Laporan Amphibi Putri(autosaved) (autosaved).docx

  • Uploaded by: nisa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Amphibi Putri(autosaved) (autosaved).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,115
  • Pages: 25
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI KELAS AMPHIBI

OLEH : KELOMPOK 2 A ANNISA ARYANI PUTRI

(1710423017)

OKTAVIA NISA

(1710421005)

ZALMI SINTIA

(1710422001)

JEFRI WIRANDA W.R

(1710422013)

RAISSA MIRANDA DIVA

(1710422027)

YELLA PRASTIKA YUDA

(1710423031)

ASISTEN PJ : 1. ANDRA DJASEFINO 2. MERIANI LABORATORIUM PENDIDIKAN IV JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2017

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Sampai saat ini telah diketahui bahwa sekitar 12% mamalia, 17% aves, 25% pisces, 15% insekta dan 15% tumbuhan berbunga ditemukan di Indonesia (Wahyono dan Edi, 2006). Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesian, 16% dari amphibi dan reptil dunia terdapat di Indonesia dengan jumlah lebih dari 1100 jenis, sehingga Indonesia menjadi negara yang mempunyai jumlah amphibi dan reptil terbesar di dunia. Tetapi jumlah tersebut diperkirakan masih jauh di bawah keadaan yang sebenarnya (Iskandar, 2006). Perbedaan posisi geografis dan kondisi ekologis serta adanya barier-barier fisik pada suatu wilayah merupakan faktor penting yang diduga kuat dapat memicu spesifikasi terhadap ekspresi dari gen yang akan menyebabkan munculnya variasi dan diferensiasi karakter antar populasi. Kondisi ini dapat terjadi melalui mekanisme isolasi antar populasi, keterbatasan migrasi dan perbedaan tekanan faktor lingkungan terhadap spesies sehingga populasi yang terpisah atau memiliki ekotifik yang berbeda akan memperlihatkan variasi dan diferensiasi karakter. Variasi dan diferensiasi ini pada dasarnya merupakan cikal bakal dari rangkaian mekanisme perubahan yang lebih besar dan spesifik menuju ke arah spesiasi (Hill dan Wiens, 2000). Menurut Iskandar (1998), beberapa jenis amphibi dikhawatirkan akan punah karena manusia banyak memperjualbelikan dan juga mengkonsumsinya terutama jenis Limnonectes macrodon. Salah satu kendala yang menghambat upaya konservasi amfibi adalah minimnya data tentang status populasi dan penyebaran distribusinya sehingga belum satu pun jenis amfibi di Sumatera yang masuk dalam daftar satwa terancam punah dalam IUCN. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 juga belum terdaftar satu

jenis amfibi pada lampiran jenis-jenis satwa yang dilindungi. Dengan tidak diketahuinya status populasi dan distribusi spesies-spesies amfibi maka hilangnya satu spesies maupun laju penyusutan populasi menjadi sulit dipantau sedangkan laju kerusakan dan alih fungsi hutan sangat cepat. Morfometri merupakan salah satu cara untuk mengetahui keanekaragaman dari suatu spesies dengan melakukan pengujian terhadap karakter fenetik (morfologi) secara umum. Data morfometri dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya variasi dan diferensiasi antar populasi. Setiap karakter yang diamati umumnya merupakan akibat adanya interaksi gen-gen yang eksprasinya dipengaruhi oleh lingkungan (Munshi and Dutta, 1996). Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan. Meskipun deskripsi secara kualitatif dapat dianggap cukup memadai, namun seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut secara kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individuindividu dan menyatakan dalam

statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan

korelasi dari ukuran-ukuran tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang bisa dihitung) misalnya jari-jari sirip. Terdapat perbedaan mendasar antara ciri morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik bersifat stabil jumlahnya selama masa pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter morfometrik berubah secara kontinu seiring dengan bertambahnya ukuran dan umur (Imron, 1998). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kajian morfometrik dan meristik sangat penting untuk mengenal dan melestarikan amphibi serta menghindari kepunahannya, sehingga praktikum mengenai identikasi morfologi dan kunci determinasi amphibi sangat penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi dari hewan kelas amphibia dan dapat mengetahui ukuran serta jumlah bagian-bagian tubuh dari kelas tersebut, Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui cara identifikasi dan membuat klasifikasi serta kunci determinasi dari objek praktikum.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ampibia mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang berlendir, merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm), mempuyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk kedalam rongga mulut ketika menyelam, dan berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan diluar tubuh induknya atau pembuahan eksternal (Djuanda, 1982). Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat (Zug, 1993). Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang belum tampak jelas. Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu, terlepas dari otot yang ada di dalamnya, sehingga bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang berisi cairan limfa subkutan (Djuhanda, 1982). Amphibi dewasa memiliki mulut lebar dan lidah yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah. Paru-paru

selalu ada seperti yang terdapat pada kelompok salamander, dan sebagian besar pernafasan juga dilakukan oleh kulit (Djuhanda, 1974). Pada katak sawah, kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar mucus yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna dan arteri kutanea (Djuhanda, 1982). Selain kulit, pernafasan juga dilakukan melalui epitel, mulut, dan larynxs. Bibir, mata, dan kelenjar yang menjaga kelembaban mata juga ikut berkembang (Djuhanda, 1974). Amphibi hidup didua tempat, di air dan tempat yang lembab dari daratan. Telurtelur individu yang belum matang adalah normal hidup di dekat air dan dan dewasa tidak pernah jauh dari air, dari kemampuan mereka disebuah lingkungan daratan, lebih tepat lagi tidak berkembang. Dewasa ditemukan ditanah dekat kolam-kolam, aliran sungai dan bagian lain dari air segar yang mana mereka dapat istirahat dan mendapatkan ketenangan, atau ditempat-tempat lain yang lembab seperti dibawah pohon atau dibawah batu, di kayu-kayu yang agak lembab. Amphibi daratan yang agak terkenal adalah katak khususnya, sangat aktif saat malam ketika kelembaban relatif tinggi (Bartlett, 1988). Amphibia terdiri dari tiga ordo, yaitu ordo urodela, Gymnophiona, dan Anura. Ordo urodela adalah amphibi yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti kadal. Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedangkan jenis-jenis lain insangnya hilang. Sabuk-sabuk skelet hanya kecil bantuannya dalam menyokong kaki. Tubuh dengan jelas terbagi atas kepala, badan, dan ekor. Kakikakinya kira-kira sama besar. Jika aquatis, bentuk larva sama seperti yang dewasa. Dari larva menjadi dewasa dibutuhkan waktu beberapa tahun. Contoh yang terkenal adalah caudata. Bangsa caudata atau salamander merupakan satu-satunya yang tidak terdapat hampir diseluruh Asia tenggara, termsuk indonesia. Daerah terdekat yang dihuni salamander adalah vietnam utara dan thailand utara (Bardach, 1972).

Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorfosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp. (Epilurahman, 2007). Bangsa kedua yang paling kecil sangat jarang ditemukan adalah sesilia atau gymnophiona. Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal (Duellman dan Trueb, 1986). Bangsa yang ketiga yaitu Anura atau katak. Anura merupakan Ordo yang memiliki jumlah spesies terbesar dibandingkan Ordo lainnya. Anura terdiri dari katak dan kodok yang mudah di kenali dengan ciri-ciri tidak punya ekor, tubuh pendek, tidak punya leher yang jelas punya empat kaki dan dua kaki belakang lebih panjang dari dua kaki depan, memiliki mata yang besar, mulut lebar, kaki depan memiliki 4 jari dan kaki belakang memiliki 5 jari, terdapat webbing di sela-sela jari, terutama kaki belakang Di indonesia terdapat 10

famili diantaranya Bufonidae, Bombinatoridae, Hylidae,

Microhylidae, Megophrydae, Ranidae, Rhacophoridae, Myobatrachidae, Pelodryadidae

dan Limnodynastidae. Di Sumatera Barat terdapat lima famili Anura yang umum didapatkan, yaitu Bufonidae, Megophrydae, Microhylidae, Ranidae dan Rhacophoridae (Iskandar, 1998). Famili Ichtyopidae memiliki ciri-ciri Seperti cacing, kulit lembab yang muncul sempit tersegmentasi.Mata kecil, ditutupi dengan kulit, dan persepsi visual mereka terbatas untuk menentukan antara terang dan gelap.Mampu mengambil oksigen baik melalui kulit dan paru-paru.Memiliki ekor pendek, dan kloaka (pembukaan reproductory dan usus umum) dekat dengan ujung tubuh.Dua tentakel sensor kecil yang hadir di kepala yang mungkin membantu dalam menemukan sumber makanan (Inger, 1996). Famili bufonidae memiliki ciri-ciri kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala.Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.Sacral diapophisis melebar. Mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jarijari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal (Djuhanda, 1982). Famili Megophryidae memiliki ciri-ciri bertubuh pendek agak gendut.Kepala besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong. Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil yang terdapat di ujung-ujung rahang. Katak jantan lebih kecil daripada betinanya.Dorsal (bagian punggung) berkulit halus.Ventral (sisi bawah tubuh) abu-abu keputihan, dengan bintil-bintil agak kasar.Selaput renang di kaki sangat pendek (Inger, 1996). Famili Ranidae memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya yang relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang.Kulit halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.Gelang bahu bertipe firmisternal.Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulut lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya ( Iskandar, 1998).

Famili Dicroglossidae katak kecil gempal dengan kepala relatif besar.Mata yang besar dan memiliki murid celah berbentuk vertikal.Kulit berkutil, dan deretan besar, kutil sering kemerahan memanjang dari tympanum ke daerah pinggang.Warna bervariasi dari titik-titik hitam kecil, titik berwarna coklat sampai bintik zaitun atau hijau.Tenggorokan dan dada sering terlihat berwarna abu-abu (Sukiya, 2005). Famili Rachoporidae memilik kaki. Ciri katak ini memiliki anyaman luas antara tangan dan kaki, yang memungkinkan mereka untuk melayang di udara. Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal (Eprilurahman, 2007).

III . PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata Amphibia ini dilakukan pada Senin, 23 Oktober 2018 di Laboratorium Pendidikan IV Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mistar, alat tulis dan alas hitam. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum Amnirana nicobariensi, Limnonectes sp, Microhyla sp, Phrynoidis asperi Polypedates sp 3.3. Cara Kerja Katak/ kodok diberi perlakuan agar tidak bergerak saat diamati

Katak/kodok diletakkan diatas bak bedah dengan alat ukur

Katak/kodok difoto dengan kamera

Katak/kodok diukur dan diamati sesuai karakter morfometrik

Hasil dicatat di data sheet

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarakan praktikum yang telah dilaksanakan didapati hasil sebgai berikut : 4.1 Famili Ranidae 4.1.1 Amirana nicobariensis Klasifikasi Kingdom :

Animalia

Filum

:

Chordata

Kelas

:

Amphibia

Ordo

:

Anura

Famili

:

Ranidae

Genus

:

Amirana

Spesies

:

Amirana nicobariensis (Stoliczka, 1870).

Sumber

:

IUCN, 2008

Gambar 1. Amirana nicobariensis

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Amirana nicobariensis sebagai beriku: Amirana nicobariensis memiliki (HW) : Lebar kepala 47 mm, (SVL): Panjang total 24 mm, (TL) Panjang tulang betis 27 mm, (IOD) :Jarak antar mata 5 mm, (HL) : Panjang kepala 5 mm, (ED) : diameter mata 5 mm, (IND): Jarak antar lubang hidung 4 mm, (EN): Jarak mata antara lubang hidung 6 mm, (FL): Panjang telapak kaki 1 mm, (TD): diameter telinga 3 mm, (THL): Panjang paha 24 mm , (SL): panjang rahang dari mata ke mulut 9 mm, (HAL) : Panjang telapak tangan 15 mm, (FLL): Panjang lengan bawah 13 mm, (UEW): Lebar kelopak mata 6 mm, Warna hijau pucat, bentuk tubuh Slim, Pupil horizontal, Gigi maxilla. Hal ini sesuai dengan Jantan dewasa berukuran ± 33-40 mm, sedangkan betina dewasa berukuran ± 40-44 mm. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Kurniati, 2003)

bahwa tubuh sangat ramping; moncong meruncing dank eras. Kaki ramping; jari tangan dan kaki panjang dengan ujung yang sedikit menggembung. Separuh jari kaki berselaput renang. Lipatan dorsolateral tampak jelas.Kulit dorsal (punggung) memiliki banyak tubercle kecil. Bagian dorsal berwarna coklat, beberapa individu memiliki bintik hitam; sisi lateral (samping) umumnya berwarna coklat tua, khususnya pada sisi kepala. Menurut Iskandar (1998) bahwa Amirana nicobariensis memiliki seluruh bagian atas tubuh bibir berwarna putih. Bagian ventral (perut) berwarna keputihan, memiliki kaki belakang terdapat garis lebar berwarna hitam. Terdapat garis yang lebih gelap atau hitam yang memanjang dari antara mata dan hidung hingga selangkang, serta terdapat garis putih di bawahnya. 4.4.2 Chalcorana sp Klasifikasi Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Ranidae

Genus :

Chalcorana

Spesies

: Chalcorana sp (Peters, 1871)

Sumber

: IUCN, 2004

Gambar 2. Chalcorana sp

Didalam praktikum kali ini didapatkan data pengukuran Limnonectes sp memiliki HW 10 mm; SVL 35 mm; TL 25 mm; IOD 10mm; HL 20 mm; ED 5 mm; IND 5 mm; EN 5mm; FL 15 mm; TD 3mm; THL 25mm; SL 10mm; HAL 17 mm; FLL 10mm; UEW 7mm; memiliki warna abu-abu, bentuk tubuh ramping, memiliki gigi maxilla.

Chalcorona sp memiliki tubuh yang ramping dan mempunyai gigi maxilla. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iskandar (1998) bahwa Chalcorona sp adalah salah satu jenis katak yang berukuran kecil sampai agak besar, panjang tubuhnya antara 30-70 mm SVL (snout-to-vent, dari ujung moncong hingga ke anus). Kodok jantan lebih kecil dari yang betinanya. Moncong meruncing, mata besar menonjol dan tubuh umumnya ramping. Kaki panjang dan ramping, dengan selaput renang penuh hingga ke ujung, kecuali pada ujung jari keempat (jari terpanjang). Jari-jari tangan dan kaki dengan ujung yang melebar serupa cakram. Menurut Sukiya (2005), Chalcorona sp memiliki warna tubuh berubah-ubah. Dorsal (fase terang) sering berwarna krem kekuningan, atau kehijauan. Sisi tubuh (lateral) keputihan, kekuningan atau hijau kekuningan terang. Pada fase gelap, kebanyakan berwarna coklat atau coklat gelap berbintik-bintik hitam bulat, lk. 1-2 mm diameter, dengan letak tak beraturan. Terdapat sepasang lipatan dorsolateral yang agak samar di punggung. Ventral (sisi bawah tubuh) putih telur berbintik atau bernoda kecoklatan, terutama di sekitar dagu. Kulit ventral halus licin, sedangkan kulit dorsal berbintil-bintil halus (Iskandar, 1998).

4.2 Famili Dicroglossidae 4.2.1 Limnonectes sp Klasifikasi : Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Dicroglossidae

Gambar 3. Limnonectes sp

Genus:

: Limnonectes

Spesies

: Limnonectes sp (Fitzinger, 1843)

Sumber

: IUCN, 2004

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Phrynoidis aspera sebagai berikut. Limnonetes sp memiliki (HW) : Lebar kepala 25 mm, (SVL): Panjang total 95 mm, (TL) Panjang tulang betis 49 mm, (IOD) :Jarak antar mata 25 mm, (HL) : Panjang kepala 25 mm, (ED) : diameter mata 5 mm, (IND): Jarak antar lubang hidung 8 mm, (EN): Jarak mata antara lubang hidung 10 mm, (FL): Panjang telapak kaki 21 mm, (TD): diameter telinga 5 mm, (THL): Panjang paha 44 mm , (SL): panjang rahang dari mata ke mulut 20 mm, (HAL) : Panjang telapak tangan 25 mm, (FLL): Panjang lengan bawah 20 mm, (UEW): Lebar kelopak mata 8 mm, Warna coklat kekuningsn, bentuk tubuh membulat, Pupil vertical, Gigi berupa maxilla dan former. Limnonectes sp memiliki warna kecoklatan dengan tubuh membulat dan memiliki gigi maxilla dan former. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iskandar (1998) bahwa ukuran tubuh yang jantan dewasa sampai 80 mm dan betina dewasa sampai 70 mm memiliki tekstur kuit yang sangat berkerut dan warnanya hitam marmer diseluruh bagian dorsum sampai kehitaman Habitat menyukai hidup di aliran air yang tenang, di anak-anak sungai dan saluran yang tidak seberapa airnya, terutama pada genangangenangan bercampur serasah daun-daunan. Juga di genangan di antara batu-batu tepi sungai atau rawa-rawa dangkal. Jenis ini endemik di wilayah pegunungan di Jawa, meskipun sebelumnya pernah dianggap menyebar luas di Asia. Limnonectes sp merupakan katak yang tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar,pelipis berotot terutama pada yang jantan, jari seluruhnya berselaput renang sampai keujung jari. Kaki sangat pendek dan berotot. (Iskandar, 1998).

4.3 Famili Rhacoponidae 4.5.1 Polypedates sp Klasifikasi : Kingdom :

Animalia

Phylum

:

Chordata

Class

:

Amphibia

Order

:

Anura

Family

:

Rhacophoridae

Genus

:

Polypedates

Species

:

Polypedates sp (Gravenhorst, 1829)

Sumber

:

IUCN 2008

Gambar 4. Polypedates sp

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Polypedates sp sebagai beriku: Polypedates sp memiliki (HW) : Lebar kepala 18 mm, (SVL): Panjang total 55 mm, (TL) Panjang tulang betis 30 mm, (IOD) :Jarak antar mata 8 mm, (HL) : Panjang kepala 10 mm, (ED) : diameter mata 5 mm, (IND): Jarak antar lubang hidung 4 mm, (EN): Jarak mata antara lubang hidung 9 mm, (FL): Panjang telapak kaki 20 mm, (TD): diameter telinga 5 mm, (THL): Panjang paha 29 mm , (SL): panjang rahang dari mata ke mulut 10 mm, (HAL) : Panjang telapak tangan 15 mm, (FLL): Panjang lengan bawah 1 mm, (UEW): Lebar kelopak mata 5 mm. Polypedates sp memiliki warna coklat gelap dengan bentuk tubuh ramping, Pupil horizontal dan memiliki Menuru Inger (1968) bahwa Polypedates sp untuk katak berukuran besar dengan kepala berbentuk segitiga, agak meruncing pada sudut rahang. Terdapat tonjolan tulang belakang mata dan di atas tympanum. Mempunyai gigi former, tubuh umumnya kuat dengan kaki ramping. Kulit di atas umumnya halus dan mungkin memiliki asperities spinose keputihan. Pada bagian bawah perut terdapat granular kasar, memiiki web yang

hampir penuh. Menurut Lim and Lim (1992), Polypedates sp memiliki warna dan pola berkisar dari orange padat-cokelat, abu-abu dengan garis coklat, untuk cokelat yang sangat berpola, variasi krem, coklat dan abu-abu dengan empat garis-garis gelap turun dari kepala ke bawah belakang. Sisi ventral berwarna putih atau krim. Memiliki gigi former, timpanum berwarna coklat, webbing berwarna coklat bening, memiliki disk. 4.4 Famili Bufonidae 4.4.1 Phynoidiss asper Klasifikasi: Filum : Chordata Kelas : Amphibi Ordo : Anura Famili : Bufonidae Genus : Duttaphrynus Spesies: Phrynoidis aspera (Gravenhorst, 1829) Sumber : IUCN,2014

Gambar 5. Phynoidiss asper

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Phrynoidis aspera sebagai berikut. Phrynoidis aspera memiliki (HW) : Lebar kepala 20mm, (SVL): Panjang total 65 mm, (TL) Panjang tulang betis 30 mm, (IOD) :Jarak antar mata 10 mm, (HL) : Panjang kepala 30 mm, (ED) : diameter mata 4 mm, (IND): Jarak antar lubang hidung 7 mm, (EN):Jarak mata antara lubang hidung 3 mm, (FL): Panjang telapak kaki 33 mm, (TD): diameter telinga 3 mm, (THL): Panjang paha 30 mm , (SL): panjang rahang dari mata ke mulut 15 mm, (HAL) : Panjang telapak tangan 20 mm, (FLL): Panjang lengan bawah 17 mm, (UEW): Lebar kelopak mata 7 mm, Warna hijau lumut, bentuk tubuh membulat, Pupil horizontal.

Menurut Inger dan Bacon (1986), katak sungai ini memiliki tubuh yang ramping dan kekar. Umumnya hewan betina memiliki ukuran panjang moncong 9,5-14 mm dan ukuran moncong hewan jantan 7-10 mm. Kulit katak ditutupi oleh tubercle atau kutil yang membuat kulit menjadi kelihatan kasar. Katak sungai memiliki kepala yang luas dan tumpul tanpa puncak tulang. Selain itu katak ini memiliki kelenjar paratoid berbentuk bulat telur terhubung ke punggungan supraorbital oleh punggung bukit supratymphanic, tymphanium tampak terlihat jelas dengan ukuran yang cukup sedang, tangan dan kaki spinosus,. Berdasarkan urutannya, jari kaki keempat merupakan jari terpanjang dan semua jari kecuali jari keempat berselapu penuh. Hewan jantan memiliki nuctiple pad pada dasar jari pertama yang biasanya berwarna cokelat tua, abu-abu atau hitam dan tubuh berwarna abu-abu dengan bercak hitam di bagian perut. Selain itu, hewan jantan juga memiliki bagian yang berwarna kehitaman di bagian tenggorokan. 4.3 Famili Micrihylidae 4.3.1 Microhyla sp Klasifikasi Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Microhylidae

Genus

: Microhyla

Spesies

: Microhyla sp (Tschudi, 1838)

Sumber

: IUCN , 2008

Gambar 6.. Microhyla sp

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Microhyla sp sebagai berikut. Microhyla sp memiliki (HW) : Lebar kepala 8 mm, (SVL): Panjang total 21

mm, (TL) Panjang tulang betis 11 mm, (IOD) :Jarak antar mata 3 mm, (HL) : Panjang kepala 6 mm, (ED) : diameter mata 20 mm, (IND): Jarak antar lubang hidung 2 mm, (EN): Jarak mata antara lubang hidung 3 mm, (FL): Panjang telapak kaki 11 mm, (TD): diameter telinga 1 mm, (THL): Panjang paha 10 mm , (SL): panjang rahang dari mata ke mulut 4 mm, (HAL) : Panjang telapak tangan 4 mm, (FLL): Panjang lengan bawah 2 mm, (UEW): Lebar kelopak mata 2 mm, Warna silver, bentuk tubuh rounded, Pupil rounded. Microhyla sp merupakan katak yang dimasukan kedalam suku Microhylidae (katak mulut sempit), Marga Microhyla. Katak jenis ini merupakan katak kecil dengan kepala dan mulut sempit serta mata kecil. Katak inimemiliki sepasang garis gelap pada bagian punggungnya. Jari-jari kaki memiliki selaput renang pada dasarnya. Tekstur kulit halus, memiliki warna coklat kekuningan dengan garis-garis kehitaman, sisi lebih gelap dan kadang terdapat garis vertebral tipis dan kecil. Katak jenis ini memiliki ukuran jantan sekitar 20 mm dan ukuran betina sekitar 25 mm. Habitat Microhyla sp biasanya dijumpai di sekitar kolam atau danau yang pinggirannya terdapat rumput dan agak lembab (agak becek), dapat pula ditemui di hutan primer dan sekunder, kadang-kadang juga terdapat di dekat pemukiman manusia seperti sawah, kebun dan pekarangan rumah (Bartlett, 1988).

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah: 1.

Amnirana nicobariensis memiliki warna hijau pucat, bentuk tubuh ramping, pupil horizontal, memiliki gigi maxilla.

2.

Chalcorana sp memiliki warna abu-abu, bentuk tubuh ramping, memiliki gigi maxilla.

3.

Polypedates sp berwarna coklat gelap, bentuk ramping, pupil horizontal, dan ada gigi.

4.

Limnonectes sp memiliki karakter tubuh berwarna coklat mempunyai webing setengah serta mmiliki gigi formes.

5.

Phryonidis aspera, memiliki karakter tubercle yang banyak, mempunyai kelenjar paratoid, selaput renang tidak penuh.

6.

Microhyla sp memiliki silver, bentuk tubuh rounded, dan pupil rounded

5.2 Saran Demi terlaksananya praktikum dengan lancar dan baik, hal penting yang perlu diperhatikan adala kedisiplinan dan manajemen waktu. Oleh karena itu, pentingnya bersikap disiplin dalam bertindak akan memperoleh hasil yang tepat dan sesuai dengan yng diiinginkan. Selain itu, manajemen waktu dalam pengamatan perlu dilakukan agar pengamatan dapat berlangsung secara efektif dan efisien hingga diperoleh hasil yang valid.

DAFTAR PUSTAKA

Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. Aquaculture. the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. Bartlett, R.D. 1988. Frogs, Toads and Treefrogs, Barron's : New York. Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Armico: Bandung Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico : Bandung. Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw Hill BookCompany. New York Eprilurahman. 2007. Frogs and Toads of Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. International Seminar Advances in Biological Science. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta. Hillis, D. M. Hillis, J. J. Wiens. 2000. Molecules Versus Morphology in Systematics.In: J. Wiens (ed) Phylogenetic Analysis of Morphological Data. Smitshonian Institution Press. Philadelpia. Imron. 1998. Keragaman Morfologis dan Biokimiawi Beberapa Stok Keturunan Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Asal Laut yang Dibudidayakan di Tambak. IPB. Bogor. Tesis. Inger, RF, JP Bacon. 1968. Ahuran, Reproduksi dan Ukuran pada Katatk Hutan Tropik Sarawak. Copa: Malaysia Inger R. F., Lian T.F. 1996. The Natural History of Amphibians and Reptiles in Sabah. Natural History Publications (Borneo) Sdn. Bhd. Borneo. Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali–Seri Panduan Lapangan. Bogor: Puslitbang LIPI. Iskandar, D.T. 2006. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. Jakarta.

Kurniati, Hellen. 2003. Amphibians & Reptiles of Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia (Frogs, Lizards and Snakes). Research Center for Biology-LIPI. Cibinong. Lim, K.P., Lim, L.K.1992. A Guide to the Amphibians & Reptiles of Singapore. Singapore Science Centre Munshi, J. S. D., H. M. Duta. 1996. Fish Morphology: Horizon of New Research. Valley ,West Sumatera. Annual Report of FBRT Project no.2. Science Publishers, Inc. New York. Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press Zug, G. R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London

LAMPIRAN

A. Gambar struktur tubuh amphibi 1. Amnirana nicobariensis c a

d e

Keterangan: a.caput b.truncus c. digiti d. ischium e. femur

b

2. Chalcorana sp Keterangan: d a e b

f

a. b. c. d. e. f.

Caput Digiti Truncus Femur Ischium Phalanges

c

3. Limnonectes sp c a d

b

e

Keterangan: a. Caput b. Digiti c. Truncus d. Ischium e. Organon visus

4. . Polypedates sp

Keterangan: a

c

a. Organon visus b. Digiti c. Ischium

b

5. Phryonidis aspera a

c a

Keterangan: A. Organon visus B. Digiti C. Kelenjar paratiroid

b

6. Microhyla sp. b

a

c

Keterangan: A. Digiti B. Caput C. Ischium

Related Documents

Amphibi Sifa.docx
June 2020 16
Amphibi Yella.docx
December 2019 30
Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64

More Documents from ""