LAJU DIGESTI PADA IKAN
Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten
: : : : :
Yoga Dwi Setyoko B0A018033 II 2 Klausa Media Rani
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AKUATIK
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2019
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Digesti merupakan proses pemecahan makanan dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Molekul yang kompleks ini dipecah menjadi molekul yang sederhana agar dapat diabsorbsi dan selanjutnya digunakan dalam tubuh. Berdasarkan perangkat yang digunakan, digesti terjadi secara mekanik dan kimiawi. Digesti mekanik dilakukan untuk memecah makanan besar menggunakan gigi atau sistem otot. Pada berbagai hewan digesti mekanik ini terjadi di mulut atau di sepanjang saluran digesti dalam suatu rongga khusus. Digesti kimiawi melibatkan enzim (protease, lipase, karbohidrase) sebagai katalisator untuk mempercepat prosesnya. (Yuwono, 2001). Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dalam tubuh ikan dari molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana. Molekulmolekul kompleks yang dipecah biasanya dalam bentuk glukosa, asam lemak, gliserol serta nutrisi-nutrisi lain. Proses digesti pada ikan dimulai dari lambung dilanjutkan pada intestine dan berakhir pada anus (Kimball, 1983). Acara praktikum laju digesti pada ikan menggunakan ikan lele (Clarias batrachus) untuk mengetahui bobot lambung ikan pada saat pengosongan isi lambung. Penggunaan ikan lele (Clarias batrachus) sebagai bahan karena ikan lele memiliki lambung sejati, bentuk lambungnya berbeda dengan intestine sehingga lambungnya akan mudah untuk diidentifikasi dan terlihat jelas.
B.
Tujuan Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui 1. Mengetahui laju digesti atau pengosongan lambung. 2. Mengetahui bentuk lambung yang kosong dan berisi pakan. 3. Mengisolasi lambung ikan dan menghitung laju pengosongan lambung.
II. MATERI DAN CARA KERJA
A. Materi Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias batrachus) dan pelet. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akuarium , alat bedah, timbangan analitik. C. Cara Kerja 1. Disiapkan akuarium dan diisi dengan air setinggi 25 cm, kemudian diberi
aerasi. 2. Ditebar ikan dengan kepadatan 4-5 ekor per akuarium. 3. Diberi pakan sebanyak 2.5% dari berat total tubuh dan ikan dibiarkan mengonsumsi pakan untuk waktu 15menit. 4. Diambil ikan pertama kemudian ditimbang sebagai Bxt (0 menit). 5. Dibedah ikan untuk diambil lambung ikan lalu lambung ikan ditimbang untuk mengetahui bobot lambung (Bx). 6. Dilakukan kembali langkah ke 4 dan ke 5 untuk mengetahui Byt dan By pada menit ke 30. 7. Dilakukan kembali langkah ke 5 danke 6 untuk mengetahui Bzt dan Bxzpada menit ke 60 8. Dihitung presentase bobot lambung dan diplotkan ke dalam bentuk grafik dengan rumus Bx (%) = Bx/Bxt . 100%
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Laju Digesti Pada Ikan Lele (Clarias gariepinus).
0 menit
kelompok
30 menit
60 menit
Bx (gr)
% Bx
By (gr)
% By
Bz (gr)
% Bz
1
1,5
0,97
1,28
1,01
1,72
1,25
2
1,20
0,84
0,73
0,62
1,28
0,98
3
1,38
1,029
1,43
1,028
1,04
0,80
4
1,45
1,23
1,32
1,03
1,06
0,82
5
1,65
1,31
1,38
1,06
1,62
1,40
Perhitungan presentase bobot lambung ikan (Kelompok 2)
Grafik 3.1 Hubugan Antara Laju Digesti dengan Pemberian Pakan pada Waktu yang Berbeda
B. Pembahasan Ikan lele dumbo ( Clarias gariepinus ) merupakan salah satu dari keluarga genus Claridae. Berdasarkan praktikum laju digesti yang dilakukan, diperoleh hasil penimbangan rataan bobot lambung ikan lele masing-masing sebesar 0,77 gr, 0,93 gr, dan 0,87 gr di masing-masing waktu pengosongan lambung lele pada 0 menit, 30 menit, dan 60 menit. Hasil tersebut di atas apabila ditunjukkan dalam bentuk grafik hubungan bobot lambung dengan waktu pengosongan lambung, maka akan didapatkan hasil yang menunjukan adanya ketidaksesuaian dengan pustaka, yaitu bahwa semakin lama ikan dibiarkan, bobot lambungnya semakin berkurang karena setelah ikan memakan pakannya, pakan tersebut akan di digesti dalam lambungnya. Pemberian pakan sebanyak mungkin menyebabkan lambung penuh saat pembedahan pada waktu 0 menit. Pakan dalam lambung akan terdigesti saat keadaan lambung penuh dan pemberian pakan dihentikan sehingga bobot lambung akan berkurang (Effendie, 1979). Pengamatan yang didapat memperlihatkan bahwa dalam praktikum bobot lambung ikan tersebut tidak berkurang justru bertambah pada jeda waktu 30 menit sedangkan pada waktu 60 menit bobot lambungnya berkurang lebih sedikit dari jeda waktu 30 menit. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh bentuk dan ukuran ikan, banyak sedikitnya pakan yang dikonsumsi, tingkat stress ikan, dan jenis kelamin. Ikan yang bertubuh besar konsumsi pakannya lebih banyak dibandingkan ikan yang berukuran kecil, begitu juga dengan jenis kelamin dimana ikan jantan lebih banyak mengkonsumsi pakan dibandingkan dengan ikan betina. Selain itu jumlah, kualitas dan sumber protein juga memainkan peranan penting dalam pertumbuhan ikan. Makanan yang memiliki daya tarik lebih baik akan dapat merangsang nafsu makan ikan dan juga faktor enzim yang berperan dalam proses pencernaan dilambung ikan (Muchlisin, 2003). Digesti adalah proses penghancuran zat makanan (makro molekul) menjadi zat yang terlarut (mikro molekul) sehingga zat makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Aktivitas ikan yang tinggi akan membutuhkan energi yang tinggi pula, sehingga proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak jumlahnya (Winberg, 1956).
Proses digesti diawali dengan pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan. Sistem pencernaan Ikan Lele (Clarias batrachus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum, dan anus. Struktur anatomi mulut ikan erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan. Terdapat sungut di sekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari. Rongga mulut pada ikan lele diselaputi sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan. Faring pada ikan (filter feeder) berfungsi untuk menyaring makanan, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Fujaya, 2002). Esophagus adalah permukaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu peredaran makanan ke lambung. Esophagus ikan sangat elastis sehingga mempunyai kemampuan untuk menggelembung. Lambung adalah sebuah kantong besar yang terletak di bagian atas rongga perut. Dindingnya terdapat kelenjar lambung yang kecil, ada tiga macam sel terdapat pada kelenjar lambung yaitu sel pariental, sel pokok, dan sel penghasil lender. Sel pariental mengeluarkan cairan asam hidrokloride ke dalam lambung, dapat menaikkan konsentrasi HCL, dan membuat pH getah lambung mendekati 1 (Kimball, 1991). Lambung berfungsi sebagai tempat penampung makanan Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan lambung yaitu suhu air, ukuran tubuh, jumlah pakan yang tersedia, frekuensi makan, ukuran partikel pakan, kandungan energi pakan, konsentrasi lemak pakan, pergerakan fraksi pakan tercerna dan tidak tercerna, pemuasaan dan pemaksaan pakan. Laju digesti atau laju pengosongan lambung adalah waktu siang dan malam, intensitas cahaya, ritme dan internal (Windell, 1978). Menurut Bandiksen (2003) temperatur daerah yang berbeda juga dapat mempengaruhi laju digesti pada ikan Sedangkan menurut Lovell (1988), faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan adalah :
Spesies.
Pertumbuhan.
Ukuran tubuh.
Aktivitas.
Suhu lingkungan.
Fungsi pakan bagi ikan adalah sebagai sumber energi dalam pertumbuhannya, untuk metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Hal ini diperkuat oleh pendapat Lovell (1988), faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan yang berkaitan juga dengan laju digesti diantaranya adalah: 1. Spesies : Terdapat suatu perbedaan tingkah laku diantara spesies ikan, misalnya pada aktifitasnya. 2. Pertumbuhan : biasanya dianggap sebagai hasil dari proses yang cenderung menurunkan energi tubuh. 3. Ukuran Tubuh : Ikan yang memiliki tubuh kecil maka kecepatan metabolismenya lebih tinggi dari pada ikan yang memiliki ukuran tubuh lebih besar. 4. Aktifitas : Aktifitas fisiologi pada ikan perbedaannya dapat dilihat dari laju pertumbuhan, komposisi pertumbuhan, tingkah laku, dan aktifitas efisiensi energi serta pada lamanya mencerna makanan hingga mencapai laju pengosongan lambung yang sesuai. 5. Suhu lingkungan. Keseimbangan energi tergantung efisiensi pada hewan yang akan digunakan untuk sumber daya trofik, dan telah berdampak langsung pada kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh variasi lingkungan untuk ketersediaan serta kualitas sumber daya tersebut, ekstraksi energi juga tergantung pada desain saluran pencernaan. Pemanfaatan pakan menunjukkan beberapa penyesuaian terhadap variabilitas lingkungan (Sassi, 2009). Pentingnya laju evakuasi lambung secara sederhana didasarkan pada asumsi bahwa selama periode waktu yang lebih lama tingkat di mana makanan dievakuasi dari perut adalah sama dengan tingkat di mana makanan yang tertelan. Namun, dalam banyak spesies selama waktu makan tertentu, asupan makanan lebih cepat daripada laju pengosongan dan makan diikuti oleh periode non-makan sebagai mengosongkan hasil (Seyhan,2001). Berdasarkan hasil praktikum yang telah kita lakukan bahan yang digunakan adalah ikan lele dumbo untuk uji pengamatan laju digesti. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh Loveline ( 2018 ) yang menyatakan bahwa ikan lele dumbo ( Clarias gariepinus ) merupakan keluarga dari Claridae.
IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Laju digesti merupakan laju kecepatan pemecehan makanan dari tubuh ikan dari tubuh ikan dari molekul yang kompleks ke molekul yang strukturnya lebih sederhana, kemudian molekul yang lebih sederhana tersebut akan diabsorbsi oleh tubuh ikan. 2. Berat lambung pada ikan lele (Clarias gariepinus) pada perlakuan 0 menit pertama sebesar 1,20 g, pad amenit ke-30 sebesar 0,73 g, sedangkan pada menit ke-60 sebesar 1,28 g. 3. Pengukuran laju digesti dilakukan dengan cara menyiapkan akuarium, lalu diisi air setinggi 25 cm dan diberia erasi. Akuarium tersebut lalu ditebarkan ikan dengan kepadatan 3 4 ekor. Setelah itu melakukan pemberian pakan sebanyak 2,5% dari bobot total ikan dan biarkan ikan mengkonsumsi pakan selama 15 menit lalu pakan dibersihkan. Setelah dibersihkan lalu mengambil ikan pertama kemudian ditimbang sebagai Bxt (0 menit), lalu dilakukan pembedahan untuk mengambil lambung ikan lalu melakukan penimbangan untuk mengetahui bobot lambung (Bx).
DAFTAR REFERENSI Bandiksen,E. A. et al. 2003. Digestibility, Growth and Nutrient Untilisation of Atlantic Salmon Parr (Salmo salar L.) in Relation to Temperature, Feed Fat Content and Oil Source. Aquaculture. 224 (2003) 283-299. Effendie, M. Ichsan. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Fujaya, Yushinta. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makasar. Kimball, J.W. 1983. Biology Fifth Edition . Addison Wesley Publishing Company Inc., London Lovell, T. 1988. Nutrition and Feeding of Fish. Van Rostrand Reinhold, New York. Loveline, O. C., Samuel, P. O., Arimoro, F. O., Ayanwale, A. V., Auta, Y. I., & Muhammed, A. Z. (2018). Effects of Lead Nitrate on catalase production levels in post juvenile Clarias gariepinus (Burchell, 1822). International Journal of Fisheries and Aquaculture, 10(1), 1-7. Muchlisin, Z.A. dkk. 2003. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Biologi 3 (2) : 105-113. Sassi, Paola, L. Enrique Caviedes-Vidal, Rosa Anton, Francisco Bozinovic. 2009. Plasticity in food assimilation, retention time and coprophagy allow herbivorous cavies (Microcavia australis) to cope with low food quality in the Monte desert. Comparative Biochemistry and Physiology, Part A 155 (2010) 378382. Seyhan, Kadir. 2001. A New Approach in Modelling Gastric Emptying in Fish. Karadeniz Technical University, Turkey. Winberg, G. G. 1956. Rate of Metabolism and Requirenment of Fishes. Translit. Fish. Res Bd, Canada. Windell, J.T. 1978. A Digestion and the daily ration of fishes. Hal 159-183 dalam Ecology of fresh water fish production in freshwater fish production (S.D. Gerking, eds.). Blackwell Sci. Publ. Oxford. Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.