TUGAS KELOMPOK LAPORAN CSL RADIOLOGI GAMBARAN DAN INTERPRETASI RADIOGRAFI JARINGAN PERIODONTAL
Diajukan oleh : Kelompok V Nur Putri Syauqiyah Al Maidin (J011171340) Ainun Miftahul Fair (J011171341) Rini Kartini Kadir (J011171342) Nadya Aura Amalia (J011171343) Nurul Fatiha Thulfaida (J011171344) WD Hikmah Noor Shafar Nafiu (J011171501) Rahma Sahara (J011171502) Sultan Iskandar Majid (J011171503) Ade Suriyanti Nurdin Latif (J011171505) Muhammad Ihsan (J011171506) Firda Nirhang (J011171507) Meutia Alysha Fauziah Nusaly (J011171508) Megatriani Matandung (J011171509) Alya Hilda Saifuddin (J011171510) Kenrico John (J011171511) Michelle Liemdier (J011171512) Ahmad Rafiesa Guna (J011171513) Muhammad Zulfikar Akbar Pattisausiwa (J011171514)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan CSL kelompok. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah kelompok ini. Kegiatan tulis-menulis seperti penulisan tugas ini tentunya banyak rintangan yang dilalui, mulai dari pemilihan referensi/sumber, pengumpulan data, dan penyusunan tugas, penulis mengalami hambatan. Namun, berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bantuan, bimbingan, serta petunjuk yang sangat berharga dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materil sehigga dapat diselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana. Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, maka dari itu segala masukan dan kritik sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat memperbaiki kesalahan yang ada. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca serta serta membuahkan manfaat bagi penulis, pembaca, serta pihak lainnya. Aamiin.. Makassar, 26 Maret 2019 Penulis
ii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB 1. PENDAHULUAN .......................................Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ...........................................Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3 2.1 Definisi Radiografi .................................................................................. 3 2.2 Jenis Radiografi ...................................................................................... 6 2.3 Gambara Radiografi Jaringan Periodontal ......................................... 7 2.4 Kegagalan yang Terjadi pada Radiografi ............................................ 7 BAB 3. PEMBAHASAN ....................................................................................... 8 3.1 Variasi Normal ........................................................................................ 8 3.2 Keadaan Patologis ................................................................................. 14 BAB 4. PENUTUP............................................................................................... 19 4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 19 4.2 Saran ...................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan bentuk energi lainnya (non pengion) dalam bidang diagnostik, imajing dan terapi.penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalambidang kedokteran umum dan kedokterangigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan. Gambaran yang dihasilkan foto rontgen panoramik atau periapikal seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan-kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan. W.G. Morton adalah orang pertama yang memanfaatkan penggunaan radiografi gigi di Amerika pada tahun 1896, sementara C. Edmund adalah seorang dokter gigi yang pertama kali menganjurkan untuk menggunakan radiografi secara rutin pada praktek dokter gigi. Radiografi gigi memberikan informasi diagnosis yang penting dan dapat digunakan saat menentukan rencana perawatan. Radiografi gigi dapat membantu dokter gigi untuk memeriksa struktur pendukung gigi yang di foto rontgen. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2 yaitu teknik intra-oral dan ekstra-oral. Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberi gambaran kondisi gigi dan jaringan sekitar secara detail. Gambaran radiografi intraoral diperoleh dengan cara menempatkan film ke dalam rongga mulut pasien dan kemudian dilakukan penyinaran. Contoh teknik intra-oral adalah foto periapikal, bitewing dan oklusal. Sedangkan pada teknik foto rontgen ekstraoral, film rontgen diletakkan diluar mulut pasien, seperti foto panoramik, foto lateral, cephalometri dan lain-lain.
1
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang di atas, rumusan masalah laporan ini adalah 1. Apa definisi dari radiografi? 2. Apa jenis-jenis dari radiografi? 3. Bagaimana gambaran radiografi jaringan periodontal? 4. Bagaimana kegagalan yang dapat terjadi dalam radiografi? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini antara lain: 1. Memahami radiografi. 2. Memahami jenis-jenis radiografi. 3. Mengetahui gambaran radiografi jaringan periodontal. 4. Mengetahui kegagalan yang dapat terjadi dalam radiografi.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Radiografi Radiografi merupakan gambaran bayangan nyata yang dihasilkan saat sinarX melewati sebuah objek dengan bebagai opasitas. Sinar mengenai film fotografipada sisi yang berlawanan. Sinar-X melewati struktur padat seperti enamel gigi,tulang secara radiografis akan tampak sebagai gambaran bayangan putih karena berkas cahaya dari sinar-X banyak diserap saat melewati material tersebut. Struktur yang tidak padat seperti kavitas, membran, dan otot, akan memberikan gambaran berupa bayangan gelap karena struktur tersebut sedikit merintangi datangnya sinar-X. Absorbsi sinar-X yang berbeda oleh material pembentuk gigi yang berbeda juga akan memberikan bayangan radiografis yang berbeda.1 Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat berguna dalam praktek kedokteran gigi dan merupakan sarana yang dibutuhkan dalam penentuan diagnosa dan perawatan; khususnya untuk penyakit atau kelainan dalam rongga mulut . Dalam prakteknya pemeriksaan radiografi dapat dilakukan dengan proyeksi-proyeksi intra oral ataupun ekstra oral, tergantung kebutuhannya. Ada dua hal penting dalam pemeriksaan radiografi; pertama adalah teknik pembuatan radiograf gigi tersebut dan kedua yang juga tidak kalah penting adalah bagiamana menginterpretasikan secara akurat gambaran lesi atau kelainan yang radiograf tersebut . Kedua hal tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Interpretasi radiograf gigi dapat dipandang sebagai proses untuk membuka atau mencari semua informasi yang ada dalam radiograf gigi tersebut. Tujuan utama interpretasi radiograf gigi adalah: 1) Mengidentifikasi ada atau tidak adanya penyakit 2) Mencari atau memberi informasi mengenai awal dan perluasan penyakit, dan 3) memungkinkan dibuatkannnya diffrensial diagnosis.
3
Untuk mencapai tujuan ini interpretasi radiograf gigi harus dilakukan dengan benar. Interpretasi radiograf kedokteran gigi secara umum hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini: 1. Interpretasi radiograf hanya dilakukan pada radiograf dengan characteristic image yang baik, baik visual characteristic(detail, contrast dan density) maupun
geometric
characteristuc
(magnification/unsharpness,distortion)
Seorang interpreter jangan sekali-kali melakukan interpretasi pada radiograf dengan kualitas yang kurang baik karena akan mempengaruhi keakuratan radiodiagnosisnya. 2. Sebuah radiograf gigi seharusnya dapat memberikan penilaian yang adekuat terhadap area yang terlibat. Oleh karena itu jika suatu radiograf periapikal tidak dapat menggambarkan keseluruhan batas-batas lesi, maka diperlukan proyeksi radiograf yang lain, misalnya proyeksi oklusal, panoramik atau pemeriksaan ekstraoral lainnya. 3. Kadang-kadang diperlukan suatu pemeriksaan radiografi pembanding, misalnya: a. Pemeriksaan radiografi kontralateralnya (sisi simetrisnya) Pemeriksaan radiografi kontralateralnya sangat penting untuk memastikan apakah gambaran radiagrafi kasus yang ditangani tersebut sesuatu yang normal ataukah patologis b. Pemeriksaan radiografi dengan angulasi (sudut penyinaran) yang berbeda Pemeriksaan radiografi dengan angulasi yang berbeda dimaksudkan untuk mengidentifikasi lokasi lesi; apakah berada lebih ke bukal atau ke palatal/lingual. Pemeriksaan ini juga penting untuk memperjelas suatu objek target yang dengan angulasi standar sering terjadi superimpose. c. Perbandingan dengan pemeriksaan radiografi sebelumnya Pemeriksaan radiografi sebelumnya ini sangat penting untuk mengetahui kecepatan perkembangan dan pertumbuhan lesi. Pemeriksaan radiografi sebelumnya juga penting untuk mengetahui tingkat penyembuhan sutau perawatan dan kemungkinan ditemukannya adanya penyakit baru. 4. Pembacaan radiograf seharusnya dilakukan pada optimum viuwing condition (viewing screen harus terang, ruangan agak gelap, suasana tenang, area sekitar
4
radiograf ditutup dengan sesuatu yang gelap disekitarnya sehingga cahaya dari viuwer hanya melewati radiograf, menggunakan kaca pembesar dan radiograf harus kering). 5. Seorang klinisi harus memahami: a. Gambaran radiografi struktur normal (normal anatomic variation) Pemahaman mengenai gambaran radiografi struktur normal dan variasinya ini sangat penting agar pembaca dapat menilai gambaran radiografi yang tidak normal. b. Memahami tentang dasar dan keterbatasan radiograf gigi Khususnya pada radiograf kedokteran gigi konvensional, harus disadari betul oleh pembaca atau interpreter bahwa radiograf tersebut hanyalah merupakan gambaran 2 dimensi dari obyek yang 3 dimensi. Gambaran radiografi juga terbentuk dari variasi gambaran black/gelap, white/terang dan grey yang saling superimpose. c. Memahami tentang teknik/proses radiografi Seorang interpreter juga harus mengetahui dan menyadari bahwa proses radiografi kadang akan memberikan suatu artifak pada radiograf. Hal ini jangan sampai oleh seorang klinisi/interpreter tidak diketahui dan dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit. 6. Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan mengkuti systematic procedure Penggunaan
systematic
procedure
dalam
interpretasi
radiografi
gigi
dimaksudkan agar interpretasi dapat logis, teratur dan terarah. Systematic procedure juga dimaksudkan agar tidak ada satupun informasi yang hilang atau terlewatkan dalam proses interpretasi. Systematic procedure ini begitu penting karena keakuratan penegakkan diagnosis radiografi sangat ditentukan oleh kemampuan dalam menggunakan systematic procedure.2
5
2.2. Jenis Radiografi 3, 4, 5 1. Radiografi Panoramik3 Radiografi
panoramik
memberikan
gambaran
keseluruhan
regio
maksilomandibular dalam satu film, dapat mengurangi waktu, memerlukan sedikit keahlian ahli radiologi oral dan maksilofasial, dan tidak memberikan hal yang tidak menyenangkan bagi pasien. Akan tetapi, disamping hal-hal positifnya, harus tetap diingat, oleh karena magnifikasi, kurangnya definisi dan struktur yang tumpang tindih, radiografi panoramik mungkin kualitas diagnosisnya lebih rendah dibandingkan radiografi intraoral. 2. Radiografi periapikal Radiografi periapikal adalah salah satu jenis radiografi intraoral yang menggambarkan 3-4 gigi dan jaringan sekitarnya. Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisekting. Pada teknik paralel film diletakan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar dengan sumbu gigi. Pada teknik bisecting film diletakkan sedekat mungkin permukaan palatal/lingual gigi. 3. Radiografi bitewing Teknik radiografi bitewing tidak menggunakan pegangan film (film holder) melainkan dengan cara pasien menggigit sayap film untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut. Indikasi pemakaian bitewing adalah untuk mendeteksi karies gigi, mengetahui perkembangan karies gigi, melihat restorasi yang ada, menilai status periodontal 4. Radiografi oklusal Radiografi oklusal didefinisikan sebagai teknik radiogarfi intraoral yang menggunakan X-ray gigi dimana paket film (5.7x7.6) atau kaset intraoral kecil yang ditempatkan pada oklusal plane. Radiografi oklusal digunakan untuk melihat anatomi tulang maksila maupun mandibular dengan area yang luas pada satu film. Indikasi radiografi oklusal adalah untuk mendeteksi gigi taring yang tidak tumbuh, fraktur, melihat ukuran dan luas lesi seperti kista atau tumor rahang atas anterior.
6
2.3. Gambaran Radiografi Periodontal6 Diagnosis dan evaluasi penyakit periodontal yang tepat dapat dibuat hanya dengan kombinasi pemeriksaan radiografi dan klinis. Penyakit periodontal ini memiliki komponen jaringan lunak dan tulang. Ada batasan radiografi pada kedua aspek proses penyakit. Jaringan lunak (gingiva) yang mengalami perubahan seperti peradangan, hipertrofi, dan resesi tidak muncul pada radiografi karena semua jaringan lunak tampak radiolusen. Keropos tulang di beberapa daerah mungkin tidak terlihat karena superimposisi alveolar bukal dan lingual tulang. Terlepas dari keterbatasan ini, diagnosis periodontal yang tepat tidak dapat dibuat tanpa survei radiografi mulut penuh. Radiografi berfungsi untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor risikonya, (2) mendeteksi perubahan tulang secara dini hingga sedang dimana pengobatan dapat mempertahankan pertumbuhan gigi, (3) perkiraan jumlah kehilangan tulang dan lokasinya, (4) membantu mengevaluasi prognosis gigi yang terkena, dan (5) berfungsi sebagai data dasar dan sebagai sarana untuk mengevaluasi hasil posttreatment. Untuk mengenali penyakit kita harus tahu anatomi yang normal. Anatomi struktur periodontal yang dapat diidentifikasi pada radiografi meliputi struktur pendukung seperti lamina dura, tulang alveolar, ruang ligamen periodontal, dan sementum. 2.4. Kegagalan yang Dapat Terjadi dalam Radiografi 7 Sangat penting memperhatikan penempatan beam X-ray pada sudut yang tepat untuk menghindari kegagalan. Kesalahan penempatan beam dalam arah horizontal menyebabkan overlapping konrak proksimal pada radiografi bite-wing atau periapikal, sehingga tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis dan harus dilakukan pengambilan foto kembali. Selain itu kegagalan lain yang umum terjadi adalah: 1.
Cone cut
2.
Foreshortening
3.
Elongasi
7
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Variasi Normal 1. Apa nama variasi normal yang ditunjuk oleh tanda panah putih di bawah?
Jawaban : Pola trabekula pada regio anterior maksila.8 2. Apa nama variasi normal yang ditunjuk oleh tanda panah hitam dibawah?
Jawaban: Variasi normal yang ditunjuk oleh tanda panah hitam adalah cancellous bone. Cancellous bone juga disebut tulang trabekuler terletak diantara lempeng kortikal di kedua rahang. Terdiri dari pelat radiopak tipis dan trabeculae yang mengililingi banyak kantung sumsum radiolusen kecil. Pola radiografi dari trabekula menunjukkan variabilitas intrapatien dan antar pasien, yang normal dan bukan manifestasi penyakit. Untuk mengevaluasi pola trabecular di area tertentu, praktisi harus memeriksa
8
distribusi trabecular, ukuran, dan kepadatan dan membandingkannya di kedua rahang. Ini sering menunjukkan bahwa wilayah yang dicurigai khusus adalah karakteristik untuk individu tersebut. Trabekula di maksila anterior biasanya tipis dan banyak, membentuk pola yang halus, granular, padat dan ruang sumsum akibatnya kecil dan relatif banyak. Pada posterior aksila, pola trabekuler biasanya sangat mirip dengan pada maksila anterior, walaupun ruang sumsum mungkin sedikit lebih besar. Di mandibula anterior, trabekula agak lebih tebal daripada di rahang atas, menghasilkan pola yang lebih kasar dengan pelat trabekuler yang ditempatkan lebih horizontal.8 3. Apa nama variasi normal yang ditunjuk oleh tanda panah hitam di samping?
Jawab: Pola trabekular pada regio anterior mandibular yang dikarakterisasikan oleh plat trabekular yang kasar dan spasi marrow yang besar ditunjukkan oleh panah daripada regio anterior maksila. Plat trabekular pada regio anterior mandibular lebih tebal daripada maksila, sehingga polanya tampak lebih kasar, dengan plat trabekular yang berorientasi lebih horizontal. 8 4. Apa nama struktur yang ditunjuk oleh tanda panah di samping?
9
Jawab: Alveolar crest Bentuk puncak alveolar terutama ditentukan oleh area kontak gigi yang berdekatan dan bentuk cementoenamel junction. Puncak alveolar lebih rata di daerah posterior dan lebih cembung dan menunjuk di daerah anterior. Puncak normal dari tulang interproksimal berjalan sejajar dengan garis yang ditarik antara cementoenamel juntion pada gigi yang berdampingan pada level 1 sampai 1,5 mm apikal ke cementoenamel junction. Lamina dura terlihat secara radiografi sebagai garis radiopak tipis yang mengelilingi seluruh gigi dan kontinu dengan puncak alveolar. Lamina dura mewakili tulang alveolar yang melapisi soket gigi. Tetapi tidak terlihat di semua radiografi.9 5. Apa nama struktur yang ditunjuk tandah panah?
Alveolar crest Bentuk puncak alveolar terutama ditentukan oleh area kontak gigi yang berdekatan dan bentuk cementoenamel junction. Puncak alveolar lebih rata di daerah posterior dan lebih cembung dan menunjuk di daerah anterior. Puncak normal dari tulang interproksimal berjalan sejajar dengan garis yang ditarik antara cementoenamel juntion pada gigi yang berdampingan pada level 1 sampai 1,5 mm apikal ke cementoenamel junction. Lamina dura terlihat secara radiografi sebagai garis radiopak tipis yang mengelilingi seluruh gigi dan kontinu dengan puncak alveolar. Lamina dura mewakili tulang alveolar yang melapisi soket gigi. Tetapi tidak terlihat di semua radiografi.9 6. Apa nama struktur yang di tunjuk oleh tanda panah putih?
10
Jawab: Lamina dura Penunjukan pada gambaran radiologi diatas menunjukkan lamina dura. Keberadaan lamina dura menunjukkan pulpa yang vital. Namun, karena variasi normal, terkadang lamina dura tidak tampak di sekitar apex secara radiografi. Bila arah sinar x-ray diarahkan lebih oblique, lamina dura sering tampak diffused dan bisa saja tidak tampak. Walaupun tulang penyokongnya sehat, indentifikasi lamina dura yang menyelubungi keseluruhan akar gigi sulit dilakukan.10 7. Apa nama struktur yang ditunjuk oleh tanda putih?
Jawab: Lamina dura ("lapisan keras") berasal dari penampilan radiografinya. Nama lamina dura (atau alveolus) diaplikasikan pada lapisan tipis tulang kortikal padat (yang disebut cribriform plate atau tulang alveolar) yang melapisi soket gigi normal. 8. Apa nama struktur yang di tunjuk oleh tanda panah putih diatas?
Jawab: Lamina Dura Lamina dura adalah garis radiopak pada tulang kortikal yang mengelilingi ligamen periodontal. Ini mewakili dinding bertulang dari soket gigi. Seperti halnya ligamen periodontal, mungkin tidak terlihat pada setiap permukaan karena adanya angulasi.11
11
9.
Apa nama stuktur yang ditunjuk tanda panah?
Jawab: Cementum adalah lapisan tipis dan terkalsifikasi pada permukaan akar gigi. Sulit untuk membedakan sementum dari dentin karena ia tipis dan kepadatannya tidak jauh berbeda dengan dentin.12 10.
Apa nama stuktur yang di tunjukoleh tanda panah?
Ligament periodontal adalah lapisan jaringan penghubung antara sementum menutupi akar gigi dan tulang alveolar. Ligamen membentuk tautan antara gigi dan tulang, sehingga memberikan dukungan, perlindungan, dan sensorik masukan untuk sistem pengunyahan. Struktur ligamen periodontal, seperti semua jaringan ikat berserat, terdiri dari matriks yang mengandung sel, darah pembuluh dan saraf. Gambaran radiografinya yaitu, ruang ligamen periodontal, biasanya muncul sebagai garis radiolusen halus, hitam, di sebelah akar gigi. Pada seseorang yang terdapat kelainan pada struktur giginya (adanya penyakit), ligament periodontal muncul dengan beragam pelebaran.
12
11.
Apa nama struktur yang di tunjuk oleh tanda panah?
Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar, seperti sinus paranasal lainnya, sinus maksilaris mengandung rongga udara yang berisi selaput lendir yang berasal dari invaginasi membran mukosa dari rongga hidung. Sinus ini menjadi yang terbesar, sebab menempati hampir seluruh daerah rahang atas. Sinus ini mempunyai bentuk seperti piramid. Basis dari piramid dibentuk oleh sebagian dari kavum nasi. Atapnya adalah dasar dari cavum orbitae sedangkan lantainya adalah facies alveolaris maxillae dengan akar gigi molar satu dan dua. Dinding medialnya dibentuk oleh dinding lateral cavum nasi. Gambaran radiografi panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen. Pada area apeks premolar dan molar rahang atas. Dasar sinus terdiri dari tulang kortikal yang terlihat seperti garis yang radiopak. Perluasan dasar sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya meluas dari premolar kedua sampai molar kedua. Bila sinus besar bisa terlihat dari kaninus atau premolar pertama sampai lebih dari molar ketiga rahang atas. 12.
Apa nama struktur yang ditandai panah?
Lantai cavum nasi adalah dinding bertulang yang dibentuk oleh prosessus palatal rahang atas dan bagian horizontal tulang palatine. lantai terdiri dari tulang kortikal padat dan membatasi batas inferior rongga hidung. pada gambar periapikal rahang atas, lantai rongga
13
hidung muncul sebagai pita radiopak padat dari tulang yang superior ke gigi posterior rahang atas.11 3.2 Kondisi Patologis 1. Apa nama kelainan yang ditunjuk oleh tanda panah?
Resesi Tulang Alveolar & Furcatio Involvement Gambaran radiologi diatas memperlihatkan adanya resesi tulang alveolar dan adanya furcation involvement. Furcatio involvement merupakan gangguan pada jaringan periodontal yang menyebabkan terbukanya daerah bifurkasi atau trifurkasi akibat hilangnya tulang alveolar yang terletak di antara akar. Furcation invovlvement ini merupakan kasus yang sering terjadi pada gigi molar rahang atas maupun rahang bawah. Etiologi furcation involvement adalah oklusi abnormal, peradangan pulpa, morfologi akar, dan yang paling penting yaitu keberadaan plak dan bakteri yang sulit dibersihkan serta dalam waktu yang lama. 2. Apa anama kelainan yang di tunjuk oleh tanda panah?
Abses Periodontal Gambaran radiologi tersebut menunjukkan adanya abses periodontal yang ditandai dengan adanya daerah radiolusensi di sepanjang aspek lateral akar. Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium dan terbetuk dari akmulasi pus terlokalisir dalam poket periodontal. Disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negative dan mikroba anaerob.
14
3. Apa nama struktur yang ditunjuk oleh tanda panah?
Diagnosis : terdapat kalkulus subgingiva pada gigi 34 dan 35. Pada pemeriksaan visual tidak akan terlihat, namun jika dilakukan probing dan terasa ada permukaan yang kasar, maka paling sering dideteksi adanya kalkulus. Pemeriksaan radiography dilakukan untuk menentukan adalanya deposit kalkulus pada subgingiva.15 4. Apa nama kelainan pada jaringan periodontal yang terlihat pada gambar di atas?
Di antara semua bentuk periodontitis, periodontitis agresif telah mendapat perhatian yang cukup karena presentasi klinisnya yang khas, terjadi sekitar masa pubertas, dengan kurangnya faktor lokal seperti jumlah plak dan kalkulus yang berat, pada pasien dengan oral yang cukup baik. 16 Periodontitis agresif adalah sekelompok jenis penyakit periodontal yang jarang terjadi dengan kehilangan perlekatan yang cepat dan kerusakan tulang yang dimulai pada usia muda. Meskipun berbagai faktor seperti faktor mikroba, lingkungan, dan perilaku dan penyakit sistemik disarankan untuk mempengaruhi risiko periodontitis agresif, profil genetik individu merupakan faktor penting, yang mempengaruhi risiko terkait respons sistemik atau inang. 16 Bentuk periodontitis agresif lokal terutama mempengaruhi molar 1 dan gigi seri, dengan kehilangan perlekatan pada setidaknya dua gigi
15
permanen, salah satunya adalah molar 1. Tingkat kehilangan tulang alveolar jauh lebih tinggi pada periodontitis agresif daripada pada periodontitis kronis. 16 Fitur yang mencolok adalah tidak adanya peradangan klinis dengan faktor lokal minimal, meskipun terdapat kantong periodontal yang dalam. Berbagai patogen periodontal telah terlibat dalam situs periodontitis agresif, tetapi peran komit Actinobacillus actinomycetem telah menjadi yang dominan. 16 Survei epidemiologis telah menunjukkan bahwa prevalensi periodontitis agresif bervariasi di antara kelompok etnis, daerah dan negara, dan mungkin berkisar antara 0,1% hingga 15%. Pasien ini kemudian dirujuk ke Departemen Periodontik. , di mana penskalaan dan perencanaan root lengkap, diikuti oleh kuretase pada area yang diperlukan telah dilakukan. Kemudian, dia memakai analgesik dan antiboitik untuk menekan infeksi dan dipanggil kembali setelah seminggu untuk tindak lanjut. 16 Secara klinis, terjadi kehilangan tulang alveolar (vertikal) dan melibatkan gigi molar pertama. Pola kehilangan tulang alveolar adalah "bervariasi", memanjang dari permukaan distal premolar kedua ke permukaan mesial molar kedua, baik di rahang atas maupun rahang bawah di sisi kiri. Adanya peradangan klinis meskipun terdapat kantong periodontal yang dalam dan kehilangan tulang yang lanjut. Jumlah plak pada gigi yang terkena sangat minimal, yang tampaknya tidak konsisten dengan jumlah kerusakan periodontal yang ada. Faktafakta bahwa pasien telah terjadi sebelum pubertas juga mendukung gambaran klinis periodontitis agresif lokal. 16 5. Apa nama kelainan yang ditunjuk oleh tanda panah?
Gambaran radiograf pada abses periodontal menunjukkan daerah radiolusensi sepanjang aspek lateral akar.8
6. Apa jenis keadaan patologis dari gambar di samping?
16
Pada penyakit periodontal, pola kerusakan tulang adalah dibagi menjadi cacat horizontal (datar) dan miring (vertikal/sudut). Dalam pola vertikal, kerusakan tulang tidak melanjutkan dalam pola simetris. Keparahan kerusakan tulang bervariasi di berbagai bagian di sekitar gigi, yang menjelaskan mengapa puncak alveolar tidak sesuai dengan cemento-enamel junction (CEJ) dan tidak sejajar dengannya. Pola penghancuran tulang ini memunculkan untuk kerusakan bertulang di mana basis destruksi berada lebih apikal terhadap puncak alveolar. 17 Pada keadaan nomor 6, distal gigi 21 dan mesial 22 terdapat resorpsi pada alveolar crest berupa vertical bone loss. 7. Apa klasifikasi dari keadaan patologis pada gambar?
7,5 mm
Jawab: Klasifikasi dari keadaan patologis di atas adalah severe. Radiografi yang menunjukkan tingkat keparahan dengan ketinggian tulang alveolar yang tersisa. Apabila ketinggian tulang alveolar yang terlihat pada radiografis sejajar antara gigi yang berdekatan maka disebut dengan horizontal bone loss, namun apabila tulang alveolar yang tersisa terlihat adanya perluasan dari puncak tulang alveolar hingga apeks gigi disebut dengan vertical bone loss.17
17
Kehilangan tulang alveolar pada radiografi dapat didefenisikan menjadi 1. Slight bone loss, dengan kehilangan tulang alveolar mencapai 1-2 mm 2. Moderate bone loss, dengan kehilangan tulang alveolar mencapai 34 mm
18
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun simpulan dari gambaran radiografi penyakit periodontal adalah sebagai berikut : 1. Jaringan periodontal yang normal memiliki gambaran seperti ; gingiva sulit dilihat pada pemeriksaan radiografi, ligamentum periodontal memiliki interpretasi radiolusen mengelilingi akar gigi dan melekat processus alveolaris, sementum memiliki interpretasi radiopak, hampir sama dengan enamel dan tulang alveolar memiliki interpretasi radiolusen mewakili sumsum tulang , dipisahkan trabekular radiopak seperti sarang lebah 2. Teknik radiografi yang umumnya digunakan adalah periapikal, bitewing dan panoramic 3. Umumnya kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiografi adalah kerusakan pad tulang alveolar karena merupakan struktur keras, sedangkan sulit melihat gambaran radiografi pada jaringan lunak
4.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut : 1. Bermacam-macam variasi normal dan patologis pada pemeriksaan radiografi harus mampu dibedakan dengan penuh ketelitian 2. Perlu digunakan teknik pemeriksaan radiografi yang tepat sehingga dapat menunjang diagnosis dengan baik
19
DAFTAR PUSTAKA 1. Putra KP. Pengaruh perbedaan tegangan alat radiografi gigi terhadap kualitas densitas gambar radiograf Periapikal. Universitas Jember. 2012. 2. Supriyadi. Pedoman interpretasi radiograf lesi-lesi di rongga mulut. JKG UNEJ 2012; 9(3): 134-5. 3. Yunus B. Optimalisasi radiografi gigi konvensional untuk membantu pemasangan implan gigi. Dentofasial 2009; 8(1): 12. 4. Altug HA, Ozkan A, editor. Diagnostic imaging in oral and maxillofacial pathology. Croatia: Intech Europe; 2011. p. 215-26 5. Whaites E. Essential of dental radiographic and radiology. Philadelphia : Elsevier; 2003. p. 75-109, 159. 6. Frommer HH, Savage JJS. Radiology for the dental professional. Ed 9. New York: Mosby; 2011. p. 411-2 7. Williamson GF. Intraoral radiography: positioning and radiation protection. 2009. PennWell: the Academy of Dental Therapeutics and Stomatology, a division of PennWell. p.3 8. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation. 5th Ed. St.Louis: Elsevier. 2004; p. 170-1, 324 9. Harbert H, Jeanine J. Radiology for the Dental Professional. 9th Ed. 2011. p.412-3 10. Karthik R, Mohan N. Common radiological misdiagnosis in dentistry. International Journal of Current Research. 2016 September; 8(9). 11. Saputri D. Gambaran radiograf pada penyakit periodontal. J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (1): 17,19 12. Lanucci JM, Howerton LJ. Dental radiography principles and techniques. 4th Ed. USA: ELSEVIER SAUNDERS, 2012. PP. 332 13. Setiawati EM. A combination of endodontic therapy and root resection in furcation involvement case. Dental Journal.2010;43(4):205 14. Laskaris G. Atlas saku penyakit mulut. Ed 2. Jakarta:EGC;2015.H. 248 15. Bathla S. Textbook Of Periodontics. 1st Ed. New Delhi : Jaypee. 2017. P. 95 16. Byahatti Sujata M. Juvenile Periodintitis: A Case Report. Journal of Clinical and Diagnostic Research; Februari 2011: 5(1). 152-3.
20
17. Esmaeli F, dkk. Determination of Vertical Interproximal Bone Loss Topography:
Correlation
Between
Indirect
Digital
Radiographic
Measurement and Clinical Measurement. Iran J Radiol. 2012; 9(2): 83-87
21