LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INDUSTRI (PKLI)
PEMILIHAN FUSE CUT OUT (FCO) PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DI PT.PLN PERSERO RAYON PANCUR BATU
OLEH :
HERI PRATAMA NIM 5141131008
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017
ABSTRAK Heri Pratama (2017) “Pemilihan Fuse Cut Out Pada Jaringan Distribusi Tegangan Menengah di PT PLN Rayon Pancur Batu ”, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan. 2017.
Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) merupakan salah satu mata kuliah yang berbobot 2 SKS pada jurusan Pendidikan Teknik Elektro. PKLI ini sudah menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menamatkan atau mendapatkan strata 1. Pada Praktek Kerja Lapangan Industri ini, mahasiswa bekerja dilapangan untuk menerapkan ilmu yang didapatkan pada perkuliahan. Selain itu juga untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan terkait teori-teori yang didapatkan pada perkuliahan. Pengaman pada jaringan distribusi tegangan menengah yang paling sederhana adalah Fuse Cut Out (sekring tegangan menengah) yang merupakan pengaman yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dalam sekring yang disebut fuse link (kawat sekring). Kawat sekring akan putus apabila arus yang melewati melebihi batas kemampuan sekring tersebut. Transformator merupakan komponen utama dalam gardu distribusi bekerja menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah yang bisa digunakan oleh konsumen. Transformator diamankan oleh beberapa komponen yaitu : LA (Lighting Arester), FCO (Fuse Cut Out) , pembumian dan fuse jurusan. Tegangan disalurkan ke konsumen melalui gardu-gardu distribusi, maka sangat perlu diperhatikan kualitas pelayanan jaringan listrik agar konsumen merasa nyaman saat menggunakan energi listrik. Untuk itu diperlukan pengaman yang handal agar komponen tetap terjaga kualitasnya.
Kata Kunci: Fuse cut out, Pemilihan fuse cut out. .
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) dengan batas watu yang telah ditentukan yang dimana PKLI ini dilaksanakan di Universitas Negeri Medan. Adapun pelaksanaan PKLI ini adalah tertanggal pada 04 Januari sampai 06 Februari 2017. Laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini merupakan satu syarat akademik untuk memenuhi kredit semester di Fakultas Teknik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Medan. Laporan ini disusun berdasarkan observasi lapangan serta peninjauan langsung terhadap objek praktek. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada banyak pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada banyak pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Mujianto dan Ibunda Suermi yang selalu memotivasi dan mendukung secara materil serta doa yang diberikan kepada saya. 1. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul.,M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik UNIMED. 2. Bapak Dr. Baharuddin,S.T., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED. 3. Bapak Dr. Salman Bintang, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED. 4. Bapak Dr. Muhammad Amin, S.T., M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Teknik Elektro UNIMED. 5. Bapak Dr.Adi Sutopo, M.Pd.,MT., selaku Dosen Pembimbing PKLI yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan laporan PKLI. 6. Bapak Drs. Nelson Sinaga, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik saya. 7. Bapak Drs. Nelson Sinaga, M.Pd., selaku Dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam menguji seminar PKLI 8. Bapak Prof. Dr. Hamonangan Tambunan, S.T., M.Pd., selaku Dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam menguji seminar PKLI. ii
9. Bapak Marsangkap Silitonga, M.Pd., selaku Dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam menguji seminar PKLI. 10. Bapak Lensa Sembiring selaku manager Rayon Pancur Batu yang bersedia memberikan tempat kepada penulis dalam pelaksanaan PKLI. 11. Bapak Ganti P Sitompul selaku suvervisor distribusi di Rayon Pancur Batu yang tetap setia membantu dan membimbing penulis dalam melakukan PKLI. 12. Teman seperjuangan : Fauzul Azimi, Natalia K Silaen, Romario Sidauruk, Rafiah Perangin-angin yang sudah sangat banyak membantu dan tetap mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan PKLI ini. 13. Teman-teman, terkhusus Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro 2014 yang tetap mendorong dan mengingatkan penulis dalam mengerjakan laporan PKLI ini. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari betul bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pengerjaan laporan ini dan penulis berharap semoga laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini akan bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Mei 2017 Penulis,
Heri Pratama NIM.5141131008
iii
DAFTAR ISI ABSTRAK...................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL....................................................................................................... vii BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ................................................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ........................................................................................... 2
C.
Batasan Masalah ................................................................................................ 2
D.
Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
E.
Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri ...................................... 2
F.
Manfaat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri .................................... 3
G.
Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan Industri........................................ 3
H.
Disiplin Kerja ..................................................................................................... 3
I.
Ruang Lingkup Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri ........................ 3
J.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 4
K.
SEJARAH BERDIRINYA PT.PLN (Persero) .................................................. 4
L.
STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 9 A.
Jaringan Distribusi Tenaga Listrik ..................................................................... 9 1. Bentuk jaringan distribusi ........................................................................... 10
B.
Konstruksi Gardu Distribusi Portal.................................................................. 14 1. Transformator pada gardu portal ................................................................. 17 2. Bagian-bagian transformator ....................................................................... 18
C.
Gangguan Jaringan Distribusi .......................................................................... 20
iv
1. Jenis Gangguan Pada Jaringan Distribusi ................................................... 21 D.
Proteksi Sistem Tenaga Listrik ........................................................................ 22 1. Fungsi Proteksi ............................................................................................ 22 2. Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi .......................................................... 22 3. Perlengkapan Pengaman Pada Jaringan Distribusi ..................................... 23
E.
Fuse Cut Out ( Sekring ) .................................................................................. 25 1. Konstruksi Fuse Cut Out ( sekring ) ........................................................... 26 2. Jenis Fuse Cut Out ( sekring ) ..................................................................... 28 3. Tipe sekring tegangan menengah ................................................................ 32
BAB III PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN .......................... 33 A.
Pengalaman Lapangan ..................................................................................... 33 1. Fuse Cut Out (sekring tegangan menengah) ............................................... 33 2. Pemasangan sekring pada gardu distribusi tipe portal ............................... 37 3. Pemasangan sekring pada percabangan/feeder ........................................... 38
B.
Pembahasan...................................................................................................... 41 1. Menentukan nilai arus nominal sekring ...................................................... 41 2. Proses penyaluran energi listrik dari jaringan tegangan menengah sampai ke konsumen. .................................................................................. 42
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 43 A.
Kesimpulan ...................................................................................................... 43
B. Saran ................................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 44 LAMPIRAN ................................................................................................................ 45
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Jaringan distribusi radial ............................................................... 11 Gambar 2.2. Jaringan distribusi loop ................................................................. 12 Gambar 2.3. Jaringan distribusi network ........................................................... 13 Gambar 2.4. Jaringan distribusi spindel .............................................................. 14 Gambar 2.5. Bagian-bagian Gardu distribusi portal .......................................... 16 Gambar 2.6. Diagram satu garis gardu distribusi portal .................................... 17 Gambar 2.7. Inti besi dan kumparan .................................................................. 18 Gambar 2.8. Bushing transformator ................................................................... 19 Gambar 2.9. Konservator ................................................................................... 20 Gambar 2.10. Konstruksi Fuse Cut Out (sekring) .............................................. 26 Gambar 2.11. Fuse Link ( kawat sekring ) .......................................................... 27 Gambar 2.12. Sekring bertabung fiber ................................................................ 28 Gambar 2.13. Sekring tipe terbuka..................................................................... 29 Gambar 2.14. Gambar asli tipe terbuka............................................................... 29 Gambar 2.15. Sekring dengan isolator porselin ................................................. 30 Gambar 2.16. Sekring dengan isolator polimer................................................... 31 Gambar 3.1. sekring pada gardu distribusi tipe portal ........................................ 37 Gambar 3.2. Gambar sebelum dipasang sekring ................................................. 38 Gambar 3.3. Gambar sesudah dipasang sekring ................................................. 38 Gambar 3.4. Percabangan jaringan tegangan menengah..................................... 39 Gambar 3.5. Melepas fuse pada gardu tipe portal ............................................... 40
vi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Standar jaringan transmisi dan distribusi .......................................... 10 Tabel 3.1. Spesifikasi fuse (expulsion type) tegangan menengah ...................... 41
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan manusia yang sesuai dengan perkembangan zaman juga berpengaruh terhadap kebutuhan tenaga listrik dalam mengerjakan aktivitas manusia tersebut. Tersedianya listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai akan mempengaruhi laju pertumbuhan di segala sektor kegiatan seperti : industri, pertambangan, pertanian, pendidikan, kesehatan dan lain-lain sehingga dapat semakin meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan menghasilkan taraf kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting. Perusahaan Listrik Negara berusaha untuk mensuplay energi listrik yang ada dengan seoptimal mungkin seiring dengan semakin meningkatnya konsumen energi listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada serta menjaga kualitas sistem penyaluran dan kerusakan peralatan, maka diperlukan suatu pengaman dan pemutus jaringan 20 KV. Pada gardu distribusi, sistem pengaman yang digunakan umumnya berupa arrester untuk mengantipasi tegangan lebih (over voltage), sistem pentanahan untuk menetralisir muatan lebih, serta sekring pada sisi tegangan menengah (fuse cut out) untuk memutus rangkaian jika terjadi arus lebih (beban lebih). Setiap dilakukan pemeliharaan jaringan distribusi untuk menghindari kontak terhadap jaringan tegangan menengah Fuse Cut Out (sekring) selalu dilepas terlebih dahulu untuk memadamkan jaringan. Fuse Cut Out (sekring) menjadi perhatian utama ketika akan dilakukan pemeliharaan. Kejadian ketika menghubungkan sekring dengan stik 20 kV terjadi letupan menyebabkan kawat pada jaringan tegangan menengah putus sepanjang percabangan jaringan. Pristiwa ini terjadi akibat kelalaian petugas saat menghubungkan sekring, dikarenakan beban trafo yang besar maka menghubungkan sekring harus sangat hati-hati. Gangguan melebar di daerah sekitar kejadian, tepatnya di sekitar simpang namori jalan jamin ginting mengakibatkan keadaan darurat dan terjadi kemacetan lalu lintas. Maka dari itu Laporan ini
berjudul “ Pemilihan Fuse Cut Out Pada
1
Jaringan Distribusi Tegangan Menengah “ sebagai laporan praktek kerja lapangan industri guna mengetahui pentingnya peranan komponen pengaman pada jaringan listrik.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka identifikasi masalahan pada laporan ini adalah sebagai berikut : 1.
Pemasangan sekring pada gardu distribusi portal.
2.
Pemasangan sekring pada percabangan jaringan.
C. Batasan Masalah Selama pelaksanaan praktek kerja lapangan industri banyak alat pengaman pada gardu distribusi tipe portal yang berbeda-beda bentuk dan prinsip kerjanya di daerah kerja Rayon Pancur Batu. Maka agar laporan ini lebih spesifik dan terarah, dan juga keterbatasan kemampuan akademis maka penulis membatasi laporan ini pada pemasangan pengaman Fuse Cut Out (sekring tegangan menengah) meliputi : 1.
Pemasangan Fuse Cut Out ( sekring ) pada gardu distribusi portal.
2.
Pemasangan Fuse Cut Out (sekring) pada percabangan jaringan/feeder.
D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah pada laporan ini adalah: 1.
Bagaimana pemasangan Fuse Cut Out (sekring) pada gardu distribusi portal ?
2.
Bagaimana pemasangan Fuse Cut Out (sekring) pada percabangan jaringan ?
E. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri Tujuan pelaksanaan praktek kerja lapangan industri di PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Rayon Pancur Batu, adalah : 1. Memahami pemasangan kerja Fuse Cut Out (sekring) pada gardu distribusi. 2. Mengerti pemasangan Fuse Cut Out (sekring) pada percabangan jaringan.
2
F. Manfaat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri Dengan mengikuti pelaksanaan PKLI di PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Rayon Pancur Batu, maka saya sebagai mahasiswa PKLI memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Mampu memahami pemasangan Fuse Cut Out ( sekring) pada gardu distribusi. 2. Telah menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Elektro sebanyak 2 (dua) SKS. 3. Melakukan perbandingan terhadap ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan dengan aplikasi di lapangan. 4. Mengetahui ruang lingkup dan gambaran kerja yang ada di PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Rayon Pancur Batu. 5. Menerapkan hasil yang diperoleh untuk mengembangkan potensi diri bagi mahasiswa.
G. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan Industri PKLI dilaksanakan di PT PLN Rayon Pancur Batu, Area Lubuk Pakam, Wilayah Sumatera Utara selama satu bulan, yaitu tanggal 04 Januari 2017 – 04 Februari 2017.
H. Disiplin Kerja Seperti perusahaan pada umumnya, PT PLN (Persero) Rayon Pancur Batu menjalankan kegiatan untuk setiap harinya memiliki aturan dan disiplin kerja terkhusus mengenai waktu seperti berikut ini : 1.
Pukul 08.00 wib – 12.00 wib : waktu kerja
2.
Pukul 12.00 wib – 13.00 wib : waktu istirahat
3.
Pukul 13.00 wib – 17.00 wib : waktu kerja.
4.
Hari kerja : Senin – Jumat
I.
Ruang Lingkup Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri Selama mengikuti PKLI di PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Rayon
Pancur Batu, penulis ditempatkan pada seksi - seksi sebagai berikut :
3
1.
Seksi Pemeliharaan
2.
Seksi Operasi Distribusi
3.
Seksi Alat Pengukur dan Pembatas Sesuai dengan jadwal ini, maka ruang lingkup penulisan laporan hanya
meliputi kegiatan selama penulis melakukan kerja praktek di PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Rayon Pancur Batu.
J. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan laporan ini penulis melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung dengan karyawan PLN. Sehingga dapat ditentukan metode yang digunakan untuk penulisan dan penyusunan laporan ini, yaitu : 1. Observasi Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan. 2. Diskusi dan wawancara Penulis melakukan diskusi dan wawancara dengan karyawan PLN tentang sesuatu yang berhubungan dengan objek yang ditinjau. 3. Studi Literatur Penulis melengkapi data dan keterangan yang diperoleh dari observasi dan wawancara dengan referensi yang ada, yaitu buku pegangan dan panduan PLN.
K. SEJARAH BERDIRINYA PT.PLN (Persero) Listrik mulai ada diwilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batafia (Jakarta) dan setela 30 tahun kemudian listrik mulai ada di Medan yang sekarang di Jln. Listrik No.12 Medan , yang dibangun oleh NV.NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda. Setelah proklamasi RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah kesatuan aksi karyawan perusahaan listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan listrik yang diambil alih itu diserahkan kepada pemerintah RI. Maka untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka dengan penetapan pemerintah No. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai hari listrik.
4
Sebagai tindak lanjut dari pembentuk PLN Eksploisasi Sumatra utara tersebut, maka keputusan Direksi PLN No. PKTS 009/DIR PLN/66 tanggal 14 april 1966, PLN dibagi menjadi 4 Cabang dan satu Sector, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, Pematang Siantar (berkedudukan di Tebing Tinggi ). Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejateraan masyarakat dan mendorong perkembangan industry pada PJPT II yang tanggung jawabnya cukup besar dan berat, kerja sama hubungan yang harmonis dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus. Perkembangan kelistrikan di Sumatra utara terus mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat, hal ini di tandai dengan semakin bertambanya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Dengan pembentukan organisasi baru PT. PLN (persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatra Bagian Utara yang terpisah dari PLN (Persero) wilayah II, maka fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola PLN(Persero) wilayah II
berpisah tanggung jawab pengelolaannya ke PLN
(Persero) Pembakitan dan Penyaluran Sumbagut.
L. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi merupakan sebuah system yang mengatur tatanan kerja setiap pegawai/karyawan dalam sebuah pekerjaan. Dengan adanya struktur organisasi ini setiap individu tahu apa yang menjadi tanggung jawab mereka/peran dalam sebuah pekerjaan tersebut. Berikut struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Rayon Pancur Batu :
5
𝑀𝑎𝑛𝑎𝑔𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑠𝑎 𝑆𝑒𝑚𝑏𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑆𝑢𝑝𝑒𝑟𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐺𝑎𝑛𝑡𝑖 𝑆𝑖𝑡𝑜𝑚𝑝𝑢𝑙
𝑆𝑢𝑝𝑒𝑟𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟 𝑃2𝑇𝐿 𝑆𝑢𝑔𝑒𝑛𝑔 𝑊𝑖𝑑𝑜𝑑𝑜
𝑆𝑢𝑝𝑒𝑟𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑝𝑡𝑎 𝑀𝑖ℎ𝑎𝑟𝑗𝑎
𝐽𝑢𝑛𝑖𝑜𝑟 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑦𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑛𝑖𝑜𝑟 𝑃2𝑇𝐿 𝑀𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑓𝑖𝑓𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑛𝑖𝑜𝑟 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛𝑜
Tugas dan Tanggung Jawab Berdasarkan Struktur Organisasi 1.
Manajer Rayon/Ranting Pancur Batu Tugas dari manajer adalah merumuskan
mengkoordinasikan pendistribusian
dan mengendalikan
sasaran
kegiatan
pelayanan
rayon/ranting, pelanggan,
dan pembangkitan tenaga listrik sesuai kebijakan PLN
Cabang/Wilayah. a.
Bertanggung jawab kepada manajer Area Lubuk Pakam.
b.
Merumuskan sasanan kerja Rayon/Ranting Pancur Batu berdasarkan target pengusahaan dengan berpedoman pada target kinerja.
c.
Menganalisa dan mengevaluasi kinerja Rayon/Ranting Pancur Batu dalam rangka target-target yang telah ditetapkan.
d.
Mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pendistribusian.
e.
Mengkoordinasikan pelayanan dan pengembangan kelistrikan dengan Pemda setempat atau instansi terkait.
f.
Memeriksa dan menandatangani bukti-bukti pengesahan, penerimaan dan pengeluaran uang Rayon/Ranting, surat perintah kerja, surat Dinas resmi lainnya yang menyangkut Rayon/Ranting sebagai upaya untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian.
2.
Supervisor Administrasi dan Keuangan Tujuan jabatan adalah mengawasi, melaksanakan dan mengendalikan aktifitas pelaksanaan fungsi administrasi perkantoran dan keuangan perbekalan.
6
a.
Memeriksa bon permintaan barang dari supervisor teknik.
b.
Membuat rencana pembayaran (Cash Out) dan realisasi penerimaan (Cash In).
c.
Membuat usulan rencana pengembangan karir pegawai.
d.
Mengawasi dan melaksanakan sekretariat, rumah tangga, dan kendaraan.
e.
Melayani pembuatan surat, menerima dan mengarsip surat masuk, dan membalas surat yang perlu.
f.
Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya.
3.
Supervisor Teknik Tujuan jabatan adalah mengkoordinir pengoperasian dan pemeliharaan bidang distribusi,
menjaga
dan
keandalan teknik sesuai standar yang
ada/berlaku. a.
Bertanggung jawab kepada manajer Rayon Pancur Batu.
b.
Menyusun
rencana
kerja
Supervisori teknik meliputi
perencanaan
pengoperasian dan pemeliharaan. c.
Menyusun program-program sesuai target yang telah ditetapkan guna mendukung pemasangan baru, ganti berkala dan perubahan daya dan mengatur jadwal kerja anggotanya.
d.
Memeriksa kwantitas dan kwalitas bagian distribusi.
e.
Memonitor pelaksanaan SOP pengoperasian dan pemeliharaan teknik.
f.
Menyusun laporan berkala sesuai bidang tugas dan
tanggung jawab
pokoknya. g.
Memeriksa material Gudang.
h.
Memeriksa material yang masuk.
7
4.
Junior Administrasi Junior administrasi membantu spv. Administrasi untuk mengerjakan tanggung jawabnya, juga menangani masalah yang berhubungan langsung dengan pelangkan terkait masalah tunggakan pembayaran listrik dan kegiatan pemutusan listrik untuk pelanggan yang belum melakukan pembayaran lebih dari tiga bulan.
5.
Junior Operator Distribusi Membantu supervisor teknik pada bagian teknik. Bertanggung jawab dalam bagian teknik bila supervisor tidak berada di tempat. Selain itu, juga mengkoordinir material dan peralatan yang dipakai oleh teknisi di lapangan, juga melakukan speksi jaringan bersama supervisor teknik.
8
BAB II KAJIAN TEORI A. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi (Suhadi 2008 :11). Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,150kV, 275kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan (Daman Suswanto, 2009:22). Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (High Voltage) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
9
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan tinggi diturunkan kembali dengan menggunakan trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda (Suhadi 2008 :11). Tabel 2.1. Standar jaringan transmisi dan distribusi ( Daman Suswanto, 2009: 15)
1.
Bentuk jaringan distribusi
a.
Jaringan Distribusi Radial Bentuk jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana dan paling
banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu,dan dicabang-cabang ke titiktitik beban yang dilayani. Catu daya berasal dari satu titik sumber dan karena adanya pencabangan-pencabangan tersebut, maka arus beban yang mengalir sepanjang saluran menjadi tidak sama besar. (Suhadi, 2008:17). Oleh karena kerapatan arus (beban) pada setiap titik sepanjang saluran tidak sama besar, maka luas penampang konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak harus sama. Maksudnya, saluran utama (dekat sumber) yang 10
menanggung arus beban besar, ukuran penampangnya relatip besar, dan saluran cabang-cabangnya makin ke ujung dengan arus beban yang lebih kecil, ukurannya lebih kecil pula.
Gambar 2.1. Jaringan distribusi radial ( Suhadi, 2008:18) Keuntungannya ( Daman suswanto, 2009:20) : 1) Konstruksinya lebih sederhana. 2) Material yang digunakan lebih sedikit, sehingga lebih murah. 3) Sistem pemeliharaannya lebih murah. 4) Untuk penyaluran jarak pendek akan lebih murah. Kelemahannya : 1) Keandalan sistem ini lebih rendah. 2) Makin panjang jaringan (dari Gardu Induk atau Gardu Hubung) kondisi tegangan tidak dapat diandalkan. 3) Rugi-rugi tegangan lebih besar. 4) Kapasitas pelayanan terbatas. 5) Bila terjadi gangguan penyaluran daya terhenti.
b.
Jaringan Distribusi Loop Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan "loop".
Susunan rangkaian penyulang membentuk ring, yang memungkinkan titik beban 11
dilayani dari dua arah penyulang, sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil.
Gambar 2.2. Jaringan distribusi loop ( Suhadi, 2008:21) Keuntungannya ( Daman Suswanto, 2009: 22) : 1) Menyalurkan daya listrik melalui satu atau dua saluran feeder yang saling berhubungan. 2) Menguntungkan dari segi ekonomis. 3) Bila terjadi gangguan pada salauran maka saluran yang lain dapat menggantikan untuk menyalurkan daya listrik. 4) Kontinuitas penyaluran daya listrik lebih terjamin. Kelemahannya : 1) Keandalan sistem ini lebih rendah. 2) Drop tegangan makin besar. 3) Bila beban yang dilayani bertambah, maka kapasitas pelayanan akan lebih jelek.
12
c.
Jaringan distribusi Network Sistem network ini merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
dilakukan secara terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang bekerja secara paralel. Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu dan merupakan sistem yang paling baik serta dapat diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh dua atau lebih sumber tenaga listrik. Selain itu jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder (Daman Suswanto, 2009: 23).
Gambar 2.3. Jaringan distribusi network ( Daman Suswanto, 2009:22) Keuntungannya : 1) Penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara terus-menerus (selama 24 jam) dengan menggunakan dua atau lebih feeder. 2) Merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu. 3) Tingkat keandalannya lebih tinggi. 4) Jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder Kelemahannya : 1) Biaya konstruksi dan pembangunan lebih tinggi. 2) Setting alat proteksi lebih sukar. 13
d.
Jaringan Spindel Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang telah ada, maka
dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi, yang bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas sistem. Perhatikan gambar 2.4. Saluran 6 penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban dinamakan working feeder atau saluran kerja, dan satu saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan express feeder.
Gambar 2.4. Jaringan distribusi spindel (Suhadi, 2008:24) Fungsi express feeder dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu working feeder, juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan operasi normal. Dalam keadaan normal memang express feeder ini sengaja dioperasikan tanpa beban. Perlu diingat di sini, bahwa bentuk-bentuk jaringan beserta modifikasinya seperti yang telah diuraikan di muka, terutama dikembangkan pada sistem jaringan arus bolak-balik (AC).
B. Konstruksi Gardu Distribusi Portal Gardu distribusi merupakan suatu bangunan yang di dalamnya terdapat instalasi Transformator, Instalasi Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) tegangan menengah ataupun tegangan rendah dan instalasi pembumian. Fungsi gardu
14
distribusi menurunkan tegangan pelayanan yang lebih tinggi menjadi tegangan pelayanan yang lebih rendah. Penempatan/letak gardu distribusi dilokasi yang mudah dijangkau secara operasional. Berikut komponen-komponen
gardu
distribusi portal ( Buku 1 PLN, 2010:8 ) : 1.
Isolator berfungsi untuk dudukan kawat Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang akan disambung kebagian Fuse Cut Out (sekring) dan Arrester ditunjukan pada Gambar 2.5.
2.
Line Conector berfungsi untuk menyambung bagian kabel JTM kebagian sambungan pada sekring maupun LA.
3.
Lighting Arrester (LA) berfungsi sebagai pengaman tegangan Surya/petir atau tegangan Swithing.
4.
Fuse Cut Out (sekring) berfungsi sebagai pengaman utama trafo dan merupakan pengaman cadangan bila terjadi beban berlebihan atau gangguan hubung singkat pada trafo.
5.
Rak FCO dan LA berfungsi sebagai tempat dudukan FCO dan LA dengan cara dibaudkan.
6.
Trafo Distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV menjadi tegangan rendah yaitu 380/220 Volt sesuai tegangan Jaringan Tegangan Rendah (JTR).
7.
Papan peringatan berfungsi sebagai penanda bahaya tegangan tinggi agar tidak disentuh oleh manusia.
8.
Pembumian Arrester berfungsi untuk menyalurkan arus ke bumi akibat tegangan surya petir atau switching.
9.
PHBTR berfungsi sebagai tempat peletakan perlengkapan hubung bagi pada tegangan rendah.
10. Tiang beton sebagai penyanggah trafo dan komponen lainnya. 11. Bushing trafo berfungsi untuk melindungi badan trafo agar tidak terkena terminal bertegangan. 12. Rak transformator berfungsi sebagai tempat dudukan trafo. 13. Ranjau panjat berfungsi alat bantu memanjat petugas.
15
14. Pembumian titik netral trafo ditunjukan pada Gambar 2.6. berfungsi membatasi kenaikan tegangan fasa yang tidak terganggu saat terjadi gangguan satu fasa ke bumi akibat beban tidak seimbang. 15. Pembumian badan trafo dan PHB Panel Gambar 2.6. berfungsi : a.
Membatasi tegangan antara bagian peralatan yang dialiri arus dengan peralatan ke bumi pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) pada kondisi operasi normal dan gangguan.
b.
Memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik arus hubung singkat ke bumi sehingga bila terjadi satu fasa ke badan peralatan, arus yang terjadi mengikuti sifat pada pembumian netral.
Gambar 2.5. Bagian-bagian Gardu distribusi portal ( Buku 4 PT.PLN, 2010:68) Keterangan Gambar : 1. Isolator Tumpu 2. Line Conector 3. Lighting Arrester (LA) 4. Fuse Cut Out (sekring) 5. Rak FCO dan LA
16
6. Transformator 3 fasa 200 kVA belitan YnZ5 7. Papan peringatan 8. Pembumian 9. PHB TR 10. Tiang Beton 12 M 500 daN 11. Bushing Transformator 3 fasa 12. Rak Transformator 13. Ranjau Panjat
Gambar 2.6. Diagram satu garis gardu distribusi portal (Buku 4 PT.PLN, 2010:66)
1.
Transformator pada gardu portal Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi untuk
memindahkan/menyalurkan tenaga listrik tegangan menengah ke tegangan rendah atau sebaliknya, sedangkan prinsip kerjanya melalui kopling magnit atau induksi magnit ( Suhadi, 2008:307). Transformator yang banyak digunakan untuk jaringan distribusi tegangan menengah adalah transformator tiga phase. Pada dasarnya transformator tiga fasa 17
ini terdiri dari tiga buah transformator, satu fasa dengan tiga buah teras besi yang dipasang pada satu kerangka. Dari tiga teras besi ini ditempatkan masing-masing sepasang kumparan yakni kumparan primer dan kumparan sekunder. Dengan demikian seluruhnya akan terdapat tiga buah kumparan primer dan tiga buah kumparan sekunder. Dari ketiga kumparan primer maupun ketiga kumparan sekunder dapat dihubungkan secara hubungan bintang (star conection) Υ dan dihubungkan segitiga (delta conection) Δ ( Daman suswanto, 2009:152). Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator stepdown 20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V. Transformator bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan perubahan medan magnet. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi (Sumardjati, 2008:369).
2.
Bagian-bagian transformator
a.
Inti Besi Inti besi berfungsi Inti untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena arus
listrik dalam belitan atau kumparan trafo, sedang bahan ini terbuat dari lempengan-lempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy current) terlihat pada Gambar 2.7. Inti Besi Kumparan Primer
Kumparan Skunder
Gambar 7. Inti besi dan kumparan (Sumardjati, 2008:369)
18
b.
Kumparan Kumparan transformator terdiri dari lilitan kawat berisolasi dan membentuk
kumparan. Kawat yang dipakai adalah kawat tembaga berisolasi yang berbentuk bulat atau plat. Kumparan-kumparan transformator diberi isolasi baik terhadap kumparan lain maupun inti besinya. Bahan isolasi berbentuk padat seperti kertas prespan,pertinak, dan lainnya (Sumardjati, 2008:370). Terdapat dua kumparan pada inti tersebut yaitu kumparan primer dan kumparan skunder Gambar 2.7. bila salah satu kumparan tersebut diberikan tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi pada inti serta menginduksi kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan timbul tegangan. c.
Bushing Bushing adalah sebuah konduktor yang berfungsi untuk menghubungkan
kumparan transformator dengan rangkaian luar yang diberi selubung isolator. Isolator juga berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki transformator. Bahan bushing adalah terbuat dari porselin yang tengahnya berlubang (Sumardjati, 2008:371).
Gambar 8. Bushing transformator (Sumardjati, 2008:371) d.
Konservator Bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo berada dalam tangki,
sedangkan untuk pemuaian minyak tangki dilengkapi dengan konservator yang
19
berfungsi untuk menampung pemuaian minyak akibat perubahan temperatur (Suhadi julid 3, 2008: 308). konservator
Gambar 9. Konservator (Sumardjati, 2008:369) e.
Minyak Transformator Mendinginkan transformator saat beroperasi, maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak transformator, minyak juga berfungsi sebagai isolasi. Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut (Sumardjati, 2008:371) : 1) Mempunyai kekuatan isolasi (Dielectric Strength). 2) Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikelpartikel kecil dapat mengendap dengan cepat. 3) Sifat kimia yang stabil.
C. Gangguan Jaringan Distribusi Jaringan distribusi tegangan menengah sebagian besar berupa saluran udara tegangan menengah dan kabel tanah. Pada saat ini gangguan pada saluran udara tegangan menengah ada yang mencapai angka 100 kali per 100 km per tahun (Daman Suswanto, 2009:116). Sebagian besar gangguan pada saluran udara tegangan menengah tidak disebabkan oleh petir melainkan oleh sentuhan pohon, apalagi saluran udara tegangan menengah banyak berada di dalam kota yang memiliki bangunanbangunan tinggi dan pohon-pohon yang lebih tinggi dari tiang saluran udara tegangan menengah. Hal ini menyebabkan saluran udara tegangan menengah yang ada di dalam kota banyak terlindung terhadap sambaran petir tetapi banyak diganggu oleh sentuhan pohon. Hanya untuk daerah di luar kota selain gangguan
20
sentuhan pohon juga sering terjadi gangguan karena petir. Gangguan karena petir maupun karena sentuhan pohon ini sifatnya temporer (sementara). Oleh karena itu penggunaan pengaman yang baik akan mengurangi dampak dari gangguan tersebut. 1.
Jenis Gangguan Pada Jaringan Distribusi Gangguan sistem distribusi ( Suhadi, 2008:181) meliputi :
a.
Gangguan Hubung Singkat
1) Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen. 2) Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo, generator, (tembusnya isolasi). 3) Gangguan temporer (sementara) : karena sambaran petir, bersentuhan dengan dengan pohon. b. Gangguan beban lebih Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan. c.
Gangguan tegangan lebih Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan tegangan lebih surja, gangguan
ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir gangguan ini sering terjadi pada saluran ditribusi. Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini.
21
D. Proteksi Sistem Tenaga Listrik Sistem proteksi tenaga Iistrik merupakan sistem pengaman pada peralatanperalatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik tersebut. 1.
Fungsi Proteksi Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
peralatan peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik.misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal juga dapat berupa antara lain: hubung singkat. tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. Ada tiga fungsi sistem pengaman, yaitu untuk: (1) mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya, (2) menjaga keselamatan umum akibat gangguan listrik, dan (3) meningkatkan kelangsungan atau kontinyuitas pelayanan kepada pelanggan ( Suhadi, 2008: 340). 2.
Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu
perencanaan sistem proteksi yang efektif ( Suhadi, 2008: 341). a)
Selektivitas Selektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dan kesanggupan sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b) Stabilitas Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi (gangguan luar) c)
Kecepatan Operasi Makin cepat pengaman bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kerusakan akibat gangguan, tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang timbul oleh gangguan. Oleh karena itu, pada umumnya dikehendaki waktu kerja pengaman yang secepat mungkin.
22
d) Sensitivitas (kepekaan) Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga listrik, alat atau bagian sistem yang termasuk dalam jangkauan pengamanannya atau merupakan daerah pengamanan. Salah satu tugas suatu pengaman adalah mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah pengamanannya dan harus memiliki kepekaan untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum, dan bila perlu mentripkan pemutus tenaga (pelebur) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan bagian sistem yang sehat. e)
Pertimbangan ekonomis Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
f)
Realiabilitas (keandalan) Sifat ini jelas, pengaman tidak boleh salah bekerja, sebab dapat mengakibatkan pemutusan yang tidak perlu dan pemadaman yang tidak semestinya.
g) Proteksi Pendukung Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). 3.
Perlengkapan Pengaman Pada Jaringan Distribusi Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan
dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan peralatan proreksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:
23
a.
Recloser Recloser Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali bekerja.yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan Apabila hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih membuka dan menutup. berarti telah rerjadi gangguan permanen.
b.
PMT ( Pemutus Tenaga ) PMT (Pemutus Tenaga) Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap output. Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan.
c.
Isolator Isolator Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dan penghantar, menahan tegangan langsung.
d.
Fuse Cut Out (sekring) Sekring untuk melindungi transformator dari gannguan hubung singkat atau pun beban lebih.
e.
Lighting Arrester (LA) Lighting Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih, yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat sebagai by-pass disekitar isolasi yang membentuk jalan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentahanan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik.
f.
NT Fuse NT Fuse Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih maupun adanya gangguan hubung singkat.
24
E. Fuse Cut Out ( Sekring ) Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana sekering tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu (SPLN 64:1985:1). Konstruksi dari sekring jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-station). Akan tetapi sekring tegangan menengah mempunyai kemampuan yang sama dengan pemutus beban. Sekring tegangan menengah hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan sekring sebanyak tiga buah (Daman Suswanto, 2009:130). Penggunaan sekring tegangan menengah merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Sebab sekring boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada sekring didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk sekring adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan-bahan tersebut. Mengingat kawat perak memiliki konduktivitas 60,6 mho/cm lebih tinggi dari kawat tembaga, dan memiliki temperatur 960° C, maka banyak digunakan pada jaringan distribusi. Kawat perak dipasangkan di dalam tabung fiber yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya ( Daman Suswanto, 2009:130 ). Ujung atas sekring tegangan menengah dihubungkan dengan kontakkontak yang berupa pisau yang dapat dilepaskan. Sedangkan pada ujung bawah dihubungkan dengan sebuah engsel. Kalau arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak di dalam tabung fiber akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh pasir yang berada di dalam tabung. Karena udara
25
yang berada di dalam tabung itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus yang melebihi maksimum, maka pada saat itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka tabung fiber akan terlempar keluar dari kontaknya. Terlepasnya tabung fiber tersebut berfungsi sebagai saklar pemisah, maka terhindarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih atau arus hubung singkat. Umur dari sekring tergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus yang melalui sekring tersebut melebihi batas maksimum, maka umur sekring lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan sekring pada jaringan distribusi hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang dua sampai tiga kali arus nominal yang diperkenankan. Sekring tegangan menengah ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi, dan pengaman pada cabang cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder. 1.
Konstruksi Fuse Cut Out ( sekring ) g
f
c
d a b e
Gambar 10. Konstruksi Fuse Cut Out (sekring) sumber:https://cvaristonkupang.files.wordpress.com/ 26
Keterangan Gambar : a. Isolator b. Tutup yang dapat dilepas ( dari kuningan ) c. Mata Kait ( dari brons ) d. Tabung Pelebur (dari fiber) e. Penggantung (dari kuningan) f. Klem Pemegang ( dari baja ) g. Klem Terminal ( dari kuningan ) Fungsi masing-masing bagian : a. Isolator, sama seperti isolator pada umumnya, isolator pada fco berfungsi untuk memisahkan bagian yang konduktif. b. Tabung Pelebur, mencegah terjadinya busur api. c. Mata Kait, berfungsi untuk menarik sekring pada saat memadamkan jaringan listrik dengan stik 20 kV. d. Tutup yang dapat dilepas, berfungsi untuk menutup tabung sekring. e. Penggantung, menyanggah fuse holder pada body fuse, bekerja seperti engsel yang bisa bergerak ke atas dan kebawah. f. Klem Terminal, berfungsi menghubungkan jaringan distribusi primer dengan fuse dan diteruskan ke bushing primer trafo. g. Klem Pemegang, berfungsi memasangkan sekring pada cross arm dengan cara di baut.
Adapun rumus dari besarnya fuse link ( kawat sekring) pada FCO yang dapat digunakan adalah ( Mustaghfirin, 2014:56) : ℎ √
Gambar 11. Fuse Link ( kawat sekring )
27
2.
Jenis Fuse Cut Out ( sekring ) Sekring jaringan distribusi lebih banyak menggunakan sekring letupan
(Expulsion Fuse). Istilah letupan (expulsion) merupakan suatu tanda yang dipergunakan sekring sebagai tanda adanya busur listrik yang melintas didalam tabung sekring yang kemudian dipadamkannya. Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung sekring ini adalah peristiwa penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang dideionisasi pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada tabung akibat naiknya temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas didalam tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin besar pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api padam partikel-partikel yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung yang terbuka. Jenis-Jenis sekring Letupan Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai sekring tegangan menengah yaitu: sekring bertabung fiber (Fibre tube fuse) dan sekring terbuka (Open link fuse). a.
Sekring bertabung fiber (fibre tube fuse) Sekring bertabung fiber mempunyai fuse link (kawat sekring) yang dapat
diganti-ganti (interchangeability) dan terpasang didalam pemegang sekring (fuse holder) berbentuk tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa dan paling banyak digunakan pada jaringan distribusi (Daman Suswanto, 2009:131).
Tabung fiber
Gambar 12. Sekring bertabung fiber
28
b.
Sekring tipe terbuka (open link) Fuse link ( kawat sekring) langsung dihubungkan ke pegas kontak beban
kemudian dihubungkan ke line terminal pada rumah sekring (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk menjamin pemisahan agar kedua ujung dari sekring terbuka pada saat sekring bekerja. Sekring ini dirancang untuk dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu sekring ini mempunyai arus pengenal pemutusan yang lebih rendah dari pada sekring bertabung fiber. (sumber :https://s3.amazonaws.com/ppt-download/proposaltaarya-141016021957conversion-gate01.doc)
Gambar 13. Sekring tipe terbuka
Gambar 14. Gambar asli tipe terbuka
29
Berdasarkan isolator yang digunakan sekring tegangan menengah dibedakan menjadi 2 yaitu : a.
Sekring dengan isolator porselin Isolator porselin dibuat dari bahan campuran tanah liat, kwarts dan veld spaat,
yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator tersebut tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazuur ini permukaan isolator menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat menghisap air (Daman Suswato, 2009:66).
Gambar 15. Sekring dengan isolator porselin Beberapa kelebihan isolator porselin/keramik antara lain (Daman Suswato, 2009:69): 1) Mempunyai kekuatan mekanik yang baik, merupakan ciri alami bahwa bahan keramik mempunyai sifat mekanik yang kuat, sehingga pada pemakaian isolator porselin sebagai terminal kabel, bushing, arrester, dan tidak memerlukan material lain untuk meyokongnya. 2) Harganya relatif murah, penyusun porselin seperti bahan campuran tanah liat, kwarts dan veld spaat, harganya relatif murah dan persediaannya berlimpah. 3) Tahan lama, proses pembuatan porselin yang terdiri dari beberapa proses seperti pencetakan dan pembakaran dalam mengurangi kadar air menyebabkan porselin mempunyai sifat awet.
30
Isolator porselin mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: 1) Mudah pecah, isolator porselin rentan pecah pada saat dibawa maupun saat instalasi. 2) Berat, salah satu sifat dari keramik adalah mempunyai massa yang berat. Sehingga sulit pada saat pemasangan pada jaringan distribusi. 3) Mudah terpolusi, apabila tidak sering dirawat permukaan porselin akan dihinggapi lumut hijau.
b.
Sekring dengan isolator polimer Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator polimer:
1) Ringan, kepadatan material polimer lebih rendah dibandingkan keramik maupun gelas, hal ini menyebabkan isolator polimer ringan, sehingga mudah dalam penanganan maupun instalasi. 2) Bentuk geometri sederhana, karena mempunyai karakteristik jarak rayap yang relatif besar menyebabkan desain isolator polimer sederhana. 3) Tahan terhadap polusi, karena bahan polimer mempunyai sifat hidrophobik (menolak air) yang baik. Sehingga air atau kotoran lainnya akan sukar menempel pada permukaannya meskipun dioperasikan pada kondisi lingkungan yang berpolusi maka isolator polimer mempunyai ketahanan yang baik.
Gambar 16. Sekring dengan isolator polimer 31
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh isolator polimer adalah: 1) Penuaan/degradasi pada permukaannya (surface ageing), stress yang disebabkan antara lain karena korona, radiasi UV atau zat kimia dapat menyebabkan reaksi kimia pada permukaan polimer. Sehingga dapat merusak permukaan polimer. 2) Mahal, bahan penyusun polimer lebih mahal dibandingkan dengan porselin maupun gelas. 3) Kekuatan mekaniknya kecil, isolasi polimer biasanya tidak mampu untuk menyokong dirinya sendiri. Oleh karenanya dalam instalasi dibutuhkan peralatan lain seperti jacket (oversheath) sebagai penyokongnya.
3.
Tipe sekring tegangan menengah Ada tiga tipe karakteristik sekring yang banyak digunakan yaitu : a. Sekring tipe pemutusan cepat ( K ) Sekring tipe ini banyak digunakan sebagai pengaman pada jaringan distribusi baik tipe portal, cantol maupun pada percabangan jaringan. b. Sekring tipe pemutusan lambat ( T ) Sekring tipe ini biasa digunakan apabila suatu pengaman dikoordinasikan dengan recloser, karena recloser harus bekerja lebih cepat sebelum sekring bekerja (putus) maka digunakan sekring dengan tipe lambat ( T ). c. Sekring tipe ( H ) Sekring tipe ini tahan terhadap arus lebih akibat surja petir. Apabila sekring dipasang sebelum Lighting Arrester (LA) maka digunakan sekring dengan tipe (H).
32
BAB III PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN A. Pengalaman Lapangan Penyusunan laporan ini mengambil informasi dan data-data terhadap objek permasalahan disertai dengan tanya jawab dengan pembimbing lapangan, supervisor operator, yang bekerja di PT.PLN Rayon Pancur Batu. Berikut ini adalah hasil pengalaman lapangan yang didapat dari kegiatan PKLI di PT.PLN Rayon Pancur Batu. 1. Fuse Cut Out (sekring tegangan menengah) Seperti sudah dijelaskan diatas sekring adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana sekering tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu (SPLN 64:1985:1). Bagian-bagian sekring. a.
Rumah sekring, sebagai tempat memasang tabung
sekring, dan sebagai
isolator pada sekring tegangan menengah.
b.
Tabung sekring, berfungsi sebagai tempat fuse link (kawat sekring) dan pemadam busur api.
33
c.
Bagian dalam tabung, fuse link ( kawat sekring)
d.
Pengait, terbuat dari perunggu (brons), berfungsi untuk menarik tabung sekring.
e.
Penggantung, terbuat dari perunggu berfungsi untuk menggantung tabung sekring dan tempat dudukan tabung sekring.
34
Peralatan yang digunakan pada pemasangan sekring a. Stik 20 KV, memisahkan bagian yang bertegangan agar petugas aman (safety) sering digunakan sebagai alat untuk menghubungkan/melepaskan sekring tegangan menengah saat akan dilakukan pemeliharaan. Stik 20 KV
b. Tangga isolator, alat bantu untuk memanjat secara cepat dan mencegah bersentuhan dengan ground saat bekerja.
Tangga Isolator
c. Tali panjat, alat bantu memanjat tiang listrik
35
Tali Panjat
d. Kunci, berfungsi membuka/memasang baut sekring yang terpasang pada cross arm.
e.
Tang, alat untuk memegang, memotong dan memutar kawat.
36
2. Pemasangan sekring pada gardu distribusi tipe portal
Gambar 3.1. sekring pada gardu distribusi tipe portal Perlunya pemasangan sekring tegangan menengah pada gardu distribusi tipe portal untuk mengamanakan trafo distribusi dari gangguan mekanis seperti korsleting pada gulungan trafo, hubung singkat antar fasa. Gangguan bisa terjadi di mana saja dan tidak terduga untuk itu diperlukan keaman yang handal guna mencegah kerusakan pada peralatan. Prosedur pemasangan a. Pastikan jaringan tegangan menengah dalam keadaan mati. b. Lepaskan beban tiap-tiap fasa. c. Groundingkan jtm untuk membuang muatan yang tersisa. d. Buka sekring yang lama dan ganti dengan yang baru. e. Setelah selesai hidupkan kembali JTM. f. Dan lakukan pengukuran arus tiap fasa, pastikan arus tiap fasa seimbang.
37
3.
Pemasangan sekring pada percabangan/feeder Percabangan jaringan (feeder) dilapangan biasa disebut lateral adalah
percabangan jaringan tegangan menengah yang menggunakan pengaman pelebur yaitu sekring tegangan menengah. Sekring berfungsi untuk mengamankan jaringan percabangan dari gangguan mekanik seperti jatuhnya ranting pohon, hubung singkat antar fasa, lalu berfungsi sebagai pengaman apabila akan di lakukan penebangan pohon, pemeliharaan, penggantian trafo, dll sehingga petugas aman. Prosedur pemasangan a. Pastikan jaringan tegangan menengah dalam keadaan mati. b. Groundingkan jtm untuk membuang muatan yang tersisa. c. Pasang sekring pada percabangan jaringan. d. Setelah selesai hidupkan kembali JTM.
Gambar 3.2. Gambar sebelum dipasang sekring
Sekring
Gambar 3.3. Gambar sesudah dipasang sekring
38
Pemasangan sekring tegangan menengah: 1.
Petugas menyiapkan alat-alat K3 yang diperlukan.
2.
Padamkan terlebih dahulu jaringan tegangan menengah dengan cara melepas sekring dengan stik 20 kv pada percabangan lihat gambar 3.6.
Sekring
Gambar3.4. Percabangan jaringan tegangan menengah 3.
Petugas menuju lokasi tempat sekring yang akan di ganti yang beralamat di Jalan Besar Tanjung Anom Gang Snakma, kode panel ( PB 221).
4.
Petugas melepas NT fuse tiap jurusan pada PHB-TR.
5.
Groundingkan kawat tegangan menengah untuk menghilangkan muatan yang tersisa.
39
Gambar 3.5. Melepas sekring pada gardu tipe portal
6.
Melepas baut sekring pada cross arm
7.
Setelah dilepas diganti dengan sekring yang baru lihat spesifikasi dibawah. Data Spesifikasi Fuse Cut Out Merk : BBC Brown Boveri Type : HML 20 kV Isolator : Polymer Rating tegangan : 20 kV Rating arus : 12 A
8.
Setelah sekring selesai diganti hidupkan jaringan tegangan menengah.
9.
Setelah itu petugas memasang kembali NT fuse pada PHB-TR dan melakukan pengukuran beban tiap-tiap fasa.
40
10. Melakukan pengukuran pembumian trafo dan pembumian Lighting Arester (LA).
B. Pembahasan 1.
Menentukan nilai arus nominal sekring Diketahui daya nominal Trafo adalah 400 KVA, Tegangan Menengah 20 KV
2
√
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut maka nilai Arus Nominal Trafo adalah 11,56 A. Rating sekring yang digunakan adalah 12,5 A tipe K lihat tabel 3.1. (Sumber: Buku 1 PLN 2010:8)
Tabel 3.1. Spesifikasi sekring (expulsion type) tegangan menengah ( SPLN 64:1985)
41
2.
Proses penyaluran energi listrik dari jaringan tegangan menengah sampai ke konsumen. Tegangan yang dibangkitkan oleh pembangkit disalurkan ke Trafo Step-Up
untuk menaikkan tegangan menjadi 150 KV, kemudian diturunkan melalui gardu induk (GI) menjadi tegangan 20 KV dan tegangan tersebut disalurkan ke GH (Gardu Hubung). Gardu Hubung mengirim tegangan ke daerah kota. Tegangan dari Gardu Hubung disalurkan untuk melayani daerah Pancur Batu. Maka bagaimana tegangan sampai kekonsumen berikut proses tegangan disalurkan. 1.
Tegangan menengah dari Gardu Hubung di jumper dan disalurkan ke LA ( Lighthing Arrester ) Dalam hal ini apabila tejadi sambaran petir, arrester akan berubah menjadi konduktor dan membuat jalur ke tanah, sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih pada trafo.
2.
Melalui jumper LA (Lighthing Arrester) supaya trafo aman ketika terjadi gangguan arus lebih maka sekring akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain dengan cara melelehkan fuse link (kawat sekring), sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. sekring bekerja ditandai dengan terlepasnya tabung sekring dari pegangan atas, dan menggantung di udara sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
3.
Tegangan dari sekring di jumper ke bushing primer. Supaya tegangan yang di salurkan masuk ke trafo tidak mengenai body trafo.
4.
Tegangan yang telah masuk ke trafo setelah di turunkan disalurkan ke bushing sekunder. Sama dengan bushing primer, bushing sekunder juga berfungsi untuk mengamankan tegangan yang disalurkan dari trafo tidak mengenai body trafo.
5.
Tegangan dari bushing skunder disalurkan ke Panel. Di dalam panel terdapat NT fuse sebagai pengaman lebur yang melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena hubung singkat di jaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.
6.
Tegangan tersalurkan ke konsumen melalui alat pengukur dan pembatas ( Kwh Meter).
42
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dalam laporan ini yaitu : 1.
Sekring tegangan menengah dipasang dengan cara dibaut pada cross arm tiang portal, yang nilainya ditentukan berdasarkan
perhitung nilai arus
nominal pada trafo yang terpasang. Pemasangan sekring harus sesuai dengan tabel sesuai SPLN. 2. Pemasangan
sekring
pada
percabangan
guna
melindungi
jaringan
disekitarnya, apabila akan dilakukan pemeliharaan, penggantian, bahkan pemasangan tiang baru, selain itu berfungsi sebagai pengaman dan memisahkan antara jaringan yang sehat dan yang sedang dilakukan perbaikan atau pemeliharaan.
B. Saran 1. Perlu dilakukan pemeliharaan pada sekring tegangan menengah agar umur sekring lebih lama. 2. Perlu diperhatikan saat memasangan sekring agar memilih sekring yang sesuai dengan beban yang terpasang.
43
DAFTAR PUSTAKA Area, pratama. 2014.Proposal tugas akhir d3. Diambil dari https://www.slideshare.net/areapratama/proposal-tugas-akhir-d3. Pada tanggal 14 April 2017, pukul 20.05. Buku 1.2010.Kriteria Disain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. PT. PLN (Persero). Buku 4.2010.Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik.PT. PLN (Persero). Buku 5.2010.Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik. PT. PLN (Persero). M.Amin,
Mustaghfirin.
2014.
Gardu
Induk
Semester3.Jakarta:Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Pansini J. Anthony.2004. Guide to Electrical Power Distribution Systems Sixth Edition. SPLN 52.1983.Pola Pengaman Sistem Distribusi 20 kV dan 6 kV.Jakarta: Perusahaan Umum Listrik Negara. Standar Listrik Indonesia. 1988. Spesifikasi Desain untuk Jaringan Tegangan Menengah dan Jaringan Tegangan Rendah.Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi. Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1.Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Sumardjati, Prih. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 3.Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Suswanto,Daman. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik edisi pertama: Padang.
44
LAMPIRAN
Gambar memegang stik 20 KV
Gambar menghubungkan fuse cut out dengan stik 20 KV
45
Gambar memasang fuse cut out
Gambar memegang fuse cut out 46
Gambar Bersama Manager Rayon Pancur Batu
Gambar Penyerahan Plakat kepada Supervisor Distribusi Rayon Pancur Batu
47
Gambar Penyerahaan plakat kepada Pupervisor dan pendamping lapangan Rayon Pancur Batu
48