files/users/u ido.benny29/material/evapro02evaprodesaindangagasan.pdf. (Diakses pad a tanggal 23 Oktober 2016, pukul 18:200 WITA). Hasyim, 2012. Studi Kelayakan Proyek Net Benefit Cost. http://hasyimibnuabbasb logspot.com/2012/08/studi kelayakan proyek net benefitcost.html. (Diakse s pada tanggal 24 Oktober 2016. Pukul 18.00 WITA). Husein, 2002. Evaluasi Kinerja Perusahaan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jafar, 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana. Karim,2013.Gambaran Umum Agribisnis Ikan Teri Di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan . Http://Stitek-Balikdiwa.Ac.Id/Images/Jbd_V5n1_8.Pdf .(Diakses pada tanggal 23 Oktober 2016, pukul 19:00 WITA).
Nasir, Akbar. 2012. Laporan Evaluasi Proyek. http://gudangklazhie.Blogspot. com/2012/12/laporan-evaluasi-proyek-akbar-nasir.html.(Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016, pukul 21:30 WITA). Pasaribu, Ali Musa. Djumran Yusuf. Amiluddin. 2005. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Perikanan. Makassar: LEPHAS. Poerwanto Hendra, 2014. Analisis dan Fungsi Breakeven.https://sites.google.com/ site/penganggaranperusahaan/analisis-dan-asumsi-breakeven/jenis-biayamenurut-konsep.(Diakses Pada tanggal 24 November 2016 Pukul 19:00 WITA). Rykang, R, W, 2014. Indonesia Negara Maritim, Tapi MinimWawasan Bahari. http://www.tempo.co/read/news/2014/05/31/090581338/IndonesiaNegaraMaritim-tapi-Minim-Wawasan-Bahari.(Diakses Pada Tanggal 24 Oktober 2016 Pukul 22.00 WITA). Tuwo, ambo. 2011.Pengolahan Internasional : Surabaya.
Ekowisata
Pesisir
Dan
Laut. Brilian