Laporan Awal Objek 2.docx

  • Uploaded by: RikiPranintaBangun
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Awal Objek 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,709
  • Pages: 11
LAPORAN AWAL PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH POLIGON TERBUKA

RIKI PRANINTA BANGUN J1B116076

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2019

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Objek 1 2.1.1 Latar Belakang Pengukuran merupakan sebuah ilmu, seni dan teknologi untuk menentuan posisi relatif, suatu titik di atas, atau di bawah permukaan bumi. Dalam arti yang lebih umum, survey (geomatik) dapat didefenisikan; sebuah disiplin ilmu yang meliputi semua metode untuk mengukur dan mengumpulkan informasi tentang fisik bumi dan lingkungan, pengolahan informasi, dan menyebarluaskan berbagai produk yang dihasilkan untuk berbagai kebutuhan. Survei memiliki peran yang sangat penting sejak awal peradaban manusia. Diawali dengan melakukan pengukuran dan menandai batas-batas pada tanahtanah pribadi. Dengan berlalunya waktu, kepentingan akan bidang survei terus meningkat dengan meningkatnya permintaan untuk berbagaipeta dan jenis spasial terkait informasi lainnya dan memperluas kebutuhan untuk menetapkan garis yang akurat dan untuk membantu proyek konstruksi. Pada saat ini peran pengukuran dan pemantauan lingkungan kita menjadi semakin penting, hal itu disebabkan semakin bertambahnya populasi manusia, semakin tingginya harga sebidang tanah, sumber daya alam kita semakin berkurang, dan aktivitas manusia yang menyebabkan menurunnya kualitas tanah, air, dan udara kita. Di zaman modern seperti saat ini, dengan bantuan komputer dan teknologi satelit surveyor dapat mengukur, memantau bumi dan sumber daya alam secara global. Begitu banyak informasi yang telah tersedia untuk seperti; membuat keputusan perencanaan, dan perumusan kebijakan dalam berbagai penggunaan lahan pengembangan sumber daya, dan aplikasi pelestarian lingkungan. Mempelajari ilmu ukur bertujuan untuk menbentuk permukaan mengetahui bagaimana bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik lain yang diamati pada permukaan tanah. Dengan mengukur jarak,

luas, ketinggian dan sudut, kita dapat mengetahui bagaimana keadaan, dan beda tinggi titik-titik pada permukaan tanah. 2.1.2 Tujuan Tujuan diadakan nya praktikum ini yaitu : 1. Untuk mendapatkan titik ikat pengukuran di lapangan 2. Sebagai dasar untuk keperluan pemetaan atau keperluan teknis lainnya. 2.1.3 Manfaat Manfaat diadakan nya praktikum ini ,yaitu : 1. Praktikan mampu mendapatkan titik ikat pengukuran di lapangan. 2. Praktikan mampu menggunakan data untuk keperluan pemetaan dan. keperluan teknis lain nya. 2.1.4 Tinjauan Pustaka 2.1.4.1 Kerangka Dasar Pemetaan Sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai dengan patok kayu, paku atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan (reference) bagi penentuan titiktitik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilaksanakan untuk memperoleh data sudut dan jarak dilapangan yang akan dihasilkan suatu data posisi berupa data koordinat (X,Y) yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar teknik, (Brinker.1987). 2.1.4.2 Kerangka Dasar Horizontal Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi,

trilaterasi atau poligon. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki. ( Purworhardjo, 1986 ) 2.1.4.3 Poligon Poligon merupakan serangkain garis lurus khayal yang menghubungkan titik titik di permukaan bumi. Setiap titik dalam rangkaian tersebut akan menjadi acuan bagi penentuan koordinat titik titik disekitarnya. Pengukuran poligon bisa digunakan untuk menentukan kerangka dasar mendatar dalam pengukuran situasi. Pada pengukuran situasi , Theodolit diletakkan pada titik titik poligon. Jika tidak terdapat titik diantara titik titik poligon sebagai titik acuan, maka harus dilakukan pengikatan ke belakang (dari titik pertama poligon ke titik acuan). Pengukuran poligon mengikuti pengukuran sudut mendatar dan jarak mendatar antar titik titik poligon. Dari selisih antara dua sudut mendatar pada satu titik akan diperoleh sudut dalam poligon pada titik tersebut. Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan bumi,

yang

terletak

memanjang

sehingga

membentuk

segi

banyak,

(Wongsotjitro,1977). Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. 2.1.4.4 Poligon Terbuka Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau titik awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau dari sistem pengukuran dan cara perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : 1. Poligon Terikat sempurna Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir terikat oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon lainnya. Pada poligon ini kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapatdikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

Gambar 1. Poligon terikat sempurna 2. Poligon Terbuka Terikat Koordinat Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terikat oleh koordinat, nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui. Misal poligon terbuka terikat koordinat A123

Gambar 2. Poligon terbuka terikat 3. Poligon Terbuka Terikat Sepihak Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat salah satu titiknya saja, bisa terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya saja. Misal poligon terbuka terikat sepihak A123.

Gambar 3. Poligon terbuka sepihak 4. Poligon Terbuka Bebas Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua ujungnya. Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus ditentukan terlebih dahulu koordinat salah satu titik sebagai acuan menghitung koordinat titik lainnya. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut maupun koreksi jarak.

Gambar 4. Poligon terbuka bebas

2.1.4.5 Cara Pengukuran Poligon Pengukuran poligon mengikuti pengukuran sudut mendatar dan jarak mendatar antar titik titik poligon. Dari selisih antara dua sudut mendatar pada satu titik akan diperoleh sudut dalam poligon pada titik tersebut. Ada dua cara pengukuran poligon, yaitu : 1. Cara Poligon tertutup ( satu titik acuan ) 2. Cara Poligon terbuka ( dua titik acuan ) Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik referensi (acuan) yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik referensi adalah titik yang mempunyai sebuah

koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta . Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas yaitu sekitar (20 km x 20 km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian, sistem koordinat yang diinginkan, dan keadaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik. 2.1.4.5.1. Pengukuran di lapangan (Temu gelang/titik awal ) Beberapa kemungkinan yang dapat ditemui dilapangan dalam kegiatan pengukuran untuk memindahkan bentuk lapangan menjadi bentuk peta dengan menggunakan teodolit sudut adalah sebagai berikut (kemendikbud, 2013) : 1. Titik Ikat Tepat berada di Batas Areal 2. Pembuatan Formula Poligon Sudut 2.1.4.6 Kesalahan-kesalahan instrumen dan cara-cara meniadakannya Kesalahan kesalahan instrumen dapat dilihat dibawah ini : (Purwaawijaya, 2008) 1. Kesalahan sudut kolimasi titik di mana sumbu kolimasi, sumbu horizontal dan vertikal suatu teodolit bertemu pada sudut siku-siku dianggap sebagai titik 0 dan dianggap adanya satuan speris di sekitar titik tersebut. 2. Kesalahan sumbu horizontal kesalahan yang terjadi akibat sumbu horizontal tidak tegak lurus sumbu vertikal disebut kesalahan sumbu horizontal. 3. Kesalahan sumbu vertikal

kesalahan yang timbul akibat tidak berhimpitnya sumbu vertikal teodolit dengan arah garis vertikal disebut kesalahan sumbu vertikal. 4. Kesalahan eksentris kesalahan yang timbul apabila sumbu vertikal teodolit tidak berhimpit dengan pusat lingkaran graduasi horizontal disebut kesalahan eksentris (eccentric error) 5. Kesalahan luar kesalahan yang timbul akibat sumbu kolimasi teleskop tidak melewati sumbu vertikal disebut kesalahan luar.

2.1.4.7 Azimuth Azimuth adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam dari sembarang meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0º – 360º. Azimuth berfungsi sebagai orientasi arah utara pada peta, sebagai kontrol pada pengukuran jaringan poligon maupun dalam hitungan koordinat.

Azimuth yang diukur dilapangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Azimuth Magnetis Azimuth Magnetis adalah azimuth yang berdasarkan arah utara magnetis. Untuk

mendapatkan

azimuth

magnetis

dapat

dilakukan

dengan

pengukuran menggunakan alat ukur yang dilengkapi dengan bousole atau kompas,seperti halnya theodolit (TO). Azimuth magnetis ini tidak berdasarkan arah utara sebenarnya (kutub utara bumi), namun hanya berdasarkan arah utara magnetis. 2. Azimuth Geografis Azimuth Geografis adalah azimuth yang berdasarkan arah kutub utara bumi atau utara sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran azimuth geografis dapat dilakukan dengan pengamatan benda-benda angkasa (pengamatan matahari atau pengamatan bintang). 2.1.5 Metode Praktikum

2.1.5.1 Waktu dan Tempat praktikum ilmu ukur wilayah dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret 2019 dimulai pada pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini diselenggarakan dilapangan Program studi teknik pertanian ,fakultas teknologi pertanian ,universitas Jambi. 2.1.5.2 Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam praktikum adalah theodolit, rambu ukur, statip dan unting – unting. 2.1.5.3 Prosedur Kerja Tahap-tahap dalam pembuatan dan pengukuran poligon/kerangka dasar dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Tentukan titik target yang menjadi kerangka poligon; 2. Alat didirikan pada titik awal pengukuran dalam kedudukan benar dan sempurna, pada titik awal sebaiknya alat diutarakan terlebih dahulu; 3. Putar alat searah jarum jam. Untuk setiap titik, pembidikan dilakukan dua kali, tehadap titik sebelum dan titik berikutnya; 4. Menempatkan alat pada kedudukan biasa, bidik target pertama yang ditemui dari arah utara searah jarum jam. Lakukan pembacaan benang difragma pada bagian atas, tengah dan bawahnya. Kemudian catat pembacaan skala vertikal dan skala horizontal. Untuk pembacaan skala horizontal ini sebaiknya vizier atau teropong diarahkan langsung ke patok atau titik ( rambu ) terendah yang dapat dibidik; 5. vizier / teropong diarahkan ke titik target berikutnya. Catat bacaan benang diafragma dan bacaan skala horizontal serta skala horizontalnya; 6. Masih pada titik yang sama, ubah posisi alat dari kondisi biasa ke posisi luar biasa. Catat bacaan benang diafragma, skala vertikal dan skala horizontalnya 7. Arahkan kembali teropong ke target pertama tadi. Lakukan pembacaan benang diafragma serta skala vertikal dan horizontalnya; 8. Untuk keperluan beda tinggi ukur tinggi alat dari permukaan tanah;

DAFTAR PUSTAKA Brinker C, Paul W, and Walijatun D. 2000. Dasar-Dasar Pengukuran Tanah (surveying). Jakarta. Penerbit Erlangga. Kemendikbud. 2013. Pengukuran dan Pemetaan Hutan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2015. Teknik Survey Dan Pemetaan: Jakarta. Direktorat Pembinaan Menengah Kejuruan. Purwohardjo, Umaryono U, 1986. Pengukuran Horizontal. Bandung: Jurusan Teknik Geodesi ITB, 20-22.

Wongsotjitro, Kanisius.

Soetomo. 1980. Ilmu

Ukur

Tanah. Yogyakarta: Penerbit

Related Documents


More Documents from "alga"