Laporan 2.docx

  • Uploaded by: Mayumi Sihotang
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,928
  • Pages: 24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Asiditas Asiditas merupakan sifat air yang perlu diperhatikan, karena asam menunjukkan sifat yang sangat korosif dan dapat memengaruhi proses kimiawi dan proses biologis tertentu. Oleh karena itu, penetapan asiditas ini dilakukan untuk mencegah penyebaran dampak negatif pencemar yang mampu mengganggu kelangsungan hidup suatu ekosistem air khususnya. Asiditas air ditentukan berdasarkan proses netralisasi ion-ion H+ dengan larutan standar alkali (basa kuat) pada pH tertentu yang disebut sebagai titik akhir titrasi. Keberadaan ion-ion H+ dalam larutan tersebut merupakan hasil disosiasi atau pun hidrolisis ketika bereaksi dengan standar alkali (basa kuat). Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang sudah diberikan indikator. 1.1.2 Alkalinitas Penetapan alkalinitas pada suatu sumber air menjadi sangat penting karena alkalinitas merupakan salah satu indikator terjadinya fotosintesis dan kesuburan suatu perairan. Hasil pengukuran alkalinitas pada air digunakan dalam mengontrol pengolahan air bersih dan air limbah. Air limbah rumah tangga mempunyai alkalinitas yang lebih tinggi dari pada alkalinitas air bersih. Penetapan alkalinitas dilakukan secara volumetrik, yaitu dengan titrasi yang menggunakan asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl) 0,02 N. Ion-ion hidroksil (OH-) yang terkandung dalam sampel air sebagai hasil disosiasi atau hidrolisis bahanbahan terlarut dinetralkan oleh larutan standar asam, baik asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl). 1.1.3 CO2 Bebas Penetapan CO2 dalam suatu sumber air menjadi hal penting yang harus dilakukan. Keberadaan CO2 dalam air dapat menimbulkan korosi, oleh karena itu dalam proses pengolahan air dilakukan rekarbonisasi pada tahapan akhir. 1

Dalam prinsip penetapannya, CO2 bebas bereaksi dengan natrium karbonat atau natrium hidroksida membetuk natrium bikarbonat. Telah sempurnanya reaksi pembentukan natrium bikarbonat ditandai adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda pada titik ekivalen, yaitu sekitar pH 8,3 dengan bantuan penambahan indicator fenolftalein sebelumnya pada larutan sampel. Penentuan CO2 bebas harus dilakukan segera setelah pengambilan sampel.

1.2 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah untuk : 1. Menentukan asiditas sampel air dengan metode alkalimetri 2. Menentukan alkalinitas sampel air dengan metode asidimetri 3. Menentukan CO2 bebas pada sampel air dengan metode titrimetri 4. Untuk membandingkan sampel air dengan baku mutu air

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asiditas Asiditas (keasaman) adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan asam dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan keasaman dalam air adalah: -

CO2, umumnya terdapat dalam air permukaan dimana CO2 diserap dari udara jika tekanan CO2 dalam air <>2 dalam udara. CO2 juga terdapat dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar.

-

Asam mineral, umumnya terdapat dalam air limbah industri pengolahan logam atau pembuatan senyawa kimia. Kadang-kadang juga terdapat dalam air alam.

-

Asam humus, umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena adanya rumput-rumputan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam air tersebut melepaskan senyawa asam dan warna (Widya, 2009). Asiditas adalah kemampuan air untuk menetralisir ion OH-. Seperti halnya

larutan buffer, asiditas merupakan pertahanan air terhadap pembasaan. Asiditas terjadi sebagai akibat hadirnya asam lemah. Kontributor utama asiditas adalah CO2 dan H2S yang sangat volatil. Oleh karena itu, pengukuran asiditas dilakukan sesegera mungkin dan bila memungkinkan dilakukan di tempat pengambilan sampel. Gas CO2 yang berasal dari atmosfer atau yang berasal dari aktivitas penguraian zat organik oleh mikroorganisme akan menyebabkan asiditas dalam air, karena gas tersebut akan berdifusi dan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang bersifat asam (Sawyer et al., 2003). Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asamasam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sampel (Hidayat, 2009). Untuk menghitung Asiditas digunakan rumus :

3

Asiditas Total sebagai CaCO3(mg/L) =

(𝐴+𝐡)π‘₯ π‘π‘π‘Žπ‘‚π» π‘šπ‘™ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

Asiditas Asam Kuat sebagai CaCO3 (mg/L) =

π‘₯ 1000 π‘₯ 𝐡𝐸 πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3

𝐴 π‘₯ π‘π‘π‘Žπ‘‚π» π‘šπ‘™ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

π‘₯ 1000 π‘₯ 𝐡𝐸 πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3

Asiditas CO2 sebagai CaCO3 (mg/L) = Asiditas Total – Asiditas Asam Kuat Dimana, A

: Vol. NaOH untuk titrasi dengan indikator m.j (ml)

B

: Vol. NaOH untuk titrasi dengan indikator pp (ml)

BE

: berat ekivalen CaCO3 (50 gram ekivalen/mol)

2.2 Alkalinitas Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan.. Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas optimal pda nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat Ph air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya (Hidayat, 2009). Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai berikut : 1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi; 2.

Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi (Hidayat, 2009). Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung

pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :

4

1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas; 2. alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air (Hidayat, 2009). Kadar alkalinitas dengan tingkat kesadahan air haruslah seimbang. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ (kesadahan) maka air menjdi agresif dan menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya, bila kadar alkalinitasnya rendah dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa. ada air buangan, khususnya dari industri, kadar alkalinitas yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionate, amoniak dan sulfit. Alkalinitas juga sebagai parameter pengontrol untuk anaerobic digestes dan instalasi Lumpur aktif (Hidayat, 2009). Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air. Pengawasan keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu: 1. asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5; 2. asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 – 8,3; 3. alkalinitas sebagai HCO3-, hanya ada dalam air pada pH 4,5 – 8,3; 4. alkalinitas sebagai CO32-, hanya ada dalam air pada pH >8,3; 5. alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari 10,5 (Hidayat, 2009). Untuk menghitung Alkalinitas digunakan rumus : :

Alkalinitas p sebagai CaCO3 (mg/l) = Alkalinitas mj sebagai CaCO3 (mg/l) =

𝐴 π‘₯ 𝑁 π‘₯ 𝐡𝐸 πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 π‘₯ 1000 π‘šπ‘™ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

(π΅βˆ’π΄) π‘₯ 𝑁 π‘₯ 𝐡𝐸 πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 π‘₯ 1000

Alkalinitas Total Sebagai CaCO3 (mg/l) =

π‘šπ‘™ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ 𝐡 π‘₯ 𝑁 π‘₯ 𝐡𝐸 πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 π‘₯ 1000 π‘šπ‘™ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

Dimana, A

: Vol. larutan standar asam untuk titrasi tahap I (pp)

B

: Vol larutan standar asam untuk titrasi tahap II (mj)

N

: normalitas larutan standar asam 5

Pada air alamiah, alkalinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat dan hidroksidannya. Alkalinitas keseluruhan biasanya dinyatakan dengan padanan kalsium karbonat dalam mg/lt. keasaman dinyatakan dalam jumlah kalsium karbonat yang dibutuhkan untuk menetralisasi air. Alkalinitas air merupakan pengukuran terhadap kemampuan air untuk menetralisir asam (Sawyer et al., 2003; Purwakusuma, 2007). Alkalinitas pada perairan alami sebagian besar disebabkan oleh hidroksida dalam air, ion karbonat dan bikarbonat (Sawyer et al., 2003). Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Purwakusuma, 2007). Alkalinitas adalah ukuran kemampuan air untuk menetralisir asam kuat. Diperairan alam, kemampuan ini dicirikan dengan adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida, sama seperti silikat, borat, ammonia, fosfat, dan basa organik. Basa-basa ini, terutama bikarbonat dan karbonat, akan membentuk karbondioksida di dalam uap yang akan menjadi penyebab utama proses pengkaratan Pada air limbah, nilai alkalinitas berkaitan dengan kemampuan buffer. Limbah dengan nilai alkalinitas rendah memiliki kemampuan rendah untuk memperta hankan pH sehingga mempengaruhi kemampuan proses dekomposisi (Afrianto, 2008). 2.3 CO2 bebas Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.

6

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas. Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 Β°C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering. CO2 adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna litmus dari biru menjadi merah muda. Cairan kabon dioksida terbentuk hanya pada tekanan di atas 5,1 atm; titik tripel karbon dioksida kira-kira 518 kPa pada βˆ’56,6 Β°C (Silakan lihat diagram fase di atas). Titik kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 Β°C. Meskipun presentase karbondioksida di atmosfir relative kecil, akan tetapi keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak, karena karbondioksida memiliki sifat kelarutan yang tinggi. CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat organik. Permukaan air biasanya mengandung CO2 bebas kurang dari 10 mg/L, sedangkan pada dasar air konsentrasinya dapat lebih dari 10 mg/L. Tabel Kelarutan Beberapa Jenis Gas dalam Air Murni pada Suhu 10oC No Gas Kelarutan (ml/liter) 1 Nitrogen(N2) 18,61 2 Oksigen (O2) 37,78 3 Argon (Ar) 41,82 4 Karbondioksida (CO2) 1.1194,00 Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut: 1. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami difusi secara langsung ke dalam air. 2. Air hujan. Air hujan jatuh ke permukaan bumi seara teoritis memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55-0,60 mg/L, berasal dari karbondioksida yang terdapat di atmosfir.

7

3. Air yang melewati tanah organic. Tanah organic yang mengalami dekomposisi mengandung relative banyak karbondioksida sebagai hasil proses dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut ke dalam air. 4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob. Respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob menghasilkan karbondioksida sebagai salah satu produk akhir. Demikian juga, dekomposisi anaerob karbohidrat pada bagian dasar perairan akan menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir. Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan yang di air jika air dan udara bersentuhan. Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah difusi. Jika air bergelombang maka pertukaran berubah lebih cepat. Gelombang dapat terjadi jika air di permukaan berpusar menuju ke bagian dasar danau, sambil membawa gas yang terlarut. Karbondioksida juga terdapat dalam air hujan. Hal ini terbawa waktu tetes air terjun dari udara. (Mustika, 2016) mg CO2/L =

𝐴 π‘₯ 𝑁 π‘₯44 π‘₯ 1000 π‘šπ‘™ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

Dimana, A

: Vol. NaOH yang terpakai (ml)

N

: Normalitas NaOH

44

: berat ekivalen CO2

1000

: konversi ml ke L

8

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Lokasi

: Jalan Kali Sekretariat Utara Kec. Grogol

Hari, Tanggal

: Selasa, 21 Maret 2019

Pukul

: 06.00 – 06.30

Foto Lokasi

3.1.Alat dan Bahan 3.2.1 Asiditas 3.1 Tabel Alat dan Bahan Asiditas No.

Nama Alat

Ukuran

Nama Bahan

1.

Pipet gondok

50 ml

Sampling Air

2.

Gelas Kimia

500 ml

Larutan NaOH

3.

Labu

250 ml

Indikator

erlenmeyer 4.

Buret

5.

Klem dan

Konsentrasi

Jumlah

0,1 N 3 tetes

fenolftalein 25 ml

Statif

9

3.2.2 Alkalinitas 3.2 Tabel Alat dan Bahan Alkalinitas No.

Nama Alat

Ukuran

Nama

Konsentrasi

Jumlah

Bahan 1.

Pipet gondok

50 ml

Sampling Air

2.

Gelas Kimia

500 ml

Larutan

0,02 N

H2SO4 3.

Labu

250 ml

erlenmeyer

Indikator

3 tetes

metil jingga

4.

Buret

5.

Klem dan

25 ml

Statif

3.2.3 CO2 3.3 Tabel Alat dan Bahan CO2 No.

Nama Alat

Ukuran

Nama Bahan

1.

Pipet gondok

50 ml

Sampling Air

2.

Gelas Kimia

500 ml

Larutan NaOH

3.

Labu

250 ml

Indikator

erlenmeyer 4.

Buret

5.

Klem dan Statif

Konsentrasi

Jumlah

0,02 N 3 tetes

fenolftalein 25 ml

Larutan tiosulfat

5 tetes

10

3.3 Cara Kerja 3.3.1 Sampling 3.4 Tabel Cara Kerja Sampling No.

1.

Cara Kerja

Gambar

Menyiapkan alat sampling vertikal.

Celupkan alat sampling ke dalam sungai sedalam Β½ sampai dengan 2/3 2.

kedalaman.Lalu, menarik kembali alat sampling yang telah terisi penuh oleh sampel air sungai.

3.

Memindahkan sampel air kedalam dirigen sampai penuh.

11

3.3.2 Asiditas 3.5 Tabel Cara Kerja Asiditas No

Cara Kerja

Gambar

Mengambil 50 ml air sampel ke dalam labu erlenmeyer menggunakan 1.

2.

pipet gondok.

Memasukkan 3 tetes indicator PP ke dalam sampel air yang berada di dalam labu erlenmeyer

Meletakkan erlenmeyer tepat di 3.

bawah buret dan perlahan-lahan putar tap sampai mengeluarkan tetestetesan NaOH 0.02N Mengoyangkan erlenmeyer selama titrasi berlangsung. Ketika warna

4.

sampel air sudah mulai berubah sampai berwarna orange muda putar tap hingga tidak mengeluarkan tetesan NaOH. Melakukan percobaan ini dengan duplo.

12

3.3.3 Alkalinitas 3.6 Tabel Cara Kerja Alkalinitas No

Cara Kerja

Gambar

Mengambil 50 ml air sampel ke dalam labu erlenmeyer menggunakan 1.

2.

pipet gondok.

Memasukkan 3 tetes indicator MJ ke dalam sampel air yang berada di dalam labu erlenmeyer

Meletakkan erlenmeyer tepat di 3.

bawah buret dan perlahan-lahan putar tap sampai mengeluarkan tetestetesan H2SO4 0.02N

Mengoyangkan erlenmeyer selama titrasi berlangsung. Ketika warna 4.

sampel air sudah mulai berubah sampai berwarna merah muda seulas putar tap hingga tidak mengeluarkan tetesan H2SO4. Melakukan percobaan ini dengan duplo.

13

3.3.3 CO2 3.7 Tabel Cara Kerja CO2 No

Cara Kerja

Gambar

Mengambil 50 ml air sampel ke 1.

dalam labu erlenmeyer menggunakan pipet gondok.

Memasukkan 3 tetes indicator PP ke 2.

dalam sampel air yang berada di dalam labu erlenmeyer

Memasukkan 5 tetes Tio Sulfat 0,1 M 3.

ke dalam sampel air yang berada di dalam labu erlenmeyer Meletakkan erlenmeyer tepat di bawah buret dan perlahan-lahan putar tap sampai mengeluarkan tetestetesan NaOH 0.02N sambil

4.

menggoyangkannya sampai warna sampel sudah mulai berubah berwarna merah muda seulas putar tap hingga tidak mengeluarkan tetesan NaOH. Melakukan percobaan ini dengan duplo.

14

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Asiditas Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Asiditas Gambar NO. Sebelum diteteskan

Setelah di teteskan

indikator

indikator

Sesudah titrasi

1.

Warna larutan: tidak Warna berwarna

larutan:

tidak Warna larutan: merah

berwarna

muda seulas

Volume NaOH 0,3 ml

2.

Warna larutan: tidak Warna berwarna

larutan:

berwarna

tidak Warna larutan: merah muda seulas

Volume NaOH 0,4 ml

15

4.1.2 Alkalinitas Table 4.2 Hasil Pengamatan Alkalinitas Gambar NO.

Sebelum

Setelah di teteskan

diteteskan

indikator

Sesudah titrasi

indikator

1. larutan: Warna larutan: jingga Warna larutan: jingga bening lebih gelap tidak berwarna Warna

Volume H2SO4 10,8 ml

2.

larutan: Warna larutan: jingga Warna larutan: jingga bening lebih gelap tidak berwarna Warna

Volume H2SO4 10,6 ml

16

4.1.3 CO2 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan CO2 Gambar NO.

Sebelum diteteskan indikator

Setelah di teteskan indikator + Tio

Sesudah titrasi

Sulfat

1.

Warna larutan: tidak Warna larutan: tidak Warna larutan: merah muda seulas berwarna berwarna Volume NaOH 0,6 ml

2.

Warna larutan: tidak Warna larutan: tidak Warna larutan: merah muda seulas berwarna berwarna Volume NaOH 0,4 ml

17

4.2 Hasil Perhitungan 4.2.1 Perhitungan Asiditas Dik

: Vol NaOH percobaan pertama = 0,3 ml Vol NaOH percobaan kedua = 0,4 ml Vol air sampel = 50 ml Konsentrasi NaOH = 0,02 N 𝑔. π‘’π‘ž BE CaCO3 = 50 β„π‘šπ‘œπ‘™

Ket

: A= vol NaOH, indicator MJ B= vol NaOH, indicator PP

Dit

: a. Total CaCO3 mg/L b. Asam kuat CaCO3 mg/L c. Asiditas CO2 sebagai CaCO3

Jawab : a. π΄π‘ π‘–π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 π΄π‘ π‘–π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 = =

𝐴 + 𝐡 π‘₯ 𝑁 π‘π‘Žπ‘‚π» π‘₯ 1000 π‘₯ 𝐡𝐸 πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 π‘šπ‘™ π‘†π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

(0 + 0,35π‘šπ‘™)π‘₯(0,02 𝑁)π‘₯1000π‘₯50 π‘”π‘Ÿ/π‘šπ‘œπ‘™ 50 π‘šπ‘™

= 7 π‘šπ‘”/𝑙 b. Asiditas Asam Kuat CaCO3 π΄π‘ π‘Žπ‘š π‘˜π‘’π‘Žπ‘‘ πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 = =

𝐴 𝑋 𝑁 π‘π‘Žπ‘‚π» 𝑋 1000 𝑋 𝐡𝐸 CaCO3 π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

0 𝑋 0,02 𝑁 𝑔. π‘’π‘ž 𝑋 1000 𝑋 50 β„π‘šπ‘œπ‘™ 50 π‘šπ‘™

= 0 π‘šπ‘”/𝐿 (tidak melakukan percobaan) c. π΄π‘ π‘–π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘  𝐢𝑂2 π‘ π‘’π‘π‘Žπ‘”π‘Žπ‘– πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 π΄π‘ π‘–π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘  𝐢𝑂2 π‘ π‘’π‘π‘Žπ‘”π‘Žπ‘– πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 = π‘Žπ‘ π‘–π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ βˆ’ π‘Žπ‘ π‘–π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘Žπ‘ π‘Žπ‘š π‘˜π‘’π‘Žπ‘‘ = 7 π‘šπ‘”β„πΏ βˆ’ 0 = 7 π‘šπ‘”/𝐿

18

4.2.2 Perhitungan Alkalinitas Dik

: Vol H2SO4 percobaan pertama = 10,6 ml Vol H2SO4 percobaan kedua = 10,8 ml Vol air sampel = 50 ml Konsentrasi H2SO4 = 0,02 N 𝑔. π‘’π‘ž BE CaCO3 = 50 β„π‘šπ‘œπ‘™

Ket

: A= vol H2SO4, indicator PP B= vol H2SO4, indicator MJ

Dit

: a. Alk. PP CaCO3 mg/L b. Alk. MJ CaCO3 mg/L c. Alk. total CaCO3 mg/L

Jawab : π‘£π‘œπ‘™ π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘π‘Žπ‘Žπ‘› 1 + π‘£π‘œπ‘™ π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘π‘Žπ‘Žπ‘› 2 2 10,6 π‘šπ‘™ + 10,8 π‘šπ‘™ = = 10,7 π‘šπ‘™ 2

π‘‰π‘œπ‘™ H2SO4 =

𝐴 𝑋 𝑁 H2SO4

a. π΄π‘™π‘˜. 𝑃𝑃 πΆπ‘ŽπΆ03 = π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ 𝑋 1000 𝑋 𝐡𝐸 CaCO3 =

0 𝑋 0,02 𝑁 𝑔. π‘’π‘ž 𝑋 1000 𝑋 50 β„π‘šπ‘œπ‘™ 100 π‘šπ‘™

= 0 π‘šπ‘”/𝐿 (tidak melakukan percobaan) b. π΄π‘™π‘˜. 𝑀𝐽 πΆπ‘ŽπΆπ‘‚3 = =

( π΅βˆ’π΄ ) 𝑋 𝑁 H2SO4 π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

𝑋 1000 𝑋 𝐡𝐸 CaCO3

( 10,7 π‘šπ‘™ βˆ’ 0)𝑋 0,02 𝑁 𝑔. π‘’π‘ž 𝑋 1000 𝑋 50 β„π‘šπ‘œπ‘™ 50 π‘šπ‘™

= 214 π‘šπ‘”/𝐿 c. π΄π‘™π‘˜. π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = =

𝐡 𝑋 𝑁 H2SO4𝑋 1000 𝑋 𝐡𝐸 CaCO3 π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

10,7 π‘šπ‘™ 𝑋 0,02 𝑁 𝑋 1000 𝑋 50

𝑔. π‘’π‘ž β„π‘šπ‘œπ‘™

50 π‘šπ‘™

= 214 π‘šπ‘”/𝐿

19

4.2.3 Perhitungan CO2 Dik

: Vol NaOH percobaan pertama= 0,6 ml Vol NaOH percobaan kedua = 0,4 ml Vol air sampel = 50 ml Konsentrasi NaOH = 0,02 N

Ket

: A = vol NaOH

Dit

: CO2 (mg/L)

Jawab: π‘‰π‘œπ‘™ NaOH =

π‘£π‘œπ‘™ π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘π‘Žπ‘Žπ‘› 1+π‘£π‘œπ‘™ π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘π‘Žπ‘Žπ‘› 2 2

0,6 π‘šπ‘™ + 0,4 π‘šπ‘™ = 0,5 π‘šπ‘™ 2 𝐴 𝑋 𝑁 NaOH X 44 𝐢𝑂2 = 𝑋 1000 π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ =

=

0,5 π‘šπ‘™ 𝑋 0,02 𝑁 𝑋 44 𝑋 1000 50 π‘šπ‘™

= 8,8 π‘šπ‘”/𝐿

4.3 Pembahasan 4.3.1 Asiditas Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan tentang penetapan asiditas, alkalinitas dan CO2 pada air sampel pada ai sungai yang terdapat disebalah citra land mall. Pengambilan air sampel diambil di pada pukul 06.15 WIB. Air sampel di masukkan ke dalam jerigen dengan posisi dimiringkan hingga penuh sampai tidak ada gelembung udara di dalam jerigen tersebut. Setelah pengambilan sampel, praktikan membawa air sampel tersebut ke laboratorium lingkungan Univeristas Trisakti. Sebelum membawa sampel ke laboratorium, praktikan haruslah melihat kondisi tutupan awan, arah angin dan melihat aktivitas lingkungan sekitar sungai tersebut. Sampainya di laboratorium sampel dipindahkan ke dalam gelas kimia dan di ukur pH, suhu, DO, dan DHL yang terkandung dalam

20

larutan tersebut sebelum praktikum dimulai. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperoleh hasil pH 7,304, suhu 27 ℃, DHL 1,49 Β΅s/cm, dan DO 0,89. Percobaan pertama adalah asiditas, asiditas ini dilakukan dengan metode volumetri dengan mengukur volume larutannya yang dapat diketahui dengan metode titrasi. Titrasi dilakukan dengan meneteskan air sampel sebanyak 50 ml dengan indikator dan NaOH dengan konsentrasi 0,02N sebagai titran. Indikator yang akan digunakan adalah metil jingga dan fenolftalein. Apabila air sampel mengandung pH melebihi 3, maka indikator yang digunakan adalah fenolftalein. Sedangkan pH dibawah 3 indikator yang digunakan adalah metil jingga. Air sampel ini mengandung pH 7,02 maka indikator yang digunakan adalah fenolftalein (PP). Indikator PP ditetesi sebanyak 3 tetes, dan sampel tetap berwarna bening dari yang awalnya bening (tidak ada warna). Saat ditritasi dengan NaOH air sampel yang telah diteteskan indicator PP sebanyak 3 tetes akan berubah warna menjadi merah muda. Ketika warna air sampel berubah menjadi merah muda maka volume NaOH diselisihkan dari volume awal sebelum titrasi dengan setelah titrasi. Maka praktikan mendapat volume NaOH yang terpakai adalah sebanyak 0,3 ml. Titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali dengan duplo untuk memastikan ketelitian volume NaOH yang terpakai, dan volume kedua dititrasi ini sebanyak 0,4 ml. Jadi volume rata-rata adalah 0,35 ml larutan NaOH 0,02 N. Dengan melakukan perhitungan, dapat diketahui nilai total CaCO3 dan asam kuat CaCO3 yang terkandung di dalam air sampel tersebut. Setelah menghitung, nilai total CaCO3 mg/L adalah sebesar 7 mg/L dan asam kuat CaCO3 mg/L adalah 0 mg/L. Nilai asam kuat CaCO3 0 mg/L dikarenakan praktikan tidak melakukan titrasi dengan menggunakan indicator metil jingga sesuai dengan pH maka yang digunakan adalah alkalinitas fenolftalein . Nilai CO2 adlah 7 mg/L.

21

4.3.2 Alkalinitas Percobaan kedua yang dilakukan adalah alkalinitas. Metode yang dilakukan adalah volumetri dan titrasi. Air sampel yang digunakan sebanyak 50 ml dan H2SO4 0,02 N sebagai titran. Apabila pH air sampel β‰₯ 8,5 akan menggunakan indikator fenolftalein. Sedangkan air sampel memiliki kadar pH 7,02 sehingga indikator yang diteteskan 3 tetes indicator metil jingga. Ketika ditetesi indikator metil jingga warna sudah berubah kuning dari warna yang awalnya bening ( tidak memiliki warna) , pada saat titrasi warna berubah menjadi orange muda. Sama dengan percobaan pertama, praktikan melakukan percobaan dengan duplo untuk memastikan ketelitian volume H2SO4 yang terpakai. Ketika melakukan titrasi pertama volume H2SO4 yang terpakai adalah sebanyak 10,6 ml, kemudian pada titrasi kedua volume H2SO4 yang terpakai adalah sebanyak 10,8 ml. Maka di dapat perbedaan 0,2 dari titrasi pertama dan kedua, Sehingga jika dirata-rata didapatkan nilai volume 10,7 mg/L. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil alkalinitas fenolftalein sebagai CaCO3 mg/l adalah 0 mg/l dikarenakan pada percobaan tidak menggunakan fenolftalein sebagai indikator. Kemudian hasil perhitungan Alkalinitas metil jingga sebagai CaCO3 adalah sebesar 214 mg/l sama seperti nilai hitung alkalinitas total, hal ini disebabkan karena rata-rata nilai volume titrasi yang diperoleh adalah 10,7 ml. Pada perhitungan CO2 diperoleh hasil sebesar 214 mg/l. 4.3.3 CO2 Percobaan ketiga adalah CO2, untuk percobaan ini, air sampel di beri perlakuan yang sama dengan percobaan asiditas, karena kadar CO2 pada air adalah salah satu faktor terjadinya asiditas pada air. Maka indikator yang digunakan adalah fenolftalein ditetesi sebnayak 3 kali dengan larutan Tiosulfat 0,1 M sebanyak 5 tetes warna sampel bening. Maka didapat volume NaOH 0,6 ml dan 0,4 ml, sehingga didapat rata-rata 0,5 ml. Pada saat titrasi warna sampel merah muda seulas. Dengan perhitungan, dapat diketahui nilai CO2 yang terkandung dalam air sampel tersebut. Kadar CO2 yang terkandung dalam air sampel tersebut adalah sebesar 8,8 mg/L. 22

BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa nilai dari : 1.Asiditas ο‚·

Volume NaOH adalah 0,35 ml

ο‚·

Nilai total CaCO3 adalah 7 mg/L

ο‚·

Nila asam kuat CaCO3 adalah 0 mg/L

ο‚·

Nilai CO2 sebagai CaCO3 adalah 7 mg/L

Dengan warna awal bening (tidak memiliki warna) setelah ditetesi indikator tetap bening dan pada saat setelah titrasi dihasilkan warna merah muda seulas pada air sampel. 2.Alkalinitas ο‚·

Volume H2SO4 adalah 10,7 ml

ο‚·

Alk. PP CaCO3 adalah 0 mg/L

ο‚·

Alk. MJ CaCO3 adalah 214 ml

ο‚·

Alk. Total CaCO3 adalah 214 ml

Dengan warna awal bening (tidak memiliki warna) setelah ditetesi indikator warna sampel menjadi kuning dan pada saat setelah titrasi dihasilkan warna orange muda pada air sampel. 3.CO2 ο‚·

Volume NaOH adalah 0,5 ml

ο‚·

Nilai CO2 sebagai CaCO3 adalah 15,84 mg/L

Dengan warna awal bening (tidak memiliki warna) setelah ditetesi indikator dan larutan Tio Sulfat 0,1 M warna sampel tetap bening dan pada saat setelah titrasi dihasilkan warna merah muda seulas pada air sampel.

23

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto.

E.

2008,

Pengawasan

Mutu

Bahan/Produk

pangan

http://ftp.lipi.go.id/pub/pengawasan-mutu-bahan-produk-pangan_eddy.pdf. (diakses pada tanggal 25 Maret pukul 12.30) Hidayat,

A.

2009.

Asiditas

dan

Alkalinitas

http://environmental-

ua.blogspot.com/2009/04/asiditas-dan-alkalinitas.html (diakses pada tanggal 25 Maret pukul 12.40) Mustika,

Rika.

2016.

Makalah

Karbondioksida

Agresif.

https://www.academia.edu/29377149/Co2_agresif (diakses pada tanggal 25 Maret pukul 12.25) Purwakusuma, W. 2007. Pengendalian hama dan penyakit ikan karnisius. Yogyakarta. Dalam https:// www.google.co.id/url?url=http://digilib.itb.ac.id/files/jbptitbppgdl-nopistiyat-31577-7-2008tsa.pdf (diakses pada tanggal 24 Maret pukul 18.30) Sawyer, lawrence. B, ET AL. 2003. Sawyer’s International Editing . The Practice Of Modern Internal Auditing. 5 Edition, Florida , The Instituteof Internal Auditors. Dalam http://digilib.itb.ac.id/files/jbptitbpp-gdl-nopistiyat-31577-7-2008tsa.pdf (diakses pada tanggal 25 Maret pukul 12.45) Widya, E. 2009, Asiditas. http://wempigembul.blogspot.com/2009/08/asiditas.html (diakses pada tanggal 24 Maret pukul 17.00)

24

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"

Laporan 2.docx
December 2019 9
114-248-1-sm (1)
October 2019 8
Bab I Jaringan Komputer
October 2019 16
Laporan Ptt.docx
June 2020 17