BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk bisa mewujudkan peserta didik yang sesuai dengan tujuan nasional tersebut, maka pendidikan yang berlangsung haruslah berkualitas. Kualitas pendidikan salah satu faktor penentunya adalah kompetensi guru. Guru yang kompeten haruslah menguasai materi ajarnya, menguasai berbagai metode dan model pembelajaran. Penerapan metode belajar yang tepat akan berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran serta hasil belajar. Sebagaimana Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada umumnya, mata pelajaran kimia pada proses pembelajarannya juga menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dengan proses pembelajaran seperti ini diharapkan semua siswa aktif dalam mencari dan menemukan pengetahuan, berpikir kritis dan ilmiah serta mampu membuktikan sendiri kebenaran suatu teori. Salah satu metode yang memenuhi kriteria ini adalah eksperimen. Eksperimen merupakan serangkaian tindakan dan pengamatan yang dilakukan untuk menemukan dan atau membuktikan kebenaran suatu hipotesis. Melakukan 1
tindakan lebih bermakna dan membekas dalam ingatan dari pada sekedar melihat ataupun mendengar. Berdasarkan hasil pengalaman terhadap metode pembelajaran yang digunakan selama mengajar di SMA Negeri 1 Salam Babaris, pada materi Hidrolisis Garam tidak pernah menggunakan metode eksperimen, alasan yang digunakan antara lain kurangnya alat dan bahan. Monotonnya penerapan metode pembelajaran
ini
diduga sebagai
penyebab rendahnya hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, yang mana pada tahun pelajaran sebelumnya untuk materi Hidrolisis Garam diperoleh data prestasi peserta didik sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Prestasi peserta didik 3 tahun sebelumnya No.
Tahun Pelajaran
Hasil Belajar ( Rata-Rata )
1.
2014/2015
55,00
2.
2015/2016
60,00
3.
2016/2017
56,50
Oleh karena itu, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris Pada Materi Hidrolisis Garam Dengan Metode Eksperimen ”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul di atas, masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : a. Apakah Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salan Babaris pada materi hidrolisis garam ?
2
b. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris saat mengikuti pembelajaran pada materi hidrolisis garam menggunakan metode eksperimen ? c. Bagaimanakah respon siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris pada materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui : a. Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan metode eksperimen. b. Perubahan tingkah laku siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris pada materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen. c. Respon siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris pada materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen.
D. Kontribusi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat bagi : 1. Guru a. Memperoleh data hasil belajar siswa. b. Mendapatkan umpan balik tentang metode eksperimen c. Meningkatkan kualitas pembelajaran d. Sebagai bahan penelitian bagi peneliti yang lain. 2. Siswa 3
a. Meningkatkan prestasi / hasil belajar siswa. b. Meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Mendorong untuk tanggap terhadap permasalahan yang harus dipecahkan. d. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Sekolah Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran dan mutu sekolah. 4. Peneliti Untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalitas peneliti.
4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: 1). Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan, berkenaan dengan fakta dan peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2). Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3). Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. 4). Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5). Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. 5
6). Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 7677), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: 1). Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. 2). Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan metode eksperimen ( model pembelajaran kooperatif ). Pelaksanaan jenis model pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. ( https://eprints.uny.ac.id/9829/2/bab2.pdf )
6
2. Metode Eksperimen id.m.wikipedia.org, menyebutkan bahwa percobaan atau disebut juga eksperimen (dari Bahasa Latin: ex-periri yang berarti menguji coba) adalah suatu set tindakan dan pengamatan, yang dilakukan untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat antara gejala. Dalam penelitian ini, sebab dari suatu gejala akan diuji untuk mengetahui apakah sebab (variabel bebas) tersebut memengaruhi akibat (variabel terikat). Penelitian ini banyak digunakan untuk memperoleh pengetahuan dalam bidang ilmu alam dan psikologi sosial. Penelitian percobaan (eksperimen) terbagi menjadi penelitian laboratorium (laboratory experiment) dan penelitian lapangan (field experiment). Penelitian laboratorium merupakan penelitian yang dilakukan dalam ruangan tertutup, dimana kelompok eksperimen dijauhkan dari variable pengganggu sebab dapat memengaruhi hasil dari pengujian hubungan sebab akibat. Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dalam ruangan terbuka, dimana kelompok eksperimen masih dapat berhubungan dengan faktor-faktor luar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Eksperimen#Penelitian_laboratorium) Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
7
Winataputra (2003) metode eksperimen adalah metode mengajar yang dalam penyajiannya atau bahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu, serta mengamati secara proses. Rusmansyah (2008), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen siswa menjadi lebih yakin atas suatu hal, dari pada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah dan hasil belajar akan lebih lama dalam ingatan. Djamarah (2006), metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Kelebihan dan kekurangan metode eksperimen menurut Djamarah (2006). Kelebihannya adalah : a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. b. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Kekurangannya : a. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sainis dan teknologi.
8
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadang mahal. c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian.
3.
Hidrolisis Garam Hidrolisis garam adalah penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam oleh air. Garam-garam yang mengalami hidrolisis adalah garam yang mengandung ion dari asam lemah atau basa lemah. Sedangkan garam yang berasal dari asam kuat atau basa kuat tidak bisa mengalami reaksi hidrolisis. Hidrolisis garam di bedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut : a. Hidrolisis garam sebagian (parsial) Hidrolisis garam sebagian adalah reaksi garam dengan air dimana yang bisa bereaksi hanya anion nya saja atau kation nya saja. Garam yang mengalami hidrolisis sebagian yaitu : 1). Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat 2). Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah. b. Hidrolisis garam total Hidrolisis garam total adalah reaksi garam dengan air dimana semua ion garam dapat bereaksi dengan air, baik kation maupun anion nya. Garam yang mengalami hidrolisis total, yaitu garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah. (www.materibelajar.id>Kimia)
9
Jenis-Jenis Hidrolisis Garam Jenis-jenis hidrolisis garam dibagi menjadi empat, yaitu hidrolisis garam asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, dan asam lemah dengan basa lemah. 1. Hidrolisis garam asam kuat dengan basa kuat tidak terhidrolisis dan bersifat netral. Hidrolisis garam asam kuat dengan basa kuat tidak terhidrolisis karena memiliki kation dan anion yang tidak akan terhidrolisis bila direaksikan dengan air. Contoh hidrolisis garam asam kuat dengan basa kuat : Garam NaCl tersusun dari NaOH dan HCl NaCl
→
Na+ + Cl-
Na+(aq) + H2O(l) → tidak terhidrolisis Cl-(aq) + H2O(l) → tidak terhidrolisis Ion Na+ berasal dari basa kuat (NaOH), sedangkan ion Cl-berasal dari asam kuat (HCl), karena perbandingan H+ dan OH- sama, maka tidak akan terhidrolisis dan garam bersifat netral. 2. Hidrolisis garam asam kuat dengan basa lemah dapat terhidrolisis dan bersifat asam. Hidrolisis garam asam kuat dengan basa lemah dapat terhidrolisis, namun hanya terhidrolisis parsial. Karena jika direaksikan dengan air, hanya kation yang terhidrolisis, sedangkan anion tidak terhidrolisis. Contoh hidrolisis garam asam kuat dengan basa lemah : Garam NH4Cl yang tersusun dari HCl dan NH4OH 10
NH4Cl → NH4+ + ClNH4+ akan terhidrolisis, sedangkan Cl- tidak terhidrolisis. NH4+ + H2O → NH4OH + H+ Cl- + H2O → tidak terhidrolisis Adanya ion H+ menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. 3. Hidrolisis garam asam lemah dengan basa kuat dapat terhidrolisis dan bersifat basa. Hidrolisis garam asam lemah dengan basa kuat dapat terhidrolisis, namun hanya terhidrolisis parsial. Karena jika direaksikan dengan air, hanya anion yang terhidrolisis, sedangkan kation tidak terhidrolisis. Contoh hidrolisis garam asam lemah dengan basa kuat : Garam CH3COONa yang tersusun dari CH3COOH dan NaOH CH3COONa → CH3COO- + Na+ CH3COO- akan terhidrolisis, sedangkan Na+ tidak terhidrolisis. CH3COO- + H2O → CH3COOH + OHNa+ H2O → tidak terhidrolisis Adanya ion OH- menunjukkan bahwa larutan bersifat basa. 4. Hidrolisis garam asam lemah dengan basa lemah dapat terhidrolisis dan dapat bersifat netral, asam maupun basa. Hidrolisis garam asam lemah dengan basa lemah dapat terhidrolisis secara sempurna. Karena jika direaksikan dengan air, kation dan anion akan samasama terhidrolisis. Sedangkan, sifat netral, asam, maupun basa bergantung pada nilai pH.
Jika pH < 7 maka garam bersifat asam 11
Jika pH = 7 maka garam bersifat netral
Jika pH > 7 maka garam bersifat basa
Contoh hidrolisis garam asam lemah dengan basa lemah : Garam CH3COONH4 yang tersusun dari CH3COOH dan NH4OH CH3COONH4 → CH3COO- + NH4+ CH3COO- dan NH4+ akan terhidrolisis : CH3COO- + H2O → CH3COOH NH4+ + H2O → NH4OH adanya ion H+ dan OH- menunjukkan bahwa larutan garam tersebut terhidrolisis sempurna, sehingga sifatya bergantung pada harga pH. (http://materikimia.com/pengertian-pengertian-dan-jenis-jenis-hidrolisisgaram/)
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, peneliti akan menjelaskan bagaimana cara menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari materi hidrolisis garam Djamarah (2006), metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut, maka langkah pertama yang peneliti lakukan adalah membentuk beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Pada pembagian kelompok diusahakan seheterogen mungkin, setiap kelompok
12
harus terdistribusi secara merata antara siswa pintar, sedang dan kurang, termasuk agama dan suku asal siswa. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang positif antar anggota kelompok, siswa yang pintar membimbing yang lemah, sehingga siswa yang lemah menjadi paham dan sebagainya. Langkah kedua adalah mendiskusikan cara kerja yang harus ditempuh oleh masing-masing kelompok, sehingga masing-masing kelompok dapat melaksanakan praktikum dengan baik. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memahami LKS yang telah dibagikan, melakukan diskusi antar anggota kelompok, dengan kelompok lain ataupun dengan guru. Langkah ketiga, siswa melakukan eksperimen. Pada kegiatan ini masingmasing anggota kelompok bekerjasama melakukan eksperimen, mengamati dan mencatat hasil eksperimen. Sementara guru membimbing dan mengawasi siswa melakukan eksperimen dan mengisi lembar kerja siswa yang telah dibagikan. Langkah keempat, siswa bersama-sama dengan anggota kelompoknya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Selama siswa mengerjakan LKS, guru secara terus menerus membimbing, megarahkan dan memberi motivasi kepada seluruh siswa khususnya bagi siswa dan atau kelompok yang memerlukan bimbingan. Hal ini dilakukan agar kegiatan praktikum berlangsung dengan efektif. Setelah waktu mengerjakan LKS habis, maka LKS dikumpulkan kemudian pada pertemuan berikutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Pada bagian akhir kegiatan pembelajaran, peneliti bersama dengan seorang observer melakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada untuk selanjutnya dilakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
13
C. Hipotesis Tindakan Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, jika diterapkan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran hidrolisis garam pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris akan meningkatkan : a. Hasil belajar siswa b. Aktivitas belajar siswa c. Respon siswa
14
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Salam Babaris yang beralamat di Jl. Transmigrasi Utara No. 212 Kecamatan Salam Babaris Kabupaten Tapin Provinsi Kalimanatan Selatan.
B. Subyek Penelitian Sebagai subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2017/2018, jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 11 orang laki – laki dan 14 orang perempuan.
C. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan April sampai Juni 2018.
D. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Tindakan Kelas terhadap pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen direncanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan tiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Tiap siklus terdiri dari empat fase, yaitu merencanakan Penelitian Tindakan Kelas, melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, melaksanakan observasi dan refleksi. Fase–fase tersebut direncanakan dan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi hidrolisis garam.
15
a. Melaksanakan refleksi awal Refleksi awal pada materi hidrolisis garam siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris adalah : o Siswa telah mengenal persamaan reaksi, indikator asam dan basa, senyawa asam dan basa. o Motivasi belajar siswa menurun pada pertengahan jam belajar o Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru IPA pada umumnya adalah ceramah. b. Merencanakan Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan yang peneliti lakukan pada fase merencanakan PTK ini adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hidrolisis garam dengan metode eksperimen, membuat pedoman observasi sebagai instrumen untuk memperoleh data selama kegiatan pembelajaran, membuat lembar kerja untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran dan respon siswa. c. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. d. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan oleh seorang observer terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi dengan menggunakan format yang telah ditentukan. Sebagai observer adalah Yanti, S.Pd. e. Refleksi (reflection) 16
Refleksi dilakukan bersama seorang observer dan dilakukan setelah kegiatan pembelajaran siklus pertama selesai untuk mengetahui adanya masalah yang menjadi penghambat terhadap hasil belajar pada materi hidrolisis garam, kemudian digunakan sebagai bahan informasi untuk melakukan tindakan pada siklus selanjutnya. Setelah kegiatan pada siklus kedua berakhir, peneliti menganalisis, mengola data dan menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tes dan non tes (observasi dan respon siswa).
F. Teknik Analisis Data a. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini adalah data hasil tes dan data non tes. Data hasil tes berupa nilai pre tes dan pos tes. Sedangkan data non tes berupa hasil observasi aktivitas siswa dan angket respon siswa. Kedua data ini dianalisis secara kuantitatif. b. Teknik analisis data Data yang telah diperoleh dari pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen akan dianalisis. Data hasil tes dianalisis secara kuantitatif dengan tahapan sebagai berikut : o Menghitung persentase nilai bergolong dengan rumus : Frekuensi nilai diperoleh % Nilai bergolong = ∑ siswa
x 100 17
o Menghitung ketuntasan klasikal dengan rumus : ∑ siswa tuntas % Ketuntasan klasikal =
x 100% ∑ seluruh siswa
o Data ketuntasan klasikal dirubah ke dalan bentuk diagram lingkaran. Sedangkan data non tes dianalisis dengan tahapan sebagai berikut : -
Data hasil observasi
Data hasil observasi juga merupakan data kuantitatif dan dihitung persentase tiap aktivitas siswa dengan menggunakan rumus : Frekuensi siswa aktif % siswa aktif (NT) =
x 100 ∑ Seluruh siswa
Selanjutnya dihitung rata-ratanya dan dikonversi menjadi data kualitatif. Kriteria taraf keberhasilan tindakan 91% ≤ NT ≤ 100%
: Sangat Baik
81% ≤ NT < 90%
: Baik
71% ≤ NT < 80%
: Cukup
61% ≤ NT < 70%
: Kurang
0% ≤ NT < 60% -
: Sangat Kurang
Data respon siswa
Data angket yang berupa respon siswa dihitung persentase tiap pertanyaan respon dengan rumus : ∑ Respon positif % respon (NR) =
x 100 ∑ siswa
Selanjutnya dihitung rata-ratanya dan dikonversi menjadi data kualitatif. Kriteria taraf keberhasilan tindakan 18
91% ≤ NR ≤ 100%
: Sangat Baik
81% ≤ NR < 90%
: Baik
71% ≤ NR < 80%
: Cukup
61% ≤ NR < 70%
: Kurang
0% ≤ NR < 60%
: Sangat Kurang
G. Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah apabila salah satu atau semua kreteria di bawah ini terpenuhi, yaitu : a. Hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal ( ≥ 80% ) b. Aktivitas siswa minimal baik ( ≥ 80% ) c. Respon siswa minimal baik ( ≥ 80% )
19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus, tiap siklus dua kali pertemuan dan tiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Dengan hasil sebagai berikut : 1. DISKRIPSI SIKLUS 1 1.1. Perencanaan Persiapan yang direncanakan untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : a. Menyusun rencana pembelajaran dan LKS dengan metode eksperimen pada materi hidrolisis garam b. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan lembar respon siswa c. Penelitian tindakan kelas siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 18 April 2018, jam pelajaran ke 2 dan 3, pukul 08.15 – 09.45 dan hari Kamis, 20 April 2018, jam pelajaran ke 5 dan 6, pukul 10.45 – 12.15. 1.2. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan rencana pembelajaran dan LKS yang telah disusun. Kegiatan pembelajaran untuk pertemuan pertama dilaksanakan selama 4 x 45 menit ( dua kali pertemuan). Proses pembelajaran siklus 1 sebagai berikut : Pendahuluan o Pre test o Guru menyampaikan SK, KD dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai o Tanya jawab tentang indikator asam dan basa o Membentuk kelompok 20
o Membagikan LKS Kegiatan Inti o Eksplorasi -
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkaji LKS hidrolisis garam dan sumber-sumber lain yang relevan.
-
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau meminta penjelasan lebih lanjut
o Elaborasi -
Siswa melakukan eksperimen hidrolisis garam dengan kelompoknya masing-masing
-
Guru membimbing dan mengawasi pelaksanaan eksperimen
-
Siswa menjawab pertanyaan pada LKS
-
Presentasi
o Konfirmasi -
Membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
Penutup -
Guru memberikan tugas
Evaluasi 1.3. Hasil Tindakan Hasil tindakan yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran siklus 1 adalah sebagai berikut : a. Hasil pre tes Kegiatan pre tes dilaksanakan sebelum kegiatan eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum kegiatan eksperimen. Nilai pre tes sebelum pembelajaran siklus 1 disajikan dalam Tabel 4.1 berikut : 21
( lampiran 11 ) Tabel 4.1. Nilai Pre Tes 1 No 1 2 3 4 5
Nilai 90 80 70 60 50 Jumlah Ketuntasan
Frekuensi 1 2 5 15 2 25
Persentase 4% 8% 20 % 60 % 8% 100 % 32 %
Dari Tabel 4.1 di atas dapat diketahui dari 25 siswa, siswa yang memperoleh nilai 50 sebanyak 2 siswa ( 8 % ), nilai 60 sebanyak 15 siswa (60 %), nilai 70 sebanyak 5 siswa (20 %), nilai 80 sebanyak 2 siswa (8 %) dan nilai 90 sebanyak 1 siswa (4 %). Dari tabel 4.1 di atas juga diperoleh informasi jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 8 siswa (32 %) dan yang memperoleh nilai < 70 sebanyak 17 siswa (68 %). Jadi ketuntasan klasikal hanya mencapai 32 %. Padahal ketuntasan yang diharapkan minimal sebesar 80%. b. Hasil post tes Hasil pos tes siklus pertama merupakan data awal kemampuan siswa dalam memahami hidrolisis garam melalui metode eksperimen. Nilai pos tes hasil belajar siklus 1 disajikan dalam Tabel 4.2 berikut : ( lampiran 16 )
Tabel 4.2. Nilai Pos Tes 1 No 1 2 3
Nilai 90 80 70
Frekuensi 2 2 10
Persentase 8% 8% 40 % 22
4 5
60 50 Jumlah
10 1 25 Ketuntasan
40 % 4% 100 % 56 %
Dari tabel 4.2 di atas diperoleh informasi, 2 siswa memperoleh nilai 90 (8 %), 2 siswa memperoleh nilai 80 (8 %), 10 siswa memperoleh nilai 70 (40 %), 10 siswa memperoleh nilai 60 (40 %) dan 1 siswa memperoleh nilai 50 (4 %). Dari Tabel 4.2 juga diperoleh informasi, dari 25 siswa yang mengikuti post tes siklus 1 sebanyak 14 siswa telah mencapai ketuntasan (56 %) dan 11 siswa belum tuntas (44 %). Jadi ketuntasan klasikalnya 56 % masih belum mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu sebesar ≥ 80%. c. Aktivitas belajar siswa Data aktivitas belajar siswa pada siklus 1 ini diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh seorang observer, yaitu Yanti, S.Pd. Hasil observasinya tercantum pada Tabel 4.3 berikut : ( lampiran 18 ) Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa 1 No 1 2 3 4 5
Aktivitas Siswa Siswa semangat dan antusias mengikuti pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama Siswa aktif bertanya, menjawab dan berkomentar tentang materi yang disampaikan oleh guru Siswa secara berkelompok mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan baik Siswa aktif melakukan eksperimen secara berkelompok dengan baik
Frekuen si
Persenta Se
18
72%
18
72%
18
72%
18
72%
18
72%
6
Siswa mencatat hasil pengamatan pada Lembar Kerja siswa (LKS) dengan baik
16
64%
7
Siswa mengerjakan tugas kelompok dengan baik
16
64%
8
Siswa mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
20
80% 23
9
Siswa dapat menyimpulkan hasil eksperimen dengan baik Rata-rata
18
72%
17,8
71%
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diperoleh informasi bahwa secara keseluruhan aktivitas belajar siswa adalah cukup baik, mencapai 71% namun belum mencapai batas minimal yang ditetapkan yaitu sebesar 80%, kecuali pada aktivitas belajar nomor 8, tercapai sebesar 80 %. Tidak tercapainya aktivitas belajar nomor selain 8 ini diduga sebagai penyebab ketuntasan klasikal pos tes siklus 1 hanya tercapai sebesar 56%, masih kurang dari batas minimal yang diharapkan yaitu 80%. Jadi aktivitas belajar siswa belum mencapai kualifikasi, sehingga peneliti masih ingin meningkatkan kualifikasi aktivitas belajar siswa menjadi baik. d. Respon siswa Respon siswa merupakan angket yang diisi oleh siswa yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaikan dengan kegiatan pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen. Rekapitulasi respon siswa ini disajikan dalam Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Rekapitulasi Respon Siswa 1 No 1
2
3
Pertanyaan Menurut Anda apakah pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen bersifat menyenangkan ? Apakah Anda lebih mudah memahami materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen ? Apakah belajar dengan metode eksperimen ini mampu meningkatkan motivasi Anda untuk terus belajar ?
Ya
%
Tidak
%
21
84
4
16
20
80
5
20
21
84
4
16
24
4
5
6
Apakah metode eksperimen ini semakin memudahkan Anda memahami materi ajar yang Anda pelajari ? Apakah belajar kelompok dengan metode eksperimen ini perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya ? Apakah belajar dengan metode eksperimen ini mampu meningkatkan aktivitas belajar Anda ?
20
80
5
20
21
84
4
16
18
72
7
28
Jumlah
122
492
28
116
Rata-rata
20,3
82
4,7
19,3
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dijelaskan respon siswa terhadap pertanyaan 1,3, dan 5 mencapai 84%, melebihi ambang batas minimal yang dipersyaratkan, yaitu 80% mempunyai kualifikasi baik. Sementara itu untuk pertanyaan 6 mencapai 72%, masih di bawah ambang batas minimal yang dipersyaratkan. Secara keseluruhan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen mencapai 82 %, sesuai dengan ambang batas minimal yang diinginkan. 1.4. Refleksi Hasil Tindakan Siklus 1 Setelah melakukan tindakan pada siklus 1, peneliti bersama observer melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Permasalahan yang ditemukan oleh observer adalah : a. Ada satu kelompok yang kurang tepat dalam mengisikan hasil eksperimen pada Lembar Kerja Siswa karena hasil pengamatan tertukar dengan zat lain b. Sebagian siswa tidak aktif menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Sebagai solusinya agar permasalahan ini tidak muncul lagi pada siklus 2 adalah : a. Tempat/wadah diberi nomor sesuai dengan nomor zat yang akan diuji. 25
b. Memaksimalkan lagi pembimbingan dan pengawasan terhadap siswa selama kegiatan eksperimen dan mengerjakan LKS
2. DESKRIPSI SIKLUS 2 Untuk mengantisipasi kelemahan yang ada berdasarkan temuan-temuan pada siklus 1, maka pelaksanaan tindakan siklus II perlu diperbaiki. Oleh karena itu pada siklus 2 direncanakan pelaksanaan tindakan sebagai berikut : o Pemantapan pembelajaran. o Memberikan pemahaman yang lebih pada poin-poin penting materi hidrolisis garam. o Memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan praktikum dan menyelesaikan tugas-tugas kelompok. 2.1. Perencanaan Perencanaan pelaksanaan tindakan kelas siklus 2 sebagai berikut : a. Menyusun rencana pembelajaran dan LKS dengan materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen. b. Tindakan kelas siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 April dan hari Kamis tanggal 26 April 2018. c. Mempersiapkan format-format observasi proses pembelajaran di kelas.
2.2. Pelaksanaan Tindakan Pendahuluan o Pre test o Guru menyampaikan SK, KD dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai o Tanya jawab tentang indikator asam dan basa o Menyampaikan bahwa kelompok tetap sama 26
o Mengingatkan agar memberi nomor zat yg diuji o Membagikan LKS Kegiatan Inti Pada prinsipnya kegiatan inti pada siklus 2 ini baik eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sama dengan kegiatan pada siklus 1, hanya saja pembimbingan dan pengawasan pada kegiatan eksperimen dan menjawab LKS dilakukan lebih intensif lagi. Penutup -
Guru memberi tugas
Evaluasi 2.3. Hasil Tindakan Hasil tindakan yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran siklus 2 adalah sebagai berikut : a. Hasil pre tes Seperti halnya pada siklus 1, sebelum kegiatan eksperimen pada siklus 2 juga dilaksanakan pre tes. Nilai pre tes pada siklus 2 disajikan pada Tabel 4.5 berikut : ( lampiran 25 )
No 1 2 3
Tabel 4.5. Nilai Pre Tes 2 Nilai Frekuensi 100 2 80 14 60 9 Jumlah 25 Ketuntasan
Persentase 8% 56% 36% 100% 64%
Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh informasi, 2 siswa memperoleh nilai 100 (8%), 14 siswa memperoleh nilai 80 (56%) dan 9 siswa memperoleh nilai 60 (36%). 27
Berdasarkan Tabel 4.5 juga diperoleh informasi, 16 siswa memperoleh nilai > 70 (64%) dan 9 siswa memperoleh nilai < 70 (36%) yang berarti ketuntasan klasikal mencapai 64%. b. Hasil Pos Tes Nilai pos tes 2 disajikan dalam Tabel 4.6 berikut : ( lampiran 29 )
No 1 2 3 4 5
Tabel 4.6 Nilai Pos Tes 2 Nilai Frekuensi 60 4 70 2 80 10 90 5 100 4 Jumlah 25 Ketuntasan
Persentase 16% 8% 40% 20% 16% 100% 84%
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh informasi, dari 25 siswa, 4 siswa mendapat nilai 60 (16%), 2 siswa mendapat nilai 70 (8%), 10 siswa mendapat nilai 80 (40%), 5 siswa mendapat nilai 90 (20%) dan 4 siswa mendapat nilai 100 (16%), sehingga ketuntasan klasikal pos tes siklus 2 sebesar 84%.
c. Aktivitas belajar siswa Aktivitas belajar siswa pada materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen pada siklus 2 disajikan dalam Tabel 4.7 berikut : ( lampiran 30 ) Tabel 4.7 Aktivitas Belajar Siswa 2 No
Aktivitas Siswa
Frekuensi
Persentase
1
Siswa semangat dan antusias mengikuti pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen
22
88%
2
Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama
22
88%
28
3
4
Siswa aktif bertanya, menjawab dan berkomentar tentang materi yang disampaikan oleh guru Siswa secara berkelompok mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan baik
20
80%
23
92%
5
Siswa aktif melakukan eksperimen secara berkelompok dengan baik
22
88%
6
Siswa mencatat hasil pengamatan pada Lembar Kerja siswa (LKS) dengan baik
20
80%
7
Siswa mengerjakan tugas kelompok dengan baik
23
92%
8
Siswa mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
25
100%
9
Siswa dapat menyimpulkan hasil eksperimen dengan baik
20
80%
22
87,5%
Rata-rata
Dari Tabel 4.7 diperoleh informasi, seluruh komponen aktivitas belajar siswa yang diamati mencapai ≥ 80%, dan secara keseluruhan aktivitas belajar siswa pada siklus 2 mencapai 87,5 % dengan kualifikasi baik. d. Respon siswa Setelah kegiatan pembelajaran siklus 2, siswa juga diminta mengisi angket yang merupakan respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode eksperimen dan hasilnya seperti pada Tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Respon Siswa 2 NO Pertanyaan Ya % Menurut Anda apakah 1 pembelajaran hidrolisis garam 25 100 dengan metode eksperimen bersifat
Tidak
%
0
0 29
menyenangkan ?
2
3
4
5
6
Apakah Anda lebih mudah memahami materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen ? Apakah belajar dengan metode eksperimen ini mampu meningkatkan motivasi Anda untuk terus belajar ? Apakah metode eksperimen ini semakin memudahkan Anda memahami materi ajar yang Anda pelajari ? Apakah belajar kelompok dengan metode eksperimen ini perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya ? Apakah belajar dengan metode eksperimen ini mampu meningkatkan aktivitas belajar Anda ?
20
80
5
20
25
100
0
0
22
88
3
8
22
88
3
8
24
96
1
0
Jumlah
138
552
12
36
Rata-rata
23
92
2
6
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, dapat dijelaskan respon siswa terhadap pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 mencapai ≥ 88%, melebihi ambang batas minimal yang dipersyaratkan, yaitu 80%. Secara keseluruhan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen pada siklus 2 mencapai 92 %, melebihi ambang batas minimal yang dipersyaratkan, dengan kualifikasi sangat baik. 2.4. Refleksi Hasil Tindakan Siklus 2 Setelah melaksanakan tindakan pada siklus 2, peneliti bersama dengan observer melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi tindakan siklus 2 adalah : 30
1. Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik 2. Aktivitas siswa baik 3. Respon siswa baik
B. PEMBAHASAN 1. Data Tes Data yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Salam Babaris dalam memahami materi hidrolisis garam dengan metode eksperimen adalah hasil pre tes dan pos tes pada siklus 1 dan 2. Kedua data ini dianalisis
secara
kuantitatif.
Analisis
kuantitatif
yang
digunakan
adalah
membandingkan ketuntasan klasikal hasil pre tes dan pos tes pada siklus 1 dan 2. Perbandingan ketuntasan klasikal siklus 1 dan 2 ditunjukkan oleh Tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 ketuntasan klasikal pre tes 1 dan 2 Ketuntasan Pre Tes
Ketuntasan Pos Tes
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 1
Siklus 2
32 %
64 %
56 %
84 %
Dari tabel 4.9 di atas dapat dijelaskan ketuntasan klasikal pada pre tes siklus 1 sebesar 32 % dan pada siklus 2 sebesar 56 %, terjadi kenaikan sebesar 24 %. Selisih kenaikan ketuntasan klasikal pre tes 1 dan 2 diasumsikan sebagai hasil belajar. Selanjutnya perbandingan ketuntasan klasikal pre tes 1 dan 2 disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada Gambar 4.1 berikut :
31
64% 32%
Siklus 1
Siklus 2 Ketuntasan Pre Tes
Gambar 4.1 Ketuntasan Klasikal Pre Tes 1 dan 2 Dari Tabel 4.9 juga diperoleh informasi ketuntasan klasikal pos tes 1 mencapai 56 % dan pada pos tes 2 mencapai 84 %, terjadi kenaikan sebesar 28 %. Selanjutnya perbandingan ketuntasan klasikal pos tes 1 dan 2 disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada Gambar 4.2 berikut :
84% 56%
Siklus 1
Siklus 2 Ketuntasan Pos Tes
Gambar 4.2 Ketuntasan klasikal Pos Tes 1 dan 2 2. Data Non Tes a. Data Observasi
32
Data observasi merupakan data yang diperoleh dari pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer. Data ini merupakan data kuantitatif dan dianalisis secara kuantitatif juga dan selanjutnya dikonversi menjadi data kualitatif. Analisis kuantitatif
yang digunakan
adalah
membandingkan persentasi pencapaian aktivitas siswa pada siklus 1 dan 2. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 dan 2 diberikan dalam Tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10. Persentase Aktivitas Siswa Siklus 1 Dan 2 Aktivitas Siswa Persentase Kualifikasi Siklus 1
71 %
Cukup
Siklus 2
87,5 %
Baik
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dijelaskan, pada siklus 1 persentase aktivitas siswa mencapai 71 % dan pada siklus 2 mencapai 87,5 %, terjadi kenaikan sebesar 16,5 %. Dan terjadi peningkatan kualifikasi dari cukup pada siklus 1 menjadi baik pada siklus 2.
b. Data Respon Siswa Data respon siswa diperoleh dari angket yang berisi beberapa pertanyaan tentang sikap siswa yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran hidrolisis garam dengan metode eksperimen. Seperti halnya data aktivitas siswa data ini juga merupakan data kuantitatif dan dianalisis secara kuantitatif juga. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah membandingkan data respon siswa pada siklus 1 dan 2 selanjutnya dikonversi ke dalam diagram batang. Data persentase respon siswa pada siklus 1 dan 2 disajikan dalam Tabel 4.11 berikut : 33
Tabel 4.11 Persentase Respon siswa Siklus 1 dan 2 Respon Siswa Persentase Kualifikasi Siklus 1
82 %
Baik
Siklus 2
92 %
Amat Baik
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diketahui, pada siklus 1 ketercapaian respon siswa mencapai 82 % dan pada siklus 2 mencapai 92 %, terjadi kenaikan sebesar 10 %. Terjadi perubahan kualifikasi dari baik pada siklus 1 menjadi amat baik pada siklus 2.
34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan : a. Melalui metode eksperimen ketuntasan klasikal siswa SMA Negeri 1 Salam Babaris dalam memahami materi hidrolisis garam mencapai 32 % pada siklus 1 dan 64 % pada siklus 2 untuk pre tes, terjadi kenaikan sebesar 32 %. Sedangkan pada pos tes mencapai 56 % pada siklus 1 dan 84 % pada siklus 2, terjadi kenaikan sebesar 28 %. b. Dengan metode eksperimen aktivitas pembelajaran siswa mencapai 71 % pada siklus 1 dan 87,5 % pada siklus 2, terjadi kenaikan sebesar 16,5 %. c. Dengan metode eksperimen respon siswa terhadap pembelajaran hidrolisis garam mencapai 82 % pada siklus 1 dan 92 % pada siklus 2, terjadi kenaikan sebesar 10 %. B. Saran Dari hasil penelitian tindakan kelas ini disarankan : a. Para guru kimia hendaknya menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran materi hidrolisis garam. b. Agar kegiatan eksperimen dapat berjalan dengan efektif pemahaman langkah kerja, pengawasan dan bimbingan guru harus dilaksanakan dengan baik.
35
DAFTAR PUSTAKA Anonim.”Jenis-Jenis Hidrolisis Garam.”26 Desember 2017.https://materikimia.com/pengertian-dan-jenis-jenis-hidrolisis-garam/ Arikunto, Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta:2006. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Djamarah, Syaiful Bachri, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: rineka Cipta. 2006
Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009. Fataruba, Hayatuddin : Metode Penelitian Eksperimen, Mengenal metode penelitian eksperimen. 2008. (http://sospol.untag-smd.ac.id.diakses 21 Januari 2013) http://id.wikipedia.org/wiki/Eksperimen#Penelitian_laboratium (diakses 21 Januari 2013) Rusmansyah : Strategi Dan Pendekatan Dalam Mengajar. Banjarmasin. Universitas lambung mangkurat. 2008 Silberman, Melvin L : Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani. 2007. Winataputra,U.S. dkk. : Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. 2003 Yulia,S. “BAB II KAJIAN PUSTAKA HASIL BELAJAR”. 2012. https://eprints.uny.ac.id/9829/2/bab2.pdf
36
LAMPIRAN-LAMPIRAN
37