LAPORAN AKHIR ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA LASALLE JAGA VII
OLEH : THALIA F.M SIANGKA (16061061) AGNESIA UNAWEKLA (16061083) DAMIANA SERIN(16061019) ERILL KOKONG (16061054)
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO TAHUN 2018
KATA PENGANTAR Mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena berkat dan penyertaan-Nya sehingga kelompok kami sudah boleh menyelesaikan masa praktek komunitas di desa Lasalle jaga VII dan juga sudah bisa melaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan pola hidup sehat di masyarakat dengan baik dan boleh berjalan lancer. Kami juga berterimakasih kepada dosen pembimbing yang sudah membimbing kami dengan baik sehingga kami sudah boleh menyelesaikan tugas kami dengan baik di masyarakat. Segala masukan dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak untuk perbaikan program dan tindakan keperawatan yang kami laksanakan di masyarat. Kami mohon maaf atas segala kekurangan yang masih terjadi dan terdapat dalam laporan ini. Terimakasih.
Manado, 12 November 2018
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................ii BAB I ...................................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1 1.1.
Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2.
Tujuan ................................................................................................................................... 3
1.3.
Manfaat ................................................................................................................................. 3
1.4.
Sistematika Penulisan ............................................................................................................ 3
BAB II .................................................................................................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 5 2.1.
Teori dari masalah yang diangkat.......................................................................................... 5
2.2.
Kerangka Konsep ................................................................................................................ 10
BAB III ................................................................................................................................................. 16 KERANGKA KONSEP ....................................................................................................................... 16 3.1.
Web of Causation (WOC) ................................................................................................... 16
3.2.
Aplikasi Teori Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan ................................................. 16
BAB IV ................................................................................................................................................. 20 APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................................... 20 4.1.
Pengkajian Asuhan Keperawatan komunitas ...................................................................... 20
4.2.
Analisa Data komunitas....................................................................................................... 20
4.3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS ................................................................ 21
4.4.
PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ....................................................... 23
4.5.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS ......................... 25
BAB V .................................................................................................................................................. 29 PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 29 5.1.
Diagnosa I ........................................................................................................................... 29
5.2.
Diagnosa II .......................................................................................................................... 30
BAB VI ................................................................................................................................................. 31 PENUTUP ............................................................................................................................................ 31 6.1.
Kesimpulan ......................................................................................................................... 31
6.2.
Saran .................................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 32
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya kardiovaskular dan
merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang. Kardiovaskular juga menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya.
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.
Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%.
Selain itu, menurut data BPJS Kesehatan, biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni Rp. 2,8 triliun pada 2014, Rp. 3,8 triliun pada 2015, dan Rp. 4,2 triliun pada 2016. Untuk mengendalikannya, Pemerintah melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Di Desa Lasalle Jaga VII berdasarkan data hasil survey yang dilakukan mahasiswa fakultas keperawatan adalah sebesar 39% dari populasi masyarakat yang ada. Pola hidup masyarakat yang tidak sehat dan kurang berolahraga merupakan
1
salah satu penyebab masalah tingginya tingkat penderita hipertensi di Desa Lasalle Jaga VII.
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang diabetes yang berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan Diabetes tidak tahu bahwa dia penyandang Diabetes.Oleh karena itu, sering ditemukan penderita Diabetes pada tahap
lanjut dengan
komplikasi seperti;
serangan jantung, stroke, infeksi kaki yang berat dan berisiko amputasi, serta gagal ginjal stadium akhir.
90% penderita diabetes diseluruh dunia merupakan diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat dan sebetulnya 80% dapat dicegah, ujar Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pada pembukaan Dialog Interaktif Hari Kesehatan Sedunia 2016 di Jakarta Selatan (7/4).
Acara Hari Kesehatan Sedunia bertepatan dengan tanggal berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang diperingati setiap tanggal 7 April. Tema global yang dipilih oleh WHO adalah Diabetes dengan sub tema Diabetes Superhero. Sementara untuk tema nasional untuk tahun ini adalah Cegah, Obati, Lawan Diabetes.
Diabetes sendiri merupakan penyakit yang disebakan oleh tingginya kadar gula darah akibat gangguan pada pankreas dan insulin. Di Indonesia, data Riskesdas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi Diabetes di Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data International Diabetes Federation tahun
2015
menyatakan jumlah estimasi
penyandang Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Seperti kondisi di dunia, Diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun
2014 menunjukkan bahwa Diabetes
merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%) dan penyakit Jantung Koroner (12,9%). Bila
2
tak ditanggulangi, Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitias, dan kematian dini.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas keperawatan di Desa Lasalle Jaga VII menunjukkan tingkatan penderita Diabetes Melitus adalah 28% dan penyebab dari tingginya tingkat jumlah penderita Diabetes Melitus ini adalah pemeliharaan kesehatan yang tidak baik dari masyarakat yang ada di Desa Lasalle Jaga VII.
Dari kedua masalah diatas, mahasiswa melakukan beberapa program dalam menanggulangi masalah gaya hidup yang tidak baik dari masyarakat agar masalah kesehatan yang sering ditemui dimasyarakat dapat teratasi dan jumlah penderita dapat menunjukkan angka penurunan dari jumlah sebelumnya.
1.2.
Tujuan
Mampu mengetahui dan memahami
tentang penyakit hipertensi dan cara
penanganannya Mampu mengetahui dan memahami tentang penyakit Diabetes Melitus dan cara penanganannya
1.3.
Manfaat
Agar dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan cara penanganannya Agar dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit Diabetes Melitus dan cara penanganannya
1.4.
Sistematika Penulisan
Bab I membahas tentang latar belakang masalah di masyarakat desa Lasalle jaga VII, tujuan pembuatan kegiatan di masyarakat, manfaat pelaksanaan kegiatan di masyarakat serta sistematika penulisan laporan akhir ini. Bab II membahas tentang tinjauan pustaka yang berisi teori mengenai masalah yang ditemukan di masyarakat desa Lasalle jaga VII yaitu hipertensi dan diabetes
3
mellitus serta konsep teori keperawatan yang sesuai dengan masalah kesehatan yang di temukan di masyarakat. Bab III membahas tentang kerangka konsep yang berisi tentang Web of Causation(WOC) dari masalah kesehatan di desa Lasalle jaga VII, serta aplikasi teori keperawatan yang diambil untuk mengatasi dan menanggulangi masalah kesehatan yang ditemukan pada masyarakat desa Lasalle Jaga VII. Bab IV membahas tentang Aplikasi Asuhan keperawatan kepada masyarakat mulai dari pengkajian keperawatan yang dilakukan pada masyarakat, diagnosa keperawatan yang ditemukan di masyarakat, rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan di masyarakat, implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan di desa Lasalle jaga VII serta Evaluasi dari kegiatan yang dilaksanakan dalam implementasi keperawatan. Bab V berisi pembahasan mengenai masalah kesehatan yang diangkat pada masyarakat desa Lasalle jaga VII serta program yang dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut. Bab VI berisi kesimpulan dari semua materi mulai dari bab I sampai dengan bab V serta saran yang dirasa perlu untuk disampaikan kepada puhak-pihak yang bersangkutan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Teori dari masalah yang diangkat
a.
Hipertensi
Definisi Hipertensi
adalah
suatu
keadaan
dimana
seseorang
mengalami
peningkatantekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditasdan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri(Ruhyanudin, 2007) .Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa muda TD 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa bermanfaat (Gleadle, 2005). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekananyang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (faqih, 2007). Etiologi 1. Usia Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri dan kematian premature. 2. Jenis
Kelamin
Berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi. 3. Ras Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.
5
4. PolaHidup Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu
dengan
hipertensi
sangat
sensitive
terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin
I
yang
kemudian
diubah
menjadi
angiotensin
II,
suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
6
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002). Manifestasi klinis Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: 1. Sakit kepala 2. Kelelahan 3. Mual 4. Muntah 5. Sesak nafas 6. Gelisah Penatalaksanaan a) Penatalaksanaan Non Farmakologis
Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
7
Aktivitas Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b) Farmakologik Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien, sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal, contoh agen beta bloker ACE.
Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.
Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti DHA yang lain
Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan kepatuhan.
b. Diabetes Definisi Diabetes melitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes Melitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai macam komplikasi kronik pada organ mata, saraf, pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam dengan menggunakan pemeriksaan dalam mikroskop (Arief Mansjoer dkk, 2005). Etiologi Adapun faktor-faktor lain sebagi kemungkinan etiologi penyakit Diabetes Melitus antara lain :
8
1. Kelainan pada sel B pankres, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin. 2. Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel B, antara lain agen yang mampu menimbulkan infeksi diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan. 3. Adanya gangguan sistem imunitas pada penderita atau gangguan sistem imunologi 4. Adanya kelainan insulin 5. Pola hidup yang tidak sehat. Patofisiologi Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat. Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas dari Diabetes Melitus, namun masih terdapat insulin dalam sel yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoasidosis diabetikum, akan tetapi hal ini tidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala dari penderita penyakit Diabetes Melitus antara lain : 1. Polipagia, 2. Poliuria, 3. Berat badan menurun, 4. Polidipsi 5. Lemah 6. Somnolen yang berlangsung agak lama 7. Timbulnya ketoasidosis diabetikum dan dapat berakibat meninggal jika tidak segera ditangani.
9
2.2.
Kerangka Konsep
A. Biografi Marshall H. Becker. PhD.,MPH adalah ahli kesehatan yang menyempurnakan konsep teori “Health Belief Model” yang pertama kali dicetuskan oleh Rosenstock. Becker bekerja sama dengan Nancy K. Janz. RN., MS dalam menyempurnakan konsep teori ini. Becker adalah anggota dari department of Health Behavior and Health Education di The University of Michigan. Becker merupakan salah satu ahli yang sering
melakukan
penelitian
mengenai
masalah
perilaku
manusia
yang
mempengaruhi status kesehatan. B. Konsep Health Belief Model Health Belief Model dikembangkan pertama kali pada tahun 1950 oleh seorang psikologis sosial di layanan
kesehatan Publik Amerika Serikat yaitu dimulai
dengan adanya kegagalan pada program pencegahan dan penyembuhan penyakit (Hocbaum 1958, Rosenstok 1960-1974). Tapi, psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi penyakit. Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief model untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958). Mereka mengembangkannya dengan mengemukaan kerentanan yang dirasakan untuk penyakit TBC. Stephen Kegels (1963) menunjukkan hal yang serupa mengenai kerentanan yang dirasakan untuk masalah gigi yang parah dan perhatian untuk mengunjungi dokter gigi menjadi tindakan preventif sebagai salah satu solusi masalah gigi. Health Belief Model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Janz & Becker, 1984). Menurut Hochbaum, (dalam Hayden 1958) Konsep dasar HBM adalah Perilaku kesehatan ditentukan oleh persepsi individu tentang kepercayaan terhadap suatu penyakit dan cara yang tersedia untuk mengurangi terjadinya gejala penyakit yang diderita oleh individu.
10
Model kepercayaan kesehatan (HBM), yang dikembangkan oleh Becker dan Maiman 1975 (dalam Adejoh 2014) berguna untuk menjelaskan aktivitas perawatan diri seperti rekomendasi manajemen diabetes dan memiliki fokus pada perilaku yang berkaitan dengan pencegahan penyakit. Dasar dari HBM adalah bahwa individu akan mengambil tindakan untuk mencegah, mengendalikan, atau mengobati masalah kesehatan jika mereka merasa masalah menjadi parah; Jika mereka merasa bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan atau menghasilkan hasil yang diharapkan; Dan karena konsekuensi negatif dari terapi. Health Belief Model ini merupakan model kognitif yang artinya perilaku individu dipengaruhi proses kognitif dalam dirinya. Proses kognitif ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penelitian sebelumnya yaitu variabel demografi, karakteristik sosiopsikologis, dan variabel struktural. Variabel demografi meliputi kelas, usia, jenis kelamin. Karakteristik sosisopsikologis meliputi, kepribadian, teman sebaya (peers), dan tekanan kelompok.
Variabel struktural yaitu
pengetahuan dan pengalaman tentang masalah. Pada awal dibentuknya, model ini hanya memiliki empat komponen dasar, kemudian seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, model ini pun dikembangkan dengan ditambahkan beberapa faktor pendukung lainnya. Health Belief Model mengandung konsep utama yaitu memprediksikan mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu
untuk menjaga, melindungi dan
mengendalikan kondisi sakit. Komponen Health belief model, diantaranya: 1.
Perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan) Hal ini mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari
kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi tersebut meliputi penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum. Menurut
Conner
&
Norman
(2003)
Perceived
Susceptibility
juga
mempengaruhi munculnya perilaku sehat. Ketika seseorang mengetahui bahwa dirinya berisiko terkena suatu penyakit, maka terbentuk keyakinan bahwa dirinya memang berisiko. Oleh karena itu, ia akan berusaha melakukan hal-hal yang dianggapnya mampu mengurangi potensi risiko tersebut. Semakin tinggi risiko
11
yang diyakini seseorang, semakin tinggi pula kecenderungannya untuk berperilaku sehat dengan harapan mengurangi risiko tersebut. Sayangnya, ini juga berlaku sebaliknya. Ketika seseorang merasa tidak berisiko terkena penyakit, ia juga cenderung berperilaku tidak sehat (Hayden, 2014). Meski demikian, pernyataan tersebut bukan hukum mutlak, Terkadang keyakinan akan risiko penyakit tidak berimplikasi pada perilaku sehat maupun tidak sehat. 2.
Perceived severity (keseriuasan yang dirasa) Persepsi mengenai keseriusan
suatu penyakit, meliputi kegiatan evaluasi
terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen diatas sebagai ancaman yang dirasakan (perceived threat). Hal ini berarti perceived severity berprinsip pada persepsi keparahan yang akan diterima individu. 3.
Perceived benefits (manfaat yang dirasakan). Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang
disarankan untuk mengurangi risiko penyakit. Ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalam mengurangi risiko penyakit, atau keuntungan-keuntungan yang dirasakan (perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan cocok. Perceived benefits secara ringkas berarti persepsi keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau tidak merokok, dia tidak akan terkena kanker. 4.
Perceived barriers (hambatan yang dirasakan untuk berubah) Perceived barriers secara singkat berarti persepsi hambatan atau persepsi
menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat. Aspek-aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan (seperti: ketidakpastian, efek samping), atau penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok, tidak
12
senang,
gugup),
yang
mungkin
berperan
sebagai
halangan
untuk
merekomendasikan suatu perilaku. 5.
Cues to action Cues to action adalah faktor mempercepat tindakan yang membuat seseorang
merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku sehat. Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal, pengasuhan dan pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial, dan budaya. Cues to action merupakan elemen tambahan dari elemen dasar Health Belief Model. 6.
Self Efficacy Pada tahun 1988, self-efficacy ditambahkan dengan empat keyakinan asli dari
Health Belief Model (Rosenstock, Strecher, & Becker, 1988). Biasanya, seseorang tidak akan mencoba melakukan sesuatu perubahan baru sampai mereka menyadari bahwa mereka bisa melakukan perubahan tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Rotter (1966) dan Wallston mengenai teori self-efficacy oleh Bandura yang penting sebagai kontrol dari faktor-faktor perilaku sehat. Self efficacy dalam istilah umum adalah kepercayaan diri seseorang dalam menjalankan tugas tertentu. Self Efficacy adalah kepercayaan seseorang mengenai kemampuannya untuk mempersuasi keadaan atau merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan. Self efficcay dibagi menjadi dua yaitu outcome expectancy seperti menerima respon yang baik dan outcome value seperti menerima nilai sosial. 7.
Modifying Factors Variasi dari model ini merupakan nilai yang dirasakan serta intervensi yang
ditentukan sebagai keyakinan utama. Kontruksi dari faktor mediasi kemudian menjadi penghubung berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan di masyarakat. Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain: a.
Variabel demografi : Umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan.
b.
Variabel sosio-psikologi: Status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping.
13
c.
Variabel Struktur : Kelas Social, akses ke pelayanan kesehatan, dll.
d.
Persepsi efikasi : penilaian diri dalam hal kemampuan untuk berhasil
mengadopsi perilaku yang diinginkan e.
Isyarat untuk tindakan : Pengaruh ekternal dalam mempromosikan perilaku
yang diinginkan, termasuk informasi yang diberikan atau dicari, komunikasi persuasif, dan pengalaman pribadi. f.
Motivasi kesehatan : individu terdorong untuk tetap pada keadaan sehat.
g.
Kontrol Perasaan : ukuran tingkat self-efficacy.
h.
Ancaman : termasuk bahaya yang muncul tanpa melakukan tindakan
kesehatan. Prediksi dari model tersebut merupakan kemungkinan yang dilakukan individu untuk mengambil tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti pencegahan dan pengobatan)
2.
Faktor esensial dalam Health Belief Model Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health Belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial : 1.
Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu
penyakit atau memperkecil risiko kesehatan. 2.
Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku. 3.
Perilaku itu sendiri. Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.
14
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
3.
Ruang Lingkup dan Aplikasi Health Belief Model telah diterapkan pada berbagai perilaku kesehatan dan
populasi subjek. Tiga bidang yang luas dapat diidentifikasi (Conner & Norman, 1996): a.
Perilaku kesehatan preventif, yang meliputi promosi kesehatan (misalnya diet,
olahraga) dan kesehatan berisiko (misalnya merokok) perilaku serta vaksinasi dan praktik kontrasepsi. b.
Perilaku peran Sakit, yang mengacu pada kepatuhan terhadap rejimen medis
direkomendasikan, biasanya setelah diagnosis profesional penyakit. c.
Klinik digunakan, yang meliputi kunjungan ke dokter untuk berbagai alasan
15
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1.
Web of Causation (WOC)
3.2. Aplikasi Teori Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan 1.
Perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan) Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi tersebut meliputi penerimaan
terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum. Di desa Lasalle Jaga VII, ditemukan masalah tingginya tingkat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Mahasiswa berusaha memberikan penjelasan dan pengertian kepada masyarakat tentang kerentanan masyarakat terhadap kedua penyakit ini, agar tingkat
16
kesadaran masyarakat terhadap status kesehatan dapat meningkat dan dapat menyadari bahwa diri mereka memiliki kemungkinan untuk mengalami penyakit ini sehingga mereka mau melakukan program hidup sehat untuk meningkatkan status kesehatan. 2.
Perceived severity (keseriuasan yang dirasa) Mahasiswa berusaha menjelaskan kepada masyarakat di desa Lasalle jaga VII
bahwa penyakit-penyakit yang paling sering ditemukan dimasyarakat(hipertensi dan diabetes mellitus) merupakan penyakit yang dapat mendatangkan bahaya bagi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan keseriusan suatu penyakit, agar masyarakat tidak menganggap enteng masalah kesehatan yang timbul dimasyarakat. Apabila masyarakat mempunyai kesadaran dan menganggap masalah kesehatan yang dihadapi adalah suatau masalah yang serius, maka masyarakat pasti akan melakukan segala usaha pencegahan agar tidak mengalami masalah kesehatan yang ada seperti hipertensi dan diabetes mellitus. 3.
Perceived benefits (manfaat yang dirasakan). Setelah meningkatkan kesadaran akan kerentananan masyarakat terhadap
masalah penyakit hipertensi dan diabetes mellitus serta menjelaskan keseriusan dari masalah yang dihadapi masyarakat, mahasiswa mengusahakan berbagai solusi untuk mengatasi masalah yang ada pada masyarakat. Mahasiswa mengajarkan tentang gaya hidup sehat seperti melakukan aktivitas fisik lebih sering(olahraga teratur) dan menu makan sehat bagi penderita hipertensi dan diabetes mellitus agar masyarakat dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari untun mencegah terjadinya penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Setelah diajarkan, mahasiswa menjelaskan pentingnya gaya hidup sehat bagi masyarakat serta mengajak masyarakat untuk mencoba memulai gaya hidup sehat agar masyarakat bisa langsung merasakan manfaat perubahan gaya hidup mereka. Contohnya : kalau makan makanan rendah lemak, pasti akan terhindar dari hipertensi dan diabetes mellitus. 4.
Perceived barriers (hambatan yang dirasakan untuk berubah) Mahasiswa juga menjelaskan mengenai hambatan yang mungkin saja akan
dialami masyarakat dan proses beralih ke pola hidup sehat. Hambatan yang akan ditemukan seperti keragu-raguan, kekhawatiran akan kegagalan dari pola hidup yang dilakukan, atau malas melakukan olahraga pasti akan menghambat masyarakat untuk
17
merubah pola hidup menjadi lebih bauk. Mahasiswa berusah meyakinkan masyarakat bahwa pola hidup sehat mendatangkan banyak keuntungan bagi tubuh, rasa tidak nyaman dan tidak terbiasa hanya timbul diawal perubahan pola hidup tapi akan hilang seiring berjalannya waktu bila masyarakat sudah terbiasa melakukan pola hidup sehat. 5.
Cues to action Mahasiswa memperlihatkan beberapa video tentang orang yang mengalami
berbagai penyakit karena pola hidup yang tidak sehat yang kemudian menyadari kesalahannya dan merubah seluruh hidupnya dengan melakukan pola hidup sehat dan berolahraga secara teratur dan akhirnya menunjukkan perubahan drastic kearah yang lebih baik. Karena kemauannya yang kuat untuk sehat dan akhirnya dia menjadi sehat dan bugar terbebas dari penyakit yang sebelumnya ia derita. Hal ini menjadi suatu motivasi agar masyarakat lebih tertarik untuk melakukan program hidup sehat. nyata untuk melakukan perilaku sehat. Mahasiswa juga mengajak semua masyarakat untuk saling memotivasi dan mengingatkan tentang pola hidup sehat dengan orangorang disekitarnya agar pola hidup sehat menjadi suatu kebiasaan baik yang dilakukan setiap hari. 6.
Self Efficacy Mungkin bila masyarakat belum mencoba dan merasakan manfaat dari pola
hidup sehat, masyarakat akan merasa ragu dan takut untuk melakukannya. Tapi apabila masyarakat percaya bahwa dirinya mampu melakukan pola hidup sehat dan percaya bahwa pola hidup sehat bisa memberikan dampak positif bagi status kesehatan, pasti masyarakat akan melakukan pola hidup sehat dengan semangat dan antusias. 7.
Modifying Factors
Variasi dari model ini merupakan
nilai yang dirasakan serta intervensi yang
ditentukan sebagai keyakinan utama. Kontruksi dari faktor mediasi kemudian menjadi penghubung berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan di masyarakat. Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain: o Variabel demografi : Umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan. o Variabel sosio-psikologi: Status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping. o Variabel Struktur : Kelas Social, akses ke pelayanan kesehatan, dll.
18
o Persepsi efikasi : penilaian diri dalam hal kemampuan untuk berhasil mengadopsi perilaku yang diinginkan o Isyarat untuk tindakan : Pengaruh ekternal dalam mempromosikan perilaku yang diinginkan, termasuk informasi yang diberikan atau dicari, komunikasi persuasif, dan pengalaman pribadi. o Motivasi kesehatan : individu terdorong untuk tetap pada keadaan sehat. o Kontrol Perasaan : ukuran tingkat self-efficacy. o Ancaman : termasuk bahaya yang muncul tanpa melakukan tindakan kesehatan
19
BAB IV APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN 4.1.
Pengkajian Asuhan Keperawatan komunitas
4.2.
Analisa Data komunitas NO 1. 2. 3. 4.
NAMA PENYAKIT HIPERTENSI DIABETES MELITUS GASTRITIS KOLESTEROL JUMLAH
FREKUENSI 7 5 2 4 18
% 39% 28% 11% 22% 100%
TABEL MASYAWARAH MASYARAKAT DESA LASALLE JA VII DAFTAR NO
MASALAH
BESAR
TINGKAT
MUDAH
PERHATIAN
KESEHATAN MASALAH KEPARAHAN DIATASI MASYARAKAT
NO TOTAL PRIORITAS MASALAH
KOMUNITAS 1 2
Hipertensi Diabetes mellitus
4
5
3
4
16
I
3
5
3
3
14
II
20
4.3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Hari/Tanggal : Jumat, 09 November 2018 NO
Kelompok : VII
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Nama Desa : Lasalle Jaga VII ANALISA SWOT
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b/d hipertensi sebanyak 33% S : Masyarakat Desa Lasalle Jaga VII mendukung di desa lasalle Jaga VII ditandai dengan :
kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa
DS:
W : Ada beberapa anggota masyarakat yang masih
-
Jarang olahraga
-
Pola makan tidak sehat
DO: -
kurang
mengerti
tentang
penjelasan
mengenai
Hipertensi yang ada pada mayarakat. O : Mahasiswa semester 5 Fakultas keperawatan, menjelaskan tentang masalah dan solusi dengan Tidak mampu menjalankan perilaku sehat
menggunakan istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
-
Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan yang kurang
T : Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sehingga tidak mampu menerapkan hidup sehat
-
Kurang menunjukan minat untuk meningkatkan perilaku sehat
21
2. Manajemen kesehatan tidak efektif b/d Diabetes Melitus sebanyak S: mendapat dukungan penuh dari aparat desa 28% di desa Lasalle jaga VII ditandai dengan :
W: sulit dalam menanamkan keinginan menjadi kader,
DS:
oleh karena selama ini kader tidak mendapatkan insentif
- Pola makan tidak sehat
dari manapun.
- Jarang olahraga
O: hadirnya tokoh masyarakat dalam setiap kegiatan
- Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program
yang
perawatan/pengobatan
mahasiswa
sehingga
memacu
semangat masyarakat untuk mengikuti kegiatan
DO: - Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko - Gagal menerapkan program perawatan atau pengobatan dalam kehidupan
dilaksanakan
T:
Tidak semua masyarakat
mendengarkan
dan
melaksanakan program yang dilakukan oleh mahasiswa.
sehari-hari
- Aktifitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan.
22
4.4.
PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Hari/Tanggal : Jumat 09 november 2018 REN
Kelompok : VII CANA
NO MASALAH
TUJUAN
1
Pemeliharaan
Meningkatkan
kesehatan
kesadaran
kesehatan tentang
desa Lasalle WITA
tidak efektif
masyarakat
penyakit
Jaga VII
tentang hidup
hipertensi
KEGIATAN
sehat
dan
-
-
Penyuluhan
-
-
Laksanakan
memeriksa
lomba memasak
kesehatan
menu sehat untuk
secara
rutin
Masyarakat
WAKTU
TEMPAT
DANA
PJ
08.00-10.00
Balai desa
Rp 500.000
Thalia
Rumah
Rp 2.000.000
Damiana
Masyarakat 10.30-17.00 desa Lasalle WITA Jaga VII
kepala desa
penderita
(pemeriksaan Tekanan
SASARAN
Nama Desa : Lasalle Jaga VII
hipertensi -
Darah)
-
Lakukan pelatihan
kader
untuk
Masyarakat yang bersedia menjadi kader
13.00-15.00
Balai desa
Thalia
- mulai dari Rp 200.000
Eril
WITA
pemeriksaan tekanan darah 2
Manajemen
Meningkatkan
-
lakukan
jalan
-
Masyarakat
05.00-08.00
kesehatan
kesadaran
sehat (hari sabtu
desa Lasalle WITA
depan
tidak efektif
masyarakat
pagi)
Jaga VII
rumah
23
tentang gejala
kepala desa
dan
sampai
bahaya
diabetes
dan
memeriksa
balai desa -
kesehatan secara
di
lakukan
-
Masyarakat 10.00-12.00 desa Lasalle WITA Jaga VII
-
Masyarakat yang bersedia menjadi kader
penyuluhan rutin
- balai desa
Rp 500.000
Agnes
Balai desa
Rp 150.000
Agnes
tentang diabetes
(pemeriksaan
mellitus
gula darah)
sabtu pagi) -
(hari
Lakukan pelatihan
kader
pemeriksaan gula darah program
13.00-15.00 WITA
dan hidup
sehat
24
4.5.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS
NO
MASALAH KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL
KEGIATAN
1
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
Jumat 09 november 2018
- Penyuluhan kesehatan S tentang
EVALUASI :
masyarakat
penyakit mengatakan sudah mulai
hipertensi
mengerti
tentang
penyakit hipertensi dan ingin
merubah
pola
hidup O: masyarakat terlihat menyimak dengan baik materi yang disampaikan A:
masalah
belum
teratasi P: kegiatan dilanjutkan oleh kader yang sudah dipilih
- melaksanakan lomba S: memasak untuk hipertensi
menu
mayarakat
sehat mengatakan
penderita senang
bias
sangat belajar
memasak menu sehat O: masyarakat tampak 25
antusias
dalam
mengikuti
lomba
memasak A:
masalah
belum
teratasi P: kegiatan dilanjutkan oleh kader yang sudah dipilih Sabtu, 10 November 2018
-Melaksanakan pelatihan S: kader
para
calon
kader
pemeriksaan mengatakan senang bisa
tekanan darah
mengikuti pelatihan dan akan melakukan tugas dengan baik O: para calon kader tampak serius mengikuti pelatihan A:
masalah
belum
teratasi P: kegiatan dilanjutkan oleh kader 2
Manajemen kesehatan tidak efektif
Sabtu 10 november 2018
-
melakukan jalan S: sehat (hari sabtu mengatakan
Masyarakat merasa 26
pagi)
lebih
bugar
setelah
mengikuti jalan sehat O: masyarakat tampak bersemangat A:
masalah
belum
teratasi P: kegiatan dilanjutkan oleh kader yang sudah dipilih
-
melakukan
S
:
masyarakat
penyuluhan
mengatakan sudah mulai
tentang diabetes mengerti mellitus sabtu pagi)
tentang
(hari penyakit melitus
diabetes dan
ingin
merubah pola hidup O: masyarakat terlihat menyimak dengan baik materi yang disampaikan A:
masalah
belum
27
teratasi P: kegiatan dilanjutkan oleh kader yang sudah dipilih -
Melakukan pelatihan
S:
para
calon
kader
kader mengatakan senang bisa
pemeriksaan gula mengikuti pelatihan dan darah program sehat
dan akan melakukan tugas hidup dengan baik O: para calon kader tampak serius mengikuti pelatihan A:
masalah
belum
teratasi P: kegiatan dilanjutkan oleh kader
28
BAB V PEMBAHASAN 5.1.
Diagnosa I
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b/d hipertensi sebanyak 33% di desa lasalle Jaga VII ditandai dengan : DS: - Jarang olahraga -
Pola makan tidak sehat
DO: - Tidak mampu menjalankan perilaku sehat - Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan yang kurang - Kurang menunjukan minat untuk meningkatkan perilaku sehat Masyarakat desa Lasalle Jaga VII memiliki latar belakang pekerjaaan dan ekonomi yang berbeda-beda mulai dari petani, guru, pengusaha dan sebagainya. Keadaan lingkungan yang masih jauh dari perkotaan dan jarang mendapat akses transportasi dan juga sebagian besar masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai petani dan memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah membuat masyarakat masih kurang menyadari pentingnya melakukan pola hidup sehat untuk menjaga kesehatan tubuh. Tingkat pendidikan masyarakat juga yang sebagian besar lulusan SD dan SMP merupakan salah satu factor yang mengakibatkan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan behaya dari penyakit hipertensi dan pentingnya melakukan pola hidup sehat untuk mencegah terserang penyakit hipertensi. Mahasiswa datang ke desa Lasalle jaga VII dengan tujuan melakukan pengkajian kepada seluruh masyarakat dan juga melakukan beberapa program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah penyakit yang paling sering ditemui dimasyarakat serta melakukan tindakan pencegahan dari penyakit tersebut. Dari hasil pengamatan, masyarakat tampak antusias dan menyimak dengan baik setiap penjelasan dan juga program kegiatan yang disampaikan. Setelah diberi penjelasan dan pengertian, masyarakat yang ada di desa Lasalle jaga VII menunjukkan peningkatan tingkat kesadaran tentang bahaya penyakit hipertensi dan juga menunjukkan kemauan tinggi untuk melakukan pola hidup sehat demi mencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.
29
5.2.
Diagnosa II
Manajemen kesehatan tidak efektif b/d Diabetes Melitus sebanyak 28% di desa Lasalle jaga VII ditandai dengan : DS: - Pola makan tidak sehat - Jarang olahraga - Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan DO: - Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko - Gagal menerapkan program perawatan atau pengobatan dalam kehidupan sehari-hari - Aktifitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan. Dari data pengkajian pada masyarakat desa Lasalle jaga VII, masalah penyakit kedua yang paling sering ditemukan pada masyarakat adalah diabetes mellitus. Gaya hidup masyarakat yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan banyaknya penggunaan jumlah gula pada makanan merupakan salah satu factor yang mengakibatkan tingginya tingkat penderita diabetes mellitus di desa Lasalle jaga VII. Masyarakat desa yang merupakan penghasil minuman beralkohol yang berasal dari pohon aren(Cap Tikus) mengakibatkan masyarakat sering mengonsumsi alcohol dalam jumlah banyak yang juga merupakan factor penyebab tingginya tingkat penderita diabetes mellitus di desa Lasalle jaga VII. Mahasiswa membuat kegiatan penyuluhan kesehatan untuk menjelaskan dengan baik kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit diabetes mellitus dan juga bahaya pola hidup tidak sehat yang dapat mendatangkan penyakit tertentu. Mahasiswa juga membuat kegiatan jalan sehat bersama untuk meningkatkan kebersamaan masyarakat dalam melaksanakan program hidup sehat dengan berolahraga. Menjelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran tubuh masyarakat. Masyarakat tampak senang dan antusias dalam mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa. Kehadiran para tokoh-tokoh penting di desa juga menjadi motivasi dan daya tarik bagi masyarakat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Masyarakat juga mengatakan akan berusaha melakukan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari agar tubuh menjadi sehat dan bugar terbebas dari diabetes. Para kader juga sudah bersedia dan mengatakan akan melaksanakan tugas dengan baik untuk terus mengontrol program hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat secara rutin agar tingkat kesehatan masyarakat tetap stabil dan terkontrol
30
BAB VI PENUTUP 6.1.
Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatantekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditasdan angka kematian ( Adib, 2009 ). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kesadaran masyarakat desa Lasalle jaga VII masih sangat rendah terhadap masalah penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Penjelasan dan program kegiatan hidup sehat yang dilakukan mahasiswa di desa Lasalle jaga VII menunjukkan antusias masyarakat dalam melakukan perubahan gaya hidup mejadi lebih baik. Hal ini juga menunjukkan perubahan gaya hidup yang menurunkan tingkat keparahan masalah kesehatan pada masyarakat desa Lasalle jaga VII.
6.2.
Saran
Dari beberapa masalah kesehatan yang ditemukan pada masyarakat desa Lasalle jaga VII, kami sangat mengharapkan tindak lanjut dari pemerintah untuk melakukan kegiatan sosialisasi secara rutin dan merata pada semua masyarakat sampai pelosok agar semua masyarakat dapat memperoleh informasi yang memadai mengenai masalah kesehatan yang sering terjadi dimasyarakat agar bisa diketahui secara dini dan dapat diatasi secara cepat dan tepat. Kepada mahasiswa, sangat diharapkan untuk bisa lebih sering juga melakukan bakti social ataupun penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan agar tingginya tingkat masalah kesehatan dapat diatasi karena adanya tingkat kesadaran masyarakat akan penyakit yang mereka alami
31
DAFTAR PUSTAKA Adejoh, S. O. Diabetes Knowledge, Health Belief, and Diabetes Management Among the Igala, Nigeria. SAGE, diakses tanggal 12 November 2018 Conner, M., & Norman, P. (2005). Predicting Health Behavior (2nd ed). London:Open University Press Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI. Jakarta Selatan
32