1
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar genotipe hasil persilangan yang di evaluasi memiliki banyak kelebihan dibanding dengan kontrol. Pada peubah yang merupakan komponen hasil yaitu jumlah polong, bobot polong muda pertanaman genotipe Cokelat bintik putih dan cokelat putih lebih tinggi dibandingkan dengan Parade sebagai pembanding. Berdasarkan hasil analisis jalur yang dilakukan oleh Ahmed dkk. (1997) diketahui bahwa komponen hasil yang paling penting adalah jumlah buah tiap tanaman dan bobot buah per tanaman. Jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman berkorelasi positif dan berpengaruh secara langsung terhadap hasil kacang panjang. Berdasarkan peubah bobot polong muda kedua genotipe uji ini memiliki bobot polong muda yang labih tinggi yaitu 671,92 gram untuk genotipe Cokelat bintik putih dan 677,66 gram pada genotipe Cokelat putih dan pada genotipe Parade ditambah dengan nilai LSI sebesar 658,03 gram. Menurut Utomo (1999) yang dikutip oleh Dedy (2007) ukuran dan jumlah polong merupakan karakter yang mempengaruhi daya hasil atau produksi perhektar.
Berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu mengetahui potensi hasil polong segar, hasil benih, dan selera masyarakat dari genotipe hasil persilangan yang di uji. Mengenai potensi polong segar telah dibahas diatas, yang menyatakan terdapat dua genotipe uji yang unggul. Hal ini serupa dengan pernyataan Makmur, (1992) yang menyatakan tujuan dari pemulian tanaman ialah mendapatkan varitas yang lebih baik. Dan kegiatan ini dibiayai rakyat (melalui pajak) dengan harapan bahwa hasilnya akan meningkatkan pendapatan petani, dan tugas dari perbanyakan dan penyebaran benihnya adalah tugas dari organisasi produsen benih, dalam hal ini
2
pemerintah melalui PT. Syang Hyang Seri. Berdasarkan hasil penelitian semua genotipe yang di uji Hitam Putih (H/CP-F5-2), Cokelat Bintik Putih (C/CP-F5-4), Cokelat Putih(CP/H-F5-3), dan Hitam (H/CP-F5-15) memiliki jumlah benih total yang lebih banyak dari pada Parade, akan tetapi pada bobot benih total hanya genotipe Cokelat Bintik Putih (C/CP-F5-4), dan Cokelat Putih (CP/H-F5-3) yang memiliki bobot benih total paling tinggi. Hal ini disebabkan dari ukuran benih, karena benih- benih pada genotipe Hitam Putih (H/CP-F5-2), dan Hitam (H/CPF5-15) memiliki ukuran yang lebih kecil- kecil, hal ini sesuai dengan bobot 100 butir benih. Yang mana pada jumlah benih yang sama Hitam Putih (H/CP-F5-2), dan Hitam (H/CP-F5-15) memiliki bobot 100 butir benih sebesar 15,83 gram dan 13, 61 gram. Sedangkan genotipe Parade sebagai kontrol memiliki bobot 100 butir benih sebesar 18,93 gram, dan untuk genotipe uji yang unggul yaitu Cokelat Bintik Putih (C/CP-F5-4), dan Cokelat Putih (CP/H-F5-3) sebesar 23,79 gram dan 21,02 gram. Menurut Soetiarso dan Marpaung (1995) menunjukkan bahwa faktor yang diperhatikan oleh konsumen rumah tangga pada saat membeli kacang panjang adalah warna, kematangan, panjang, bentuk, diameter, keseragaman polong dan permukaan polong. Maka genotipe Cokelat Putih(CP/H-F5-3), dan Hitam (H/CPF5-15) menunjukan panjang polong yang lebih seragam, keseragaman panjang polong ini akan memudahkan petani dalam mensortir polong setelah panen, dan bila akan dijual ke supermarket polong- polong yang seragam akan lebih mudah di packing. Dan tentunya keseragaman panjang polong menjadi kriteria tersendiri bagi ibu- ibu rumah tangga. Serta Cokelat Bintik Putih (C/CP-F5-4) dan genotipe Hitam (H/CP-F5-15) warna polong hijau tua. Untuk ukuran panjang polong genotipe Cokelat bintik putih dan Cokelat putih memiliki polong yang lebih
3
panjang dari genotipe uji yang lain, walau masih lebih pendek dari genoti Parade. Pada tingkat kemanisan polong juga mempengaruhi selera masyarakat, pada kadar rasa manis semua genotipe yang kita uji memiliki nilai yang lebih rendah berdasarkan uji LSI, akan tetapi berdasarka hasil analisis ragam pada taraf 5% nilai yang lebih rendah dari kontrol ini tidak beberda nyata. Berdasarkan uji korelasi terdapat korelasi yang positif antara umur panen polong muda dengan brix, hal ini menunjukan bahwa pemanenan polong muda yang tepat meningkatkan kadar brix, akan tetapi pemanen polong muda yang yang lewat dari waktu yang tepat juga menurunkan kadar brix nilai rata-rata kadar brix saat panen polong muda yaitu 5,11. Waktu berbunga dan waktu buah matang menentukan genjah atau dalamnya umur tanaman. Umumnya varietas yang diminati petani adalah varietas yang berumur genjah.(Kirana, 2006). Rata-rata waktu berbunga kacang panjang adalah 34 hst dan panen polong muda adalah 42 hst. Semua genotipe yang di uji, Hitam Putih (H/CP-F5-2), Cokelat Bintik Putih (C/CP-F5-4), Cokelat Putih(CP/H-F5-3), dan Hitam (H/CP-F5-15) memiliki umur berbunga, umur panen polong muda, dan umur panen yang lebih cepat dari genotipe Parade sebagai kontrol. Pada peubah umur berbunga, umur panen polong muda, dan umur panen polong tua nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan pembanding merupakan nilai yang baik, karena tanaman dari genotipe yang kita uji akan lebih cepat berbunga dan cepat berbuah sehingga lebih efisien dalam hari. Terjadinya variasi ini disebabkan oleh faktor genetik dari masing-masing genotipe, sehingga umur panen pun bervariasi. Umur panen polong muda berkisar antara 41-45 HST (Jaya 1993). Hubungan antar variebel- variabel pengamatan, baik variabel vegetatifmaupun variabel produksi ditunujukan oleh besarnya nilai uji kerelasi.(Tabel. 8).
4
Berdasakan tabel korelasi, umur berbunga berkorelasi positif terhadap umur panen polong muda, umur panen polong tua. Hal ini menujukan bahwa terdapatnya hubungan antara masa vegetatif tanaman dan masa generatif suatu tanaman. Cahyono, (2006) menyatakan bahwa masa generatif tanaman yang baik ialah sesuai dengan deskripsi dari suatu tanaman, yaitu apabila masa vegetatif telah sempurna, jadi masa generatif tanaman lebih cepat bukan karena disebabkan stres lingkungan. Hamin, (2007) menyatakan tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang tidak optimal, akan mempercepat masa generatifnya guna menghasilkan biji untuk menjaga kelestarian spesiesnya. Umur panen polong muda berkorelasi positif tehadap kadar manis (Brix) dengan nilai 0,9** nyata pada r tabel pada α = 0,1%. Hal ini menunjukan bahwa pemanenan yang tepat akan meningkatkan kadar kemanisan polong, panen tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Karena pemanenan yang terlambat menyebabkan kekerasan polong menjadi lunak, dan bentuk polong tidak lagi rata karena lokul semakin memperlihatkan biji-biji dalam polong. Berdasarkan umur panen maka Cahyono, (2006) meyatakan waktu panen yang tepat adalah sore hari, karena cuaca yang buruk sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan polong kacang panjang yang telah dipanen. Cuaca yang panas atau siang hari menyebabkan peningkatan temperature didalam polong (buah) kacang panjang yang telah dipanen sehingga akan mempercepat proses penguapan air polong kacang panjang sehingga polong akan tampak layu. Dan panen setelah hujan sebaiknya jangan dilakukan karena polong kacang panjang yang basah terkena air hujan akan cepat rusak (membusuk). Menurut Utomo (1999) yang dikutip oleh Dedy (2007) ukuran dan jumlah polong merupakan karakter yang mempengaruhi daya hasil atau produksi perhektar.
5
Dan pada penelitian ini variebel generatif jumlah bunga berkorelasi positif terhadap jumlah polong, artinya setiap peningkatan jumlah bunga akan diikuti peningkatan jumlah polong. Begitu juga pada variabel produksi, terdapat korelasi yang positif yaitu antara peubah panjang polong dengan peubah bobot polong muda sebesar 0,72 nyata pada α = 5%, begitu juga dengan peubah jumlah polong dengan bobot polong muda sebesar 0,90 nyata pada α = 1%.
Dua genotipe uji yang unggul dibandingkan dengan kontrol yaitu genotipe Cokelat bintik putih (C/CP-F5-4) dan Cokelat putih (C/CP-F5-3). Yaitu pada peubah bobot polong muda, jumlah 100 butir benih, jumlah benih total, dan bobot benih total, sehingga dapat disarankan untuk di release sebaagai kultivar baru. Dan semua genotipe uji memiliki umur berbunga, umur panen polong muda, dan umur panen polong tua yang lebih pendek dibandingkan dengan genotipe Parade sebagai kontrol. Oleh karena itu akan lebih disukai petani, walau genotipe uji memiliki umur lebih genjah dan masa produksi yang lebih cepat, ± 1,5 bulan tetapi genotipe uji frekeunsi petik yang cukup banyak yaitu 16 kali. Cahyono, (2006) meyatakan pemanenan kacang panjang dilakukan hingga 16-22 kali petik dengan masa produksi kacang pajang berlangsung selama 3,5- 4 bulan, pemanen dilakukan setiap 2-3 hari sekali tergantung varietasnya. Genotipe Cokelat Putih (CP/H-F5-3) dan genotipe Hitam (H/CP-F5-15), menunjukan panjang polong yang lebih seragam berdasakan nilai standar deviasi pada peubah panjang polong. Dan genotipe yang memiliki nilai tengah panjang polong paling panjang diantara genotipe uji ialah genotipe Cokelat bintik putih dan Cokelat putih memiliki polong yang cukup panjang yaitu dengan nilai rataan 51,39 cm. Dan genotipe Cokelat Bintik Putih (C/CP-F5-4) dan genotipe Hitam (H/CP-F5-15) memiliki
6
warna polong hijau gelap beberapa hijau muda berdasrkan Base Color Green pada Microsoft Publiser 2007 Windows XP. Serta semua genotipe uji memiliki kadar kemanisan yang tidak berbeda dengan kontrol dengan rata-rata kadar kemanisan kemanisan polong ± 5,02 Brix .