LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN MULSA DAN PEMULSAAN
Oleh :
Nama NIM Kelas Asisten Prodi
: Ersa Nur Trajeswan : 155040200111132 :A : Fandyka Yufriza : Agroekoteknologi
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya sendiri bekerja sebagai petani.Dalam budidaya pertanian diperlukan tanah yang subur . Namun, untuk bisa menjadikan tanah menjadi subur diperlukan upaya pengolahan tanah yang baik dan benar sehingga dapat tercipta pertanian yang berkelanjutan.
Salah
satu
cara
mengolah
tanah
adalah
dengan
cara
pemulsaan.Pemulsaan adalah kegiatan menutup tanah dengan tujuan untuk melindungi agregat tanah dari percikan air hujan, menekan pertubuhan gulma pada sekitar tanaman budidaya, mengurangi serangan hama danmasih banyak lagi tujuan dari mulsa ini. Oleh sebab itu dengan pemulsaan diharapkan kegiatan budidaya pertanian dapat dilakukan secara optimal. 1.2 Tujuan Membandingkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman mentimun dengan perlakuan mulsa plastik hitam perak dan tanpa mulsa.
2.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mulsa
mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian(Harits,2002). Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah menjadi lebih baik(WorldAgroforestry, 2004). Mulsa yaitu material penutup tanaman budidaya baik itu organis maupun anorganik/mulsa plastik untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan optimal (Balitra, 2013). Menurut Chairumansyah (2010) Berdasarkan bahan yang dipakai mulsa dibagi menjadi 2 jenis yaitu mulsa Organik dan mulsa Anorganik. a. Mulsa Organik Mulsa organik merupakan mulsa yang berasal dari bahan organik seperti sisa tanaman,daun-daunan,atau bahan sisa lainnya yang dapat dengan mudah terurai.Mulsa organik sangat efektif digunakan karna ketika sudah lapuk dapat menambah unsur hara pada tanah namun kekurangannya yaitu ketersediaan mulsa organik seperti jerami padi tidak selalu tersedia. Contoh mulsa organik adalah jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya. a. Mulsa Anorganik Mulsa yang terbuat dari bahan anorganik seperti mulsa palstik hitam perak. Mulsa plastik biasanya digunakan dalam budidaya tanaman holtikultura,seperti sayuran dan buah – buahan. Mulsa plastik sangat efektif karna dapat dipakai berkali – kali namun kekurangannya yaitu harganya yang mahal. 2.2 Fungsi Pemulsaan Mulsa berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan gulma,apalagi jenis mulsa organik seperti jerami dapt bermanfaat untuk menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan
air,
dan
melindungi
tanah
dari
terpaan
sinar
matahari(Mariano,2003).Pemberian mulsa bermanfaat untuk melindungi tanah
dari tetesan air hujan,menambah unsur hara tanaman,mengurangi penguapan pada tumbuhan serta mengurangi pertumbuhan gulma(WorldAgroforestry, 2013). Menurut
Dewantari
memperbaiki
iklim
dkk mikro
(2015)
penggunaan
disekitar
mulsa
bermanfaat
tanaman,menghambat
dalam
pertumbuhan
gulma,mengurangi penguapan aitr tanah,serta mencegah hama dan penyakit. 2.3Pengaruh Pemulsaan Terhadap Iklim Mikro dan Keberadaan Gulma Pemulsaan merupakan salah satu teknik budidaya dengan memodifikasi iklim mikro yang bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan kelembapan tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Mulyatri, 2003). Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan pada lahan yang diberi mulsa memiliki suhu tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat. Suhu dan kelembaban mempunyai hubungan yang sangat erat, artinya ketika suhu tanah tinggi, maka kelembaban tanah yang dihasilkan rendah. Hasil pengamatan terhadap suhu tanah dan kelembaban tanah akibat perlakuan tanpa mulsa, baik yang diikuti dengan kegiatan penyiangan maupun tidak. Apabila suhu yang dihasilkan cukup tinggi, sementara tingkat ketersediaan air tanah rendah, maka dapat berdampak pada rendahnya fotosintat yang dihasilkan sebagai akibat tidak cukupnya tingkat ketersediaan air untuk kegiatan fotosintesis, khususnya energi untuk mulsa dan tanpa disiang juga diakibatkan adanya persaingan antara tanaman dengan gulma. Hal ini mengindikasikan bahwa gulma yang tumbuh berdekatan dan bersamaan dengan tanaman budidaya akan saling mengadakan persaingan. Apabila pada saat fase vegetatif tanaman tumbuh bersama dengan gulma, maka akan terjadi suatu interaksi yang negatif dalam memperebutkan air, cahaya dan unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman kedelai akan terhambat karena keberadaan gulma (Moenandir, 2010).
3. BAHAN DAN METODE 3.1Alat dan Bahan A. Alat
Cangkul
: Untuk mengolah tanah sebelum ditanami
Meteran
: Untuk mengukur jarak tanam
Tugal
: Untuk melubangi tanah
Penggaris
: Untuk mengukur tinggi tanaman
Alat tulis
: Untuk mencatat hasil pengamatan
Kamera
: Untuk dokumentasi
Kaleng bekas
: Untuk melubangi mulsa
Gunting & Cutter : Untuk membantu memotong polibag saat penanaman bibit
B. Bahan
MPHP
Bibit Mentimun : Sebagai bahan tanam
Pupuk Urea
: Sebagai bahan pemupukan
Pupuk SP-36
: Sebagai bahan pemupukan
Pupuk KCL
: Sebagai bahan pemupukan
: Sebagai bahan pemulsaan
3.2Cara Kerja (diagram alir)
Menanam Benih di Polybag Menyiapkan alat dan bahan
Memasukkan pupuk kandang pada setiap polybag
Menanam 2 benih pada setiap polybag
Setelah daun tumbuh, memindahkan tanaman ke tempat yang terkena sinar matahari dan menyiram setiap hari (pagi dan sore)
Mengukur jumlah daun dan tinggi tanaman
Mencatat hasil pengamatan dan mendokumentasikannya
Menanam Bibit di Lahan Menyiapkan alat dan bahan
Mengolah lahan dengan cangkul dan membuat guludan
Memasang MPHP pada bedengan pertama dan kedua dan melubanginya
Memanaskan kaleng susu dan menempelkannya pada mulsa untuk melubangi sesuai dengan jarak tanam yang ditentukan
Menanam bibit mentimun pada lubang yang telah diberi MPHP
Melakukan penyiraman, penyiangan, penyulaman, pemupukan dan mencatat hasil pengamatan sesuai dengan parameter yang telah ditentukan
Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun
Menyiapkan alat dan bahan
Mengukur panjang tanaman timun dari pangkal sampai ujung batang tanaman mentimun menggunakan penggaris di setiap sampel pada masing-masing perlakuan (mulsa dan tanpa mulsa)
Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan
Pengamatan Jumlah Daun dan Bunga Tanaman Mentimun
Menghitung jumlah daun dan bunga di setiap sampel pada masing-masing perlakuan (mulsa dan tanpa muls
Pada jumlah bunga, dibedakan antara bunga jantan dan betina dengan memperhatikan bagian bawah bunga. Jika berisi bunga betina dan jika tidak berisi bunga jantan
Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan
Pengamatan Suhu Tanah Menyiapkan alat dan bahan
Menancapkan termometer tanah pada bedengan secara acak
Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan suhu tanah yang tertera pada termometer