Laporan Akhir Praktek Manajemen Keperawatan Klmpk I Rsmh.docx

  • Uploaded by: Rhey
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Akhir Praktek Manajemen Keperawatan Klmpk I Rsmh.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 13,060
  • Pages: 67
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan zaman berdampak kepada berbagai aspek kehidupan. Bidang kesehatan merupakan aspek kehidupan yang terus menerus berkembang. Meningkatnya pengetahuan masyarakat membuat pelayanan kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien. mutu pelayanan kesehatan yang baik tidak terlepas dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Perbedaan tingkat kepuasan yang ditunjukkan setiap klien di rumah sakit dipengaruhi oleh bagus tidaknya pelayanan yang diberikan. Salah satu pelayanan yang diberikan adalah asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan asuhan keperawatan dapat dengan menggunakan manajemen keperawatan secara komprehensif dan terorganisir.

Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya, 2007).

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan besar dalam mencapai pemenuhan kebutuhan tersebut. Dasar mencapai pemberian asuhan keperawatan yang efektif menjadi faktor yang harus dipahami dan diterapkan dalam praktiknya. Hal ini mencakup komponen perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan (acquiting), serta pengendalian (controlling). Hal ini bertujuan untuk mencapai efektifitas manajemen asuhan keperawatan melalui ketepatan pemilihan komponen manajemen. Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 1

Fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai sasaran yang akan ditujunya. Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal sehingga peran komunikasi sangat penting dalam penerapan manajemen keperawatan (Swansburg, 2007).

Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang rawat dikoordinatori oleh kepala ruang rawat inap. Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien. Kepala ruangan harus mempunyai kemampuan manajemen agar dapat mencapai keberhasilan dalam mengelola pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan

yang

diberikan

perawat

pelaksana

secara

terintegrasi.

Perkembangan praktek keperawatan ditentukan oleh teknik manajemen dalam pelaksanaan asuhan keprawatan, perawat harus mempunyai pengetahuan, teori yang mendasari keterampilan manajerial. (Rachman, 2006).

Rumah Sakit Mitra Husada merupakan rumah sakit swasta di Kabupaten Pringsewu Lampung. Rumah Sakit Mitra Husada mempunyai visi menjadi rumah sakit yang profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau di Propinsi Lampung. Berkat usaha dan kerja keras yang sudah dilakukan, RS.Mitra Husada menyandang predikat Paripurna dalam akreditasi RS versi KARS 2012. Ruang perawatan di RS.Mitra Husada terdiri dari ruangan VVIP, Super VIP, VIP, Mawar, Anggrek, Melati, dan Kenangga. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah pasien yang selalu ramai. Ruangan Aster atau kelas I yang jumlahnya mencapai 33 TT. Model praktik keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang bertujuan untuk memfasilitasi perawat Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 2

profesional dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan diberikan (Keliat, 2009). Model praktik tersebut menetapkan bahwa aspek sruktur meliputi jumlah tenaga keperawatan berdasarkan kepada jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Selain jumlah, latar belakang dan kompetensi masingmasing tenaga keperawatan menjadi hal yang diperhatikan sehingga peran dan fungsi tenaga keperawatan dapat mendukung peran dan fungsinya dalam kelompok.

Peran dan fungsi yang dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab yang jelas. Struktur rencana asuhan keperawatan dan pendokumentasian turut menjadi aspek struktur yang ditetapkan atau memiliki standar berdasarkan diagnosa medis. Aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer). Tujuan aplikasi model praktik keperawatan profesional yakni menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi konflik dalam kelompok, sebagai pedoman dalam

menentukan

kebijakan

serta

keputusan,

hingga

menciptakan

kemandirian dalam pemberian asuhan keperawatan. Pemahaman dan pengaplikasian MPKP setiap perawat menjadi tuntutan sebagai dasar dalam mencapai pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif. Tidak terkecuali di dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien.

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) belum sepenuhnya terlaksana di ruangan Aster. Metode pembagian tugas pun belum berjalan secara optimal. Pada dasarnya, metode yang digunakan dalam pembagian tugas di ruangan Aster adalah metode tim. Namun pada kenyataannya metode yang berjalan masih menggunakan metode fungsional. Hal ini menyebabkan tidak ada pembagian pasien yang jelas kepada perawat. Perawat tidak memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap pasiennya. Perawat yang berperan sebagai ketua tim juga masih memiliki kekurangan dalam pengetahuan dan keterampilan tentang metode tim. Hal ini menjadi latar belakang mahasiswa bersama perawat ruangan Aster menegakkan masalah terkait manajemen Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 3

keperawatan yang terjadi di ruangan Aster RS.Mitra Husada, Yakni optimalisasi pelaksanaan metode tim. Kegiatan yang akan dilaksanakan mencakup penyegaran pelaksanaan, in house training metode tim, dan supervisi pelaksanaan untuk menyelesaikan masalah bersama staf keperawatan di ruangan Aster RS.Mitra Husada. Adapun penerapan konsep, teori, dan prinsip

manajemen

keperawatan

dalam

pengelolaan

pelayanan

dan

keperawatan kepada klien ruang Aster RS.Mitra Husada sebagai tujuan jangka panjang kegiatan yang akan dilaksanakan.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penerapan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam pengelolaan pelayanan dan keperawatan serta manajemen asuhan keperawatan pada klien di ruang Aster RS.Mitra Husada.

2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan pengkajian/identifikasi dan implementasi terhadap manajemen di ruang Aster RS.Mitra Husada diharapkan perawat dapat: 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan yang terjadi di ruang Aster RS.Mitra Husada. 2. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama staf keperawatan di ruang Aster RS.Mitra Husada. 3. Menyusun tujuan dan rencana tindakan untuk penyelesaian masalah bersama staf keperawatan di ruang Aster RS.Mitra Husada. 4. Mengimplementasikan rencana tindakan yang telah ditetapkan bersama staf keperawatan di ruang rawat Aster RS.Mitra Husada.

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pasien Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 4

Diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.

2. Bagi Perawat a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal. b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga. c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat. d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.

3. Bagi Rumah Sakit a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional. b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun rencana strategi.

4. Bagi Mahasiswa Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi manajemen keperawatan di ruang rawat inap pada umumnya dan ruang Aster pada khususnya RS.Mitra Husada Pringsewu.

BAB II TINJAUAN TEORITIS Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 5

A. Manajemen Keperawatan Pelayanan keperawatan adalah sebuah organisasi yang menggunakan prisipprinsip manajemen. Pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, system penugasan dan pembinaan. Sistem atau metode yang dirancang harus merefleksikan falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan populasi klien. Manajemen keperawatan merupakan cara untuk mengelola sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional.

Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan (Swanburg, 2007).

Menurut Swanburg (2007), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok. Proses manajemen keperawatan yang dapat mendukung asuhan keperawatan menurut

G.R.

Terry

adalah

POSAC:

perencanaan

(Planning),

pengorganisasisan (Organizing), ketenagaan (Staffing), penggerak (Actuating), dan pengawasan (Controlling). Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 6

a. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan hasilnya, memberikan umpan balik pada personal, dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swansburg, 1999). Perencanaan yang baik menekankan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Robbins, Bergman, dan Stagg, 1997) tertulis dan disepakati (adanya komitmen) bersama spesifik: jelas tujuan, urutan, objektif (hasil akhir), metode evaluasi, bermanfaat, sederhana, realistis: menggunakan sumber yang ada, faktual, rasional, fleksibel, sesuai standar, kebijakan, prosedur yang berlaku, sesuai skala prioritas:

rasional,

melibatkan

seluruh

komponen

organisasi,

berkesinambungan.

Menetapkan hal-hal yang akan dan tidak akan dilakukan Perencanaan juga merupakan jembatan antara di mana kita sekarang dengan dimana kita saat yang akan datang, sistematik, dapat diukur, dapat dicapai, relistik dan berorientasi pada waktu. Perencanaan suatu ketetapan yang akan datang apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana, kapan, dan di mana hal tersebut dilakukan (Marquis & Huston, 2000) 5W1H, bila tidak adekuat proses manajemen gagal. Perencanaan dapat dipandang sebagai suatu hirarki, dengan perencanaan pada puncak hirarki mempengaruhi semua perencanaan yang mengikutinya (Marquis, 1998). Hirarki perencanaan meliputi pernyataan misi, filosofi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan.

Tujuan perencanaan yaitu memberikan arahan atau upaya kordinasi di mana semua komponen semua mengerti akan kondisi organisasi dan tahu kontribusinya dalam mencapai tujuan (mandiri maupun dalam tim). Perencanaan merupakan tahap awal dan tahap paling kritis dari proses manajemen.

Tujuannya

untuk

mengurangi

dampak

perubahan,

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 7

meminimalkan hasil yang sia-sia (efektif dan efisien), overlapping, dan penanggulangan kegagalan, menetapkan standar pengendalian dengan membandingkan kinerja dengan tujuan; deviasi; dan penyusunan tindakan korektif yang diperlukan sebagai indikator tercapai tidaknya tujuan organisasi.

Tahapan dalam perencanaan antara lain pengumpulan data, klasifikasi, interpretasi data, analisis lingkungan (SWOT, 5W1H), pengorganisasian (data penunjang maupun data penghambat), penyusunan rencana (POA) yang berisi (objektif, uraian kegiatan, prosedur atau strategi, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, alat, dan metode). Kendala dalam perencanaan yaitu : kurang pengetrahuan dan ketrampilan, tidak mau, ragu (keterbatasan wewenang), kurang dukungan (Sumber Daya Manusia maupun kebijakan), fasilitas, dan lain-lain.

b. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan proses yang melibatkan semua sumber daya yang ada dalam suatu sistem manusia, modal, dan peralatan kedalam kegiatan menuju pencapaian tujuan. Swansburg (1999) menyatakan pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan dalam fungsi pengorganisasian antara lain mengalokasikan sumber daya maupun sarana, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan. Adanya struktur organisasi yang Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 8

menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab, sehingga setiap pekerja akan bergerak dan bertindak sesuai dengan job description dan kewenangannya dan memiliki tanggung jawab dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah dilaksanakan. Kegiatan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja, hal ini sangatlah penting agar dapat menyegarkan dan menambah wawasan pekerja. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat atau dengan kata lain strategi yang telah ditetapkan harus dilaksanakan oleh pekerja yang dinilai mampu dan layak dan memiliki pengetahuan yang cukup di bidangnya.

Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam

kegiatan,menetapkan

tugas

pokok

dan

wewenang

serta

pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan (Muninjaya, 2004). Huber (2000) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.

Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan. Prinsip-prinsip organisasi saling ketergantungan dan Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 9

dinamis. Kepala ruangan dapat menciptakan lingkungan yang meransang dalam praktik keperawatan. Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut Swanburg (2000) adalah prinsip rantai komando, prinsip kesatuan komando, prinsip rentang kontrol, prinsip spesialisasi.

Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif secara ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah dan satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini datar, dengan garis manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung perawat pelaksana.

Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana mepunyai satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan manajemen kasus mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.

Prinsip rentang kontrol menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih banyak pengawasan untuk menghindari terjadinya

kesalahan.

Kepala

ruangan

harus

lebih

banyak

mengkoordinasikan.

Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu fungsi kepemimpinantunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas yang membentuk departemen.

c. Ketenagaan (Staffing) Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi yang dimulai dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Karena itu, keputusan staffing adalah Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 10

keputusan yang penting bagi organisasi, yang juga harus disesuaikan dengan strategi bisnis agar dapat menunjang budaya organisasinya. Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan.

Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan

asuhan

keperawatan

pada

standar

yang ditetapkan

sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010).

Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktifuntuk memenuhi kebutuhan. Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukanagar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010). Menurut nursalam (2011) ,beberapa pedoman dalam penghitungan tenaga keperawatan di ruang rawat inap antara lain:

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 11

1. Dengan metoda douglas dengan menentukan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut: (a) Prawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam /24 jam. (b) Perawatn intermediet / parsial memerlukan waktu 3-4 jam / 24 jam. (c) Perawatan maksimal / total memerlukan waktu 5-6 jam /24 jam. Dalam penerapanya sistem klasifikasi pasien dengan kategori diatas adalah sebagai berikut : (a) Kategori self care ( perawatan mandiri / minimal) Kegiatan sehari hari dapat dilakukan sendiri, penampilan umum baik, tidak ada reaksi emosi dari paisne, pasien memiliki orientasi waktu tempat , tindakan pengbatanya ringan. Kriteria keperawatan minimal adalah : kebersihan diri secara mandiri, makan minum sendiri, ambulasi dengan pengawasan, observasi tanda tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal dengan status psikososial stabil. (b) Kategori intermediet care ( perawatan sedang /parsial) Kegiatan sehari hari dibantu seperti makan, mengatur posisi tidur, dan waktu makan, eliminasi dan kebutuhan diri dibantu. tindakan keperawatan pada pasien ini adalh monitor tanda tanda vital, periksa urine, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drain atau infus,

penampilan pasien sakit sedang, pasien memerlukan

pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/ shift atau 3060 menit / shift dengan observasi efek obat atau alergi. Kriteria perawatan parsial adalah : kebersihan diri di bantu, makan dan minum, observasi TTV / 4 jam, ambulasi dibantu, pengobatan ebih dari sekali, pasien terpasang kateter urin, input dan output cairan di hitung, pasien terpasang infus dan memerlukan engobatan prosedur.

(c) Kategori intensive care / total Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri , semua dibantu oleh perawat. Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 12

Kriteria keperawatan total adalah : semua keperlun pasien dibantu, perubahan posisi, observasi TTV setiap 2 jam seklai, makan melalui selang NGT, dilakukan penghisapan lendir, gelisah dan disorientasi. Douglas meneteapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan bedasarkan klasifikasi pasien, dimana masingkategori mempunyai standar per shift (Nursalam,2011) , yaitu dalam tabel: Table : Nilai standar jumlah perawat pershift bedasarkan klasifikasi paisen. Jumlah

Klasifikasi pasien

pasien

Minimal

Parsial

Total

P

S

M

P

S

M

P

S

M

1

0,17

1,14

0,10

0,27

0,15

0,07

0,36

0,30

0,20

2

0,34

0,28

0,20

0,54

0,30

0,14

0,72

0,60

0,40

3

0,51

0,42

0,30

0,81

0,45

0,21

1,08

0,90

0,60

Rasio perawat ahli : trampil = 55% : 45%. Rasio perawat ahli : trampil = 55% : 45%. Rumus douglas: Jumlah perawat = Jumlah pasien x derajad ketergantungan.

2. Dengan pedoman penghitungan gillies, 1989. (a) Waktu perawatan langsung : Self care

:1/2 x 4 jam

= 2 jam

Partial care

:3/4 x 4 jam

= 3 jam

Total care

: 1-11/2 jam x 4 jam = 4-6 jam

Intensive care

: 2x4 jam

= 8 jam

Rata-rata keperawatan langsung 4-5 jam.

(b) Waktu keperawatan tidak langsung 38 menit/pasien/hari (c) Waktu penyuluhan = 15 menit/pasien/hari Rumus Perhitungan tenaga menurut gillies :

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 13

∑jam kept u. psn/hrx rata − rata sensus psn/hrx ∑ psn/th ∑ hr/th − hari libur prwt x ∑ jam jam kerja/hr =

jumlah jam kept untuk pasien jam kerja perawat per tahun

= Jumlah perawat di suatu unit

d. Penggerak (Actuating) Penggerak (actuating), menggerakkan orang-orang agar mau dan suka bekerja, dengan menciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah,tetapi harus dengan kesadaran sendiri, dan termotivasi secara interval. Melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas Tipe-tipe pergerakan antara lain: kepemimpinan, motivasi kerja, KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi) dan komunikasi.

Pengerak adalah implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Kegiatan dalam fungsi pengarahan dan implementasi antara lain mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan dan emberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan dan menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.

e. Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan/pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan, dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Pengawasan adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama

perencanaan,

pengorganisasian,

ketenagaan,

pengarahan

(Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006). Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 14

Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program. Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan

manager

keperawatan

dalam

menjalankan

fungsi

pengendalian adalah pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur, pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi, standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.

Peran perawat dalam manajemen mutu menurut Delaune, 2006 dibedakan sesuai fungsi perawat sebagai klinisi, anggota tim dan manajer, dicantumkan dalam tabel berikut: Peran Clinician/ Klinisi

Tanggung Jawab 1. Mempertahankan standar etik praktik. 2. Mencari pengembangan diri pendidikan yang berkelanjutan.

melalui

3. Diarahkan oleh diri sendiri. 4. Menjadi change agent 5. Mempraktekan manajemen waktu yang efisien. 6. Mencapai kepuasan konsumen 7. Berkomitmen mengurangi meningkatkan kinerja. Team Anggota tim

biaya

dan

Member/ 1. Memiliki pengetahuan tentang dinamika kelompok. 2. Mensupport rekan. 3. Mempromosikan rasa saling percaya dan rasa hormat (trust and respect).

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 15

4. Membangun hubungan dengan disiplin lain. 5. Mempraktekkan active listening. 6. Memuji rekan kerja. Manager/ Manajer

1. Membangun keterampilan kepemimpinan. 2. Memiliki pengetahuan tentang analisis statistik. 3. Memelihara clear communication.

and

direct

4. Mendelegasikan kepadan dan member wewenang kepada staf. 5. Memimpin dengan memberikan contoh.

B. Metode Penugasan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Model

pemberian

asuhan

keperawatan

adalah

berdasar

bukti

dan

mempertimbangkan perubahan tuntutan pada perawatan pasien, kemajuan tehnologi, praktik penggantian perawatan kesehatan, staf yang tersedia, dan harapan-harapan pasien. Bagaimanapun dalam praktik, manajer keperawatan berbaur bersama perbedaan pemberian model asuhan keperawatan untuk membuat sebuah model yang bekerja untuk fasilitas perawatan kesehatan tertentu. Beberapa metode yang secara umum digunakan yaitu: 1. Metode manajemen kasus keperawatan. Seorang manajer kasus keperawatan (CM) menangani pasien selama proses keperawatan yang digambarkan dalam model manajemen kasus. Proses perawatan termasuk dalam perawatan rumah sakit, perawatan rumah, dan perawatan dalam fasilitas lainnya. Seorang manager kasus tidak hanya memberikan perawatan kepada pasien, tetapi juga berkoordinasi dengan pemberi pelayanan kesehatan lainnya dalam merawat pasien. Hanya satu kekurangan yang muncul ketika model ini dimplementasikan secara buruk, ketika rumah sakit menambah begitu Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 16

banyak posisi baru dalam manajer kasus keperawatan, model ini menjadi mahal dan rumah sakit tidak dapat menghemat banyak. Model manajemen penyakit ini lebih sering ditemukan dalam fasilitas kesehatan komunitas, dimana manajer manajemen kasus penyakit mencegah pasien keluar dari rumah sakit.

2. Model keperawatan fungsional. Model keperawatan fungsional adalah model keperawatan paling tua dapat digambarkan paling baik sebagai metode berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan kepada setiap anggota staf. Seorang perawat terdaftar (RN) bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan IV, seorang lagi untuk tindakan perawatan luka, yang lainnya memandikan, dan sebagainya. Tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.

Metoda membagi-bagi tugas untuk dilakukan, dengan setiap orang bertanggung jawab kepada perawat manager. Ini efisien dan mungkin sistem terbaik bila dihadapkan pada jumlah beban pasien yang besar dan keterbatasan perawat profesional.

Keuntungan keperawatan fungsional adalah: a. Perawat fungsional dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat. b. Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu. c. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas. d. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana. e. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang praktik pada keterampilan tertentu. f. Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan.

Kerugian metode fungsional: Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 17

a. Keperawatan fungsional membagi-bagi asuhan keperawatan atau pelayanan keperawatan terpilah-pilah sehingga proses keperawatan sulit dilakukan. b. Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugas non keperawatan. c. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja. d. Perawat fungsional menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab perawat. e. Perawat fungsional membuat hubungan perawat – klien sulit terbentuk.

3. Model keperawatan tim. Model

keperawatan

tim

merupakan

pengorganisasian

pelayanan

keperawatan oleh sekelompok perawat dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya (registered nurse).

Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua grup. Selain itu ketua grup bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan Selanjutnya ketua grup yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.

Keuntungan dari metode tim keperawatan adalah: a. Metode tim melibatkan semua anggota tim dalam perencanaan asuhan keperawatan pasien, melalui penggunaan konferensi tim dan penulisan rencana asuhan keperawatan. b. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik. c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 18

d. Masing-masing anggota tim bertanggung jawab untuk merawat pasien secara total. Di sana secara terbuka dan komunikasi secara berkesinam bungan antara anggota tim.

Kerugian dari metode tim: a. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan

atau

terburu-buru

sehingga

dapat

mengakibatkan

komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat. b. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung / berlindung kepada perawat yang mampu. c. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim menjadi kabur. d. Perawat manager harus memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, dan pengetahuan untuk memecahkan konflik diantara anggota tim.

4. Model keperawatan primer. Keperawatan primer adalah distribusi keperawatan sehingga perawat total individu adalah tanggung jawab seorang perawat, bukan beberapa perawat. Mereka mengindikasikan autonomi menjadi kunci pada pengembangan keperawatan profesional. karakteristik model keperawatan primer adalah: a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai dengan pemulangan. b. Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,kolaborasi dengan pasien dan profesional kesehatan lain , dan menyusun rencana perawatan, semua ini adalah tanggung jawab perawat primer. c. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada perawat sekunder selama selama shif lain. d. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia. e. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer. Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 19

f. Keperawatan primer paling baik untuk perawatan intensif.

Keuntungan keperawatan primer adalah: a. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat. b. Meningkatkan

kepercayaan

antara

perawat-klien

yang

akan

memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik. c. Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter. d. Menjamin

kesinambungan

perawatan

sejak

perawat

primer

memberikan / mengarahkan perawatan selama hospitalisasi.

Kerugian keperawatan primer adalah: a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional. b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak menggunakan perawat profesional. c. Dalam kenyataannya, seorang perawat tidak dapat bertanggung jawab penuh untuk pasien selama 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. d. Perawat primer dan perawat asociate tidak mungkin berkomunikasi secara penuh dengan satu dengan yang lainnya ketika mereka menangani pasien.

5. Model keperawatan total. Model keperawatan total yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Keuntungan metode keperawatan total: a. Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. b. Memberi

kesempatan

untuk

melakukan

keperawatan

yang

komprehensif. Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 20

c. Memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas, tugas non keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat. d. Mendukung penerapan proses keperawatan. e. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

Kerugian metode keperawatan total: a. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan. b. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien bertugas.

6. Metode modular Metode modular yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien. Keuntungan model modular: a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik dengan pertanggungjawaban yang jelas. b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan. c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar. d. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal. e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbedabeda dengan aman dan efektif. f. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral. g. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan. h. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 21

i. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan keperawatan. j. Lebih mencerminkan otonomi. k. Menurunkan dana perawatan.

Kerugian model modular: a. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan. b. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien bertugas. c. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional. d. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak menggunakan perawat profesional. e. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan atau kedokteran. f. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan. g. Masalah komunikasi.

C. Model Asuhan Keperawatan 1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai ) yang memungkinkan perawat professional

mengatur

pemberian

asuhan

keperawatan

termasuk

lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut ( Sitorus, 2007). Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan professional mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah keperawatan tim dan Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 22

keperawatan primer. Setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu: a. Sesuai visi dan misi institusi. b. Dapat diterapkan prose keperawtan dalam asuhan keperawatan. c. Efisien dan efektif penggunaan biaya. d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat. e. Kepuasan kinerja perawat.

2. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) a. Pengertian Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu menajemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet). Dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan motivasi dari perawat menurun dan tidak bersemangat dalam menerapkan MPKP.

b. MPKP Sebagai Pelayanan Prima Menurut Nursalam (2007), MPKP dikembangkan dalam beberapa jenis sesui dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu: 1) Model Praktek Keperawatan Profesional III Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua professional dan ada yang sudah doctor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Diruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis. 2) Model Praktek Keperawatan Profesional II Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 23

Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Diruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan. 3) Model Praktek Keperawatan Profesional I Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode

pemberian

asuhan

keperawatan

dan

dokumentasi

keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer. 4) Model Praktek Keperawatan Profesional pemula 5) Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju professional I.

c. Jenis-jenis MPKP Menurut Nursalam (2007), jenis MPKP adalah: 1) MPKP Transisi MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya dari DII keperawatan. 2) MPKP Pemula MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal DIII keperawatan. 3) MPKP Profesional Menurut Grant & massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus berkembang di masa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan, antara lain: a) Metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) Fungsional Model

fungsional

dilaksanakan

oleh

perawat

dalam

pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 24

jumlah dan kemampuan perawat hanya melakukan 1-2 intervensi keperawatan kepada smua paien di bangsal.model ini bedasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas tertentu bedasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). b) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan paisen saat dia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama. Metoda penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan umunya dilaksanakn untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi atau intensive care.Metode ini bedasarkan pendekatan holistik dari filososfi keperawatan, perawat bertanggungjawab terhadap asuhan dan observasi pada pasie tertentu (Nursalam, 2002). c) Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) Primer Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawataan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawata primer, pada metode perawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggungjawab selama 24

jamselama

bertanggungjawab

klien

dirumah

untuk

sakit.perawat

mengadakan

primer

komunikasi

dan

koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat perencanaan pasine pulang jika diperlukan.jika perawat primer tidak bertugas maka akan di delegasikan kepada perawat yang lain (assosiate nurse). d) Metode Asuhan Keperawatn Profesional (MAKP) Tim Metode tim

adalah

suatu

metode pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 25

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada kelompok pasine melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984)model tim di dasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelmpok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggungjawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.

Menurut Korn & Gray metode asuhan keperawatan tim hrus bedasarkan konsep: -

Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.

-

Komunikasi yang efektif sangat penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.

-

Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

-

Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.. Perawat dirungan di bagi menjadi 2 atau 3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapanya ada kelebihan dan kelemahan ( Nursalam, 2002) yaitu: 1. Kelebihan -

Memungkinkn pelayanan yang menyeluruh.

-

Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

-

Memungkinkan komunikasi antara tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 26

2. Kelemahan

Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

d. Peran dan Tanggung Jawab dalam MPKP 1) Peran kepala ruangan a) Sebelum melakukan sharing dan operasn pagi, karu melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan

keadaan

pasien

dan

kebutuhanya

serta

mengobservasi keadaan infuse dan bila ada obat yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang kegunaan obat. b) Memimpin sharing pagi. c) Memimpin operan pagi. d) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh katim dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu. e) Memastikan seuruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian Askep, visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium dan lain-lain). f) Memastikan ketersedian fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan. g) Mengelola dan menjelaskan komplaik dan konflik yang terjadi di area tanggung jawabnya.

2) Ketua tim Tugas utama: a) Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh tim keperawatan dibawah koordinasinya. b) Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang dikoordinirnya pada saat pre conference.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 27

c) Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk setiap pasiennya. d) Memastikan setiap Perawat associate melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat Perawat primer. e) Melaksanakan validasi Tindakan keperawatan seluruh pasien dibawah koordinasinya pada saat post conference.

3) Penanggungjawab shift Tugas utama: a) Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur. b) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam. c) Memastikan Perawat primer melaksanakan follw pasien tanggung jawabnya. d) Memastikan seluruh Perawat associate melaksanakan askep sesuai rencana yang telah dibuat Perawat primer. e) Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang keperawatan f) Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

4) Perawat pelaksana dan perawat associate Tugas utama: a) Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuha keperawatan, melaksanaka Tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien. b) Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan oleh PA. c) Memastikan seluruh Tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 28

BAB III ANALISA SITIUASI

A. Analisa Situasi Ruangan Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu merupakan sebuah rumah sakit umum swasta yang terletak di Kabupaten Pringsewu Lampung. Rumah Sakit Mitra Husada sebagai rumah sakit tipe C di Kabupaten Pringsewu memiliki fasilitas Unit Gawat Darurat (UGD), Poliklinik, Unit Rawat Inap, Perawatan Intensif, Unit Penunjang, dan Layanan Unggulan. Visi RS.Mitra Husada adalah menjadi rumah sakit yang profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yang Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 29

bermutu dan terjangkau di Propinsi Lampung. Misi RS.Mitra Husada adalah (1) Memberikan pelayanan kesehatan prima secara komprehensif; (2) Melaksanakan pekerjaan dalam tim yang profesional dengan mendahulukan keselamatan pasien. Motto RS.Mitra Husada adalah kesehatan anda kepedulian kami. Rumah Sakit Mitra Husada beralamatkan di Jalan Jend. Ahmad Yani No.14 Pringsewu Lampung dengan 222 tempat tidur (TT) yang terdiri dari 8 TT VVIP, 42 TT Super VIP Prima, 6 TT VIP, 5 TT Super Stroke, 30 TT Kelas I /Aster, 10 TT Isolasi, 35 TT Kelas II/ Mawar, 72 TT Kelas III, 5 TT HCU, 2 TT ICU, dan 1 TT Isolasi ICU dan 6 TT UGD.

Kami melakukan pengkajian di ruangan Aster. Alasan kami mengambil ruangan Aster karena banyaknya pasien yang dirawat di ruangan ini. Pengkajian di ruang Aster RS.Mitra Husada dilakukan pada tanggal 17 – 19 Mei 2018. Pengkajian tersebut dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, wawancara, dan observasi yang berfokus pada metode penugasan tim di ruangan, serta secara umum penatalaksanaan manajemen keperawatan. Kuesioner yang disebar diperuntukkan bagi perawat pelaksana. Wawancara pun dilakukan pada kepala ruangan. Kemudian mengobservasi jalannya metode tim di ruangan Aster RS.Mitra Husada.

Ruangan Aster merupakan salah satu ruangan perawatan di RS.Mitra Husada. Kasus pasien yang dirawat di ruang Aster adalah kasus bedah, penyakit anak, kasus obgyn penyakit dalam. Ruangan Aster berada di lantai dasar RS.Mitra Husada dengan 33 TT yang terdiri darik kelas 1 dan ruang isolasi. Pasien selalu ramai bahkan terkadang sampai menitipkan pasien keruang perawatan seperti kelas 2 bahkan kelas 3.

Berdasarkan catatan kepegawaian di ruang Aster diperoleh data bahwa pegawai di ruang ini terdiri dari 12 perawat dan 2 bidan. Ruangan tersebut dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang berlatar belakang pendidikan S1 Keperawatan yang membawahi 11 orang perawat dan 2 bidan. Berdasarkan

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 30

catatan kepegawaian dan hasil kuesioner yang disebarkan diperoleh beberapa data antara lain: 1. Usia Tabel 3.1 Distribusi perawat ruang Aster berdasarkan kriteria jenis kelamin No

Usia

Jumlah (orang)

Presentasi

1 2 3 4 5 6

20-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun 41-45 Tahun 46-50 Tahun Jumlah

1 7 5 1 0 0 14

7,1% 50% 35,8% 7,1% 0% 0% 100%

Dari data di atas tenaga ruang aster berdasarkan tingkat usia, dapat di liat bahwa terdapat 1 orang (7,1%) berusia antara 20-25tahun, sebanyak 7 orang (50%) berusia 26-30tahun, sebanyak 5 orang (35,8%) berusia antara 31-35tahun dan 1 orang (7,1%) berusia antara 36-40. Dari kajian data di atas dapat di simpilkan bahwa tenaga perawat di ruang Aster adalah tenaga perawat yang masih produktif.

2. Jenis Kelamin Tabel 3.2 Distribusi perawat ruang aster berdasarkan kriteria jenis kelamin No 1 2

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah 6 8 14

Persentasi 42,8% 57,2% 100%

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 31

Dari data di atas tenaga perawat ruang aster berdasarkan jenis kelamin, dapat di lihat bahwa terdapat 6 orang (42,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang (57,2%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan data diatas mayoritas tenaga aster lebih banyak laki-laki daripada perempuan. 3. Pendidikan Formal Tabel 3.3 Distribusi perawat ruang aster berdasarkan tingkat pendidikan formal No 1 2 3 4 5

Jenis pendidikan D III Keperawatan D III Kebidanan D IV Kebidanan S 1 Keperawatan S 1 Keperawatan Ners Jumlah

Jumlah 6 1 1 5 1 14

Persentasi 42,9% 7,1% 7,1% 35,8% 7,1% 100%

Dari data diatas tenaga perawat ruang aster berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut, terdapat 6 orang (42,9%) yang berpendidikan D3 keperawatan, 1 orang (7,1%) berpendidikan D3 kebidanan, 1 orang (7,1%) berpendidikan D4 Kebidanan, 5 orang (35,8%) S1 Keperawatan, dan 1 orang (7,1%) S1 Keperawatan Ners .

4. Pelatihan yang Telah Diikuti Tabel 3.4 Pelatihan yang diikuti oleh staf ruang aster No

Nama

1

Tri Wahyuni

Jenis pelatihan Exhouse Training Inhouse Training Perawatan luka

BTCLS,metode tim, komunikasi terapeutik & efektif

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 32

2

Fahrizal

Perawatan Luka

3 4

Ar. Agustian Arie Dedi Mulyanto

5

Wahid Khoeri

6

M. Basori

7

Khoirul Muslim

Hemodialisa

8

Dwi Ratnasari

Hemodialisa

9

Linda Wilman

PPI

10

Ayu Dwi Andan

PPI

11

Feti Vera M

PPI

12

Nurul HS

PPI

13

Rili Nuri

PPI

14

Septiya B

-

PPI Hemodialisa PPI Perawatan luka

BTCLS,Metode tim, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS,metode tim, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS,metode tim, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS,metode tim, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS,metode tim, komunikasi terapeutik & efektif BTCLS

Dari tabel di atas didapatkan data bahwa seluruh perawat sudah mendapat pelatihan BTCLS, komunikasi terapeutik & efektif dan PPI serta pelatihan Hemodialisa.

5. Hasil Kuesioner Perawat Kuesioner perawat terdiri dari dua komponen kuesioner yang berbeda. Komponen pertama berisi tentang data sosio demografi perawat pelaksana dan komponen kedua berisi tentang fungsi-fungsi manajemen. Komponen tentang data sosio demografi berisi tentang usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan formal, masa kerja, status kepegawaian, dan keikutsertaan pelatihan. Komponen tentang fungsi-fungsi manajemen Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 33

berisi tentang beberapa pernyataan yang dikelompokkan dalam 9 pernyataan pada fungsi perencanaan, 8 pernyataan dalam fungsi pengorganisasian, 7 pernyataan dalam fungsi pengarahan, dan 6 pernyataan dalam

fungsi

pengendalian.

Pernyataan

tersebut

dinilai

dengan

menggunakan skala likert. Total responden yang mengisi kuesioner perawat berjumlah 14 orang. Pernyataan Tentang Perencanaan 1.8% 8.0% Selalu

27.7% 62.5%

Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Gambar 3.1 Hasil Kuesioner Tentang Perencanaan

Hasil kuesioner tentang fungsi perencanaan terdiri dari 9 pernyataan yang terdiri dari pelaksanaan tugas sesuai dengan visi dan misi ruangan, pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan SAK, pelaksanaan prosedur keperawatan berdasarkan SOP, mematuhi peraturan RS, konsisten dalam bekerja sesuai standar RS, program pengembangan tenaga keperawatan, dan perencanaan sarana prasarana penunjang pelayanan keperawatan. Responden berjumlah 14 orang. Hasil survey menunjukkan bahwa presentase frekuensi perawat aster dalam pelaksanaan fungsi perencanaan manajemen keperawatan antara lain selalu (62,5%), sering (27,7%), kadang-kadang (8,0%), dan tidak pernah (1,8%).

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 34

Pernyataan Tentang Pengorganisasian

7.1% 40.6%

25.0%

Selalu Sering Kadang-kadang

27.3%

Tidak Pernah

Gambar 3.2 Hasil Kuesioner Tentang Pengorganisasian

Hasil kuesioner tentang fungsi pengorganisasian terdiri dari 8 pernyataan yang terdiri dari pemberian asuhan keperawatan berdasarkan MPKP, hambatan dalam pelaksanaan MPKP, pengetahuan struktural organisasi di ruangan, melakukan pekerjaan sesuai uraian tugas, mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan format yang ada, jumlah tenaga sesuai dengan beban kerja, pengaturan shift berdasarkan ketergantungan pasien, pengetahuan batas dan wewenang dalam bekerja. Hasil survei menunjukkan bahwa presentase frekuensi perawat aster dalam pelaksanaan fungsi pengorganisasian manajemen keperawatan antara lain selalu (40,6%), sering (27,3%), kadang-kadang (25%), dan tidak pernah (7,1%).

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 35

Pernyataan Tentang Pengarahan

11.6% 34.8%

18.8%

Selalu Sering Kadang-kadang 34.8%

Tidak Pernah

Gambar 3.3 Hasil Kuesioner Tentang Pengarahan

Hasil kuesioner tentang fungsi pengarahan terdiri dari 7 pernyataan yang terdiri dari penerapan reward and punishmen dalam asuhan keperawatan, manajemen konflik dalam penyelesaian masalah, tenang bekerja karena kegiatan supervise, operan jaga shift harus jelas, penjelasan Ketua Tim menjelaskan dan membagi sumber daya sesuai dengan kondisi pasien, melalui pre conference, pre coference dilakukan sebagai evaluasi, dan adanya ronde keperawatan. Hasil survei menunjukkan bahwa presentase frekuensi perawat aster dalam pelaksanaan fungsi pengarahan manajemen keperawatan antara lain selalu (34,8%), sering (34,8%), kadang-kadang (18,8%), dan tidak pernah (11,6%).

Pernyataan Tentang Pengendalian 7.3% 17.7%

31.25%

Selalu Sering

43.75%

Kadang-kadang Tidak Pernah

Gambar 3.4 Hasil Kuesioner Pengendalian Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 36

Hasil kuesioner tentang fungsi pengendalian terdiri dari 6 pernyataan yang terdiri dari evaluasi kinerja perawat dilakukan 3 bulan sekali, setiap bulan dilakukan audit mutu dengan menghitung BOR, LOS, TOI, infeksi nosokomial, dan pasien jatuh. Hasil survei menunjukkan bahwa presentase frekuensi perawat aster dalam pelaksanaan fungsi pengarahan manajemen keperawatan antara lain selalu (31,25%), sering (13,75%), kadang-kadang (17,7%), dan tidak pernah (7,3%).

6. Hasil Wawancara Kepala Ruangan a) Fungsi Perencanaan Visi dan misi ruangan mengikuti visi dan misi ruangan rawat inap dan Rumah Sakit. Penerapan visi dan misi di ruangan sudah mencapai kurang lebih 56,5% yang menyatakan selalu melaksanakan tugas sesuai dengan visi dan misi ruangan dan 43,75% yang menyatakan sering melaksanakan tugas sesuai visi dan misi ruangan. Filosofi dan nilainilai yang diyakini ruangan mengikuti filosofi dan nilai-nilai Rumah Sakit. Kriteria hasil yang ingin dicapai dari masing-masing tujuan adalah bebas komplain, kebutuhan pasien terpenuhi, pencatatan dokumentasi keperawatan rapi, terjalin kolaborasi antar rekan kerja dan profesi lain. Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan diperoleh bahwa menurut kepala ruangan, ruangan aster sudah mempunyai visi dan misi, standar kerja atau SAK, SOP, serta sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan keperawatan. Hasil observasi dan analisa data menunjukkan bahwa di ruangan aster tidak terlihat visi dan misi ruangan yang ditempel di dinding ruang perawat. Standar Asuhan Keperawatan sudah ada di ruang perawat tetapi sedang direvisi oleh bidang keperawatan dan komite keperawatan. Kebijakan dan prosedur sudah dibuat dalam bentuk SOP untuk mencapai visi, misi, dan tujuan ruang keperawatan. Peraturan dan tatalaksana tertuang dalam SOP . peraturan tersebut dibuat oleh TIM SOP dan direvisi 2 sampai 3 tahun sekali.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 37

Rencana kegiatan sudah dibuat oleh kepala ruangan. Rencana harian tertuang dalam buku operan. Rencana mingguan, bulanan, dan tahunan hanya dibuat dan diketahui oleh kepala ruangan tapi tidak menutup kemungkinan suatu saat diberitahukan kepada ketua tim. Kapasitas tempat tidur pasien berjumlah 33. Rata-rata jumlah pasien 15 sampai 20 per hari. Ruangan aster untuk perawatan pasien bedah, pasien anak, obgyn dan penyakit dalam. Tingkat ketergantungan pasien di ruangan aster bermacam-macam mulai dari mandiri, parsial, dan total. Namun kebanyakan parsial. Jumlah tenaga kerja sebanyak 14 dengan 1 kepala ruangan. Ruangan aster sudah mempunyai kebijakan dan ketentuan yang mengatur tentang jenjang karier perawat. Program pengembangan tenaga keperwatan baik melalui program pendidikan maupun program pelatihan sudah terencana. Kepala ruangan menyatakan bahwa beliau tidak membuat perencanaan dalam bentuk POA (Plan of Action).

b) Fungsi Pengorganisasian Menurut kepala ruangan bahwa struktur organisasi di ruangan Aster sudah ada dan mempunyai uraian tugas yang jelas yaitu struktur Pelayanan Asuhan Keperawatan dengan Metode penugasan TIM untuk setiap perawat dalam memberikan proses asuhan keperawatan. Berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada 12 perawat dan 2 bidan ruangan Aster diperoleh hasil bahwa

68,75 % perawat selalu

mengetahui struktur organisasi yang ada di ruangan. Sebanyak 25% menyatakan

sering

dan

6,25%

menyatakan

kadang-kadang.

Pendokumentasian asuhan keperawatan selalu dilakukan sesuai dengan format yang ada (81,75%) dan sering dilakukan sesuai dengan format yang ada (18,75%).

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 38

Hasil pengamatan di ruang Aster belum ada struktur organisasi ruangan dengan pembagian tugas/tanggung jawab setiap bagian seperti : PJ linen, PJ alat kesehatan, PJ askep, PJ rumah tangga , PJ administrasi dan lainya yang di tempel di dinding ruangan. Jadwal visite dokter sering berbarengan atau waktu yang hampir sama dimana pasien ruang Aster yang lebih komplek penyakitnya dengan kapasitas 33 TT dan berbagai macam penyakit seperti penyakit dalam, penyakit syaraf, penyakit kulit, dan penyakit bedah seperti bedah umum, ortopedi, THT, Mata, Syaraf, obgyn dan penyakit anak harus dirawat oleh staf perawat dengan dokter spesialis/ Penanggung Jawab yang berbeda.

Ruangan aster menggunakan metode tim dalam melaksanakan pembagian tugas asuhan keperawatan. Beberapa staf sudah diberikan inhouse training tentang metode tim. Namun pada kenyataanya belum dapat diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari. Pekerjaan sehari-hari masih menggunakan metode fungsional dan kurang adanya perawat yang bertanggungjawab secara penuh terhadap pasiennya. c) Fungsi Ketenagaan Ketenagaan merupakan fungsi menejemen keperawatan yang ketiga setelah manajer melakukan perencanaan dan pengorganisasian. Ketenagaan adalah perencanaan sumber daya untuk mengisi posisi di sebuah organisasi dengan tenaga yang terkualifikasi (Huber, 2006). Tujuan utama merencanakan ketenagaan, yaitu untuk memberikan pelayanan keperawatan dengan jumlah dan kualitas tenaga sesuai dengan kebutuhan. Jumlah tenaga di ruang Aster sebanyak 12 orang perawat dan 2 bidan. Dengan jumlah 20 sampai 26 pasien rata-rata tiap hari yang dirawat dengan perincian tingkat ketergantungan pasien dalam proses asuhan keperawatan di ruang Aster yaitu ; Minimal Care 17 pasien, Parcial Care 8 pasien dan Total Care 1 pasien. (catatan : angka ini diambil tanggal 19 Mei 2018 dengan jumlah pasien 24 orang di ruang aster). Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 39

Dengan cara rumus/penghitungan menurut Gillies adalah sebagai berikut : Jumlah jam keperawatan langsung : Minimal Care 15 pasien x 2 jam

= 30 jam

Parcial Care 8 pasien x 3 jam

= 24 jam

Total Care 1 pasien x 4 jam

= 4 jam

Total jam yang dibutuhkan keperawatan langsung 58 jam Jumlah jam keperawatan tidak langsung Jumlah pasien 24 x 1 jam

= 24 jam

Periode ketetapan 24 x 0,25 jam

= 6 jam

58 jam + 24 jam + 6 jam

= 3,66 perawat

24 pasien

Jumlah tenaga yang bekerja setiap hari : 3,66 perawat x 24 pasien x 365 hari

= 15,6 perawat

(365 – 73) x 7

Jadi jumlah/total keseluruhan tenaga perawat yang dibutuhkan oleh ruang Aster adalah : 16 perawat

Perbandingan 2 TIM (disesuaikan kondisi/jumlah pasien) Perbandingan profesional dan perbandingan konvensional 55 % : 45 % Tim penyakit bedah, penyakit dalam 55 % (6 perawat teridiri dari 4 perawat senior dan 2 perawat junior) : Tim penyakit anak,dan obgyn 45 % (6 perawat terdiri dari 2 perawat senior, 2 perawat junior dan 2 bidan ).

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 40

Pengaturan jadwal dinas dibuat oleh kepala ruangan yang sebelumnya diberikan keleluasaan kepada perawat untuk mempertimbangkan jadwal dinas. Pada saat ini SDM perawat proporsinya masih kurang.

d) Fungsi Pengarahan Menurut kepala ruangan ada program motivasi dalam bentuk reward, supervisi dilakukan tetapi tidak rutin, untuk operan pasien dilakukan secara rutin dan berkala, tetapi pelaksanaan pre confren dan post confren tidak

dilakukan secara rutin, ronde keperawatan belum

dilakukan untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien secara holistik/komperhensif. Berdasarkan kuesioner yang dibagilkan kepada 14 perawat ruang Aster bahwa 56,25% perawat selalu melakukan operan secara rutin, 37,5% sering, dan 6,25% kadang-kadang. Namun pelaksanaan pre konferen dan post konferen masih belum terlaksana. Hasil pengamatan juga menunjukkan di ruang Aster belum dilakukan pre konferen dan post konferen oleh ketua TIM dan kepala ruang juga belum melakukan ronde keperawatan. e) Fungsi Pengendalian Fungsi terakhir dalam manajemen keperawatan adalah pengendalian. Pengendalian didefinisikan sebagai verifikasi hal-hal yang muncul sesuai dengan rencana yang dibuat, intstruksi yang dikeluarkan, dan prinsip yang didirikan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kelemahan dan kesalahan untuk memperbaikinya dan menghindari pengulangan (Fayol, 1949; dalam Swansburg, 1999). Menurut kepala ruangan Aster tempat tidur berjumlah 33 TT dan SAK sudah ada tetapi tahun penyusunan tahun 2012 sampai dengan sekarang belum ada penyusunan SAK kembali (revisi), sudah ada SOP tindakan keperawatan SPO penggunaan dan pemeliharaan alat kesehatan yang sudah direvisi tahun 2016, ada penilaian kinerja perawat di ruangan setiap 3 bulan yang dilakukan oleh kepala ruang/unit, kepala ruang Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 41

melakukan penghitungan perhitungan BOR, LOS, TOI. Tidak adanya formulir laporan/dokumentasi tugas harian kepala ruang yang mempermudah untuk memenegerial tentang kondisi perawat, pasien, fasilitas dan asuhan keperawatan.

Satuan Asuhan Keperawatan RS.Mitra Husada Belum direvisi, Seluruh pasien dari hasil observasi tingkat ketergantungan pasien tidak ada sampai dengan intensive care, sedangkan selama ini pihak ruangan menghitung ketenagaan dengan rumus Douglas atau Gillies. Namun selama ini kepala ruang tidak menghitung jumlah pasien tergantung tingkat kebutuhan Pasien yaitu Minimal Care, Pasien Partial Care dan Pasien Total Care. Adapun hasil angka indikator tiga bulan terakhir adalah sebagai berikut :

NO

INDIKATOR

1

Σ Pasien masuk

2

Σ Pasien keluar hidup dan mati. Σ hari rawat Σ Pasien lama dirawat BOR LOS TOI

3 4 5 6 7

Maret 211

BULAN April 244

Mei 203

208

242

199

424 424 49,95 2,59 2,69

502 502 60,88 3,23 1,81

401 401 43,87 27,7 3,30

Tabel 3.1 Indikator Mutu Pelayanan RS.Mitra Husada

Hasil kuesioner tentang fungsi pengendalian terdiri dari 6 pernyataan yang terdiri dari evaluasi kinerja perawat dilakukan 3 bulan sekali, setiap bulan dilakukan audit mutu dengan menghitung BOR, LOS, TOI, infeksi nosokomial, dan pasien jatuh. Hasil survei menunjukkan bahwa presentase frekuensi perawat aster dalam pelaksanaan fungsi pengarahan manajemen keperawatan antara lain selalu (31,25%), sering (13,75%), kadang-kadang (17,7%), dan tidak pernah (7,3%)

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 42

B. Analisa SWOT Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai factor masukan yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Analisa SWOT terdiri dari empat dasar yaitu Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat. Tabel 3.2 Analisa SWOT 1. MAN STRENGTH - Tenaga memiliki latar belakang pendidikan yang bervariasi : S1 5 orang, S1 (Ners) 1 orang, D3 keperawatan 6 orang, D3 kebidanan 1 orang dan D4 kebidanan 1 orang. - Tenaga memiliki berbagai macam keterampilan - Sebagian besar tenaga pernah mengikuti pelatihan-pelatihan tentang keperawatan dan kebidanan.

-

WEAKNESS Tingkat percaya diri dan rasa tanggung jawab individu perawat yang kurang (Tidak memperkenalkan diri sehingga pasien atau keluarga tidak mengetahui koordinator shift jaga atau perawat yang bertanggung jawab atas dirinya, perawat belum mengidentifikasi dalam pemberian obat (7 benar), perawat tidak pernah menawarkan kepada pasien untuk membantu dalam personal hygiene atau memandikan pasien).

-

-

-

-

OPPORTUNITY Adanya kesempatan untuk mengikuti program pelatihan seminar khusus untuk meningkatkan profesionalisasi perawat Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang berpraktek dibagian manajemen keperawatan Terbukanya peluang kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Adanya kerjasama yang baik antara koordinator shift dan petugas jaga

-

-

-

THREATNED Pada era globalisasi akan masuk perawat-perawat dari luar negeri. Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih profesional. Persaingan pelayanan antar Rumah Sakit. Kesadaran masyarakat terhadap hukum

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 43

- Sebagian besar tenaga memiliki pengalamanpengalaman kerja yang cukup lama. 2. PROSES KEPERAWATAN STRENGTH - Pengkajian sebagian besar sudah dilakukan. - Rumusan diagnosa keperawatan sebagian besar sudah ada - Rumusan perencanaan sebagian besar sudah ditulis - Tersedianya sarana dan parsarana untuk pelaksanaan proses keperawatan - Terdapat administrasi penunjang (komputer, buku-buku pelaporan) - Terdapat format dokumentasi asuhan keperawatan

WEAKNESS Pendokumentasian proses keperawatan belum optimal Tidak semua form dalam pengkajian di isi Beberapa diagnosa yang muncul tidak sesuai dengan pengkajian yang dilakukan Rencana keperawatn tidak dibuat sesuai dengan diagnosa yang muncul Tidak sepenuhnya tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dibuat Evaluasi tidak selalu dilakukan setelah melakukan tindakan keperawatan

-

-

OPPORTUNITY Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang berpraktek dibagian manajemen keperawatan Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat klinik.

THREATNED Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih profesional, pelayanan yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 44

3. DOKUMENTASI STRENGTH -

Terdapat berbagai macam format dokumentasi perawatan dan kebidanan.

-

-

-

WEAKNESS Jumlah perawat kurang memenuhi standar ideal Perawat belum optimal melakukan pendokumentasian askep Catatan keperawatan tidak dijadikan acuan dalam pemberian kompensasi/penghargaan Catatan keperawatan tidak dijadikan sebagai pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam pemberian tindakan kepada pasien oleh profesi kesehatan lain

OPPORTUNITY - Pelaksanaan askep akan lebih terkoordinir dengan adanya dokumentasi keperawatan yang baik - Alat monitoring progresivitas untuk kesehatan klien

-

-

THREATNED Tuntutan peningkatan mutu keperawatan dari konsumen atau masyarakat Antisipasi adanya tuntutan hukum atas pelanggaran kode etik

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 45

4. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional ) STRENGTH WEAKNESS - Memiliki visi misi dan - MPKP belum dilaksanakan motto Rumah Sakit. - Belum ada pembagian tugas - Kepala ruangan dan tanggung jawab yang mendukung kegiatan jelas - Dukungan dari bidang - Pendokumentasian proses keperawatan dan kepala keperawatn belum optimal ruangan untuk - Koordinator shift tidak menerapkan selalu menyusun rencana keperawatan primer. kegiatan petugas jaga - SDM terdiri dari S1, D3 dan D4. Hanya ada 1 staff dengan pendidikan S1 Ners. - Kepala Ruang dalam melakukan tindakan supervisi kepada staff belum optimal.

-

-

-

-

OPPORTUNITY Terbukanya kesempatan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi Adanya program pelatihan seminar khusus Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang berpraktek manajemen keperawatan Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat klinik Adanya organisasi PPNI yang menaungi profesi keperawatan Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat

-

THREATNED Persaingan antar Rumah Sakit yang semakin kuat Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih profesional

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 46

C. Perumusan Masalah Tabel 3.3 Perumusan Masalah Manajemen di Ruang Aster RS.Mitra Husada Data Data observasi:  Tidak terlihat visi dan misi yang tertempel di ruangan.  Belum adanya Satuan Asuhan Keperawatan (SAK).  Program pendidikan dan pelatihan sudah diikutsertakan ke semua staf namum belum menyeluruh.  Adanya SOP di ruang perawat namun jarang dibaca dan didiskusikan.  Karyawan belum bisa membedakan visi dan misi rumah sakit dengan visi dan misi ruangan.  Perencanaan tidak tertulis di POA (Plan of Action)

Masalah Manajemen Kurangnya pemahaman visi dan misi serta tahapan perencanaan dalam manajemen keperawatan.

Data wawancara:  Kepala ruangan mengatakan bahwa sudah tersedia visi dan misi, standard kerja, standard asuhan keperawatan, SOP, serta sarana dan prasarana penunjang.  Kepala ruangan mengatakan bahwa pemanfaatan dokumen dan berkas dalam perencanaan masih belum optimal.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 47

Data observasi:  Kapasitas 33 tempat tidur.  Rata-rata jumlah pasien per hari sebanyak 15-20 dengan tingkat perawatan parsial.  Jumlah perawat 14 (1 Ners, 5 S.Kep, dan 6 AMd. Kep, 1 Amd.Keb, dan 1 SST).  Menggunakan metode penugasan tim namun belum optimal.  Jadwal visit dokter sering bersamaan atau dalam waktu yang berdekatan.

Tidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruangan aster.

Data wawancara:  Kepala ruangan menyatakan struktur organisasi di ruangan aster sudah ada dan mempunyai uraian tugas yang jelas yaitu struktur Pelayanan Asuhan Keperawatan dengan Metode penugasan TIM untuk setiap perawat dalam memberikan proses asuhan keperawatan.  Kepala ruangan menyatakan bahwa metode tim belum dapat berjalan secara optimal.  Kepala ruangan menyatakan perawat masih menangani hal-hal yang terkait administrasi. Data kuesioner:  12 perawat dan 2 bidan ruangan Aster diperoleh hasil bahwa 68,75 %. Sebanyak 25% menyatakan sering dan 6,25% menyatakan kadangkadang.  Pendokumentasian asuhan keperawatan selalu dilakukan sesuai dengan format yang ada (81,75%) dan sering dilakukan sesuai dengan format yang ada (18,75%). Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 48

Data Data observasi:  Jumlah tenaga di ruang Aster sebanyak 12 orang perawat dan 2 bidan.  Dengan jumlah 20 sampai 26 pasien rata-rata tiap hari yang dirawat dengan perincian tingkat ketergantungan pasien dalam proses asuhan keperawatan di ruang Aster yaitu ; Minimal Care 15 pasien, Parcial Care 8 pasien dan Total Care 1 pasien. Data wawancara:  Kepala ruangan menyatakan bahwa Pengaturan jadwal dinas dibuat oleh kepala ruangan yang sebelumnya diberikan keleluasaan kepada perawat untuk mempertimbangkan jadwal dinas.  Kepala ruangan menyatakan jika pasien penuh dan banyak tindakan operasi maka membutuhkan bantuan tenaga. Data observasi:  Hasil pengamatan di ruang aster belum dilakukan pre konferen dan post konferen oleh ketua tim.  Belum dilaksanakannya ronde keperawatan oleh kepala ruangan.

Masalah Manajemen Potensial meningkatnya kebutuhan jumlah tenaga perawat di ruangan.

Belum terlaksananya pre konferen dan post konferen beserta ronde keperawatan di ruang aster secara maksimal.

Data Wawancana: 

Menurut kepala ruangan ada program motivasi

dalam

bentuk

reward,

supervisi dilakukan tetapi tidak rutin, untuk

operan pasien dilakukan

secara rutin dan berkala, tetapi pelaksanaan

pre confren dan post

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 49

Data confren tidak dilakukan secara rutin,

Masalah Manajemen

ronde keperawatan belum dilakukan untuk

menyelesaikan

kesehatan

pasien

masalah secara

holistik/komperhensif. Data kuesioner: 

Berdasarkan

kuesioner

yang

dibagilkan kepada 12 perawat dan 2 bidan ruang Aster bahwa 56,25% perawat selalu melakukan operan secara rutin, 37,5% sering, dan 6,25% kadang-kadang. Namun pelaksanaan pre konferen dan post konferen masih belum terlaksana. Data observasi:   Satuan Asuhan Keperawatan RS.Mitra Husada Belum direvisi, Seluruh pasien dari hasil observasi tingkat ketergantungan pasien tidak ada sampai dengan intensive care, sedangkan selama ini pihak ruangan menghitung ketenagaan dengan rumus Douglas atau Gillies. Namun selama ini kepala ruang tidak menghitung jumlah pasien tergantung tingkat kebutuhan Pasien yaitu Minimal Care, Pasien Partial Care dan Pasien Total Care.

Belum direvisinya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Laporan tingkat ketergantungan pasien dirawat belum terlaksana sehingga kesulitan dalam menghitung ketenagaan menurut Gilles dan Douglas.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 50

Data Data Wawancara:  Menurut kepala ruangan Aster tempat tidur berjumlah 33 TT dan SAK sudah ada tetapi tahun penyusunan tahun 2012 sampai dengan sekarang belum ada penyusunan SAK kembali (revisi), sudah ada SOP tindakan keperawatan SPO penggunaan dan pemeliharaan alat kesehatan yang sudah direvisi tahun 2016, ada penilaian kinerja perawat di ruangan setiap 3 bulan yang dilakukan oleh kepala ruang/unit, kepala ruang melakukan penghitungan perhitungan BOR, LOS, TOI.  Tidak adanya formulir laporan/dokumentasi tugas harian kepala ruang yang mempermudah untuk memenegerial tentang kondisi perawat, pasien, fasilitas dan asuhan keperawatan

Masalah Manajemen

Skoring Masalah Ketentuan bobot 1

= Sangat rendah

2

= Rendah

3

= Cukup

4

= Tinggi

5

= Sangat tinggi

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 51

Tabel 3.4 Skor Masalah Manajemen di Ruang Aster

Masalah Manajemen Keperawatan

Risiko terjadi Risiko parah Potensial untuk pelatihan Minat perawat Mungkin diatasi perawat Sesuai program Tempat Waktu Dana Fasilitas kesehatan

Kurangnya pemahaman visi dan misi serta tahapan perencanaan dalam manajemen keperawatan

Tidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang aster

Potensial meningkatnya kebutuhan jumlah tenaga perawat di ruangan

Belum terlaksananya pre konferen dan post konferen beserta ronde keperawatan di ruang aster

5 5 5

5 5 5

5 5 1

5 5 3

Belum direvisinya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Laporan tingkat ketergantungan pasien dirawat belum terlaksana sehingga kesulitan dalam menghitung ketenagaan menurut Gilles dan Douglas 5 3 5

5 5

5 3

3 1

2 4

5 3

5 5 5 5 3

5 5 5 5 5

5 3 1 3 1

5 5 5 5 5

1 5 5 5 5

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 52

Sumber daya Sesuai dengan peran Skor total

4 5 57

5 5 58

1 3 32

5 5 54

3 3 48

Prioritas Masalah Berdasarkan hasil skoring masalah manajemen keperawatan, urutan prioritas masalah manajemen keperawatan yaitu: 1. Potensi tidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang aster. 2. Kurangnya pemahaman visi dan misi serta tahapan perencanaan dalam manajemen keperawatan. 3. Belum terlaksananya pre konferen dan post konferen beserta ronde keperawatan di ruang aster. 4. Belum direvisinya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Laporan tingkat ketergantungan pasien dirawat belum terlaksana sehingga kesulitan dalam menghitung ketenagaan menurut Gilles dan Douglas. 5. Potensial meningkatnya kebutuhan jumlah tenaga perawat di ruangan.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 53

D. POA Masalah manajemen keperawatan: Potensi tidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang aster. Tabel 3.5 Rencana Kegiatan Masalah Manajemen Potensi tidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang aster No. Uraian Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ Kegiatan 1 Pembuatan Sebagai Kepala Diskusi Alat Swadana Kamis, Mahasiswa juknis/SOP/tata panduan untuk ruangan tulis mahasiswa 24 Mei laksana metode melaksanakan dan staf kantor 2018 tim di ruang pekerjaan aster aster. berdasarkan metode tim di ruangan. 2 Roleplay Tenaga Aster Kepala Roleplay Alat Swadana Jum’at, Mahasiswa Metode Tim di dapat ruangan tulis mahasiswa 25 Mei ruangan aster. mempraktikkan dan staf kantor 2018 dalam kegiatan aster sehari-hari.

Tabel 3.6 Rencana Kegiatan Masalah Manajemen Kurangnya pemahaman visi dan misi serta tahapan perencanaan dalam manajemen keperawatan

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 54

No. 1

Uraian Kegiatan Supervisi kepemimpinan kepala ruangan dan staf

2

Sosialisasi visi dan misi rumah sakit dan ruangan aster.

3

Sosialisasi fungsi perencanaan dalam manajemen keperawatan.

4

Pembuatan POA dalam perencanaan

Tujuan

Sasaran

Kepala ruangan dan staf mengetahui visi dan misi rumah sakit beserta visi dan misi ruangan. Kepala ruangan dan staf mengetahui visi dan misi rumah sakit beserta visi dan misi ruangan. Kepala ruangan dan staf dapat mengaplikasikan ilmu perencanaan dalam manajemen keperawatan. Kepala ruangan dan staf dapat mengetahui POA dan

Kepala ruangan dan staf aster.

Metod e Diskus i

Media Alat tulis kantor, lembar balik.

Dana

Wakt PJ u Swadana Kamis Mahasisw mahasiswa , 24 a Mei 2018

Kepala ruangan dan staf aster

Diskus i

Alat tulis kantor

Swadana Jum’a mahasiswa t, 25 Mei 2018

Mahasisw a

Kepala ruangan dan staf aster

Diskus i

Alat tulis kantor, lembar balik.

Swadana Sabtu, mahasiswa 26 Mei 2018

Mahasisw a

Kepala ruangan dan staf aster

Present asi, Diskus i.

Alat tulis kantor, lembar balik.

Swadana Sabtu, mahasiswa 26 Mei 2018

Mahasisw a

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 55

manajemen keperawatan.

membuat POA sesuai dengan perencanaan yang sudah direncanakan.

Tabel 3.7 Rencana Kegiatan Masalah Manajemen Belum terlaksananya pre konferen dan post konferen beserta ronde keperawatan di ruang aster. No. Uraian Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ Kegiatan 1 Praktik pre Kepala Kepala Rolepla Alat Swadan Kamis, Mahasis konferen ruangan dan ruangan y tulis a 31/06/ wa staf dan staf kantor, mahasis 2018 mengetahui aster. lembar wa pre balik. konferen dan dapat mempraktik annya dalam pelayanan. 2 Praktik post Kepala Kepala Rolepla Alat Swadan Kamis, Mahasis konferen ruangan dan ruangan y tulis a 31/06/ wa staf dan staf kantor, mahasis 2018 mengetahui aster. lembar wa post balik.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 56

3

Sosialisasi fungsi pengarahan dalam manajemen keperawata n

konferen dan dapat mempraktik annya dalam pelayanan. Kepala ruangan dan staf mengetahui tentang fungsi pengarahan dalam manajemen keperawata n.

Kepala ruangan dan staf aster

Diskusi

Alat tulis kantor

Swadan Kamis, a 7/06/ mahasis 2018 wa

Mahasis wa

Tabel 3.8 Rencana Kegiatan Masalah Manajemen Belum direvisinya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Laporan tingkat ketergantungan pasien dirawat belum terlaksana sehingga kesulitan dalam menghitung ketenagaan menurut Gilles dan Douglas. No. Uraian Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ Kegiatan 1 Sosialisasi Kepala Kepala Presentasi, Alat Swadana Jumat, Mahasiswa tentang ruangan dan ruangan Diskusi tulis mahasiswa 8/06/ Standar staf dan staf kantor, 2018 Asuhan mengetahui aster.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 57

Keperawatan (SAK)

2

Perencanaan dalam pembuatan SAK.

3

Membuat standar jumlah perawat yang dibutuhkan dengan berbagai macam jumlah dan kriteria ketergantungan pasien Kebijakan Reward and punishment (rekomendasi)

tentang Standar Asuhan Keperawatan (SAK). Kepala ruangan dan staf dapat membuat SAK sesuai dengan kasus yang terjadi di ruangan aster. Tersedianya standar jumlah perawat sesuai dengan jumlah pasien dan kriteria ketergantungan pasien

lembar balik.

Kepala ruangan dan staf aster.

Presentasi, Alat Diskusi tulis kantor, lembar balik.

Swadana Jum’at, Mahasiswa mahasiswa 8/06/ 2018

Kepala Bidang dan Kepala Ruangan

Presentasi, Alat Diskusi tulis kantor

Swadana Sabtu, mahasiswa 9/06/ 2018

Mahasiswa

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 58

diberikan kepadanya

Tabel 3.9 Rencana Kegiatan Masalah Potensial meningkatnya kebutuhan jumlah tenaga perawat di ruangan. No. Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ 1 Sosialisasi tentang Kepala ruangan Kepala Presentasi, Alat tulis Swadana Kamis, Mahasiswa fungsi staffing dalam mengetahui tentang bidan dan Diskusi kantor, mahasiswa 7/06/2018 manajemen fungsi staffing dalam Kepala lembar keperawatan. manajemen ruangan balik. keperawatan. 2 Perhitungan Kepala ruangan Kepala Presentasi, Alat tulis Swadana Jum’at, Mahasiswa ketenagaan dengan mampu melakukan Bidan Diskusi, kantor, mahasiswa 2/06/2018 menggunakan rumus. perhitungan dan Praktik lembar ketenagaan dengan Kepala balik. mengunakan rumus. ruangan.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 59

E. Penyelesaian Masalah Berdasarkan analisa situasi ruangan, analisa SWOT, perumusan masalah, dan kemudian prioritas masalah diperoleh bahwa permasalahan utama di ruang aster terkait manajemen keperawatan adalah Potensi tidak optimalnya pelaksanaan metode tim. Metode tim merupakan metode pelaksanaan tugas keperawatan yang diterapkan di RS.Mitra Husada sejak tahun 2012. Namun pelaksanaanya belum dapat berjalan secara optimal. Beberapa staf ada yang kurang pengetahuannya dalam metode tim. Kegiatan ronde keperawatan tidak berjalan. Kegiatan pre konferen dan post konferen tidak berjalan. Salah satu faktor tidak optimalnya metode tim di ruangan adalah kurangnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran dalam pelaksanaan metode tim.

Metode tim mempunyai kelebihan dan kekurangannya dalam pelaksanaannya. Jika melihat kondisi di RS.Mitra Husada, Metode tim cocok untuk diterapkan. Seluruh staf khususnya kepala ruangan dan kepala tim harus mengetahui benarbenar tentang pelaksanaan metode tim. Dalam menyelesaikan permasalahan manajemen keperawatan tentang kurang optimalnya pelaksanaan metode tim.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 60

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kesenjangan Teori dan Penyelesaian Pengorganisasian adalah pengelompokan aktifitas untuk mencapai tujuan, penugasan setiap kelompok dengan supervise dari manajer dan koordinasi unitunit

lainnya

untuk

mencapai

tujuan

organisasi

(Gillies,

1998).

Pengorganisasian tidak hanya dilakukan untuk struktur organisasi, tetapi juga untuk pengorganisasian di ruangan, mulai dari organisasi pasien, perawat pelaksana, ketua tim, hingga organisasi ruang perawat. Berdasarkan skoring masalah keperawatan yang telah dilakukan, prioritas masalah utama pada ruang rawat aster RS.Mitra Husada adalah Potensi tidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang aster. Hal ini terlihat dari hasil observasi, wawancara, dan kuesioner yang dilakukan oleh mahasiswa. Observasi dilakukan oleh mahasiswa di ruangan aster.

Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan aster. Pertanyaan wawancara seputar perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian. Kuesioner dibagikan kepada staf perawat aster. Kuesioner berisi tentang komponen-komponen dalam proses manajemen keperawatan seperti perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian.

Pelaksanaan metode tim di RS.Mitra Husada sebenarnya sudah ada sejak tahun 2012. Namun penerapannya di lapangan kurang optimal atau tidak maksimal. Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984). Keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan pengaturan fungsional asuhan pasien. Banyak orang yang yakin bahwa, meskipun kekurangan staf keperawatan profesional terus

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 61

berlanjut, sistem asuhan pasien harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang terpisah yang menyertai keperawatan fungsional. Pengembangan metode tim didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan (Kuntoro, agus. 2010).

Pembagian tugas di dalam tim dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan Selanjutnya ketua tim yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.

Keuntungan dari metode tim keperawatan adalah: a. Metode tim melibatkan semua anggota tim dalam perencanaan asuhan keperawatan pasien, melalui penggunaan konferensi tim dan penulisan rencana asuhan keperawatan. b. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik. c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 62

d. Masing-masing anggota tim bertanggung jawab untuk merawat pasien secara total. Di sana secara terbuka dan komunikasi secara berkesinam bungan antara anggota tim.

Kerugian dari metode tim: a. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan

atau

terburu-buru

sehingga

dapat

mengakibatkan

komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat. b. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung / berlindung kepada perawat yang mampu. c. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim menjadi kabur. d. Perawat manager harus memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, dan pengetahuan untuk memecahkan konflik diantara anggota tim

B. Analisa Setelah dilakukan implementasi kegiatan supervisi dan presentasi oleh kelompok untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam manajemen keperawatan, langkah selanjutnya dilakukan menganalisa terhadap jalannya kegiatan pre dan post conference setiap hari di setiap ruang perawatan RS.Mitra Husada. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan masalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. hal ini akan mendukung pencapaian dan pengetahuan keterampilan profesional. Berdasarkan hal hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai berikut: Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 63

1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim 2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan 3. Melakukan peran sebagai model peran 4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien 5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien. 6. Merevisi dan menyesuaikan rencan keperawatan sesuai kebutuhan pasien. 7. Melaksanakan observasi baik terhadapa perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim. 8. Menjadi guru pengajar 9. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim, akan berdampak secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. dengan demikian, masalah dalam asuhan keperawatan cepat teratasi; mutu asuhan keperawatan terpelihara; perawat terbiasa bekerja secara terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan; kerjasama antar perawat meningkat; kepuasan kerja miningkat pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman semua perawat meningkat; serta kaderisasi kepemimpinan terjadi.

Dibanding dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. tugas perawat menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. apabila kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini memberi pengkayaan pengalaman dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim dan tingkat yang rendah

BAB V Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 64

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan besar dalam mencapai pemenuhan kebutuhan dasar pasien. 2. Perawat memiliki peranan penting dalam memastikan pencapaian pemenuhan kebutuhan aspek keamanan dan kenyamanan pada pasien di samping kebutuhan fisiologis. 3. Berdasarkan hasil skoring masalah manajemen keperawatan, ada 5 masalah keperawatan yang ditemui di ruang aster yaitu: Ketidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang aster, Kurangnya pemahaman visi dan misi serta tahapan perencanaan dalam manajemen keperawatan, Belum terlaksananya pre konferen dan post konferen beserta ronde keperawatan di ruang aster, Masih dalam direvisi Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Laporan tingkat ketergantungan pasien dirawat belum terlaksana sehingga kesulitan dalam menghitung ketenagaan menurut Gilles dan Douglas, dan Potensial meningkatnya kebutuhan jumlah tenaga perawat di ruangan. 4. Berdasarkan skoring, prioritas permasalahan manajemen keperawatan di ruang aster adalah ketidak optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang aster.

B. Saran 1. Kepada mahasiswa, hendaknya dapat mengaplikasikan ilmu dan pengalaman praktikum yang telah dilakukan dalam pengorganisasian khususnya metode tim. 2. Kepada perawat ruangan, hendaknya dapat meningkatkan kinerja yang sudah cukup baik. 3. Kepada ruangan, hendaknya kegiatan yang telah dilakukan mahasiswa, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi, hendaknya dapat ditindaklanjuti sebagai bahan perbaikan kinerja di ruangan aster.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 65

4. Kepada pihak rumah sakit, mendukung setiap program positif dari ruangan yang mana bertujuan untuk mencapai visi rumah sakit, dan dapat mempertimbangkan ketenagaan keperawatan yang ideal.

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 66

DAFTAR PUSTAKA A.A. Gde Muninjaya. (2007). Manajemen Kesehatan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (2007). Introduction to Management and Leadership for Nurse Managers. 3rd Edition. Canada: Jones & Bartlett Publishers. Robbins,S.P., Bergman, R.,& Stagg, I. (2007). Management. Sydney: Prentice Hall of Australia Pty Ltd. Marquis, B.L.& Huston C. J. (2010). Leadership roles & management function in nursing: Theory & application. (3rd Ed). Philadelphia: Lippincott Gillies, D.A. (2000). Nursing management: A system approach. (Third edition). Philadelphia: W.B. Saunders Company Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Professional Edisi ke II. Jakarta: Salemba Medika. Kuntoro, agus. (2010). buku ajar menejemen keperawatan. Yogyakarta : nuha medika

Laporan Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung Tahun 2018. 67

Related Documents


More Documents from "nuri simarona"