LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II "ANALISIS VOLUMETRI"
Disusun oleh : Villa Ratnasari 1708511042 Kelompok IIB
PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2018
ANALISIS VOLUMETRI
I.
Tujuan Percobaan 1. Memahami pengertian volumetri 2. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan 3. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi 4. Memahami reaksi-reaksi yang terjadi pada analisis volumetri 5. Memahami perbedaan larutan baku primer dan larutan baku sekunder
II.
Dasar Teori 2.1 Pengertian Analisa Kuantitatif Analisis kuantitatif adalah analisa yang berkaitan dengan berapa banyaksuatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sample. Zat yang ditetapkan tersebutyang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau besar sample yang dianalisis (Underwood, 1999). 2.2 pengertian Analisis volumetri Analisis volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif. Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisis volumetric disebut juga Titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan konsentrasinya. Analisis titrimetri di dasarkan pada reaksi kimia antara
komponen analit dengan titran, dinyatakan dengan persamaan umum ( Petrucci. Ralph, 1987). aA + tT
hasil reaksi
Keterangan : a = jumlah mol analit (A) t = jumlah mol titran (T) A = Analit yang dititrasi, zat (larutan) pada wadah ang dititrasi T = titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya (Petrucci. Ralph H, 1987). Pada analisis ini mula-mula titran ditambahkan kedalam larutan analit menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai volume tertentu atau dengan kata lain sejumlah titran telah ekivalen dengan jumlah analit, maka dikatakan bahwa titik ekivalen telah tercapai. Untuk mengetahui penambahan titran dihentikan dapat digunakan zat kimia yang disebut indikator yang tanggap terhadap adanya titran berlebih yang ditunjukan dengan adanya perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen. Titik akhir reaksi merupakan titik titrasi pada saat indikator berubah warna. Pada keadaan titik akhir titrasi ini adalah keadaan waktu untuk menghentikan titrasi, yaitu pada saat indikator warnanya berubah. Yang ideal seharusnya saat titik ekivalensi dan titik akhir titrasi harus sama. Salah satu aspek penting dalam analisis volumetri adalah memilih indikator yang tepat untuk membuat kedua keadaan tersebut (Staf Kimia Dasar, 2018).
2.3 Pengertian Larutan Baku Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang kadarnya telah diketahui dengan teliti dan dipakai sebagai larutan pembanding untuk menghitung kadar larutan lain. Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan dinamakan standarisasi. Laurutan standar dibuat dari sejumlah zat yang diinginkan yang secara teliti ditimbang, dengan melarutkannya kedalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Konsentrasi larutan baku dalam titrasi dapat dinyatakan sebagai larutan Molar (M) atau larutan Normal (N). Larutan baku dibagi menjadi 2 jenis yaitu : (Rajaki, 2009) a. Larutan baku primer adalah zat kimia yang benar-benar murni dan ditimbang dengan tepat kemudian dilarutkan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai atau sejak awal sudah dalam bentuk larutan yang siap digunakan tanpa perlu melarukannya. Contoh zat yang digunakan dalam larutan baku primer yaitu asam oksalat, natrium oksalat, kalium bromat, kalium iodat, natrium klorida, boraks, dan natrium karbonat.
b. Larutan baku sekunder adalah larutan standar lain yang ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer. Contoh larutan baku sekunder yaitu NaOH, KOH, KMnO4, Na2S2O3, I2, HCl,dan H2SO4 (Rajaki, 2009).
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : -
Mudah didapat dalam keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti
-
Harus stabil dan mudan ditimbang
-
Berat ekivalennya harus besar
-
Reaksinya harus sempurna
-
Harganya relatif murah (Rajaki, 2009).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melaksanakanmetode volumetri adalah sebagai berikut : 1. Reaksi harus dapat berlangsung cepat sehingga perubahan yang terjadidapat langsung diamati 2. Reaksi kimia yang berlangsung harus sesuai dengan persamaan reaksitertentu dan tidak menghasilkan produk sampingan 3. Reaksi
pembentukan
produk
dapat
berlangsung sempurna pada
titik akhir titrasi atau dengan kata lain ketatapan kesetimbangan reaksi sangat besar.
2.4 Pengertian Titrasi Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah ekivalen asam sama dengan basa disebut titik ekivalen, pH larutan mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah tercapai (Anonim, 2016). Titrasi asam β basa memanfaatkan perubahan besar pH, untuk menetapkan kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak β terdisosiasinya menunjukkan warna yang berlainan. Bentuk ion dan
bentuk tak β terdisosiasinya tersebut dapat digunakan untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran dan disebutin dikator tampak (visual indicator). Bentuk takter disosiasinya tak berwarna, namun anionnya, yang mempunyai sistem ikatan rangkap β tunggal selang - seling (sistem konjugasi), berwarna kuning. Molekul atau ion yang memiliki sistem konjugasi semacam itu menyerap cahaya yang lebih panjang, panjang gelombangnya dari pada molekul yang tidak memiliki sistem konjugasi (Yosi, 2013).
2.5 Reaksi-reaksi kimia yang digunakan untuk volumetri 1) Asam basa, titrasi yang didasarkan pada reaksi ini disebut titrasi penetralan atau titrasi asidimetri-alkalimetri. Asam dan garam dari basa lemah asam kuat dapat dititrasi dengan larutan baku basa proses ini disebut alkalimetri. Basa dan garam dari asam lemah basa kuat dapat dititrasi dengan larutan baku asam prosesnya dinamakan asidimetri (Eko Budi. P, 2011). 2) Oksidasi-reduksi. Titrasi berdasarkan reaksi redoks banyak digunakan misalnya : Permanganometri, Bikromatometri, Bromatometri, Iodometri, dan Iodimetri. Contoh : Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan standar serium (IV) sulfat. 3) Titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan misalnya : kation perak dengan ion hydrogen yang disebut dengan titrasi argentometri atau Zn2+ dengan K4Fe(CN)6 4) Pembentukan kompleks Titrasi ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks stabil antara ion perak dan sianida, disamping itu pereaksi organic asam etilen diamin tetra asetat (EDTA) membentuk ion
kompleks stabil dengan sejumlah ion logam ( Eko Budi. P, 2011). 2.6
Normalitas dan kadar zat Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan atau satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau anion yang terkandung di dalam sebuah larutan (Anonim,2015). Hubungan antara kenormalan dengan kemolaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
Untuk larutan asam, berlaku : π=
ππ’πππβ ππππ ππ’πππβ πππ π₯ π ππ’πππβ πππ = = π₯π π π π =ππ₯π
Untuk larutan basa, berlaku : π=
ππ’πππβ ππππ ππ’πππβ πππ π₯ π ππ’πππβ πππ = = π₯π π π π =ππ₯π (N. Sutresna, 2014) Kadar zat adalah kandungan zat yang terdapat didalam suatu
materi. Kadar suatu zat biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Persentase ini merupakan nilai bagian zat tehadap jumlah total zat campuran. Persentase (%) dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : % π§ππ‘ =
ππππππ π§ππ‘ π₯ 100% ππ’πππβ π‘ππ‘ππ πππππ’πππ
III.
METODE PRAKTIKUM 3.1 Alat ο§
Buret
ο§
Pipet volume
ο§
Erlenmeyer
ο§
Gelas beker
ο§
Gelas ukur
ο§
Corong
ο§
Statif dan klem
ο§
Filler
3.2 Bahan ο§
Larutan asam oksalat
ο§
Larutan NaOH
ο§
Indikator phenolphthalein
ο§
Larutan cuka perdagangan
3.3 Prosedur Kerja Percobaan 1: membuat larutan baku primer asam oksalat 1. Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dikeringkan dalam oven pada suhu 105 -110oC selama 1-2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator. 2. Ditimbang dengan teliti 6,4327 gram oksalat itu, kemudian dimasukkan ke dalam labu 1000 ml, selanjutnya ditambahkan air suling sampai tanda tera.
Percobaan 2 : pembukuan larutan baku sekunder NaOh 1. Pipet 25,0 mL larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphthalein. 2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda. Percobaan 3 : Penentuan kadar asam asetat 1. Pipet 25,0 mL larutan cuka perdagangan, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 sampai 3 tetes indikator phenolphthalein. 2. Larutan tersebut ditritrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda.
IV.
DATA PENGAMATAN 1. Pembuatan Larutan Baku Berat asam oksalat
: 3,1735 g/
Volume Larutan
: 1000
mL
2. Pembakuan Larutan Baku Sekunder NaOH Volume asam oksalat ( Volume NaOH ( mL N NaOH mL )
)
Titrasi I
10 mL
4,00 mL
Titrasi II
10 mL
4,30mL
Titrasi III
10 mL
4,80 mL N NaOH=
3. Penentuan Kadar Asam Cuka
Volume asam oksalat ( mL )
V.
Volume NaOH ( mL )
Titrasi I
10 mL
3,50 mL
Titrasi II
10 mL
3,30 mL
Titrasi III
10 mL
3,0 mL
PERHITUNGAN Massa asam oksalat
: 3,1735 gram
Volume larutan
: 1000 mL
Normalitas H2 C2 O4
:............?
Penyelesaian
: NH2 C2O4 = = =
3,1735 126β 2 3,1735 63
grH2 C2 O4 Mrβ e
Γ
1000 mL
1000
Γ 1000
= 0,0503 N
Percobaan 1. Pembakuan larutan baku sekunder NaOH Titrasi I
:
VH2 C2O4 Γ NH2 C2 O4 = VNaOH Γ NNaOH 10 Γ 0,0503
= 4 Γ NNaOH
0,503
= 4 Γ NNaOH
NNaOH
=
NNaOH
= 0,1260 N
0,503 4
Titrasi II
:
VH2 C2O4 Γ NH2 C2 O4 = VNaOH Γ NNaOH 10 Γ 0,0503
= 4,30 Γ NNaOH
0,503
= 4,30 Γ NNaOH
NNaOH
=
NNaOH
= 0,1170 N Titrasi III
0,503 4,30
:
VH2 C2O4 Γ NH2 C2 O4 = VNaOH Γ NNaOH 10 Γ 0,0503
= 4,80 Γ NNaOH
0,503
= 4,80 Γ NNaOH
NNaOH
=
NNaOH
= 0,1047 N
0,503 4,80
Μ
NaOH = 0,1260 + 0,1170 + 0,1047 N 3 Μ
NaOH = 0,3477 = 0,1160 N N 3 Percobaan 2. Penentuan kadar asam asetat Titrasi I
:
Μ
NaOH VCH3 COOH Γ NCH3 COOH = VNaOH Γ N 10 Γ NCH3 COOH
= 3,50 Γ 0,1160
10 Γ NCH3 COOH
= 0,406
NCH3 COOH
=
NCH3 COOH
= 0,0406 N
[CH3 COOH]
=
0,406 10
NCH3 COOH mol
=
0,0406 1
= 0,0406 M
Kadar CH3 COOH = [CH3 COOH] Γ MrCH3 COOH
= 0,0406 molβL Γ 60 = 2,436
gr βmol
gr βL
Artinya, dalam 100 mL CH3 COOH = 0,1 L Γ 2,436
gr βL = 0,2436 gr
Kadar CH3 COOH = 0,2436 gr Γ 100% = 24,36% Titrasi II
:
Μ
NaOH VCH3 COOH Γ NCH3 COOH = VNaOH Γ N 10 Γ NCH3 COOH
= 3,30 Γ 0,1160
10 Γ NCH3 COOH
= 0,3828
NCH3 COOH
=
NCH3 COOH
= 0,03828 N
[CH3 COOH]
=
0,3828 10
NCH3 COOH mol
=
0,03828 1
= 0,03828 M
Kadar CH3 COOH = [CH3 COOH] Γ MrCH3 COOH = 0,03828 molβL Γ 60 = 2,368
gr βmol
gr βL
Artinya, dalam 100 mL CH3 COOH = 0,1 L Γ 2,368
gr βL = 0,2368 gr
Kadar CH3 COOH = 0,2368 gr Γ 100% = 23,68% Titrasi III
:
Μ
NaOH VCH3 COOH Γ NCH3 COOH = VNaOH Γ N 10 Γ NCH3 COOH
= 3,30 Γ 0,1160
10 Γ NCH3 COOH
= 0,3828
NCH3 COOH
=
NCH3 COOH
= 0,03828 N
[CH3 COOH]
=
0,3828 10
NCH3 COOH mol
=
0,03828 1
= 0,03828 M
Kadar CH3 COOH = [CH3 COOH] Γ MrCH3 COOH
= 0,03828 molβL Γ 60 = 2,368
gr βmol
gr βL
Artinya, dalam 100 mL CH3 COOH = 0,1 L Γ 2,368
gr βL =
0,2368 gr Kadar CH3 COOH = 0,2368 gr Γ 100% = 23,68%
Kadar CH3 COOH rata-rata = =
VI.
= 24,36% + 23,68% + 23,68% 3 71,72% 3
= 23,40%
PEMBAHASAN Praktikum kali ini berjudul Analisis Volumetri. Praktikum kali ini memiliki beberapa tujuan yaitu memahami pengertian analisis volumetri, memahami perbedaan larutan baku sekunder dan larutan baku primer, mengetahui jenis-jenis titrasi asam-basa, menentukan normalitas suatu larutan baku sekunder NaOH, menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. Praktikum kali ini terdiri atas tiga percobaan yaitu menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat, menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH, dan menentukan kadar asam cuka. Pada percobaan pertama, diketahui massa asam oksalat sebesar 3,1735 gram, volume larutan 1L, berat molekul asam oksalat 90 gram/mol. Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung normalitas asam oksalat yang akan digunakan dengan menggunakan rumus normaitas. Maka, didapatkan besar normalitas asam oksalat yang akan digunakan adalah sebesar 0,0503 N.
Pada percobaan kedua yaitu menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH. Pada percobaan ini menggunakan metode titrasi asam-basa. Dimana asam yang digunakan adalah asam oksalat dan basa yang digunakan adalah NaOH dengan penambahan sedikit indikator phenolphtalein. Pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10ml asam oksalat kedalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volume. Digunakannya pipet volume untuk memasukkan asam oksalat kedalam erlenmeyer agar tingkat keakuratan jumlah volume yang masuk kedalam erlenmeyer tepat 10 ml. Setelah itu, asam oksalat tersebut dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 sampai 3 tetes indikator phenolphthalein. Kemudian dilakukan titrasi dengan buret yang sebelumnya telah diisi dengan 10 ml NaOH. Kemudian dilakukan titrasi, dimana asam oksalat dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda, maka telah terjadi reaksi sempurna antara asam oksalat dengan NaOH dan pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah molekul zat yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya. Dimana reaksi yang terjadi saat asam oksalat dititrasi dengan NaOH sebagai berikut : H2C2O4 + 2 NaOH β Na2C2O4 + 2H2O Percobaan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah percobaan selesai, maka didapatkan data yaitu volume NaOH yang dihabiskan pada titrasi I yaitu 4,00 mL setelah dihitung kenormalan NaOH yang didapat sebesar 0,1260 N. Volume NaOH yang dihabiskan pada titrasi II yaitu 4,30 mL setelah dihitung kenormalan NaOH yang didapat sebesar 0,1170 N. Volume NaOH yang dihabiskan pada titrasi III yaitu 4,80 mL setelah dihitung kenormalan NaOH yang didapat sebesar 0,1047 N. Kemudian normalitas rata-rata NaOH pada percobaan kali ini sebesar 0,1160 N.
Pada percobaan ketiga yaitu menentukan kadar asam cuka. Pada percobaan ini juga menggunakan metode titrasi asam-basa. Dimana asam yang digunakan pada percobaan ini adalah CH3COOH (asam cuka) dan basa yang digunakan adalah NaOH dengan penambahan sedikit indikator phenolphtalein. Dimana langkah-langkah dan alat yang digunakan sama seperti pada percobaan kedua. Dimana perubahan warna yang terjadi ketika mencapai titik ekivalen yaitu warna merah jambu. Pada saat perubahan warna, telah terjadi reaksi sempurna antara asam cuka dengan natrium hidroksida dan pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah molekul zat yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya. Peristiwa ini membuktikan telah tercapainya titik ekuivalen di dalam titrasi asam lemah-basa kuat ini. Reaksi asam asetat yang dititrasi dengan NaOH sebagai berikut : CH3COOH + NaOHβCH2COONa + H2O Percobaan tersebut dilakukan sebayak 3 kali. dari percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan kadar asam cuka pada titrasi I sebesar 24,36%, kadar asam cuka pada titrasi II sebesar 23,68%, dan kadar asam asetat pada titrasi III sebesar 23,68%. Pada titrasi I dan II data pengamatan yang didapatkan sama, maka dari itu kadar yang dihasilkan juga sama. Selanjutnya setelah dihitung, kadar asam asetat rata-rata yang didapatkan yaitu sebesar 23,40%. Kadar cuka yang didapatkan pada cuka perdagangan hanya sebesar 23,40%. Hal tersebut menunjukan bahwa cuka perdagangan tidak murni 100% yang hanya terdiri dari asam cuka saja. Namun, dicampur dengan pelarut air. Hal tersebut dikarenakan jumlah massa dari asam oksalat yang digunakan sedikit, maka dari kadar yang dihasilkan juga lebih sedikit tidak 50%.
VII.
KESIMPULAN Dari data pengamatan yang diperoleh dan hasil pembahasan dapat disimpulkan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Analisis volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran volume dan pelaksanaan analisisnya. 2. Perbedaan larutan baku primer dengan larutan baku sekunder yaitu larutan baku primer merupakan zat kimia yang benar-benar murni yang ditimbang dengan tepat dan dilarutkan dengan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai. Sedangkan larutan baku sekunder yaitu larutan standar lain yang ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunkan larutan baku primer. 3. Reaksi-reaksi yang terjadi pada analisis volumetri adalah reaksi asam-basa, reaksi pengendapan, reaksi oksidasi-reduksi, dan reaksi pembentukan senyawa kompleks. 4. Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dal 1 liter larutan. Pada praktikum ini diperoleh nilai normalitas larutan baku sekunder NaOH yaitu sebesar 0,1160 N. Nilai tersebut merupakan hasil rata-rata dari besarnya normalitas NaOH pada ketiga percobaan. 5. Kadar asam cuka perdagangan yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini yaitu sebesar 23,40%. Nilai tesebut merupakan kadar rata-rata asam cuka dari ketiga percobaan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Larutan Baku. http://rajaki.wordpress.com/2009/05/22/larutan-bakuprimer-dan-sekunder/. Diakses pada tanggal 6 Mei 2018. Anonim. 2015. Pengertian Normalitas. http://bisakimia.com/2015/02/10/memahaminormalitas-n-secara-lengkap/. Diakses pada tanggal 6 Mei 2018. Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga : Jakarta. Staf Kimia Dasar. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Udayana : Bukit Jimbaran, Bali Yosi, P., 2013. Pemanfaatan ekstrak daun jati sebagai indikator titrasi asam basa. Skripsi. FMIPA, Universitas Negeri Semarang: Semarang. Underwood, A.L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
LAMPIRAN
1. Hitung normalitas rata-rata dari larutan NaOH ! Massa asam oksalat
: 3,1735 gram
Volume larutan
: 1000 mL
Normalitas H2 C2 O4
:............?
Penyelesaian
: NH2 C2O4 = = =
3,1735 126β 2 3,1735 63
grH2 C2 O4 Mrβ e
Γ
1000 mL
1000
Γ 1000
= 0,0503 N
Percobaan 1. Pembakuan larutan baku sekunder NaOH Titrasi I
:
VH2 C2O4 Γ NH2 C2 O4 = VNaOH Γ NNaOH 10 Γ 0,0503
= 4 Γ NNaOH
0,503
= 4 Γ NNaOH
NNaOH
=
NNaOH
= 0,1260 N Titrasi II
0,503 4
:
VH2 C2O4 Γ NH2 C2 O4 = VNaOH Γ NNaOH 10 Γ 0,0503
= 4,30 Γ NNaOH
0,503
= 4,30 Γ NNaOH
NNaOH
=
NNaOH
= 0,1170 N Titrasi III
0,503 4,30
:
VH2 C2O4 Γ NH2 C2 O4 = VNaOH Γ NNaOH 10 Γ 0,0503 0,503
= 4,80 Γ NNaOH = 4,80 Γ NNaOH
0,503
NNaOH
=
NNaOH
= 0,1047 N
4,80
Μ
NaOH = 0,1260 + 0,1170 + 0,1047 N 3 Μ
NaOH = 0,3477 = 0,1160 N N 3 2. Hitung kadar asam asetat dalam setiap percobaan dan hitung pula kadar asam asetat rata-rata dalam larutan cuka perdagangan tersebut ! Percobaan 2. Penentuan kadar asam asetat Titrasi I
:
Μ
NaOH VCH3 COOH Γ NCH3 COOH = VNaOH Γ N 10 Γ NCH3 COOH
= 3,50 Γ 0,1160
10 Γ NCH3 COOH
= 0,406
NCH3 COOH
=
NCH3 COOH
= 0,0406 N
[CH3 COOH]
=
0,406 10
NCH3 COOH mol
=
0,0406 1
= 0,0406 M
Kadar CH3 COOH = [CH3 COOH] Γ MrCH3 COOH = 0,0406 molβL Γ 60 = 2,436
gr βmol
gr βL
Artinya, dalam 100 mL CH3 COOH = 0,1 L Γ 2,436 Kadar CH3 COOH = 0,2436 gr Γ 100% = 24,36% Titrasi II
:
Μ
NaOH VCH3 COOH Γ NCH3 COOH = VNaOH Γ N 10 Γ NCH3 COOH
= 3,30 Γ 0,1160
10 Γ NCH3 COOH
= 0,3828
gr βL = 0,2436 gr
0,3828
NCH3 COOH
=
NCH3 COOH
= 0,03828 N
[CH3 COOH]
=
10
NCH3 COOH mol
=
0,03828 1
= 0,03828 M
Kadar CH3 COOH = [CH3 COOH] Γ MrCH3 COOH gr βmol
= 0,03828 molβL Γ 60 = 2,368
gr βL
Artinya, dalam 100 mL CH3 COOH = 0,1 L Γ 2,368
gr βL = 0,2368 gr
Kadar CH3 COOH = 0,2368 gr Γ 100% = 23,68% Titrasi III
:
Μ
NaOH VCH3 COOH Γ NCH3 COOH = VNaOH Γ N 10 Γ NCH3 COOH
= 3,30 Γ 0,1160
10 Γ NCH3 COOH
= 0,3828
NCH3 COOH
=
NCH3 COOH
= 0,03828 N
[CH3 COOH]
=
0,3828 10
NCH3 COOH mol
=
0,03828 1
= 0,03828 M
Kadar CH3 COOH = [CH3 COOH] Γ MrCH3 COOH = 0,03828 molβL Γ 60 = 2,368
gr βmol
gr βL
Artinya, dalam 100 mL CH3 COOH = 0,1 L Γ 2,368 0,2368 gr Kadar CH3 COOH = 0,2368 gr Γ 100% = 23,68% Kadar CH3 COOH rata-rata = =
= 24,36% + 23,68% + 23,68% 3 71,72% 3
= 23,40%
gr βL =