Laporan Anwil.docx

  • Uploaded by: sely mutia
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Anwil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,123
  • Pages: 34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Agam terletak pada koordinat 00º01'34"– 00º28'43" LS dan 99º46'39"–100º32'50" BT dengan luas 2.232,30 km², atau setara dengan 5,29% dari luas provinsi Sumatera Barat yang mencapai 42.297,30 km². Kabupaten ini dilalui wilayah pegunungan yang terbentuk dari 2 jalur basin, yaitu Batang Agam di bagian utara dan Batang Antokan di bagian selatan. Pulau Tangah dan pulau Ujung adalah 2 pulau yang ada di kabupaten Agam dengan luas masing-masing 1 km². Kabupaten Agam memiliki garis pantai sepanjang 43 km dan sungai berukuran kecil yang bermuara di Samudera Hindia, seperti Batang Agam, dan Batang Antokan. Di kabupaten ini menjulang 2 gunung, yaitu gunung Marapi di kecamatan Banuhampu dan gunung Singgalang di kecamatan IV Koto yang masing-masing memiliki tinggi 2.891 meter dan 2.877 meter. Selain itu, membentang pula sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, yaitu danau Maninjau yang memiliki luas 9,95 km². Kabupaten Agam memiliki ketinggian yang sangat bervariasi, yaitu antara 0 meter sampai 2.891 meter di atas permukaan laut dengan gunung Marapi di kecamatan Banuhampu sebagai titik tertinggi. Topografi bagian barat kabupaten ini relatif datar dengan kemiringan kurang dari 8%, sedangkan bagian selatan dan tenggara relatif curam dengan kemiringan lebih dari 45%. Seperti daerah lainnya di Sumatera Barat, kabupaten Agam mempunyai iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 25 °C dan maksimum 30 °C. Tingkat curah hujan di kabupaten Agam mencapai rata-rata 3.200 mm per tahun, di mana daerah sekeliling gunung lebih tinggi curah hujannya dibanding daerah

1

pantai. Sedangkan kecepatan angin minimun di kabupaten ini adalah 4 km/jam dan maksimum 20 km/jam. Dalam kajian ilmu tersebut dijelaskan bahwa untuk menggunakan suatu ruang seharusnya ada perencanaan tata ruang. Karena selama ini perencanaan tata ruang kalah cepat jika dibandingkan dengan perkembangan penggunaan ruang itu sendiri. Padahal perkembangan ruang tanpa perencanaan yang matang dapat mengakibatkan penyalah gunaan lahan yang berdampak dalam bidang material dan menimbulkan kerugian baik dibidang lingkungan itu sendiri Oleh sebab itu, dalam matakuliah Analisa Wilayah ini, mengkaji analisa fungsi kawasan, kemampuan lahan, analisis rawan bencana banjir, rawan bencana longsor, kekritisan DAS, daya tampung lahan serta kriteria wilayah . Pembahasan laporan ini adalah tentang daerah Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak Hal ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan ruang dalam Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan: 1. Bagaimana Analisis Fungsi Kawasan Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak 2. Bagaimana Analisis Kemampuan Lahan Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak? 3. Bagaimana Analisis Rawan Bencana Banjir Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak? 4. Bagaimana Analisis Rawan Bencana Longsor Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak? 5. Bagaimana Anilisis Kekritisan DAS Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak? 6. Bagaimana Analisis Kriteria Wilayah

Kecamatan Tanjung Raya dan

Kecamatan Malalak? 2

C. Tujuan Penulisan Berdasarakan rumusan masalah diatas maka tujuan pembuatan laporan ini adalah : 1. Untuk mengetahui Analisis Fungsi Kawasan Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak. 2. Untuk mengetahui Analisis Kemampuan Lahan Kecamatan

Tanjung

Raya dan Kecamatan Malalak 3. Untuk mengetahui Analisis Rawan Bencana Banjir Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak 4. Untuk mengetahui Analisis Rawan Bencana Longsor

Kecamatan

Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak 5. Untuk mengetahui Daya Dukung Lahan Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak. 6. Untuk mengetahui Potensi dan Kendala Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak

3

BAB II ANALISIS FISIK WILAYAH KECAMATAN TANJUNG RAYA DAN KECAMATAN MALALAK KABUPATEN AGAM A. Analisis Fungsi Kawasan 1. Alat dan Bahan a. Alat a) Alat tulis b) Kertas Minyak c) Pensil warna d) Kalkulator

b. Bahan a) Peta Topografi b) Peta Satuan Lahan dan Tanah c) Peta Curah Hujan d) Makalah kelompok 6 tentang analisis fungsi kawasan dan kemampuan lahan untuk metode skoring.

2. Prosedur Pembuatan Peta Fungsi Kawasan 1. Peta Lereng a. Peta lereng dihasilkan dari perhitungan garis kontur pada peta topografi. b. Untuk mendapatkan peta topografi Kabupaten Agam, maka peta yang dibutuhkan adalah topografi jantop TNI-AD dengan skala 1:50.000 c. Buatlah batas Kabupaten Agam pada peta tersebut d. Karena peta topografi yang digunakan sebagai sumber adalah peta topografi tahun 1984, maka pada tahun 2014 ini pada Kabupaten Agam terjadi banyak pemekaran kawasan. Sehingga cocokkanlah batas administrasi kabupaten Agam pada tahun terakhir.

4

e. Setelah ada batas administrasi tersebut, maka tampaklah kecamatan pada Kabupaten Agam , salah satunya adalah Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak. f. Hitunglah kemiringan lereng berdasarkan garis kontur Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak dan masukkanlah dalam klasifikasi kemiringan lereng, dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : Kemiringan Lereng =

(𝑁−1)𝐶𝑖 𝐿𝑥𝑆

𝑥 100 %

Keterangan : Ci = kontur interval N = jumlah kontur L = panjang S = skala g. Setelah dihitung, maka hasil yang diperoleh untuk Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak adalah : Tabel 1. Kelas Lereng Symbol Kelerengan Klasifikasi I

0% - 8%

Datar

8% - 15%

Landai

II

15% - 25% III

Agak Curam

IV 25% - 40%

Curam

> 40%

Sangat Curam

V

5

2. Peta Jenis Tanah a. Peta jenis tanah diperoleh dari analisis peta satuan lahan dan tanah b. Untuk memperoleh peta jenis tanah Kabupeten Agam, maka dibutuhkan peta satuan lahan dan jenis tanah, skala 1:250.000 sejumlah 4 lembar. c. Buatlah batas Kabupaten Agam

pada peta tersebut beserta batas

kecamatan. d. Setelah ada batas administrasi tersebut, maka tampaklah kecamatan pada Kabupaten Agam, salah satunya adalah Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak e. Salinlah potongan Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak kedalam lembar kerja, dengan menyesuaikan skala. f. Analisislah peta satuan lahan dan tanah tersebut untuk mendapatkan jenis tanah Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak. 3. Peta Curah Hujan a. Peta curah hujan yang digunakan adalah peta curah hujan Kabupaten Agam skala 1 : 100.000, pola curah hujan thiessen dari tahun 2007 hingga 2011. b. Buatlah batas kecamatan, hingga tampak kecamatan di Agam, salah satunya adalah Kecamatan Pangkalan Koto Baru. c. Salinlah Kecamatan Agam

kedalam lembar kerja, dengan

menyesuaikan skala. d. Amatilah pada peta curah hujan Kabupaten Agam yang cakupan daerah curah hujannya termasuk Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak. Berikut jenis Curah Hujan di Kecamatan Tanjyng Raya dan Kecamatan Malalak

6

4. Peta Jenis Tanah dan Curah Hujan a. Overlay peta jenis tanah dan curah hujan, hingga di hasilkan peta yang baru, kemudian pindahkanlah kedalam lembar kerja. b. Berikanlah skor untuk jenis tanah dan curah hujan dengan ketentuan : Ketentuan untuk jenis tanah, yaitu : Tabel 2. Ketentuan Skoring untuk jenis tanah

Ketentuan untuk curah hujan, yaitu : Tabel 3. Ketentuan skoring untuk Curah Hujan

5. Peta Satuan Lahan a. Untuk mendapatkan peta satuan lahan Kecamatan Tanjung Baru dan Kecamatan Malalak, maka harus meng-overlay peta jenis tanah dan dan curah hujan serta peta lereng, dengan metode yang sama dengan overlay peta jenis tanah dan curah hujan. b. Setelah peta tersebut di overlay, maka pindahkanlah hasilnya kedalam lembar kerja. c. Berilah skor pada masing-masing satuan lahan, dengan ketentuan : a) Jenis tanah dan curah hujan telah di beri skor, maka yang akan di beri skor selanjutnya adalah kemiringan lereng, dengan ketentuan :

7

Tabel 4. Ketentuan skoring untuk kelas lereng

b) Setelah kemiringan lereng di beri skor, maka jumlahkanlah dengan jumlah skor pada peta jenis tanah dan curah hujan. 6. Peta Fungsi Kawasan a. Peta fungsi kawasan merupakan peta yang menampilkan informasi tentang fungsi dari suatu kawasan berdasarkan peta satuan lahan (overlay peta tanah, curah hujan dan lereng ) yang telah diberi skor. b. Amatilah dan kelompokkanlah skor tersebut, dengan ketentuan : Tabel 5. Ketentuan klasifikasi fungsi kawasan No Klasifikasi

Kriteria Skor

1

Kawasan Fungsi Lindung

>175

2

Kawasan Fungsi Penyangga

125-174

3

Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan

75-124

4

Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman

<74

c. Setelah di kelompokkan berdasarkan ketentuan diatas, maka deliniasilah sehingga tampak kawasan-kawasan yang memilki fungsi yang berbeda beda. d. Salinlah ke dalam lembar kerja e. Maka dihasilkan peta fungsi kawasan.

8

Tabel 6. Jenis dan Luas Fungsi Kawasan Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak No

Jenis Fungsi Kawasan

Luas

1.

Budidaya Budidaya Tanaman Tahunan

125 km2

2.

Penyangga

73,75 km2

3.

Lindung

24 km2

Berikut Peta Fungsi kawasan Kecamatan Tanjung raya dan Kecamatan Malalak:

Keterangan : a) Kawasan Fungsi Lindung Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan dan sifat fisiknya mempunyai fungsi lindung untuk kelestarian sumberdaya alam, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air dan alur sungai, serta kawasanlindung lainnya. Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya sama dengan atau lebih besar dari 175.

9

b) Kawasan Fungsi Penyangga Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang berungsi sebagai pelindung dan sebagai budidaya. Letaknya diantara kawasan lindung dan kawasan budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan tanaman keras, perkebunan campuran dan lain – lainnya yang sejenis. Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125-174. c) Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap, perkebunan tanaman keras, tanaman buah, dan lainnya. B. Analisis Kemampuan Lahan 1. Alat dan bahan a. Alat a) Alat tulis b) Kertas Minyak c) Pensil warna d) Kalkulator b. Bahan a) Peta Topografi Skala 1:50.000 b) Peta Satuan Lahan dan Tanah c) Buku Satuan Lahan dan Tanah d) Makalah kelompok 1 tentang analisis fungsi kawasan dan kemampuan lahan untuk metode skoring.

2. Prosedur Pembuatan Peta Kemampuan Lahan Untuk

membuat

peta

kemampuan

lahan,

harus

memperhatikan

memperhatikan beberapa faktor pembatas. Untuk menentukan beberapa faktor pembatas untuk kemampuan lahan ini, Arsyad (1989), memberikan kriteria, yaitu :

10

Tabel 7. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan

Untuk mendapatkan skor dari faktor pembatas tersebut, maka dibuatlah beberapa peta dasar, yaitu : a. Peta lereng Untuk membuat peta lereng, langkah yang dilakukan sama dengan pembuatan peta lereng pada penentuan fungsi kawasan, yang berbeda dari peta lereng untuk kemampuan lahan adalah lereng yang dibutuhkan lebih detil daripada lereng pada fungsi kawasan, hal ini tampak pada tabel kriteria kemampuan lahan yang disadur dari Arsyad (1989). Sehingga pada peta kemampuan lahan, lereng yang di dapatkan adalah : Tabel 8. Kelas lereng untuk kemampuan lahan No

Kriteria Lereng

Kelas Lereng

1

0%-3%

I

2

3%-8%

II

3

8 % - 15 %

III

4

15 % - 30 %

IV

5

30 % - 45 %

VI

6

45 % - 65 %

VII

b. Peta Satuan Lahan dan Jenis Tanah

11

a) Untuk mendapatkan data tentang tekstur tanah, permeabilitas, drainase, kedalaman efektif, kepekaan erosi, kerikil/batuan, dan banjir, maka dibutuhkan peta satuan lahan dan jenis tanah. b) Untuk Kabupaten Agam, maka dibutuhkan 4 lembar peta, diantaranya adalah peta satuanlahan dan jenis tanah c) Satukanlah ke-4 peta tersebut, kemudian buat garis kabupaten serta kecamatan pada Kabupaten Agam. d) Sehingga tampak satuan lahan dan jenis tanah yang terdapat pada Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak. e) Salinlah satuan lahan dan jenis tanah untuk Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak ke dalam Lembar Kerja. f) Sehingga hasil yang di dapatkan dari peta satuan lahan dan jenis tanah tersebut adalah :

Tabel 9. Satuan Lahan dan Jenis Tanah Kecamatan Pangkalan Koto Baru No

Satuan Lahan dan Jenis Tanah

1

Aq.b.1.1

2

Vab.1.3.3

3

Vab.1.4.3

4

Aq.6.1.1

g) Untuk mendapatkan keterangan dari satuan lahan dan jenis tanah di atas, maka dibutuhkan lah buku satuan lahan dan jenis tanah yang sesuai dengan lembar peta jenis tanah dan satuan lahan tersebut. Maka pada Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak, buku yang dibutuhkan adalah buku satuan lahan dan tanah. h) Berdasarkan keterangan yang terdapat di buku tersebut, maka hasil untuk kriteria kemampuan lahan yang di dapat adalah tekstur tanah, 12

permeabilitas, , kedalaman efektif, kepekaan erosi, kerikil/batuan, dan banjir. Namun untuk kriteria permeabilitas pada buku tersebut tidak ditemukan keterangannya, maka faktor pembatas untuk permeabilitas dapat diabaikan pada analisis ini. Table 10. Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan Kec. Tanjung Raya dn Kec. Malalak 1) Vab. 1.4.3 Faktor Penghambar/Pembatas Lereng Permukaan

Kelas Kemampuan Lahan Kelas II

Kedalaman Tanah

Kelas I

Tekstur Lapisan Atas

Kelas II

Tekstur Lapisan Bawah

Kelas II

Drainase

Kelas I

Garam/Salinitas

Kelas I

Kelas kemampuan lahan yaitu Kelas II 2) Aq.6.1.1 Faktor Penghambar/Pembatas Lereng Permukaan

Kelas Kemampuan Lahan Kelas I

Kedalaman Tanah

Kelas I

Tekstur Lapisan Atas

Kelas II

Tekstur Lapisan Bawah

Kelas II

Drainase

Kelas I

Garam/Salinitas

-

Kelas kemampuan lahan yaitu Kelas II

13

3) Vab. 2.11.3 Faktor Penghambar/Pembatas Lereng Permukaan

Kelas Kemampuan Lahan Kelas IV

Kedalaman Tanah

Kelas I

Tekstur Lapisan Atas

Kelas VII

Tekstur Lapisan Bawah

Kelas VIII

Drainase

Kelas I

Garam/Salinitas

-

Kelas kemampuan lahan yaitu Kelas VIII 4) Vab.1.3.3 Faktor Kelas Kemampuan Lahan Penghambar/Pembatas Lereng Permukaan Kelas IV Kedalaman Tanah

Kelas I

Tekstur Lapisan Atas

Kelas II

Tekstur Lapisan Bawah

Kelas VII

Drainase

Kelas I

Garam/Salinitas

Kelas I

Kelas kemampuan lahan yaitu Kelas VII Berikut klasifikasi kemampuan lahan kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak: Kelas Kemampuan Lahan

Luas (Km2)

II

47,75

VII

49,5

VIII

44

14

Berikut hasil Peta Kemampuan lahan Keamatan malalak dan kecamatan tanjung raya:

Keterangan: 1. Kelas II Tanah pada kelas lahan ini memiliki sedikit faktor pembatas yang

dapat

mengurangi

pilihan

penggunaannya

atau

mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Lahan kelas II memerlukan pengelolaan yang hati-hati, termasuk didalamnya

tindakan-tindakan

konservasi

untuk

mencegah

kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara jika tanah diusahakan untuk pertanian tanaman semusim. Tanah-tanah dalam kelas ini memerlukan sistem pertanian konservasi

khusus,

tindakan-

tindakan

pencegahan

erosi,

pengendalian air lebih,atau metode pengolahan jika digunakan untuk

tanaman

semusim

dan

tanaman

yang memerlukan

pengolahan tanah. Sebagai contoh, tanah yang dalam dengan lereng landai yang terancam erosi sedang jika digunakan untuk 15

tanaman semusim memerlukan tindakan-tindakan seperti guludan, penanaman dalam strip, pengolahan menurut kontur dan pergiliran tanaman.

2. Kelas VII Tanah pada lahan kelas VII terletak pada lereng yang curam, telah tererosi berat, solumny sangat dangkal dan berbatu. Karena itu hanya dapat digunakan untuk vegetasi permanen jika digunakan untuk padang rumput atau hutan maka harus disertai pengelolaan lebih khusus dari yang diperlukan pada kelas VI. 3. Kelas VIII Tanah pada lahan kelas VIII biasanya terletak pada lereng yang sangat curam, permukaannya sangat kasar, tertutup batuan lepas atau batuan singkapan atau tanah pasir dipantai. Karena itu tanah pada kelas ini harus dibiarkan pada keadaan alami dibawah vegetasi alami (untuk cagar alam, hutan lindung, atau untuk tempat rekreasi). C.

Analisis Kawasan Rawan Bencana Banjir (RBB) 1. Alat dan Bahan a. Alat a) Alat tulis b) Kertas Minyak c) Pensil warna d) Kalkulator b. Bahan a) Peta Topografi Sumber peta : Peta Topografi Jantop TNI-AD, tahun 1984 Skala 1:50.000 16

b) Peta Geologi Sumber peta : Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera, Tahun 1983 Skala 1:250.000 Peta Geologi Lembar Pekanbaru, Sumatera, Tahun 1982 Skala 1: 250.000 Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera, Tahun 1973 Skala 1:250.000 Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera, Tahun 1995 Skala 1: 250.000 c) Makalah kelompok 2 tentang analisis rawan bencana d) Teknik mitigasi banjir dan tanah longsor, oleh Paimin

2. Prosedur Pembuatan Peta Rawan Bencana Banjir a. Peta lereng Untuk mendapatkan peta lereng, langah kerja yang dilakukan sama dengan langkah kerja peta lereng pada peta fungsi kawasan, yaitu dengan menggunakan peta topografi. Maka peta lereng yang dihasilkan untuk Kecamatan Tanjung Raya dan Kec Malalak adalah

17

Tabel 11. Kelas lereng untuk RBB Symbol

Kelerengan

Klasifikasi

I

0% - 8%

Datar

II

8% - 15%

Landai

III

15% - 25%

Agak Curam

IV

25% - 40%

Curam

V

> 40%

Sangat Curam

b. Peta Hidrologi Untuk mendapatkan Peta Hidrologi Kecamatan Pangkalan Koto Baru, maka langkah kerjanya adalah : a) Lihat kembali pada peta topografi, yaitu terdapat aliran-aliran sungai, dengan memperhatikan batas kebupaten dan batas kecamatan, karena yang dibutuhkan adalah aliran sungai untuk Kecamatan Pangkalan Koto Baru saja. b) Perjelaslah aliran sungai tersebut menggunakan spidol berwarna biru. c) Setelah selesai salinlah aliran sungai tersebut kedalam lembar kerja, dengan memperhatikan sungai induk, cabang sungai induk, anak cabang sungai induk, atau tidak ada percabangan bahkan tidak terdapat sungai.

18

d) Maka jadilah peta hidrologi untuk Kecamatan Pangkalan Koto Baru

c. Peta Geologi Untuk mendapatkan peta geologi kecamatan pangkalan koto baru, maka langkah kerjanya adalah : a) Satukanlah ke- 4 peta geologi yang tersediaa, yaitu peta geologi lembar padang, lubuk sikaping, solok dan pekanbaru. b) Buatlah garis batas kabupaten lima puluh kota, sekaligus batas kecamatannya. c) Sehingga tampaklah kecamatan pangkalan koto baru. d) Salinlah potongan Kecamatan Tanjung Raya dak Kec. Malalak kedalam lembar kerja, dengan menyesuaikan skala. Maksudnya skala pada peta geologi adalah 1:250.00, maka perbesarlah peta tersebut menjadi skala 1:50.000, dengan cara memperkecil skala, yaitu: Peta geologi

1 cm dipeta = 2500 m di lapangan

Perbesaran peta

1 cm dipeta = 500 m di lapangan

Maka, perbesaran petanya adalah 5 kali perbesaran. e) Analisislah unsur geologi yang terdapat pada peta tetsebut. f) Maka unsur geologi yang terdapat pada Kecamatan Tanjung baru dan Kecamatan Malalak adalah Tabel 12. Jenis Batuan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Simbol

Keterangan

Qarst

Batu Andesit

Qhpt

Batu Apung

Qam

Batuan Andesit

Qal

Batuan Aluvium

19

d. Peta Bentuk Lahan Untuk mendapatkan peta bentuk lahan, hal yang harus dilakukan adalah : Overlay peta lereng dengan peta geologi. Maka hasil peta overlay tersebut, disebut dengan peta bentuk lahan. Selanjutnya kriteria bentuk lahan untuk RBB adalah yang dikemukan oleh Paimin e. Peta Rawan Bencana Banjir Untuk menghasilkan peta rawan bencana banjir, yaitu dengan menggunakan teknik skoring yang dikemukakan oleh Paimin, kriteria tersebut adalah : Tabel 13. Teknik Skoring untuk RBB oleh Paimin

Dengan menggunakan kriteria tersebut, maka langkah kerja nya adalah : a. Berdasarkan kriteria tersebut, bahwa dalam teknik skoring membutuhkan aliran sungai, maka peta bentuk lahan yang sudah ada di overlay lagi dengan peta hidrologi. b. Setelah mengoverlay peta, maka tulislah satuan-satuan lahan yang terbentuk. c. Analisislah setiap satuan lahan tersebut dengan teknik skoring yang dikemukakan oleh Paimin. d. Maka skoring yang dihasilkan untuk Kecamatan Tanjung Baru dan Kec. Malalak adalah :

20

Pembendungan Oleh Anak Sungai (10%)

Drainase (Lereng Kiri Kanan Sungai (30%)

Jumlah

0,1x 3= 0,3

0,1 x 1 = 0,1

0,3

0,7

0,1x 1= 0.1

0,1 x 1= 0,1

0,3

0,5

Bentuk Lahan (10 10%)

Meandering Sinusitas (5%)

0,1 x 1= 0.1

0,25

0,1 x 1 = 0,2

0,3

0,85

0,1 x 4= 0.4

0,25

0,1 x 1 = 0,2

0,3

0,25

0,1 x 4= 0.4

0,1 x 1 = 0,1

1,25

0,1 x 1= 0.1

0,1 x 1 = 0,1

0,1

0,6

0,1 x 1= 0.1

0,1 x 1 = 0,1

0,1

0,3

0,1 x 4= 0,4

0,1 x 1 = 0,1

0,3

0,3

0,1 x 1= 0.1

0,1 x 1 = 0,1

0,1

0,8

0,1 x 1= 0,1

1,1

0,1 x 4 = 0,1

1,5

0,3

0,1 x 4= 0,4

0,05

0,1 x 1 = 0,3

1,5

0,3

0, x 4= 0,4

0,1 x 1 = 0,3

3,3

0,1 x 3= 0,3

0,45

0,1 x 4 = 0,4

0,9

2,25

0,1 x 4= 0,4

0,55

0,1 x 4 = 0,1

0,9

2,45

0,1 x 4 = 0,3

0,3

0,8

0,1 x 4= 0,4 0,1 x 1=0, 1

0,35

0,1 x 1 = 0,3

0,1

1,75

0,1x 1= 0,1

0,2

0,1 x 4 = 0,1

1,5

1,85

0,1 x 4 = 0,3

0,9

0,5

0,1 x 1= 0,1 0,1 x = 0,4

0,2

0,1 x 4 = 0,1

1,5

0,75

0,1 x 4= 0,4

0,2

0,1 x 1 = 0,1

0,9

2,4

0,1 x 3= 0,3

0,1 x 4 = 0,2

0,9

1,4

0,1 x 4= 0,4

0,1 x 1 = 0,2

0,9

1,6

0,1 x 4 = 0,1

0,9

1,7

0,1 x 1 = 0,1

0,3

1,4

0,1 x 1 = 0,3

0,9

1,1

0,1 x 1= 0,1

0,1 x 1 = 0,3

0,9

1,3

0,1 x 4= 0.4

0,1 x 1 = 0,1

0,3

0,7

0,1 x 1= 0.1

0,1 x 1 = 0,1

0,3

1,75

0,1 x 3= 0,3

0,1 x 3 = 0,1

0,6

1,1

0,1 x 3= 0,3

0,1 x 3 = 0,1

0,5

0,5

0,1 x 4= 0,4

0,25

0,1x 1= 0,1 0,1 x 1= 0,1

0,25

21

0,1 x 3= 0,3

0,25

0,1 x 4= 0.4

0,1 x 3 = 0,1

0,9

0,7

0,1 x 3 = 0,3

0,3

1

0,1 x 1= 0,1

0,25

0,1 x 1 = 0,1

0,9

1,7

0,1 x 1= 0,1

0,1

0,1 x 4 = 0,3

0,3

1,55

0,1 x 3 = 0,3

0,3

0,5

0,1 x 1 = 0,3

0,3

1,75

0,1 x 1 = 0,3

0,9

0,95

0,1 x 1= 0,1 0,1 x 3= 0,3

0,3

0,1x 1= 0,1 0,1 x 1= 0,1

0,1

0,1 x 1 = 0,3

0,3

0,95

0,1 x 1= 0,1

0,3

0,1 x 3 = 0,3

0,9

1,75

0,1 x 3= 0,3

0,1

0,1 x 3 = 0,3

0,9

0,95

0,1x 3= 0,3

0,3

0,1 x 1 = 0,3

0,9

1,75

0,1x 1= 0,1

0,1

0,1 x 1 = 0,3

0,9

1,35

0,1x 3= 0,3

0,3

0,1 x 1 = 0,1

0,9

1,75

0,1x 1= 0,1

0,3

0,1 x 1 = 0,1

0,9

1,1

0,1x 3= 0,3

0,1

0,1 x 1 = 0,3

0,3

1,55

0,1x 1= 0,1

0,1

0,1 x 1 = 0,1

0,3

1,75

0,1x 3= 0,3

0,1

0,1 x 1 = 0,3

0,9

1,1

0,1x 3= 0,3

0,1

0,1 x 1 = 0,1

1,5

1,55

0,1x 1= 0,1

0,1

0,1 x 1 = 0,3

1,5

1,75

0,1x 1= 0,1

0,1

0,1 x 1 = 0,1

0,3

0,5

0,1x 1= 0,1

0.1

0,1 x 1 = 0,1

0,3

0,95

0,1x 1= 0,1

0,1

0,1 x 1 = 0,4

1,5

1,1

0,1x 1= 0,1

0,1

0,1 x 1 = 0,4

1,5

2,2

Untuk menetukan zona RBB tersebut, maka langkah kerjanya adalah: 1. Buatlah kriteria zona RBB a. Jumlahkanlah nilai skoring tertinggi dikali dengan persentasenya, yaitu : ( 30% x 5 + 10% x 5 + 10% x 5 + 5% x 5 = 2,75) b. Hasil penjumlahan skor tersebut diklasifikasikan berdasarkan table berikut.

22

Skor Tertimbang

Kategori

>0,99

Tidak Rawan

1-1,44

Sedikit Rawan

1.45-1,89

Agak Rawan

1,90-2,34

Rawan

2,35-2,79

Sangat Rawan

c. Sesuaikanlah jumlah skoring pada setiap satuan lahan kemudian kelompokkanlah sesuai dengan Zona untuk RBB yang telah dibuat. Maka, hasil analisis untuk kawasan rawan bencana banjir Kecamatan Tanjung Raya dan Kec. Malalak adalah :

Kategori

Luas (Km2)

Tidak Rawan

99,25

Sedikit Rawan

22,25

Agak Rawan

28,5

Rawan

52

Sangat Rawan

5

23

Berikut peta Rawan Banjr kecamaatan malak dan Kecamatan Tanjung Raya:

D. Analisis Rawan Bencana Longsor (RBL) 1. Alat dan bahan a. Alat a) Alat tulis b) Kertas Minyak c) Pensil warna d) Kalkulator b. Bahan a) Peta Topografi Sumber peta : Peta Topografi Jantop TNI-AD, tahun 1984 Skala 1:50.000 b) Peta Satuan Lahan dan Tanah Sumber peta: Peta Satuan Lahan dan Tanah, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor 1990, Lembar Pekanbaru, Padang, Solok dan Lubuk Sikaping

24

Skala 1: 250.000 c) Peta Penggunaan Lahan Sumber Peta : Bappeda Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2010 – 2030 Skala 1 : 350.000 d) Peta Rawan Gempa Sumber Peta : Bappeda Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2010 Skala 1 : 350.000 a) Peta Geologi Sumber peta : Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera, Tahun 1983 Skala 1:250.000 Peta Geologi Lembar Pekanbaru, Sumatera, Tahun 1982 Skala 1: 250.000 Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera, Tahun 1973 Skala 1:250.000 Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera, Tahun 1995 Skala 1: 250.000 b) Peta Hidogeologi Sumber peta : Peta Hidogeologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera Skala 1:250.000 Peta Hidogeologi Lembar Pekanbaru, Sumatera Skala 1: 250.000 Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera Skala 1:250.000 Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera Skala 1: 250.000 c) Peta Curah Hujan Sumber peta : Peta Curah Hujan Thiessen Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2007-2011. Skala 1: 100.000 d) Buku Satuan Lahan dan Tanah Lembar Pekanbaru, Padang, Solok dan Lubuk Sikaping.

25

e) Makalah kelompok 2 tentang analisis rawan bencana banjir dan longsor f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007, tentang Kawasan Rawan Bencana Longsor.

2. Prosedur Pembuatan Peta Rawan Bencana Longsor Prosedur pembuatan peta RBL ini, adalah a.

Pada pembuatan peta sebelum peta RBL ini, telah dibuat peta lereng dengan kriteria 6 kelas, peta penggunaan lahan, peta geologi, peta satuan lahan dan tanah, peta curah hujan. Maka, pada peta RBL ini bisa menggunakan peta-peta tersebut.

b.

Pada peta RBL, juga dibutuhkan peta rawan gempa, maka untuk peta ini bisa di download atau bisa juga di dapatkan dari BAPPEDA. Namun skala yang terdapat pada peta rawan gempa adalah 1: 350.000, sedangkan yang dibutuhkan adalah skala 1: 50.000, maka perbesarlah peta dengan langkah memperkecil skala. Perbesaran yang dilakukan adalah 7 kali.

c.

Pada peta RBL juga dibutuhkan peta hidrogeologi, namun untuk lembar pekanbaru dan lubuk sikaping, sampai saat ini peta hidrogeologi belum tersedia, sedangkan untuk wilayah Kecamatan Pangkalan Koto Baru sebagian besar berada di dua lembar tersebut. Maka untuk indikator pembatas hidrogeologi dapat diabaikan.

d.

overlay peta yang tersedia, yaitu peta lereng, peta satuan lahan dan tanah, peta geologi, peta rawan gempa, peta penggunaan lahan dan peta curah hujan.

e.

Terbentuklah peta hasil overlay dari 6 peta tersebut dalam lembar kerja.

f.

Buka kembali peta topografi untuk menentukan tipe longsor. Karena dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007, terdapat 3 tipe longsor berdasarkan ketinggian. Yaitu : Ketinggian diatas 2000

dpl

= TIPE A

Ketinggian antara 500-2000 dpl = TIPE B

26

Ketinggian dibawah 500 dpl

= TIPE C

g.

Buatlah garis pembatas pada setiap tipe longsor tersebut.

h.

Salinlah garis pembatas tersebut kedalam peta yang telah di overlay.

i.

Buatlah urutan satuan lahan pada masing-masing Tipe RBL

j.

Berikanlah Skor sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007.

k.

Setelah dilakukan pemberian skor, maka sesuaikanlah jumlah skor tersebut ke dalam kriteria untuk RBL.

l.

Setelah disesuaikanlah jumlah skor tersebut ke dalam kriteria untuk RBL, maka kelompokkanlah satuan lahan tersebut dalam 4 kriteria zona dan berilah warna yang berbeda untuk setiap kriteria pada setiap TIPE RBL.

Tabel 14. Harkat kriteria tingkat bahaya longsor MAFF- Japan. No

Unit Model

1

Curah

Kriteria Hujan <2.500

(mm/tahun)

2

Harkat

Bobot Skor

4.5

1

4.5

2.000-2.500

4.0

4.0

2.500-3.000

3.5

3.5

3.000-3.500

3.0

3.0

3.500-4.000

2.5

2.5

4.000-4.500

2.0

2.0

4.500-5.000

1.5

1.5

>5.000

1.0

1.0

Penggunaan

Area Perumahan

3

Lahan (Tipe)

Lapangan Golf

3

9

Taman

3

9

Kuburan

3

9

Industri

3

9

Industri Estate

3

9

Sawah (2 kali dalam 4

3

9

12

27

setahun) Sawah (1 kali dalam 2

6

setahun)

2

6

Kebun Campuran

3

9

Perkebunan

3

9

Padang Rumput

4

12

Semak Belukar

4

12

Kolam/Tambak

4

12

Rawa

4

12

Danau

1

3

Hutan Lahan Kritis 3

Lereng (%)

0-8 = Datar

5

2

10

8-15 = Landai

4

8

15-40 = Agak curam- 3

6

curam

1

2

Histosols

5

10

Ferrosols

3

6

Gleysols

5

10

Vertisols

5

10

Acrisols

5

10

Lithosols

3

6

Podzols

2

4

Andosol

3

6

Regosol

2

4

Grumusol

5

10

Aluvium

1

>40 = Sangat Curam 4

5

Jenis Tanah

Tipe Geologi

Pleistocene,

endapan 2

1

1 2

28

sedimen

4

4

endapan 2

2

3

3

endapan 1

1

vulkanik

3

3

Miocene, batu kapur

3

3

Pliocene, sedimen Pleistocene,

Material

Vulkanik

Muda Material Vulkanik Tua Miocene, Vulkanik 6

Bentuklahan

Zona Dataran Rendah 5

1

5

Pantai

5

5

Zona Dataran Rendah

3

3

Zona Dataran Tinggi

4

4

3

3

>=15%- 2

2

Perbukitan, 3

3

Zona

Perbukitan,

Kemiringan <15% Zona

Perbukitan,

Kemiringan <40% Zona

Kemiringan >=40% Zona

Pegunungan, 2

2

Kemiringan <15% Zona

Pegunungan, 1

1

Kemiringan >=15%-<40% Zona

Pegunungan,

Kemiringan >=40%

29

Dengan memperhatikan kriteria tersebut, maka analisis kriteria untuk longsor Kecamatan Tanjung Baru dan Malalak adalah : Tabel 15. Analisis Kawasan Rawan Bencana Longsor

No Curah Hujan 1 4.0 2 4.0 3 4.0 4 4.0 5 4.0 6 4.0 7 4.0 8 4.0 9 4.0 10 4.0 11 4.0 12 4.0 13 1 14 1 15 1 16 1 17 1 18 1 19 4 20 1 21 1 22 1 23 1 24 1 25 1 26 1 27 1 28 1 29 1 30 1 31 1

Penggunaan Lahan 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 9 9 12 12 12 12 12 12 9 9 12 9 12 9 9 12 12 12 12

Lereng 6 6 6 8 8 10 2 10 6 6 10 6 8 8 2 2 8 2 10 6 6 6 10 8 8 8 8 8 8 8 2

Jenis Tanah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 6 10 10 10 10 10 10 6 6 6 9 6 6 10 6 6 6 6 6

Tipe geologi 3 3 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3

Bentuk lahan 3 3 3 4 5 5 2 5 3 3 5 3 4 4 1 2 5 1 5 3 3 2 5 3 3 5 5 5 2 2 1

jumlah

Skor

38 38 38 41 40 42 33 42 36 36 42 36 33 29 30 28 37 27 42 29 26 25 38 28 32 34 30 33 30 32 25

1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 1 3 1 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 3

Zonasi tingkat bahaya longsor dilakukan dengan simulasi model Ministry of Agriculture Forestry and Fishery- Japan (Hamazaki dan Gesite, 1993; Zain, 2012 ; Zain at al.,, 2006), yaitu :

30

Tabel. 4 Hasil perhitungan interval tingkat bahaya longsor ( MAFF-Japan) Zona

Interval

Karakteristik Lahan

Tingkat

Bahaya

Longsor I

>36,39

Lahan sangat stabil

Rendah

II

28,26 – 36,39

Lahan agak stabil

Sedang

III

20,13 – 28,26

Lahan tidak stabil

Tinggi

IV

<20,13

Lahan

sangat

tidak Sangat tinggi

stabil Sumber : MAFF-Japan

Berdasarkan kriteria di atas maka Kecamatan tanjung Raya dan Kecamatan Malalak dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Bahaya Luas (Km2)

Zona

Interval

Tingkat Longsor

I

>36,39

Rendah

119,25

II

28,26 – 36,39

Sedang

99,75

III

20,13 – 28,26

Tinggi

44,5

31

Berikut Peta Rawan Longsor Kecamatan Malalak dan Kecamatan tanjung Raya:

32

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Fungsi kawasan di Kecamatan Tanjung Raya dan Kecamatan Malalak yaitu yang lebih besar kawasannya yaitu kawasan Budidaya Tanaman Tahunan 125 km2, setelah itu kawasan Penyangga 73,75 km2, dan kawasan Lindung 24 km2. 2. Untuk kemampuan lahan Kecamatan Tanjung Baru dan Kecamatan Malalak Kelas kemampuan lahannya yaitu Kelas II dengan luas 47,75 km2, kelas VII dengan luas49,5 km2, dan kelas VIII dengan luas 44 km2. 3. Kawasan rawan banjir kecamatan Malalak dan Kecamatan Tanjung Raya yaitu pada daerah ini sebagian besar wilayah Tidak Rawan Banjir yaitu 99,25 km2. 4. Kawasan rawan longsor terdapat 3 zona yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan luas masing-masing yaitu 119,25 km2, 99,75 km2, dan 44,5 km2. B. Saran Berdasarkan analisis fisik Kecamatan tanjung Raya dan kecamatan Malalak kawasan dua kecamatan ini sebagian besar wilayah nya menjadi kawasan Budaya. Dalam hal ini sebaiknya pemerintah maupun masyrakan memaksimalkan daya dukung lingkungan dan pelestariannya.

33

DAFTAR PUSTAKA

Hermon, Dedi. 2015. Geografi Bencana Alam. Jakarta: PT. Rajawali Pers. peraturan menteri pekerjaan umum no.22/PRT/M/2007 tentang pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor peraturan

menteri

pekerjaan

umum

no.23/PRT/M/2007

tentang

pedoman

pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana banjir. www.wikipedia.org

34

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"