MAKALAH DEFINISI, NILAI DAN FUNGSI LAHAN BASAH MATA KULIAH: PENGELOLAAN LINGKUNGAN LAHAN BASAH
DOSEN PENGAMPU: Dr. H. SIDHARTA ADYATMA, M.Si MUHAMMAD MUHAIMIN, S.Pd., M.Sc
DISUSUN OLEH : MUHAMMAD FEINDHI RAMADHAN
1710115210014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DEFINISI, FUNGSI DAN NILAI LAHAN BASAH ”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah. Makalah ini di tulis berdasarkan sebagai sumber yang berkaitan dengan materi Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah, serta informasi dari berbagai media yang berhubungan dengan hal tersebut. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pengajar mata kuliah belajar dan pembelajaran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa(i) yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai definisi, fungsi, dan nilai lahan basah.
Banjarmasin, 11 Februari 2019
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................................ii BAB I.............................................................................................................................1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah...............................................................................................2 C. Tujuan.................................................................................................................2 BAB II...........................................................................................................................3 PEMBAHASAN............................................................................................................3 A. Definisi Lahan Basah..........................................................................................3 B. Nilai dan Fungsi Lahan Basah............................................................................5 BAB III........................................................................................................................11 PENUTUP...................................................................................................................11 A. Kesimpulan.......................................................................................................11 B. Saran.................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu istilah mengenai ekosistem yang pembentukannya dikuasai oleh air, serta proses dan cirri-cirinya dikendalikan oleh air dapat disebut dengan lahan basah. Pengertian lain dari lahan basah yaitu merupakan tempat dimana tempat tersebut memiliki kondisi yang cukup basah dalam jangka waktu yang cukup panjang untuk pengembangan vegetasi dan organism lain yang teradaptasi khusus (Maltby, 1986). Berdasarkan konvensi Ramsar 1971, wilayah rawa, lahan gambut, baik alami maupun buatan, bersifat tetap ataupun sementara, berair stagnan atau mengalir yang bersifat tawar, payau atau asin, mencakup wilayah air marin yang di dalamnya pada waktu surut tidak lebih dari 6 meter disebut dengan lahan basah (Rahmi dkk, 2015). Lahan basah yang digunakan untuk kegiatan pertanian termasuk dalam lahan marginal dimana lahan marginal saat ini sedang diberdayakan oleh pemerintah karena juga merupakan upaya dari pembangunan nasional. Ciri khas dari lahan basah ini yaitu identik dengan air sehingga sistem penataan lahan dan penentuan jenis komoditas di lahan basah sangat bergantung pada tipe lahan dan kondisi airnya. Luas lahan basah di Indonesia diperkirakan 20,6 juta ha atau sekitar 10,8 dari luas daratan Indonesia. Sekitar 9,53 juta lahan basah di Indonesia berpotensi untuk lahan pertanian, dengan rincian 6 juta ha berpotensi untuk tanaman pangan dan 4,186 juta ha telah direklamasi untuk berbagai penggunaan terutama transmigrasi. Luasnya lahan basah yang telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman menjadikan lahan ini dapat mengalami kerusakan jika tidak dikelola dengan tepat dan terpadu. Lahan basah menjadi sangat peka terhadap perubahan yang dilakukan manusia karena lahan basah memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dan margasatwa lain. Fungsi lahan basah tidak hanya untuk sumber air minum dan habitat beraneka
1
ragam makhluk, akan tetapi juga memiliki fungsi ekologis seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global. Dengan demikian, kehati-hatian dan pengelolaan tepat guna sangat diperlukan dalam pengelolaan lahan basah.
B. Rumusan Masalah 1. Definisi lahan basah! 2. Apa saja nilai dan fungsi (manfaat) dari lahan basah!
C. Tujuan 1. Dapat mengetahui definisi dari lahan basah 2. Dapat mengetahui nilai dan fungsi (manfaat) dari lahan basah
2
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Lahan Basah Lahan basah adalah istilah kolektif tentang ekosistem yang pembentukannya dikuasai air, dan proses serta cirinya terutama dikendalikan air. Suatu lahan basah adalah suatu tempat yang cukup basah selama waktu cukup panjang bagi pengembangan vegetasi dan organisme lain yang teradaptasi khusus (Maltby, 1986). Lahan basah ditakrifkan (define) berdasarkan tiga parameter, yaitu hidrologi, vegetasi hidrofitik, dan tanah hidrik (Cassel, 1997). Lahan basah mencakup suatu rentangan luas habitat pendalaman, pantai dan marin yang memiliki sejumlah tampakan sama. Konvensi Ramsar 1971 menakirifkan lahan basah yang penting secara internasional sebagai berikut (Dugan, 1990). Lahan basah adalah wilayah rawa, lahan gambut dan air baik alami maupun buatan, bersifat tetap atau sementaram berair ladung atau mengalir yang bersifat tawar, payau, atau air asin, mencakup wilayah air marin yang di dalamnya pada waktu surut tidak lebih dari 6 meter. Konvensi ramsar memilahkan lahan basah berdasarkan ciri biologi dan fisik dasar menjadi 30 kategori lahan basah alami dan 9 kategori lahan basah buatan. Ketiga-puluh kategori lahan basah alami dipilahkan lebih lanjut menjadi 13 kategori berair asin dan 17 kategori berair tawar. Lahan basah buatan mencakup waduk, lahan sawah, jejaring irigasi dan lahan akuakultur. Untuk meringkus tinjauan, penggolongan lahan basah alami boleh dikurangi menjadi 7 satuan bentanglahan yang seluruhnya merupakan komponen penting bagi penetapan kerangka perencanaan konservasi lahan basah. Ketujuh satuan bentanglahan tersebut adalah estuary, pantai terbuka, dataran banjir, rawa air tawar, danau, lahan gambut dan hutan rawa (Dugan, 1990).
3
Istilah “Lahan Basah”, sebagai terjemahan “wetland” baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 1990. Sebelumnya masyarakat Indonesia menyebut kawasan lahan basah berdasarkan bentuk/nama fisik masing-masing tipe seperti: rawa, danau, sawah, tambak, dan sebagainya. Disamping itu, berbagai departemen sektoral juga mendefinisikan lahan basah berdasarkan sektor wilayah pekerjaan masing-masing. Pengertian fisik lahan basah yang digunakan untuk menyamakan persepsi semua pihak mulai dikenal secara baku sejak diratifikasinya Konvensi Ramsar tahun 1991 yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir; tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu surut. Untuk
tujuan
pengelolaan
lahan
basah
dibawah
kerangka
kerjasama
Internasional, Konvensi Ramsar, mengeluarkan sistem pengelompokan tipe-tipe lahan basah menjadi 3 (tipe) utama yaitu1: 1) Lahan basah pesisir dan lautan, terdiri dari 11 tipe antara lain terumbu karang dan estuari. 2) Lahan basah daratan, terdiri dari 20 tipe antara lain sungai dan danau. 3) Lahan basah buatan, terdiri dari 9 tipe antara lain tambak dan kolam pengolahan limbah.
4
B. Nilai dan Fungsi Lahan Basah
Gambar 1 Wilayah Mangrove Nilai lahan merupakan gabungan 3 parameter yaitu fungsi yang dapat dikerjakan, hasilan yang dapat dibangkitkan dan tanda pengenal berharga pada skala ekosistem yang dapat disajikan. Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia dan biologi, seperti tanah, air, spesies tumbuhan dan hewan serta zat hara. Proses yang terjadi antarkomponen dan d dalam tiap komponen membuat lahan basah dapat mengerjakan fungsi-fungsi tertentu, dapat membangkitkan hasilan dan dapat memiliki tanda pengenal khas pada skala ekosistem. Tidak semua ciri ada pada tiap lahan basah. Maka tidak semua lahan basah dapat menjalankan semua fungsi dan tidak semua fungsi dapat dikerjakan sama di tiap lahan basah (Dugan, 1990). Lahan basah pada umumnya merupakan wilayah yang sangat produktif dan mempunyai keanekaragaman yang tinggi, baik hayati maupun non hayati. Penilaian keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa lahan basah adalah salah satu sistem penyangga kehidupan yang sangat potensial.
5
Fungsi dan Nilai (Manfaat)
Keterangan
Jenis Ekosistem Penyediaan Manfaat
Nilai dan Fungsi (Manfaat) Langsung Menampung kelebihan 1.
Pengendali banjir dan
air di musim hujan dan
kekeringan
menyalurkan cadangan air di musim kemarau Menjaga keberadaan air
2.
Pengaman pantai dari
tanah (tawar) yang dapat
intrusi air laut
membatasi masuknya air laut ke dalam air sungai Meredam pengaruk
Dataran banjir, rawa air tawar gambut, situ, danau dan waduk Lahan basah pesisir seperti mangrove dan rawa air payau
gelombang dan pasang sehingga mengurangi 3.
Pengaman garus pantai
erosi di garis pantai.
Mangrove, lamun dan
(abrasi/erosi) dan badai
Vegetasi lahan basah
terumbu karang
dapat meredam laju badai yang mengarah ke pemukiman Lahan basah telah digunakan selama ribuan 4.
Jalur transportasi
tahun oleh masyarakat sebagai sarana transportasi Lahan basah, terutama yang memiliki nilai
5.
Rekreasi
estetika, dapat menjadi lokasi yang menarik untuk rekreasi
Sungai, danau, pesisir dan estuary
Hampir semua lahan basah alami dan beberapa lahan basah buatan
6
Banyak lahan basah yang menyimpan ilmu 6.
Penelitian dan pendidikan
pengetahuan sehingga menarik untuk digunakan
Semua lahan basah
sebagai lokasi penelitian, termasuk kegiatan pendidikan Nilai dan Fungsi Ekologi Sistem perakaran, batang
7.
Penambat sedimen dari darat dan penjernih air
dan daun vegetasi tertentu di lahan basah dapat menambat sedimen serta menjernihkan air Badan air dan vegetasi
8.
Penahan dan penyedia
yang terdapat pada lahan
unsur hara
basah dapat menahan dan mendaur ulang unsur hara Badan air dan
Mangrove, rawa, lamun dan lahan basah buatan
Danau, rawa, dataran banjir, mangrove dan lamun
keseluruhan komponen 9.
Penahan dan penawar pencemaran
lingkungan yang terdapat di dalamnya dapat menurunkan daya racun
Hampir semua lahan basah
bahan pencemar yang 10. Stabilisasi iklim mikro
masuk ke dalamnya Secara keseluruhan
Lahan basah yang
kondisi hidrologi dan
berukuran luas
daur materi pada lahan basah dapat menstabilkan iklim
7
mikro, terutama curah hujan dan suhu Lahan basah dapat menyerap dan menyimpan karbon sehingga berfungsi 11. Pengendali iklim global
sebagai pengendali
Rawa gambut
lepasnya karbon ke udara yang berkaitan langsung dengan perubahan iklim global Hasil produksi Air permukaan yang 12. Penyedia air untuk masyarakan
terdapat di lahan basah sejak dahulu digunakan oleh masyarakat untuk
Lahan basah berair tawar
berbagai keperluan Air permukaan yang 13. Pengisi air tanah
14. Penyedia air untuk lahan basah lainnya
terdapat di lahan basah
Danau, waduk, sungai,
dapat mengisi akuifer
dan rawa
melalui pori-pori tanah Kelebihan air pada suatu
Sungai, danau dan
lahan basah dapat
dataran banjir
mengairi lahan basah lain yang berada di dekatnya sehingga lahan basah tersebut dapat tetap menjalankan fungsi-
8
fungsinya Hutan rawa dan hutan 15. Penyedia hasil hutan
mangrove menghasilkan
Hutan rawa (gambut
berbagai komoditas
dan tawar) serta
hutan, antara lain kayu,
mangrove
buah, dan getah Lahan basah merupakan 16. Sumber kehidupan liar dan sumber makanan
habitat dan sumber
Hampir semua lahan
makanan berbagai jenis
basah
hidupan liar Lahan basah merupakan habitat dari berbagai 17. Sumber perikanan
komoditas perikanan, seperti ikan mas, ikan
Hampir semua lahan basah
mujair, dan udang Lahan basah merupakan 18. Pendukung pertanian
sumber pengairan utama berbagai kegiatan
Danau, sungai dan rawa
pertanian terutama sawah Energi yang dihasilkan dari pergerakan air dapat dikonversi menjadi energi lain (misalnya listrik). 19. Sumber energi
Gambut pada lahan gambut juga dapat
Sungai, danau, rawa gambut dan estuari
digunakan sebagai bahan bakar (misalnya briket)
9
Kekhasan Berbagai jenis flora dan 20. Merupakan habitat berbagai keanekaragaman hayati
fauna menjadikan lahan basah sebagai habitatnya
Hampir semua lahan
baik dalam sebagian
basah
maupun keseluruhan siklus hidupnya Banyak lahan basah memiliki nilai estetika
21. Keunikan tradisi, budaya yang khas sehingga dan warisan
Lahan basah yang terkait tradisi dan
menjadi bagian dari
kebudayaan dengan
perkembangan budaya
masyarakat
masyarakat setempat Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan lahan 22. Habitat bagi sebagian
basah sebagai tempat
atau seluruh siklus hidup
perkembangbiakan,
flora dan fauna
pemeliharaan,
Hampir semua lahan basah
pembesaran, dan tempat mencari makan
Tabel 1 Pengemlompokan Nilai dan Fungsi Lahan Basah
10
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Lahan basah adalah istilah kolektif tentang ekosistem pembentukannya dikuasai air, dan proses serta cirinya terutuama dikendalikan air. Suatu lahan basah adalah suatu tempat yang cukup basah selama waktu cukup panjang bagi pengembangan vegetasi dan organisme lain yang teradaptasi khusus (Maltby, 1986). Lahan basah ditakrifkan (Define) berdasarkan 3 parameter yaitu Hidrologi, Vegetasi Hidrofitik dam Tanah Hidrik (Cassel, 1997). Istilah “Lahan Basah”, sebagai terjemahan “wetland” baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 1990. Sebelumnya masyarakat Indonesia menyebut kawasan lahan basah berdasarkan bentuk/nama fisik masing-masing tipe seperti: rawa, danau, sawah, tambak, dan sebagainya. Disamping itu, berbagai departemen sektoral juga mendefinisikan lahan basah berdasarkan sektor wilayah pekerjaan masing-masing. Pengertian fisik lahan basah yang digunakan untuk menyamakan persepsi semua pihak mulai dikenal secara baku sejak diratifikasinya Konvensi Ramsar tahun 1991 yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir; tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu surut. Nilai dan fungsi lahan basah memiliki 22 macam antara lain pengendali banjir dan kekeringan, pengaman pantai dari intrusi air laut, pengaman garus pantai (abrasi/erosi) dan badai, jalur transportasi, rekreasi, penelitian dan pendidikan, penambat sedimen dari darat dan penjernih air, penahan dan penyedia unsur hara, penahan dan penawar pencemaran, stabilisasi iklim mikro, pengendali iklim global, penyedia air untuk masyarakan, pengisi air tanah, penyedia air untuk lahan basah lainnya, penyedia hasil hutan, sumber kehidupan liar dan sumber makanan, sumber perikanan, pendukung pertanian, sumber energy, merupakan habitat berbagai
11
keanekaragaman hayati, keunikan tradisi, budaya, warisan dan habitat bagi sebagian atau seluruh siklus hidup flora dan fauna
B. Saran Demikian hasil makalah saya, saya mengharapkan saran dan masukan serta kritikan yang sifatnya membangun dari siapa pun. Saya juga memohon maaf atas kejanggalan-kejanggalan yang terdapat dalam makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA Notohadiprawiro T . 2006. Sarian kumpulan Makalah Lahan Basah
13