Kusta 2

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kusta 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,722
  • Pages: 11
Kusta Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Lepra) Langsung ke: navigasi, cari Kusta Klasifikasi & sumber eksternal

Seorang pria berusia 24 tahun yang menderita kusta.

Kode ICD-10:

A30.

Kode ICD-9:

030

OMIM

246300

DiseasesDB

8478

MedlinePlus

001347

eMedicine MeSH

med/1281 derm/223 neuro/187 C01.252.410.040.552.386

Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.[1] Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.[2] Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.

Daftar isi [tampilkan]

[sunting] Sejarah Konon, kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok kuna, Mesir kuna, dan India.[3] Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena kusta. [4] Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan kurang perlu

dan tidak etis, beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, seperti India dan Vietnam. Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir 1940-an dengan diperkenalkannya dapson dan derivatnya. Bagaimanapun juga, bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan menjadi kian menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.

[sunting] Ciri-ciri

Lesi kulit pada paha. Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa.[5] Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi menjadi 'kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy). Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid. Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik). Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat. Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS.[6]

[sunting] Penyebab Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mycobacterium leprae

Mycobacterium leprae.

Paket terapi multiobat. Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta.[2] Sebuah bakteri yang tahan asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium.[7] M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.[8]

[sunting] Patofisiologi Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. [9] Selain manusia, hewan yang dapat tekena kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet pemakan kepiting.[10] Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. [11] Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab. Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat.[12] Dalam penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per 1000 per tahun di Cebu, Philipina[13] hingga 55,8 per 1000 per tahun di India Selatan.[14] Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adnaya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan asam di epitel deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis. [15] Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan adanya sejumlah M. leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat. [16] Pentingnya mukosa hidung telah dikemukakan oleh Schäffer pada 1898.[17] Jumlah dari bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri.[18] Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di sekret hidung mereka.[19] Davey dan Rees mengindikasi

bahwa sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari.[20] Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang dari masuknya bakteri. Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta melalui aerosol di mencit yang ditekan sistem imunnya. [21] Laporan yang berhasil juga dikemukakan dengan pencobaan pada mencit dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan. [22] Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan. Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda.[23] Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Secara umum, telah disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

[sunting] Pengobatan Sampai pengembangan dapson, rifampin, dan klofazimin pada 1940an, tidak ada pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat bakterisidal (pembasmi bakteri) yang lemih terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson menyebabkan populasi bakteri menjadi kebal. {ada 1960an, dapson tidak digunakan lagi. Pencarian terhadap obat anti kusta yang lebih baik dari dapson, akhirnya menemukan klofazimin dan rifampisin pada 1960an dan 1970an. [24]

Obat terapi multiobat kusta.

Kemudian, Shantaram Yawalkar dan rekannya merumuskan terapi kombinasi dengan rifampisin dan dapson, untuk mengakali kekebalan bakteri.[25] Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali direkomendasi oleh Panitia Ahli WHO pada 1981. Cara ini menjadi standar pengobatan multiobat. Tiga obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan atau resistensi bakteri. Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup sulit untuk masuk ke negara yang endemik. Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia (WHA) ke-44 di Jenewa, 1991, menelurkan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000, dan berusaha untuk ditekan menjadi 1 kasus per 100.000. WHO diberikan mandat untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta. Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993 dan merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar.[26] Yang pertama adalah pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson. Sejak 1995, WHO memberikan paket obat terapoi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010. Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama.[3] Cara ini aman dan mudah. jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.[3]

[sunting] Epidemiologi

Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003. Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta.[4] India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Pada 1999, insidensi penyakit kusta du dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284 kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal. Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.

[sunting] Kelompok berisiko Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.

[sunting] Situasi global Tabel 1: Prevalensi pada awal 2006, dan tren penemuan kasus baru pada 2001-2005, tidak termasuk di Eropa

Prevalensi terdaftar

Kasus baru yang ditemukan pada tahun

(rate/10,000 pop.)

Daerah

Awal 2006

2001

2002

2003

2004

2005

Afrika

40.830 (0.56)

39.612

48.248

47.006

46.918

42.814

Amerika

32.904 (0.39)

42.830

39.939

52.435

52.662

41.780

Asia Tenggara

133.422 (0.81)

668.658

520.632

405.147

298.603

201.635

Mediterania Timur

4.024 (0.09)

4.758

4.665

3.940

3.392

3.133

Pasifik Barat

8.646 (0.05)

7.404

7.154

6.190

6.216

7.137

Total

219.826

763.262

620.638

514.718

407.791

296.499

Tabel 2: Prevalensi dan Penemuan Penemuan kasus baru

Prevalensi terdaftar Negara

Brasil Republik Demokratik Kongo Madagaskar Mozambik Nepal Tanzania Total

(rate/100,000 pop.)

(rate/10,000 pop.)

Selama 2003

Selama 2004

Selama 2005

Awal 2004

Awal 2005 Awal 2006

79.908 (4.6)

30.693 (1.7)

27.313 (1.5)

6.891 (1.3)

10.530 (1.9)

9.785 (1.7) 7.165 (13.5)

5.514 (3.4)

4.610 (2.5) 2.094 (1.1) 5.104 (31.1) 3.710 (20.5) 2.709 (14.6)

6.810 (3.4)

4.692 (2.4) 4.889 (2.5) 5.907 (29.4) 4.266 (22.0) 5.371 (27.1)

7.549 (3.1)

4.699 (1.8) 4.921 (1.8) 8.046 (32.9) 6.958 (26.2) 6.150 (22.7)

5.420 (1.6)

4.777 (1.3) 4.190 (1.1) 5.279 (15.4) 5.190 (13.8) 4.237 (11.1)

112.092

60.001

53.192

49.206 (28.6)

80.707

49.384 (26.9)

38.410 (20.6)

11.781 (21.1)

10.737 (18.7)

81.289

67.614

Sebagaimana yang dlaporkan oleh WHO pada 115 negara dan teritori pada 2006 dan diterbitkan di Weekly Epidemiological Record, prevalensi terdaftar kusta pada awal tahun 2006 adalah 219.826 kasus.[27] Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya adlaah 296.499 kasus. Alasan jumlah penemuan tahunan lebih tinggi dari prevalensi akhir tahun dijelaskan dengan adanya fakta bahwa proporsi kasus baru yang terapinya selesai pada tahun yang sama sehingga tidak lagi dimasukkan ke prevalensi terdaftar. Penemuan secara globa terhadap kasus baru menunjukkan penurunan. Tabel 1 menunjukkan penemuan kasus secara global menurun sejak 2001. Tabel 2 menunjukkan situasi kusta pada enam negara utama.

[sunting] Lihat pula Tuberkulosis

[sunting] Referensi 1. ^ Sasaki S, Takeshita F, Okuda K, Ishii N (2001). "Mycobacterium leprae and leprosy: a compendium". Microbiol Immunol 45 (11): 729-36. 2. ^ a b Ryan KJ, Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology, 4th ed., McGraw Hill, 451-3. ISBN 0838585299. 3. ^ a b c Leprosy. WHO. Diakses pada 2007-08-22 4. ^ a b WHO (1995). "Leprosy disabilities: magnitude of the problem". Weekly Epidemiological Record 70 (38): 269-75. 5. ^ Naafs B, Silva E, Vilani-Moreno F, Marcos E, Nogueira M, Opromolla D (2001). "Factors influencing the development of leprosy: an overview". Int J Lepr Other Mycobact Dis 69 (1): 26-33. 6. ^ McNeil Jr DG. "Worrisome New Link: AIDS Drugs and Leprosy", New York Times, 200610-24. Diakses pada 2007-05-07. 7. ^ McMurray DN (1996). Mycobacteria and Nocardia. in: Baron's Medical Microbiology (Baron S et al, eds.), 4th ed., Univ of Texas Medical Branch. ISBN 0-9631172-1-1. 8. ^ Bhattacharya S, Vijayalakshmi N, Parija SC (2002). "Uncultivable bacteria: Implications and recent trends towards identification". Indian journal of medical microbiology 20 (4): 1747. 9. ^ Reich CV (1987). "Leprosy: cause, transmission, and a new theory of pathogenesis". Rev. Infect. Dis. 9 (3): 590-4. 10.^ Rojas-Espinosa O, Løvik M (2001). "Mycobacterium leprae and Mycobacterium lepraemurium infections in domestic and wild animals". Rev. - Off. Int. Epizoot. 20 (1): 21951. 11.^ Alcaïs A, Mira M, Casanova JL, Schurr E, Abel L (2005). "Genetic dissection of immunity in leprosy". Curr. Opin. Immunol. 17 (1): 44-8. DOI:10.1016/j.coi.2004.11.006. 12.^ Kaur H, Van Brakel W (2002). "Dehabilitation of leprosy-affected people--a study on leprosy-affected beggars". Leprosy review 73 (4): 346-55. 13.^ Doull JA, Guinto RA, Rodriguez RS, et al. (1942). "The incidence of leprosy in Cordova and Talisay, Cebu, Philippines". International Journal of Leprosy 10: 107–131. 14.^ Noordeen S, Neelan P (1978). "Extended studies on chemoprophylaxis against leprosy". Indian J Med Res 67: 515-27. 15.^ Weddell G, Palmer E (1963). "The pathogenesis of leprosy. An experimental approach". Leprosy Review 34: 57-61. 16.^ Job C, Jayakumar J, Aschhoff M (1999). ""Large numbers" of Mycobacterium leprae are discharged from the intact skin of lepromatous patients; a preliminary report". Int J Lepr Other Mycobact Dis 67 (2): 164-7. 17.^ Arch Dermato Syphilis 1898; 44:159–174 18.^ Shepard C (1960). "Acid-fast bacilli in nasal excretions in leprosy, and results of inoculation of mice". Am J Hyg 71: 147-57. 19.^ Pedley J (1973). "The nasal mucus in leprosy". Lepr Rev 44 (1): 33-5. 20.^ Davey T, Rees R (1974). "The nasal dicharge in leprosy: clinical and bacteriological aspects". Lepr Rev 45 (2): 121-34.

21.^ Rees R, McDougall A (1977). "Airborne infection with Mycobacterium leprae in mice". J Med Microbiol 10 (1): 63-8. 22.^ Chehl S, Job C, Hastings R (1985). "Transmission of leprosy in nude mice". Am J Trop Med Hyg 34 (6): 1161-6. 23.^ Montestruc E, Berdonneau R (1954). "2 New cases of leprosy in infants in Martinique.". Bull Soc Pathol Exot Filiales 47 (6): 781-3. 24.^ Rees RJ, Pearson JM, Waters MF (1970). "Experimental and clinical studies on rifampicin in treatment of leprosy". Br Med J 688 (1): 89-92. 25.^ Yawalkar SJ, McDougall AC, Languillon J, Ghosh S, Hajra SK, Opromolla DV, Tonello CJ (1982). "Once-monthly rifampicin plus daily dapsone in initial treatment of lepromatous leprosy". Lancet 8283 (1): 1199-1202. 26.^ Chemotherapy of Leprosy. WHO Technical Report Series 847. WHO. Diakses pada 200703-24 27.^ (2006). "Global leprosy situation, 2006". Weekly Epidemiological Record 81: 309–16.

[sunting] Bacaan lanjut 1. Clark E (1994). "Social Welfare and Mutual Aid in the Medieval Countryside". The

Journal of British Studies 33 (4): pp. 394–6. 2. Icon Health Publications (2004). Leprosy: A Medical Dictionary, Bibliography, and

Annotated Research Guide to Internet References. San Diego: Icon Health Publications. ISBN 0-597-84006-7. 3. Rawcliffe C (2001). "Learning to Love the Leper: aspects of institutional Charity in

Anglo Norman England". Anglo Norman Studies 23: pp. 233–52. 4. Rawcliffe C (2006). Leprosy in Medieval England. Ipswich: Boydell Press. ISBN

1843832739. 5. Talarigo J (2004). The Pearl Diver: (fiction) young woman with leprosy is exiled to

leprosy colony in Japan, 1929. Doubleday. ISBN 1-4025-8661-2. 6. Tayman J (2006). The Colony : The Harrowing True Story of the Exiles of Molokai.

Simon & Schuster. ISBN 0-7432-3300.

[sunting] Pranala luar (en) National Hansen's Disease Programs (NHDP), U.S. Health Resources and Services Administration (en) Hansen's Disease (Leprosy) - Centers for Disease Control and Prevention (en) World Health Organization (WHO) leprosy website (en) American Leprosy Missions (en) The Global Campaign to Eliminate Leprosy article from PLoS Medicine (id) Kusta - medicastore Sejarah kusta (en) ILA Global Project on the History of Leprosy (en) National Hansen's Disease Museum (en) BBC News: Slave trade key to leprosy spread (en) Interview with author John Tayman (The Colony). (MP3 audio: runtime = 00:23:20, 10.7 mb) IT Conversations Tech Nation. Diakses pada 2007-03-22

Penelitian (en) Pathology Images of Leprosy and Other Granulomatous diseases Yale Rosen, M.D. (en) INFOLEP Leprosy Information Services (en) Leprosy Review Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Kusta" Kategori: Artikel kelas-A bertopik biologi | Dermatologi | Kusta | Penyakit infeksi kulit | Penyakit bakterial | Penyakit tropikal Tampilan

Halaman Pembicaraan Sunting ↑ Versi terdahulu Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun Pencarian Istimew a:Pencari

Tuju ke

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan wikipedia

Perihal Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang Buat buku

Tambah halaman Bantuan Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait

Cari

Halaman istimewa Versi cetak Pranala permanen Buat PDF Kutip artikel ini Bahasa lain

1. ‫العربية‬ 2. Azərbaycan 3. Български 4. বাংলা 5. Brezhoneg 6. Bosanski 7. Català 8. Česky 9. Cymraeg 10. Dansk 11. Deutsch 12. ް‫ދިވެހިބަސ‬ 13. English 14. Esperanto 15. Español 16. Euskara 17. ‫فارسی‬ 18. Suomi 19. Français 20. Galego 21. ‫עברית‬ 22. ििनदी 23. Magyar 24. Ido 25. Íslenska 26. Italiano 27. 日本語 28. Қазақша 29. 한국어 30. Latina 31. Bahasa Melayu 32. Nederlands

33. Norsk (bokmål) 34. Polski 35. Português 36. Runa Simi 37. Română 38. Русский 39. Simple English 40. Slovenščina 41. Српски / Srpski 42. Basa Sunda 43. Svenska 44. తలగ

45. Tagalog 46. Türkçe 47. Українська 48. ‫اردو‬ 49. Tiếng Việt 50. 中文 51. Bân-lâm-gú

1. Halaman ini terakhir diubah pada 03:20, 17 Juni 2009. 2. Seluruh teks tersedia sesuai dengan Lisensi Dokumentasi Bebas GNU

Wikipedia® adalah merek dagang terdaftar dari Wikimedia Foundation, Inc. 3. Kebijakan privasi 4. Perihal Wikipedia 5. Penyangkalan

Related Documents

Kusta 2
May 2020 12
Kusta
April 2020 24
Reaksi Kusta
June 2020 17
Contoh Kusta
April 2020 17
Kusta New.pptx
June 2020 17
Kusta 1
May 2020 14