Laminated Veneer Lumber & Laminated Veneer Board
LVL : arah seratnya searah LVB : arah seratnya tidak searah
Laminated veneer lumber (LVL) adalah kayu olahan atau engineering wood olahan produk yang menggunakan beberapa lapisan kayu yang dirakit dengan perekat yang dapat sebagai bahan komponen struktural bangunan pengganti kayu gergajian, dengan kualitas bahan yang tinggi (ukuran yang akurat, bentuk yang tidak berubah dan mempunyai kekuatan yang merata dan anti terhadap rayap). LVL ini dapat digunakan untuk komponen struktural sebagai pengganti struktur kayu solid dan baja. LVL lebih mudah diproses karena dihasilkan dari kayu hutan buatan yang dapat diperbaharui (renevable resources) dengan masa pertumbuhan relatif cepat dan tidak mengganggu hutan alam. Kayu LVL adalah singkatan dari Laminated Veneer Lumber yaitu kayu yang dibentuk sedemikian rupa yang terdiri dari beberapa lapisan kayu (veneer kayu) yang direkatkan menjadi satu kesatuan. Biasanya bahan yang digunakan untuk membuat LVL adalah dari kayu karet maupun kayu sengon. Dalam dunia bekisting sendiri kayu LVL sudah menjadi standar kayu suri-suri pemangku plywood atau yang biasa disebut Primary LVL & Secondary LVL. Mengapa menggunakan kayu LVL adalah adanya konsistensi kekuatan LVL itu sendiri mengingat LVL didesain lewat fabrikasi dibanding dengan kayu pada umumnya. Berikut beberapa kelebihan kayu LVL : Stock LVL lebih banyak dan mudah didapatkan mengingat terbatasnya kayu yang berkualitas baik dipasaran LVL mempunyai kualitas yang konsisten dibanding kayu pada umumnya LVL mempunyai sifat anti rayap (serangga) maupun jamur dikarenakan adanya bahan perekat dalam tiap lapisan LVL LVL lebih tahan air daripada kayu biasa sehingga membuat umur LVL lebih tahan lama. Pengujian yang telah dilakukan di Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil UNS menunjukkan bahwa papan-papan LVL dengan dimensi 8 x 18 mm yang digunakan sebagai elemen struktur rangka kuda-kuda mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan struktur yang sama dengan elemen dari profil baja ringan. Pemasangan sambungan antar batang/elemen pun dapat dilakukan dengan alat penyambung paku, yang dipakukan pada kedua sisi sambungan. Bahkan, saat beberapa penelitian juga juga sudah memanfaatkan bambu laminasi sebagai pasak pada sambungan struktur menggunakan kayu LVL ini Laminated Veneer Lumber (LVL) adalah panel kayu yang terdiri dari lembaran veneer berlaminasi yang ditumpuk dengan serat yang hampir sejajar. LVL juga merupakan panel kayu dengan total ketebalan lembaran kayu dengan serat yang berpotongan tidak melebihi 20 persen dari ketebalan produk dan komposisi lembaran tidak lebih dari 30%
Cross Laminated Timber (CLT) adalah produk rekayasa kayu yang disusun bersilangan antar lamina biasanya direkat dengan perekat atau paku. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan sifat fisis dan mekanis panel CLT Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) lapisan 2 dan 4 yang dibuat dengan orientasi sudut 45⁰ dan 90⁰ terhadap serat lapisan permukaan. Panel CLT dibuat dengan ketebalan 15 cm sebanyak lima lapis dari papan yang berukuran 3 cm x 13 cm x 200 cm. Perekat yang digunakan adalah perekat isosianat dengan berat labur 280 g/m². Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat fisis (kadar air, kerapatan, kembang susut, dan delaminasi) dan sifat mekanis
(keteguhan rekat dan uji dinding geser). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis dan orientasi sudut lamina penyusun sangat berpengaruh dalam uji dinding geser. Hasil uji dinding geser menginformasikan bahwa kekakuan dinding geser panel CLT 90⁰ dua kali lebih besar dibandingkan CLT 45⁰ namun berbanding terbalik pada kekuatannya, dimana panel CLT 45⁰ lebih kuat dibandingkan CLT 90⁰. produk CLT (cross laminated timber) atau panel laminasi silang. CLT merupakan produk baru untuk penggunaan konstruksi dalam perpindahan beban (Wood Naturally Better 2010). Produk CLT juga memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik karena rasio kembang susut pada dua arah (panjang dan lebar) mendekati satu. Lapisan yang saling tegak lurus memungkinkan mendistribusikan beban ke semua sisi dengan ebih merata sehingga dapat dipergunakan untuk produk konstruksi struktural. Produk CLT dapat diaplikasikan untuk elemen lantai, dinding atap,dan juga dapat dibentuk untuk penggunaan jendela, pintu, bahkan panel CLT dapat dibuat melengkung dengan radius yang cukup lebar (Wood Naturally Better 2010). Di Austria dan Jerman, produk CLT digunakan sebagai dinding pada bangunan bertingkat seperti sekolah dan perumahan. CLT juga diaplikasikan sebagai dek pada jembatan. Salah satu contohnya adalah jembatan di Jalan Wandritsch Kota Murau Styria Austria (Mendegarian dan Milev 2010).
Kayu untai paralel (PSL-Parallel strand lumber) adalah bentuk kayu rekayasa yang dibuat dari untaian kayu paralel yang diikatkan bersama perekat . Ini digunakan untuk balok, tajuk, kolom, dan pos, antara lain menggunakan. Untaian pada PSL adalah elemen veneer terpotong yang memiliki dimensi paling sedikit tidak lebih dari 0,25 inci (6,4 mm) dan panjang rata-rata minimal 300 kali dimensi paling rendah ini. Ini adalah anggota keluarga komposit kayu struktural (SCL) dari produk kayu rekayasa. Kekuatan desain PSL lebih besar daripada kayu gergajian yang terbuat dari spesies yang sama karena simpul dan ketidaksempurnaan lainnya tersebar secara acak di seluruh produk. Akibatnya, variabilitas kekuatan dari satu bagian PSL ke yang lain kurang dari balok kayu solid-gergajian. Karena bahan biasanya dinilai pada persentil ke 5 terendah dari kurva kekuatan material, ini memberikan nilai PSL yang jauh lebih tinggi untuk dilarutkan, sejajar dengan grain, dan kompresi sejajar dengan grain.
Oriented Strand Board Oriented Strand Board (OSB) merupakan perkembangan dari waferboardyaitu suatu produk panel yang pertama kali dibuat di Amerika Utara pada tahun 1954. Waferboard mempunyai banyak keunggulan diantaranya dapat menggunakan bahan baku dari jenis kayu yang kurang dikenal, sifat kekuatannya tinggi dan dapat digunakan dalam beberapa aplikasi (Walter, 1993). Saat ini waferboard telah digantikan oleh OSB yang digolongkan sebagai panel struktural bersama kayu lapis (Haygreen dan Bowyer. 2003). OSB merupakan salah satu jenis papan pertikel yang dibuat dari partikel yang berbentuk Strand. OSB dapat digolongkan berdasarkan jumlah lapisannya yaitu papan satu lapis, tiga lapis, lima lapis atau lebih. OSB tiga lapis dengan arah serat lapisan luar tegak lurus dengan lapisan tengah memiliki sifat sama dengan kayu lapis dengan ketebalan yang sama. OSB dapat digunakan sebagai bahan pembuatan atap, dinding dan lantai pada perumahan serta furniture(Sutrisno, 2001). Ukuran dimensi strand menurut Marra (1992) yaitu panjang 0,5 – 3 inci (1,27 – 7,62 cm), lebar 0,25 – 1 inci (0,64 – 2,54) dan tebal 0,010 – 0,025 inci (0,02 – 0,06 cm). Penaburan partikel yang sudah dicampur dengan perekat dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak diatur) atau arah serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus (Sigiro 2010). Partikel yang digunakan yakni partikel yang relatif panjang, biasanya berbentuk untai (strand) sehingga disebut
papan untai terarah. Strands pada OSB memiliki dimensi panjang paling sedikit tiga atau empat kali lebih besar dibandingkan lebarnya. Perbandingan ini mendukung penyusunan strands dalam rangka usaha pembentukan lembaran (Koch, 1985). Aplikasi OSB dimasa depan akan menjadi lebih luas karena dapat memiliki bentang yang lebar, tebal dan kestabilan dimensi yang tinggi. OSB dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan bangunan komersial. OSB memiliki keunggulan dalam kekuatan dan keawetan sehingga merupakan pilihan ekonomis untuk penggunaan jangka panjang pada berbagai bidang konstruksi kecuali untuk pemakaian yang menahan beban cukup besar (Nishimura dkk, 2004) OSB telah dikembangkan secara luas untuk bahan konstruksi perumahan dan bangunan komersial utamanya adalah untuk keperluan dinding, atap, dan lantai pada bangunan rumah tinggal (Lowood, 1997). OSB dapat digunakan untuk komponen lantai yang paling dasar hingga bagian atas rumah seperti dinding panel atap, sub-lantai, lantai berlapis tunggal, pelapis, panel insulasi struktural, papan sisi dan lantai joint (Youngquist, 1999).
PLYWOOD Apa sebenarnya yang disebut dengan plywood? Dalam bahasa Indonesia disebut kayu lapis dan dalam bahasa sehari-hari para tukang kayu awam menyebutnya tripleks, walaupun sebenarnya lebih dari 3 lapisan. Di instansi pendidikan lain menyebutnya sebagai multipleks yang berarti beberapa lapisan. Plywood terbuat dari beberapa lembaran tipis, atau lapisan yang arah seratnya disusun saling melintang antara lembaran bawah dengan lembaran bagian atas secara bersamaan dengan lem khusus di bawah tekanan besar sehingga didapatkan ketebalan tertentu. Lembaran-lembaran tersebut biasanya di peroleh dari proses pengupasan kayu log secara rotary. Dari proses ini diperoleh lembaran yang lebar dan panjang pada ketebalan yang kecil (0.3mm - 3 mm). Dari konstruksi yang digunakan untuk membuat plywood, maka bahan ini sangat tahan terhadap resiko pecah/retak, melengkung atau melintir yang tergantung pula pada ketebalannya. Dimulai dari standar ketebalan 3mm, 4mm, 6,9,12,15,18mm dan seterusnya. Pada awalnya plywood diproduksi karena kebutuhan akan papan lebar sangat besar dan apabila menggunakan kayu solid sangat beresiko tinggi terhadap efek penyusutan kayu (melengkung, melintir dan pecah/retak). Namun demikian plywood juga memiliki keterbatasan dalam ukuran panjang dan lebar. Kelebihan plywood adalah karena daya tahannya terhadap penyusutan kayu dan ukuran panjang lebar yang tidak mungkin didapatkan dari kayu solid pada posisi kualitas yang sama. Tetapi bukan berarti plywood punya daya tahan yang sama kuatnya terhadap cuaca. material ini hanya direkomendasikan untuk perabot di dalam ruangan (indoor). Kelemahan paling besar pada plywood terdapat pada sisi tebalnya. Sisi tebal plywood merupakan bagian yang paling mudah menyerap air dan permukaannya sangat kasar. Untuk mendapatkan kehalusan yang baik harus ditambahkan penutup sisi tebal.