Laporan Awal Objek 2.docx

  • Uploaded by: Aditya Wahyudi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Awal Objek 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,314
  • Pages: 13
LAPORAN AWAL PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH POLIGON TERBUKA

ADITYA WAHYUDI J1B116035

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2019

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Poligon Terbuka 2.1.1

Latar Belakang Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan

yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik-titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikendalikan dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya (Suharto, 2011). Ilmu ukur wilayah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara menggambarkan keadaan fisik sebagian maupun keseluruhan permukaan bumi untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada pemukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Pemetaan khusus untuk bidang tertentu biasanya dilakukan di kawasan yang sempit, sehingga bumi masih dianggap bidang datar dan distorsi yang disebabkan kelengkungan bumi dapat diabaikan. Pemetaan dilakukan dengan menentukan titiktitik koordinat dan ketinggian yang tersebar merata dalam kawasan terlebih dahulu sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya. Di dalam proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal (pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat mendatar antara titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran kerangka dasar vertikal (pengukuran tegak/vertikal untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail). Dalam pembuatan bentuk dan jarak suatu wilayah dilakukan pengukuran antar patok, data yang di dapatkan dalam pengukuran jarak tersebut kemudian dipindahkan ke dalam bentuk gambar dengan menghubungkan antar patok yang

satu dengan patok yang lainnya. Gambar ataupun hasil dari penyambungan patok tersebut dinamakan polygon. Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah yang akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis-garis yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dengan metode poligon, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut yang ada dalam poligon.Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan, pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon yang dilanjutkan dengan pengukuran detail situasi. Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas yaitu sekitar (20 km×20 km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat

ketelitian,

sistem

koordinat

yang

diinginkan, dan keadaan medan lapangan pengukuran merupakan faktorfaktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik (Prakasa, dkk. 2010) 2.1.2

Tujuan Adapun tujuan umun dari proses praktikum “Poligon Terbuka” ini adalah,

sebagai berikut : 1. Agar mahasiswa bisa memahami bagaimana cara mendapatkan titik ikat pada proses pengukuran di lapangan 2. Sebagai dasar untuk keperluan pemetaan atau keperluan teknis lainnya. 2.1.3

Manfaat Adapun proses praktikum ini bermanfaat, sebagai berikut:

1. Praktikum “Poligon Tebuka” ini, bermanfaat untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan titik ikat pada proses pengukuran di lapangan.

2. Proses praktikum ini dapat sebagai dasar untuk keperluan pemetaan atau keperluan teknis lainnya. 2.1.4

Tinjauan Pustaka

2.1.4.1 Poligon Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak, (Wongsotjitro, 1977). Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Poligon berasal dari kata poli yang artinya banyak dan gonos artinya sudut, jadi poligon artinya banyak sudut. Dalam ilmu ukur tanah poligon dipahami sebagai rangkaian titik-titik berututan yang terhubung oleh garis lurus, guna menentukan posisi horizontal dari sejumlah titik dilapangan, sehingga membentuk suatu kerangka dasar pemetaan. Poligon bertujuan untuk penentuan posisi dan sudut dari titik-titik koordinat yang diukur di lapangan, tujuan pengukuran poligon adalah: 1. Memperbanyak koordinat titik-titik dilapangan yang diperlukan untuk ketepatan pembuatan peta. 2. Sebagai kerangka pemetaan untuk pembuatan sebuah peta. 3. Penetapan letak posisi koordinat tetap pada suatu daerah pengukuran. 4. Penetapan teknik dan bentuk pengukuran yang disesuaikan dengan medan yang diukur. Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal pengukuran tidak menjadi titik akhir atau merupakan dua titik yang berbeda.Teknik pengukuran poligon terbuka dapat dibedakan dengan: 1.

Poligon Terikat sempurna

Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir terikat oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon lainnya. Pada poligon ini kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat dikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

Gambar 1. Poligon Terbuka Terikat sempurna Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang harus diukur : - Semua sisi jarak = dB-1, d1-2 , …….., d3-P - Semua sudut horizontal = δB, δ1, δ2, ……, δP Syarat-syarat geometris poligon terbuka terikat sempurna : Σ δ = ( α P-Q - α A-B ) + n . 180º ( untuk sudut kanan ) Σ δ = ( α A-B - α P-Q ) + n . 180º ( untuk sudut kiri ) Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = XP - XB Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = YP – YB Dalam hal ini : Σδ

= jumlah sudut ukuran

n

= jumlah titik pengukuran

ƒδ

= kesalahan penutup sudut ukuran

ΣΔX

= jumlah selisih absis (X)

ΣΔY

= jumlah selisih ordinat (Y)

ƒΔX

= kesalahan absis (X)

ƒΔY

= kesalahan ordinat (Y)

α P-Q

= azimuth / sudut jurusan akhir titik ikat

α A-B

= azimuth / sudut jurusan awal titik ikat

XP dan YP

= koordinat titik ikat akhir

XB dan YB

= koordinat titik ikat awal

D

= jarak / sisi poligon

Α

= azimuth

2.

Poligon Terbuka Terikat Koordinat

Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terikat oleh koordinat, nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui. Misal poligon terbuka terikat koordinat A123. Poligon ini sering dipakai dilapangan karena tidak menutup kemungkinan banyak dijumpai hambatan-hambatan misalnya hanya ada dua titik pengikat yang diketahui sehingga azimuth awal dan akhir belum diketahui sehingga memakai azimuth pendekatan.

Gambar 2. Poligon Terbuka Terikat Koordinat Dalam poligon terbuka terikat koordinat, besaran-besaran yang harus diukur : - Semua sisi/jarak = d A-1 , d 1-2 , …….., d 3-B - Semua sudut horizontal = δ1, δ2, δ3 3.

Poligon Terbuka Terikat Sepihak Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat salah satu

titiknya saja, bisa terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya saja. Misal poligon terbuka terikat sepihak A123.

Gambar 3. Poligon Terbuka Terikat Sepihak Pada poligon jenis ini kurang baik untuk kerangka dasar sebab cara perhitungannya sangat sederhana karena tidak ada hitungan koreksi baik koreksi sudut maupun jarak, hanya koordinat titik ikat atau koordinat yang diketahui digunakan sebagai acuan dalam perhitungan koordinat lainnya .

4.

Poligon Terbuka Bebas

Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua ujungnya. Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus ditentukan terlebih dahulu koordinat salah satu titik sebagai acuann menghitung koordinat titik lainnya. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut maupun koreksi jarak.

Gambar 4. Poligon Terbuka Bebas 4.1.4.2 Roll Meter Meteran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda atau tempat serta dapat digulung, memiliki panjang 25-50 meter. Fungsi dari meteran sama hal nya seperti penggaris, namun meteran memiliki dimensi yang lebih panjang serta terbuat dari bahan yang lebih fleksibel. Meteran digunakan untuk mengukur objek yang besar seperti bangunan ,tanah, batok kayu dan lain sebagainya. Cara menggunakannya yaitu dengan mengkaitkan ujung meteran ke pangkal benda yang akan diukur, kemudian menarik badan meteran hingga keujung meteran agar tidak goyang. Kemudian baca nilai yang tertera pada meteran. Ketelitian pengukuran dengan roll meter ini yaitu sampai 0,5 mm. Meteran biasanya terbuat dari plastik atau plat besi tipis (Sumarsono,2009).

Gambar 5. Roll Meter

4.1.4.3 Theodolite Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudu mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon (Safru, 2010).

Gambar 6. Theodolite Theodolite merupakan alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horisontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal. Dimana sudut-sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan (Sriwidodo, 2012). 4.1.4.4 Waterpass Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu titik diatas permukaan bumi. waterpas memiliki dua lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Waterpass dilengkai dengan nivo agar pengamat dapat mengetahui kedataran alat. Tiga sekrup pendatar, alat fokus diafragma, alat fokus bidikan , dan skala lingkar mendatar yang dapat digunakan untuk memudahkan pengamat dalam melakukan pengukuran (Torhis, 2013).

Gambar 7. Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horisontalyang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal (Panambuang, 2012). 4.1.4.5 Unting-Unting Unting-unting adalah alat yang digunakan untuk mengatur titik pusat alat pada saat alat disetting kelurusannya. Unting-unting ini biasanya digantung bagian tengah-tengah alat yang berada di bawah alat, diantara statif (kaki segi tiga). Pada alat sipat tegak lurus ini, pada ujung benang dipasang sepotong logam yang berbentuk kerucut (unting-unting) sehingga benang tertarik tegang dan membentuk garis tegak lurus. Unting-unting digunakan untuk pengambilan ukuran dan pemasangan benda kerja, yang tidak dapat dilakukan dengan alat .

Gambar 8. Unting-Unting 4.1.4.6 Kompas Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk

magnetis

yang

bebas

menyelaraskan

dirinya

dengan medan

magnetbumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara,selatan, timur, dan barat.

Gambar 9. Kompas

Kegunaan utama atau yang umum dari kompas adalah untuk menentukan arah mata angin terutama arah utara atau selatan sesuai dengan magnit yang digunakan. Kegunaan lain yang juga didasarkan pada penunjukkan arah utara atau selatan adalah penentuan arah dari satu titik/tempat ke titik/tempat lain, yang ditunjukkan oleh besarnya sudut azimut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan, bergerak searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud, mengukur sudut horizontal, membuat sudut siku-siku, untuk menentukan letak orientasi, mencari arah utara magnetis, dan untuk mengukur besarnya sudut peta. (Sutardji,2011.) 4.1.4.7 Tripod Kaki tiga terbuat dari besi yang dilengkapi dengan skrup pengatur ketinggian. Alat ini berfungsi sebagai tempat pemasangan theodolite atau waterpass, juga berfungsi untuk mengatur kesetimbangan vertikal dan horizontal menkipun diletakkan pada suatu landasan yang miring.

Gambar 10. Kaki Tiga (Tripod) Tripod adalah tempat sebagai dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti waterpass dan theodolite. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya. Bagian-bagian tripod/statif terdiri dari bidang level/kepala tripod/statif, sekrup pengunci, tali pembawa, sekrup penyetel, dan kaki tripod/statif (Arifin, 2015). 4.1.4.8 Rambu Ukur Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan.Ukuran lebarnya 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter.

Gambar 11. Rambu Ukur Pada umumnya bak ukur ini dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning. Selain rambu ukur, ada juga waterpass yang dilengkapi dengan nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari kedudukan alat dan untingunting untuk mendapatkan kedudukan alat tersebut di atas titik yang bersangkutan. Kedua alat ini digunakan bersamaan dalam pengukuran sipat datar. Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah (Panambuang, 2012).

2.1.5

Metode Praktikum

2.1.5.1 Waktu dan Tempat Praktikum “Poligon Terbuka” dilaksanakan pada hari Kamis, 14 maret 2019 dimulai pada pukul 08:00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, di samping gedung barat, lingkungan kampus pondok meja. Universitas jambi. 2.1.5.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum”Poligon Terbuka” ini adalah theodolit, waterpass, rambu ukur, statip, unting – unting, pita ukur/roll meter, 6 buah patok, payung, milimeter block, pena 3 warna, busur, penggaris 30cm, dan kalkulator. 2.1.5.3 Prosedur Kerja Tahap - tahap dalam pembuatan dan pengukuran poligon / kerangka dasar dapat dilakukan sebagai berikut: 1.

Menentukan titik target yang menjadi kerangka poligon;

2.

Mendirikan alat pada titik awal pengukuran dalam kedudukan benar dan sempurna, pada titik awal sebaiknya alat diutarakan terlebih dahulu;

3.

Memutar alat searah jarum jam. Untuk setiap titik, pembidikan dilakukan dua kali, tehadap titik sebelum dan titik berikutnya;

4.

Menempatkan alat pada kedudukan biasa, bidik target pertama yang ditemui dari arah utara searah jarum jam. Lakukan pembacaan benang difragma pada bagian atas, tengah dan bawahnya. Kemudian catat pembacaan skala vertikal dan skala horizontal. Untuk pembacaan skala horizontal ini sebaiknya vizier atau teropong diarahkan langsung ke patok atau titik ( rambu ) terendah yang dapat dibidik;

5.

Mengarahkan vizier / teropong ke titik target berikutnya. Catat bacaan benang diafragma dan bacaan skala horizontal serta skala horizontalnya;

6.

Masih pada titik yang sama, ubah posisi alat dari kondisi biasa ke posisi luar biasa. Catat bacaan benang diafragma, skala vertikal dan skala horizontalnya

7.

Mengarahkan kembali teropong ke target pertama tadi. Lakukan pembacaan benang diafragma serta skala vertikal dan horizontalnya;

8.

Untuk keperluan beda tinggi ukur tinggi alat dari permukaan tanah;

9.

Kemudian pindahkan alat ketitik selanjutnya. Lakukan hal yang sama dari titik tersebut terhadap dua titik yang mengapitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2015. Teori Sipat Datar. Modul Kuliah Ilmu Ukur Tanah. Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB. Panambuang, Jemmy. 2012. Pengantar Survey dan Pemetaan 2. Institut Sepuluh November: Surabaya. Prakasa, dkk. 2010. Poligon. Universitas Indonesia. Depok. Sumarsono, J. 2009. Fisika X. Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Perbukuan : Jakarta. Suharto. 2011. Pekerjaan Survei dan Pemetaan. Safru, Urly. 2010. Ilmu Ukur Tanah 2: Tentang Theodolite. Universitas Islam OKI: Kayu Agung. Sutardji.2011.Geologi Umum. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sriwidodo, Kharuddin. 2012. Praktek Pengalaman Lapangan II. Universitas Negeri Semarang: Semarang. Torhis S, David dkk. 2013. Mengukur Sudut Horisontal dan Jarak Mendatar dengan Waterpass. Universitas Padjajaran: Bandung. Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Related Documents


More Documents from "alga"