Laporan Aspal Karet Klpk 2.docx

  • Uploaded by: ginting
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Aspal Karet Klpk 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,640
  • Pages: 18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN ASPAL KARET

DISUSUNOLEH :

KELOMPOK II KELAS A

ALFHAN KURNIA

1507035895

DESTRI MIFTA PRACITA

1507037270

MINALIYA FATHNISHA

1507037674

M.REZA

1507035886

DOSEN PEMBIMBING : Dr.Bahruddin.,MT

LABORATORIUM PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2017

ABSTRAK

Aspal termodifikasi polimer adalah salah satu jenis formula aspal dengan penambahan polimer untuk mendapatkan sifat pengerasan jalan yang lebih baik, yaitu mengurangi deformasi pada pengerasa, meningkatkan ketahanan pada letak dan kelekatan pada agregat. Tujuan dari percoban ini adalah dapat mempelajari proses mastikasi karet dan pembuatan aspal karet pada nisbah yang bervariasi dan untuk menentukan angka titik lembek aspal karet. Percobaan pembuatan aspal karet dilakukan dengan dua tahap yaitu proses pencampuran aspal karet dan pengujian aspal karet. Langkah pertama dalam pembuatan aspal karet yaitu dilakukan pencampuran terhadap aspal dan karet pada perbandingan 90:10 secara homogen dengan pemanasan pada suhu 1060C. Dari hasil percobaan didapat titik lembek aspal karet sebesar 65oC. Dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa titik lembek merupakan proses menyentuhnya aspal ke pelat dasar sebagai kecepatan akibat pemanasan tersebut. Kata Kunci : Aspal, Karet, Aspal Karet, Titik Lembek

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Dalam pembangunan sarana dan prasarana, fasilitas transportasi adalah hal

utama. Transportasi yang paling banyak diminati oleh pengguna transportasi adalah transportasi jalur darat. Salah satu prasarana transportasi adalah jalan raya yang sangat berpengaruh terhadap mobilitas masyarakat. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kualitas kebutuhan perkerasan jalan baik dari segi kekuatan, keamanan dan kenyamanan. Dalam upaya memperbaiki perkerasan jalan kinerja campuran beraspal, selain menggunakan campuran beraspal panas dengan pemilihan agregat dan material yang bermutu baik dapat pula dengan memodifikasi aspal menggunakan bahan tambahan. Salah satu bahan tambah yang dapat digunakan yaitu getah karet (lateks). Lebih dari 70% karet alam dunia digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan aspal dan sisanya digunakan dalam pembuatan kabel, ban, orings, dan sebagainya. Tentunya karet alam memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, terutama untuk campuran pembuatan aspal. Sejauh ini sudah dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan tambah alami khususnya karet, namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari penelitian sebelumnya, terutama pada penggunaan kadar aspal dan kadar karet yang digunakan 1.2

Dasar Teori

1.2.1

Aspal

a. Defenisi Aspal Aspal adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana kedua material sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih dahulu. Karena dicampur dalam keadaan panas, maka sering disebut sebagai hot mix. Semua pekerjaan pencampuran hot mix dilakukan di pabrik pencampur yang disebut sebagaiAsphalt Mixing Plant (AMP). Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan

meleleh bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumenyang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994).Bitumen adalah

suatu

campuran dari senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses

pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang

disertai dengan derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat atau padat,dan campuran tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2). Aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, antara lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap air. Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base Course, Base Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapisperkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan lapis aus dua. b. Sumber Aspal Aspal yang dihasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumenm, yang dihasilkan dari minyak mentah melalui proses destilasi. Proses penyulingan dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak sepertigasoline(bensin), kerosene(minyak tanah) dan gas oil. Secara kualitatif,aspal terdiri dari senyawa asphaltenesdan Maltenes, sedangkan secara kuantitatif, Asphaltenesmerupakan

campuran

kompleks

dari

hidrokarbon,

terdiri dari cincin aromatik kental dan senyawa heteroaromatic mengandung belerang. Ada juga amina dan amida, senyawa oksigen (keton, fenol atau asam karboksilat), nikel dan vanadium. Aspal merupakan senyawa kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon dan atom-atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur-unsur yang terkandung dalam bitumen, antara lain : Karbon (82-88%), Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), dan Nitrogen (0-1%). Aspal

adalah

bahan

yang Thermoplastis,

yaitu

konsistensinya

atau viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan

temperatur yang terjadi. Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan semakin rendah.Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami tegangan regangan akan berakibat aspal menjadi mengeras sesuai dengan jalannya waktu.Semakin besar angka penetrasi aspal (semakin kecil tingkat konsistensi aspal) akan memberikan nilai modulus elastis aspal yang semakin kecil dalam tinjauan temperatur dan pembebanan yang sama. Terdapat bermacam –macam tingkat penetrasi aspal yang dapat digunakan dalam campuran agregat aspal, antara lain 40/50, 60/70, 80/100. Umumnya aspal yang digunakan dindonesia adalah

aspal

dengan

penetrasi

80/100

dan penetrasi 60/70. c. Sifat-Sifat Kimia Aspal Susunan struktur internal aspal sangat ditentukan oleh susunan kimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspal tersebut. Susunan molekul aspal sangat kompleks dan dominasi ( 90-95% dari berat aspal) oleh unsur karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%), dari dua jenis atom, yaitu: heteroatom dan logam. Unsur-unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat menggantikan kedudukan atom karbon yang terdapat di dalam stuktur molekul aspal. Hal inilah yang menyebabkan aspal memiliki rantai kimia yang unik dan interaksi antar atom tom ini dapat menyebabkan perubahan pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah heteroatom yang terkandung didalam aspal sangat ditentukan oleh sumber minyak tanah mentah yang digunakan dan tingkat penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada karbon dan hidrogen untuk mengikat oksigen. Oleh sebab itu, aspal degna kandungan sulfur yang tinggi akan mengalami penuaan yang lebih cepat dari pada aspal yang mengandung sedikit sulfur. d. Sifat – Sifat Fisik Aspal Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerjacampuran beraspal antara lain adalah:

1. Durabilitas Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakansebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Halini di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibatoksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan danpenghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan sifat ini akanmenyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain aspaltelah mengalami penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. 2. Adesi dan Kohesi Adesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal, sedangkan Kohesi adalah ikatan didalam molekul aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan sehingga terbentuk aspal dengan daktilitas yang tinggi. Sifat adesidan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitasaspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukanuntuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yangkurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yangtinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnyayang digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalamair dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air ataukombinasi

air dengan

gaya mekanik

yang diberikan,

aspal

yang

menyilimutipemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuatakan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yangtejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekaniksangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali. 3. Kepekaan aspal terhadap temperatur

Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untukberubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspalterhadap temperatur. 4.

Pengerasan dan penuaan aspal Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui

durabilitascampuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu:penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaanjangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang.Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang menentukan kecepatan penuaan. e. Macam – Macam Aspal 1. Aspal Alam Aspal alam di Indonesia ditemukan di P.Buton sehingga dikenal dengan sebutan Asbuton (Aspal Buton). Selain itu juga ditemukan di Trinidad, Perancis, Swiss dan Amerika. Aspal alam dpt ditemukan dlm bentuk: a. Padat atau batuan dan disebut sebagai batu aspal b. Plastis yang ditemukan di Trinidad c. Cair yang ditemukan di bermuda dan dikenal sebagai bermuda lake asphalt 2. Aspal Buatan Aspal buatan adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan minyak bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut dengan paraffin base crude oil. Aspal buatan terdiri dari berbagai bentuk, yaitu padat, cair dan emulsi. a. Aspal Padat Aspal padat merupakan hasil penyulingan minyak bumi yang kemudian disuling sekali lagi pada suhu yang sama tetapi dengan tekanan rendah (hampa udara), sehingga dihasilkan bitumen yang disebut dengan “straightrun bitumen”. Untuk memperbaiki beberapa sifat bitumen, antara lain peningkatan kadar asphaltene, sifat lekat dan sifat kepekaan terhadap udara maka diperlukan suatu proses tambahan berupa pencampuran dgn udara pada suhu 400o C dan disebut

dengan proses “blowing”. Kekurangan dari proses blowing adalah kemungkinan terjadi retak (cracking) akibat adanya proses kimia. b. Aspal Cair Aspal cair adalah aspal keras yang dicampur dengan pelarut. Jenis aspal cair tergantung dari jenis pengencer yang digunakan untuk mencampur aspal keras tersebut. c. Aspal Emulsi Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair pada umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal emulsi terdiri dari butir-butir aspal halus dalam air yang diberikan muatan listrik sehingga butir-butir aspal tersebut tidak bersatu dan tetap berada pada jarak yang sama. 1.2.2

Karet

a. Defenisi Karet Karet (Hevea brasilliensis) termasuk dalam genus Hevea dan famili Euphorbiaceae. Tanaman karet dimanfaatkan getahnya sebagai lateks yang dapat digunakan untuk berbagai bahan olahan karet. Terdapat beberapa macam karet alam yang dikenal, di antaranya bahan olahan. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah: 1. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar) 2. Lateks pekat 3. Karet bongkah atau block rubber 4. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pole crepe, estate brown crepe, compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket crepe ambers, flat bark crepe, pure smoke blanket crepe dan off crepe 5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber 6. Karet siap olah atau tyre rubber dan karet reklim atau reclaimed rubber b. Crumb Rubber Crumb rubber (karet remah) merupakan karet yang berasal dari karet alam dan banyak diantaranya adalah kopolimer, yaitu polimer yang mengandung lebih dari satu monomer. Crumb rubber adalah bahan yang 100% dibuat dari nabati alami, dimana dalam pengolahannya digunakan dua golongan bahan baku, yaitu

lateks kebun dan lump atau gumpalan mutu rendah. Crumb rubber ini dapat diolah menjadi aneka ragam barang yang sangat luas penggunaannya, aneka ragam tersebut antara lain ban (untuk sepeda, sepeda motor, dan mobil), sepatu karet, karpet berlapis karet, pembungkus logam, dan lain-lain. Produk ini merupakan salahsatu produk turunan dari karet alam selain lateks pekat, karet sit asap dan karet krep. Crumb rubber (karet remah) digolongkan sebagai karet spesifikasi teknis (TSR=Technical Spesified Rubber), karena penilaian mutunya tidak dilakukan secara visual, namun dengan cara menganalisis sifat – sifat fisika kimianya seperti kadar abu, kadar kotoran, kadar N, Plastisitas Wallace dan Viscositas Mooney. Crumb rubber produksi Indonesia dikenal dengan nama SIR (Standard Indonesian Rubber). Pada awalnya sebagian besar karet alam Indonesia diperdagangkan dalam bentuk karet lembaran yakni karet sit asap (RSS = ribbed smoked sheet), Namun sejak diperkenalkan teknologi karet remah (crumb rubber) pada tahun 1968, produksi karet sit secara dramastis menurun, beralih ke karet remah, tidak kurang dari 90% produksi karet alam nasional setiap tahunnya merupakan karet remah. Tabel 1.2 Spesifikasi Karet Alam SIR-20 No.

Spesifikasi

Karet Alam SIR-20

1.

Kadar kotoran maksimum

0,20%

2.

Kadar abu maksimum

1,0%

3.

Kadar zat atsiri maksimum

1,0%

4.

Plasticity Retention Index minimum

40

5.

Plastisitas-Po minimum

30

6.

Kode warna

Merah

c. Proses Produksi Crumb Rubber Menurut SNI 1903-2011, crumb rubber atau Karet berspesifikasi Teknis adalah karet alam yang diperoleh dari pengolahan lateks, koagulum karet atau bahan olahan karet yang berasal dari getah pohon Hevea brasiliensis baik secara mekanis maupun secara mekanis-kimia. Bentuk karet berupa karet remah (Crumb rubber) dan karet bongkahan (Block rubber) yang mutunya berdasarkan

spesifikasi teknis. Crumb rubber atau karet spesifikasi teknis merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga mutu teknisnya terjamin. Karet dikemas dalam bentuk bongkahan kecil dengan berat dan ukuran yang seragam, dibungkus dengan lembar lastik polythene serta dengan sertifikat uji coba laboratorium. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan kagulum lateks, yaitu slab dimulai dari penyortiran terlebih dahulu. Bahan selanjutnya masuk ke tangki-tangki air pembersih. Pencucian lalu dilanjutkan di dalam hammermill. Pada mesin ini pencucian diiringi dengan pemotongan lalu digiling dalam mesin penggiling crepe. Hasil penggilingan lalu masuk ke palletiser atau mesin denggan pisau berputar. Setelah pembutiran dilakukan, bahan melalui perlakuan kimiawi dengan penambaan asam fosfat atau asam amino denggan perendaman. Bahan yang telah direndam dikerngkan, lalu siap untuk dikemas Proses pembuatan karet remah di Indonesia menggunakan proses dynat. Bahan pembuatan crumb rubber dapat dibedakan menjadi lateks kebun dan bahan baku gupalan yang bermutu rendah. Prinsip pembuatan crumb rubber yaitu penyaringan lateks, penggumpalan dengan asam secara biologis, pencacahan (peremahan) dengan mesin pisau berputar (rotary cutter) dan pencucian dengan air, peremahan dengan palletiser, pengeringan, pengempaan dengan mesin press dan pembungkusan Pengolahan crumb rubber dari lateks kebun dilakukan dengan proses guthrie, umumnya lateks digumpalkan dengan asam atau secara biologis. Penggumpalan dengan mengkombinasi keduanya akan lebih optimum. Cara penggumpalan yaitu dengan menambahkan 0.36% tetes dari berat kering ke 1% asam formiat ke dalam lateks yang dapat menghasilkan gumpalan kare kokoh dan berpori dalam waktu 18-24 jam. d. Plasticizer Plasticizer adalah bahan tambahan/aditif yang meningkatkan flexibiltas dan ketahanan dari suatu material. Plasticizer digunakan tiap tahun dalam jumlah banyak digunakan untuk memproduksi plastik, bahan pelapis/coating, film, dan filamen untuk aplikasi di berbagai industri, seperti automotif, kesehatan dan barang konsumsi lainnya. Hampir 90% plasticizer digunakan untuk polyvinyl chloride (PVC), dimana penggunaan bahan plasticizer dapat menambah ketahanan

dan kekentalan dari PVC, sehingga membuat PVC lebih mudah untuk dibentuk/dimanipulasi, terutama yang diaplikasi pada food-drug packaging atau mainan anak - anak mulai dipermasalahkan. Ini dikarenakan adanya migrasi senyawa aromatic tersebut dari PVC dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan timbulnya sel kanker. Bahan plasticizer pengganti DOP dari turunan minyak sawit yang ramah linkungan Plasticizer diartikan sebagai pelarut organik dengan titik didih tinggi atau padatan dengan titik leleh rendah. Apabila ditambahkan kedalam resin keras dan kaku seperti karet dan plastik PVC, maka akumulasi intermolecular pada rantai panjang

akan

menurun,

sehingga

kelenturan,

kelunakan,

pemanjangan,

kemampuan kerja, ketahanan terhadap panas, ketahanan terhadaptemperatur rendah, ketahanan terhadap cuaca, dan ketahan terhadap minyak akan meningkat.Plasticizer dapat mengurangi kekentalan pada campuran, mengurangi stiffness pada saat vulkanisasi dan juga meningkatakan laju tekan sehingga campuran menjadi sedikit elastic.Plasticizer yang biasa digunakan adalah di-obenzamidephenyl disulfide di-o-benzamidephenyl disulfide dipeptisasi efisiensi yang tinggi dalam suhu tinggi. Hal ini digunakan dalam karet alam, proses plasticating karet sintetis. Plasticizer adalah salah satu bahan kimia paling laku yang dapat merubah sifat dari plastik, cat, karet, konkrit, tanah liat dan lem atau disebut dengan perekat. Kebanyakan plasticizer berbentuk cairan dan sebagian besar tidak berwarna, tetapi ada beberapa jenis yang berwarna kuning muda sampai kuning cerah. American Society for Testing and Materials (ASTM) memiliki metode pengukuran warna untuk cairan tidak berwarna, yang merupakan metode standar untuk menganalisa plasticizer. Skala yang digunakan untuk plasticizer berwarna terang adalah warna APHA, atau dikenal sebagai skala Hazen.Tetapi untuk plasticizer berwarna gelap, yang tidak dapat dilihat dengan skalah APHA, metode ASTM harus digunakan. Metode tes ini menggunakan skala warna Gardner. e. Hidroksilamin netral sulfat (HNS) Hidroksilamin netral sulfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan secara komersial untuk memproduksi karet viskositas mantap. Hidroksilamin Netral Sulfat (HNS) dapat memantapkan viskositas Mooney karet

alam melalui pengikatan gugus aldehida, sehingga membentuk gel karena gugus aldehida pada rantai poliisoprena terlebih dahulu diikat sebelum gugus aldehida tersebut melakukan reaksi selanjutnya. Hidroksilamin merupakan senyawa yang cukup reaktif untuk mencegah terjadinya ikatan silang dan paling banyak digunakan sebagai bahan pemantap viskositas Mooney karet alam secara komersial. Namun, cara aplikasi yang biasa dilakukan berupa 10% HNS dalam air (Sukirman, 1999). Pelarutan HNS dalam air akan melepaskan kembali molekul asam sulfat yang bersifat korosif, sehingga dalam aplikasinya menyebabkan beberapa kerusakan terhadap berbagai peralatan dan mesin-mesin pada proses pembuatan karet. Oleh karena itu, pelarutan HNS dalam air sebaiknya dihindari . Hidroksilamin direaksikan dengan karet agar karet alam tidak mengkristal pada suhu rendah, karena apabila ini terjadi diperlukan pemanasan karet terlebih dahulu sebelum diolah di pabrik barang jadi karet. 1.2.3

Aspal Karet Aspal modifikasi dibuat dengan mencampurkan aspal dengan bahan

tambahan. Polymer adalah jenis bahan tambah yang sering digunakan saat ini, salah satunya karet. Aspal Polymer Elostomer dan karet adalah jenis polyer elastomer yang SBS (Styrene Butadine Sterence), SBR (Styrene Butadine Rubber). SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet adalah jenis polymer elastoner yang digunakan sebagai bahan pencampur aspal. Penambahan polymer jenis ini untuk memperbaiki sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Modifikasi aspal dengan karet merupakan sistem dua campuran yang mengandung karet dan aspal yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja aspal antara lain mengurangi deformasi pada perkerasan, meningkatkan ketahanan terhadap retak dan meningkatkan kelekatan aspal terhadap aggregat (Suroso, 2007). Karet alam sebagai polimer alami berpotensi digunakan sebagai aditif aspal pengganti polimer sintetis impor. Penelitian tentang aspal karet telah dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis karet. Karet yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan pengolahan. Pengolahan karet sebagai bahan aditif dilakukan dengan cara degradasi.

Degradasi karet merupakan proses pendegradasian polimer dengan cara menghilangkan kesatuan monomer secara bertahap dalam reaksi (Ramadhan et al. 2005). Degradasi molekul karet dilakukan untuk memperoleh karet dengan bobot molekul rendah yang ditandai dengan rendahnya viskositas Mooney Degradasi karet secara mekanis terjadi melalui proses perlakuan pelunakan (mastikasi). yang berperan dalam proses pemutusan rantai molekul karet pada mastikasi dingin adalah tenaga mekanis yang berasal dari gaya geser antara permukaan gilingan dengan balok karet (the bulk rubber). Pemutusan rantai molekul oleh tenaga mekanik akan menghasilkan radikal-radikal bebas yang akan mengikat oksigen dari udara, sehingga terbentuk molekul-molekul yang stabil. Mastikasi karet alam menyebabkan degradasi molekul, sehingga berat molekulnya kira-kira menjadi sepersepuluh dari berat molekul semula. Degradasi karet alam (SIR 20) yang dilakukan meliputi persiapan bahan, penggilingan dengan two roll mill (mastikasi), penambahan bahan kimia dan pengujian. Mastikasi adalah proses pelunakan (plastisasi) elastomer, sebagai langkah persiapan bagi proses pencampuran dengan tujuan agar bahan kimia yang ditambahkan dapat tercampur merata. Penggunaan karet dalam pembuatan aspal diharapkan mampu memberikan solusi dalam permasalahan perkerasan jalan dan meningkatkan penggunaan komoditas karet sehingga akan berdampak pada stabilitas karet di Indonesia. 1.2.4

Analisa Aspal Karet

a. Daktilitas (SNI 2432:2011) Tujuan pemeriksaan daktilitas adalah untuk mengetahui sifat kohesi dari aspal. Syarat minimum untuk daktilitas sebesar 100 cm. b. Penetrasi (SNI 2456:2011) Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasa aspal. Syarat penetrasi aspal sebesar 0,6 mm sampai 0,79 mm. c. Titik lembek (SNI 2434:2011) Titik lembek adalah temperatur dimana suatu lapisan aspal setebal 5 mm akan melunak sepanjang 25,4 mm saat diberikan beban berupa bola baja berdiameter 9,53 mm seberat 3,5 mg. Aspal dengan titik lembek yang tinggi kurang peka terhadap perubahan temperatur tetapi lebih baik untuk

bahan pengikat konstruksi perkerasan. Syarat minimum untuk titik lembek sebesar 500C. d. Titik nyala dan Titik bakar (SNI 2433:2011) Tujuan pemeriksaan titik nyala dan titik bakar adalah untuk mengetahui suhu dimana aspal akan mulai mengalami kerusakan karena panas, yaitu saat terjadi nyala api pertama untuk titik nyala, dan nyala api yang merata untuk titik bakar. Syarat minimum untuk titik nyala dan titik bakar adalah 2000C. e. Berat jenis (SNI 2441:2011) Berat jenis adalah perbandingan antara berat aspal dengan volumenya pada suhu 250C. Syarat minimum untuk berat jenis aspal sebesar . f. Kelekatan aspal pada agregat (SNI 2439:2011) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kelekatan pada agregat. Syarat minimum kelekatan aspal pada agregat sebesar 97%. 1.3 1.

Tujuan Percobaan Mempelajari proses mastikasi karet dan pembuatan aspal karet pada nisbah yang bervariasi.

2.

Untuk menentukan angka titik lembek aspal karet.

BAB II METODOLOGI PERCOBAAN

2.1

Bahan- bahan

1.

Crumb rubber SIR 20 sebanyak 10 gram

2.

Aspal penetrasi 60/70 sebanyak 90 gram

3.

Air Suling

2.2

Alat-alat

1.

Hot Plate

2.

Timbangan

3.

Termometer

4.

Gelas kimia

5.

Aluminium foil

6.

Bola baja

7.

Mixer/pengaduk

8.

Cutter

9.

Wadah aspal

2.3

Percobaan

2.3.1

Proses pencampuran Aspal-Karet

1.

Crumb Rubber SIR 20 sebanyak 10 gram di lelehkan terlebih dahulu.

1.

Aspal penetrasi 60/70 sebanyak 90 gram dimasukkan kedalam gelas kimia untuk proses pemanasan.

2.

Aspal penetrasi 60/70 dipanaskan hingga mencair sambil diaduk dengan kecepatan sedang.

3.

Setelah aspal mencair semua, karet dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen, suhu pencampuran dijaga 1600C.

4.

Setiap 10 menit kehomogenan aspal dan karet dilihat.

5.

Kehomogenan aspal dan karet dilihat secara visual.

6.

Setelah bahan jadi, dimasukkan kedalam cetakan dengan sekali tuang, hal ini untuk menghindari proses pelapisan aspal.

2.3.2

Pengujian Aspal-Karet ( Pengujian Titik Lembek)

1. Benda uji dipasang dan diatur diatas dudukannya, dan pengarah bola diletakkan diatasnya. 2. Bejana diisi dengan air suling pada suhu ruang hingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm. 3. Termometer diletakkan diantara benda uji ( dari tiap cincin) 4. Bola-bola baja diletakkan ditengah benda uji dengan menggunakan penjepit. 5. Bejana dipanaskan sehingga kenaikan suhu tercapai sehingga titik lembek dapat diperoleh.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 1.

Kesimpulan Pembuatan aspal karet dilakukan dengan pencampuran aspal karet penetrasi 60/70 dengan karet pada komposisi perbandingan 90:10.

2.

4.2

Titik lembek aspal karet yang diperoleh dari percobaan adalah 750C.

Saran Sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan berhati-hati agar

terhindar dari bahaya selama melakukan percobaan. Selain itu diharapkan ketika praktikum, praktikan melakukan percobaan dengan teliti agar praktikum berhasil dan mendapatkan hasil yang maximal.

DAFTAR PUSTAKA Sukirman, S. 2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit Surya, I. 2006. Buku Ajar Teknologi Karet. Medan: Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatra Utara Tim Penyusun. 2017. Modul Teknologi Tepat Guna. Pekanbaru: Universitas Riau

Related Documents


More Documents from "Nadya Shabrina"

Level1.docx
June 2020 23
Bab Iii.docx
June 2020 23
Doc1.docx
June 2020 21
Makalah.docx
July 2020 14