LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI DERET BOWEN
Disusun Oleh :
RAFIDA AULIA F1D315009
PRODI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Deret bowen menjelaskan bagaimana proses pembentukan mineral, khususnya mineral pada batuan beku, yaitu mineral yang mengandung silikat yang kemudian mengkrsital langsung dari magma berdasarkan penurunan temperatur. Riset ini dilakukan dengan cara mengambil sampel magma cair dan memasukkannya kedalam suatu alat yang fungsinya memberti tekanan dan suhu yang dianggap sama dengan keadaan di bumi. Sehingga dari riset ini dibuatlah deret bowen yang sampai sekarang digunakan tabel untuk menjelaskan tentang ururtan pembekuaan magma. Mineral silikat merupakan mineral utama pembentuk batuan atau juga disebut RFM (Rock Forming Mineral).
1.2. Tujuan Praktikum Petrologi ini bertujuan untuk: 1. Dapat memahami Deret Reaksi Bowen 2. Dapat mengetahui mineral-mineral yang bereaksi dalam Deret Bowen 3. Dapat mengidentifikasikan komposisi mineral
BAB II LANDASAN TEORI Reaksi bowen adalah suatu bagan yang menunjukan susunan mineral – mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari 2 bagian. Mineral tersebut dapat digolongkan menjadi 2 bagian besar yaitu mineral mafik (berwarna gelap) pada bagian kir dan mineral Felsik (berwarna terang) pada bagian kanan. Unsur-unsur utamanya adalah O (oksigen), Si (silikat), Al(aluminium), Fe(besi), Ca (Kalsium), Na (natrium), K (kalium), dan Mg (magnesium). Sehingga batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari magma melalui proses pengkristan magma. Dalam proses pengkristalan magma tersebut terbagi menjadi 2 proses, yaitu yang terbentuk secara berurutan (kontinyu) dan tidak secara berurutan (diskontinyu). Dalam deret bowen terdapat dua deret pembentukan mineral-mineral ini dari yang terbentuk pada suhu tinggi yang bersifat ultrabasa hingga ke bawah menjadi mineral asam, yaitu deret kontinyu dan deret diskontinyu. Derek kontinyu digambarkan pada reaksi pada bagian kanan deret reaksi bowen dan deret diskontinyu pada bagian kiri deret reaksi bowen.
Tabel 1. Deret Bowen Deret kontinyu menggambarkan pembentukan feldspar plagioklas yang dimulai dari anorthite yang kaya akan Ca (kalsium) menjadi Oligoklas yang kaya akan Na(natrium). Pada deret ini disebut deret kontinyu karena pembentukan mineral yang satu dengan mineral yang lain dalam satu deret memiliki hubungan yang dekat seperti bitownite yang memiliki rumus kimia (Na, Ca) Al
(Al,Si,)Si2O8 sangat berhubungan dengan pembentukan mineral andesin yang juga memiliki rumus kimia yang sama hanya saja nanti ada perbedaan dalam komposisi Na (natrium) dan Ca (kalsium) atau Al (aluminium) dan Si (silikon) yaitu (Na, Ca) Al, 2Si3, 2O8 . Pada deret diskontinyu menggambarkan pembentukan mineral-mineral seperti olivine, piroksen, amfibol, dan biotit. Pembentukan ini dimulai dari olivin kemudian semakin ke bawah menjadi biotit. Deret ini disebut deret diskontinyu dikarenakan tidak terdapat hubungan dalam pembentukan mineral-mineral ini dimana sebagai contoh olivin memiliki rumus kimia XSiO4 sedangkan mineral seperti biotit memiliki rumus kimia K(Mg, Fe2+)3(Al, Fe3+)Si3O10(OH,F)2 dapat dilihat bahwa perbedaan rumus kimia yang sangat mencolok, oleh karen itu deret ini disebut deret diskontinyu karena tidak terdapatnya hubungan antara mineral yang terbentuk pertama dan yang terbentuk setelahnya. Akan tapi kedua deret ini bertemu pada satu titik dimana dalam deret ini membentuk huruf seperti (Y). Kedua deret ini bertemu pada pembentukan KFeldspar, kemudian berlanjut ke pembentukan muscovite, dan kuarsa.
BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat
Alat Tulis
3.1.2. Bahan
Modul
3.2. Langkah Kerja
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pembahasan
Hasil. Rekasi Deret Bowen Pada praktikum kali ini kami membahas tentang deret bowen. Sesuai yang telah kita ketahui bahwa deret bowen memiliki 2 reaksi yaitu reaksi discontinous dan reaksi continous. Perbedaan antara 2 reaksi ini telah dijabarkan pada bab landasan teori, yang mana untuk reaksi continous (berlanjut) maksudnya adalah mineral yang telah terbentuk pada reaksi sebelumnya memiliki keterkaitan dengan mineral selanjutnya. Berbeda halnya dengan reaksi discontinous (tidak berlanjut) yang mana mineral-mineralnya tidak memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Ketika proses pada masing-masing reaksi (continous dan discontinous) berakhir, kemudian akan terbentuk 1 mineral yang sama yaitu K-Feldspar, hingga proses tersebut berhenti di mineral kuarsa. Pada reaksi bowen ini dipengaruhi oleh komposisi yang terkandung dari mineral penyusun serta juga dipengaruhi oleh suhu / derajat kristalisasi. Kemudian, untuk jenis-jenis batuan beku sendiri juga ada yang tergolong kedalam batuan yang mengandung mineral felsik maupun mineral mafik. Mineral felsik sendiri merupakan mineral yang memiliki warna cenderung terang dikarenakan memiliki warna mineral yang cerah. Kecenderungan berwarna terang ini dikarenakan mineral felsik banyak mengandung silika sedangkan untuk
kandungan Mg (Magnesium) dan Fe (Besi) nya rendah yang merupakan kebalikan dari mineral mafik. Untuk mineral mafik, cenderung merupakan batuan plutonik yang terbentuk didalam bumi sedangkan untuk mineral felsik, cenderung merupakan batuan vulkanik yang terbentuk dipermukaan bumi. Jadi, untuk membedakan apakah suatu mineral itu tergolong kedalam mineral felsik atau mineral mafik, praktikan bisa menentukannya dengan melihat sifat-sifat fisik dari mineral, kenampakan luarnya atau tekstur dari mineralnya dan dengan melihat warna representative mineral (warna yang mencolok).
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari praktikum pterologi ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Reaksi bowen adalah suatu bagan yang menunjukan susunan mineral – mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari 2 bagian yaitu dicontinous dan continous.. 2. Mineral yang bereaksi dalam deret bowen dapat digolongkan menjadi 2 bagian besar yaitu mineral mafik (berwarna gelap) pada bagian kiri dan mineral Felsik (berwarna terang) pada bagian kanan. 3. Komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral yaitu: a. Mineral Utama (Felsik dan Mafik) b. Mineral Sekunder (Kelompok Kalsit, Serpentin, Klorit, Serisit, dan Kaolin) c. Mineral Tambahan (Hematite, Muscovit, Rutile, dan Magnetit)
5.2. Saran Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan agar alat dan bahan (kebutuhan praktikum) sudah lengkap seperti bentuk batuan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA Irfan, UR, 2016. Mineralogi dan Kristalografi. Gowa : Universitas Hasanuddin.
Magetsari, N.A, Abdullah, C.A, Brahmantyo, B. Catatan Kuliah GL-211 Geologi Fisik. Bandung : penerbit ITB
Noor, D, 2009. Pengantar Geologi.pdf. Diakses pada 4 Oktober 2017
Rabbil, Muhammad. 2014. Pendiskripsian Sifat Fisik Mineral. Diakses melalui file:///D:/Folder%20Icha/data%20tugas/DESKRIPSI%20SIFAT%20FISIK %20MINERAL%20%20%20Rabbil%20Explorasi%20UMI.htm (Diakses pada 5 oktober 2017).
Soetoto, S.U 2001. Geologi. Yogyakarta : Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada.