Kurikulum Pendidikan Islam

  • Uploaded by: Salma Rahmawati
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kurikulum Pendidikan Islam as PDF for free.

More details

  • Words: 3,657
  • Pages: 22
Kurikulum Pendidikan Islam Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pembimbing : H. Ghafiqi Faroek Abadi, M.Pd.I Oleh : Karimatul Fikriyah

(D91218135)

Nabila Intan Permata S

(D91218148)

Rosda Zakia Nargies

(D91218157)

Salma Rahmawati

(D91218158)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTA TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019

iii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penyusun memanjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya karena atas berkah limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kurikulum Pendidikan Islam”. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan baik dari media online maupaun media cetak serta sumber-sumber yang lain. Terlepas dari semua itu tentunya dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun tata letak teks. Untuk itu, penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penyusun berharap semoga makalah yang berjudul “Kurikulum Pendidikan Islam” ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Serta pembaca dapat memahami isi dan maksud yang ada dalam makalah ini.

Surabaya, 07 April 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI COVER........................................................................................................................i KATA PENGANTAR.................................................................................................ii DAFTAR ISI...............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 A. Latar Belakang.................................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................................2 C. Tujuan..............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3 A. Definisi dan komponen kurikulum dalam pendidikan islam.............................3 B. Kerangka dasar kurikulum dalam pendidikan islam.........................................4 C. Dasar dan prinsip-prinsip penyusunan kurikulum dalam pendidikan islam.....5 D. Klasifikasi ilmu dalam kurikulum pendidikan islam........................................11 E. Orientasi kurikulum dalam pendidikan islam...................................................15 .

BAB III PENUTUP......................................................................................................17 Kesimpulan............................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

iii

BAB I PEDAHULUAN

A.

Latar Belakang Kata “Kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai kefinish. Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran disuatu perguruan.1 Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dalam pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Pandangan ini menekankan pengertian kurikulum pada segi isi. Dalam pandangan yang muncul kemudian, penekanan terletak pada pengalaman belajar. Dengan titik tekan tersebut, kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman yang disajikan kepada para siswa dibawah pengawasan atau pengarahan sekolah.2 Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan kurikuler yang tidak formal. Kegiatan kurikuler yang tidak formal ini sering disebut ko-kurikuler dan ekstra-kurikulum.

1

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), 162

2

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), 162

1

2

2

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang tertera diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa rumusan masalah diantaranya: 1. Bagaimana Definisi dan komponen kurikulum dalam pendidikan Islam? 2. Bagaimana Kerangka dasar kurikulum dalam pendidikan Islam? 3. Bagaimana Dasar dan prinsip-prinsip penyusunan kurikulum dalam pendidikan Islam? 4. Bagaimana Klasifikasi ilmu dalam kurikulum pendidikan Islam? 5. Bagaimana Orientasi kurikulum dalam pendidikan Islam ? C. Tujuan Dari beberapa rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui Definisi dan komponen kurikulum dalam pendidikan Islam. 2. Mengetahui Kerangka dasar kurikulum dalam pendidikan Islam. 3. Mengetahui Dasar dan prinsip-prinsip penyusunan kurikulum dalam pendidikan Islam. 4. Mengetahui Klasifikasi ilmu dalam kurikulum pendidikan Islam. 5. Mengetahui Orientasi kurikulum dalam pendidikan Islam.

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi dan komponen kurikulum dalam pendidikan Islam

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan Curere yang artinya berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. "istilah ini mulanya digunakan dalam istilah dunia olah raga yang berarti “a litleracecourse” suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olah raga. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian sebagai “circle of instruction”

yaitu suatu lingkaran

pengajaran di mana pendidik dan peserta didik terlibat didalamnya.3 Kurikulum juga bisa di istilahkan dengan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi para peserta dididik dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dalam mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.4 Dalam kosa kata arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terangyang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya. Dalam bidang pendidikan sendiri, manhaj damaksudkan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mereka.5

3

Armiel Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 30.

4

Djalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep Perkembangan Pemikiran, (Jakarta: PT. Raja Grasindo, 1999), 44. 5

Muhammad Ali Al-Khawli, Qamus Tarbiyah, (Beirut: Dar’ilm Al-Malayin,tt), 103.

3

4

Komponen kurikulum Mengingat bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Maka kurikulum itu isinya luas sekali. Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum yaitu : 1. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Dengan lebih tegas lagi

orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk dengan kurikulum tersebut 2.

Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah yang disebut mata pelajaran.

3.

Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.

4.

Evaluasi atau cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut

B. Kerangka dasar kurikulum dalam pendidikan Islam

Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam adalah yang bersifat intergrated dan komperensif serta menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama dalam penyusunan. Kerangka dasar kurikulum pendidikan Islam, antara lain : 1. Tauhid

5

Tauhid sebagai kerangka dasar utama kurikulum harus dimantapkan semenjak masih bayi dimulai dengan mendengarkan kalimat-kalimat tauhid seperti azan atau iqamah terhadap anak yang baru dilahirkan. 2. Perintah Membaca Kerangka dasar selanjutnya adalah perintah “membaca” ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat yaitu: a.

Ayat Allah yang berdasarkan wahyu,

b.

Ayat Allah yang ada pada diri manusia, dan

c.

Ayat Allah terdapat di alam semesta di luar manusia.

C. Dasar dan prinsip-prinsip penyusunan kurikulum dalam pendidikan islam

Herman H. Home memberikan dasar bagi penyusunan kurikulum dengan tiga macam, yaitu : 1.

Dasar Psiokogis, yang digunakan untuk memenuhi dan mengetahui yang diperoleh dari pelajar dan kebutuhan anak didik (the ability and needs of children).

2.

Dasar Sosiologis, yang digunakan untuk mengetahui tuntutan yang sah dari masyarakat (the legitimate demands of society).

3.

Dasar Filosofit, yang digunakan untuk mengetahui keadaan semesta/ tempat kita hidup (the kind of universe in which we live). Oleh karena itu yang menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum

pendidikan Islam adalah : 1.

Dasar Agama

6

Dalam arti segala sistem yang ada dalam masyarakat termasuk pendidikan, harus meletakan dasar falsafah, tujuan dan kurikulumnya pada dasar agama islam dengan segala aspeknya. 2.

Dasar Falsafah Dasar ini merupakan pedoman bagi tujuan pendidikan islam secara filosofit.

3.

Dasar Psikologis Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik.

4.

Dasar Sosial Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan Islam yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri masyarakat isalam dan kebudayaanya.

5.

Dasar Organisatoris Dasar ini memberikan landasan dalam penyusunan bahan pembelajaran beserta penyajiannya dalam proses pembelajaran beserta penyajiannya dalam proses pembelajaran.

Prinsip-prinsip penyusunan kurikulum Sebelum kita memasuki prinsip-prinsip pengembangn kurikulum perspektif Islam, kita akan melihat dulu Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum secara umum. Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum dalam pengembangan kurikulum6 : 1.

Prinsip Relevansi, dalam membuat kurikulum hendaknya memeperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat sekitar dan anak didik, agar nantinya

6

Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Al-Afkar, Vol. III, No.2, (Oktober 2014).

7

berguna bagi siswa untuk bersaing dalam dunia kerja yang akan datang. Dan tak kalah penting harus sesuai dengan perkembangan tekhnologi agar selaras dalam usaha mebangun negara. 2.

Prinsip Fleksibilitas, dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum hendaknya mempunyai kelenturan. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaiaan-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah. Waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak. Kurkulum ini mempersiapkan anak untuk masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum tetap fleksibel dilaksanakan ditempat manapun, bahkan bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.

3.

Prinsip Kontinuitas, perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara suatu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang dengan jenjang lainnya, juga antar jenjang pendidikan dengan pekerjaananya.

4.

Prinsip Efisiensi, untuk menyelesaikan suatu program diperlukan waktu, tenaga dan biaya yang kadang-kadang sangat besar jumlahnya. Yang kesemuannya itu sangat bergantung kepada banyak program yang akan diselesaikan. Hal ini yang dikatakan bahwa usaha yang dilakukan itu efisien. Jadi efisiensi merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan pengeluaran yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil yang seimbang. Dengan kata lain prinsip ekonomis ini harus diterapkan dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit atau sekecil mungkin untuk mendapakan hasil yang optimal.

5.

Prinsip Efektifitas, walaupun kurikulum tersebut harus sederhana dan murah tapi keberhasilan tetap harus diperhatikan. Dan pengembangan kurikulum tidak terlepas dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan, yang merupakan

penjabaran

dari

kebijaksanaan-kebijaksanaan

pemerintah

8

dibidang pendidikan. Pada dasarkan kurikulum berisikan empat aspek utama tujuan-tujuan pendidikan atau kompetensi, isi pendidikan dan pengalaman belajar serta penilaian. Menurut Abdurahman an-Nahlawi sebagaimana yang dikutib oleh Abdul Majid dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, menjelaskan bahwa kurikulum Islami harus memenuhi beberapa ketentuan, yaitu7 : 1. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta bertujuan untuk menyucikan manusia, memelihara dari penyimpangan, dan menjaga keselamatan fitrah manusia. 2. Harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah. Kurikulum Islam yang disusun harus menjadi landasan kebangkitan Islam, baik dalam aspek intelektual, pengalaman, fisikal maupun sosial. 3. Harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik, tingkatan pemahaman, jenis kelamin serta tugastugas kemasyarakatan yang telah dirancang dalam kurikulum. 4. Memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyagkut penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, seperti merasa bangga menjadi umat Islam. Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah pelayanan kesehatan, jaminan keamanan, perkantoran, kebudayaan atau aspek-aspek hasil peradaban lainnya. 5. Tidak bertentanagan dengan konsep-konsep Islam. Mengacu pada kesatuan Islam, dan selaras dengan integrasi psikologi yang telah Allah ciptakan untuk manusia serta selaras dengan kesatuan pengalaman yang hendak diberikan kepada anak didik, baik yang berhubungan dengan sunnah, kaidah, sistem maupun realitas alam, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara berbagai bidang ilmu. 7

Abdullah Idi, RevitalisasiPendidikan Islam, (Yogyakarta:TiaraWacana, 2006).

9

6. Harus realistis sehingga dapat diterpakan selaras dengan kesanggupan negara yang hendaka menerapkannya sehingga sesuai dngan tuntutan dan kondisi negara itu sendiri. 7. Harus memilih metode yang relastis sehingga dapat diadaptasikan ke dalam berbagai kondisi, lingkungan dan keadaan tempat ketika kurikulum itu ditetapkan. Yang taka kalah pentingnya adalah kurikulum itu harus selarasdengan berbagai respon sehingga sesuai dengan perbedaan individu. 8. Harus

efektif,

dapat

memberikan

hasil

pendidikan

yang

bersifat

behavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledakledak dalam diri generasi muda. Pada dasarnya kurikulum islami memiliki kelbihan berupa metode pendidikan yang sahih dan berdampak jauh kedepan serta memiliki berbagai kegiatan islami yang berhasil dan tersaji dengan jelas. 9. Harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Untuk semua tingkatan dipilih bagian materi kurikulum yang sesuai dengan kesiapan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik. Dalam hal ini yang paling penting adalah tingkatan penguasaan bahasa yang dicapai oleh anak. Hal ini memerlukan studi psikologis, fase-fase perkembangan dan kemampuan generasi muda muslim. 10. Memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktifitas langsung seperti ; berjihad, dakwah islam, serta pembangunan masyarakat muslim dalam lingkungan persekolahan sehingga kegiatan ini dapat mewujudkan seluruh rukun islam dan syi’arnya, metode pendidikan dan pengajarannya, serta etika dalam kehidupan siswa secara individu dan sosial Selanjutnya menurut Prof. H. M. Arifin, MEd., bahwa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada waktu menyusun kurikulum mencakup 4 macam, yaitu8 : 8

Prof. H. M. Arifin Med., ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991).

10

1. Kurikulum pendidikan yang sejalan dengan identitas Islam. 2. Berfungsi sebagai alat yang efektif mencapai tujuan tersebut. 3. Kurikulum yang bercirikan Islam. 4. Antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikan Islam harus saling berkaitan dan saling menjiwai dalam proses mencapai produk yang bercita-citakan menurut ajaran Islam. Sedangkan menurut Dr. Asma Hasan Fahmi menyatakan bahwa prinsipprinsip yang dijadikan pegangan dalam menentukan kurikulum ada 6 macam, yaitu9 : 1. Nilai materi atau mata pelajaran, karena pengaruhnya dalam mencapai kesempurnaan jiwa dengan cara mengenal Tuhan Yang Maha Esa. 2. Nilai mata pelajaran karena mengandung nasihat untuk mengikuti jalan hidup yang baik dan utama. 3. Nilai mata pelajaran, karena pengaruhnya yang berupa latihan, atau nilainya dalam memperoleh kebiasaan yang tertentu dari akal yang dapat berpindah ke lapangan-lapangan yang lain bukan lapangan mata pelajaran yang melatih akal itu pada kali pertama. 4. Nilai mata pelajaran, yang berfungsi pembudayaan dan kesenangan otak (intellect). 5. Nilai pelajaran, karena diperlukan untuk mempersiapkan seseorang guna memperoleh pekerjaan atau penghidupan. 6. Nilai mata pelajaran, karena ia merupakan alat atau media untuk mempelajari ilmu yang lebih berguna. 9

Dr. Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 185.

11

Identik dengan pendapat tersebut di atas yaitu sebagaimana dikemukakan oleh M. Athiyah Al-Abrasyi yang mengatakan10 : 1.

Pengaruh mata pelajaran dalam pendidikan jiwa serta kesempurnaan jiwa.

2.

Pengaruh suatu pelajaran dalam bidang petunjuk dan tuntunan.

3. Mata pelajaran yang dipelajari oleh orang-orang Islam karena mata pelajaran tersebut mengandung kelezatan ilmiah dan kelezatan ideologi. 4. Orang muslim mempelajari ilmu pengetahuan karena ilmu iu dianggap yang terlezat bagi manusia. 5. Pendidikan kejuruan, teknik dan industrialisasi buat mencari penghidupan. 6. Mempelajari beberapa mata pelajaran adalah alat dan pembuka jalan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain.

D. Klasifikasi Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan Islam Para ahli pikir muslim telah banyak memberikan pandangannya trtang apa saja yang harus diketahui dan dipelajari oleh mnusia selaku hamba Allah, selaku anggota masyarakat dan selaku pribadi berakhlak susila. 1.

Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga kelompok ilmu, yaitu11 : a. Ilmu yang tercela banyak atau sedikit. Ilmu ini tak ada manfaatya bagi manusia di dunia ataupun di akhirat, misalnya ilmu sihir nujum dan perdukunan. Nilai ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat dan akan

10

M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 173.

11

Hasniyati Gandi Ali, ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Quantum Teaching, 2008), 78.

12

meragukan kebenaran akan adanya Allah. Oleh karena itu jauhilah ilmu tersebut. b. Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit, misalnya ilmu tauhid, ilmu agam. Ilmu ini bila dipelajari akan membawa orang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah. c. Ilmu yang terpuji pada taraf tertentui yang tidak boleh dial;ami, karena ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman, misalnya ilmu filsafat. Dari segi ilmu kelompok tersebut, Al-Ghazali membagi lagi menjadi dua kelompok dilihat dari kepentingnnya yaitu: a. Ilmu yang Fardhu (wajib)’ain yaitu ilmu untuk diketahui semua orang muslim yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumberkan kitab suci Allah. b. Ilmu yang fardhu kifayuah untuk dipelajari oleh sebagian muslim. Ilmu ini adalah ilmu yang dimanfaatkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, misalnya ilmu hitung (matematika), ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu pertanian dan industri.

Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah sebagai berikut: a. Ilmu-ilmu fardhu ‘ain yaitu Al-Qur’an dan ilmu agama seperti fiqh, hadits dan tafsir. b. Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta khafadh-khafadhnya, karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu-ilmu agama. c. Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi yang berneka macam jenisnya, termasuk juga ilmu politik.

13

2.

Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam yaitu12 : a. Ilmu nlisan (bahasa) yaitu bilmu lughah, nahwu, bayan dan sastra (adsab) atau bahasa yang tersusun secara puitis (syair). b. Ilmu naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci atau sinnah Nabi. Ilmu ini berupa membaca kitab suci Al-Qur’an dan tafsirnya sanad hadits. Dengan ilmu ini manusia akan dapat mengetahui hokum-hukum Allahj yang diwajibkn atas manusia. Dari Al-Qur’an itulah akan didapati ilmu-ilmu tafsir, ilomu hadits, ilmu ushul fiqih yang dapat dipakai untuk menganalisa hokum-huum Allah itu melalui cara istinbath. c. Ilmu aqli yaitu ilmu yang dapat mnunjukkan manusia mempergunakan daya piker atau kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan. Termasuk dala kategori ilmu ini adalah ilmu mantiq (logis), ilmu alam, ilmu ketuhanan, ilmu teknik, hitung dan tingkah laku manusia. Termasuk juga ilmu sihir dan ilmu nujum (perbintangan). Tentang ilmu nujum Ibnu Khaldun menganggapnya sebagai ilmu fasid, karena ilmu ini dipergunakan untuk meramalkan segala kejadian sebelum terjadi atas dasar perbintangan. Hal itu merupakan sesuatu yang bathil berlawanan dangan ilmu tauhid yang menegaskan bahwa tidak ada yang menciptakan kecuali Allah sendiri. Dari segi kepentingan untuk para pelajar, Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi: a. Ilmu seni dengan semua jenisnya. b. Ilmu filsafat seperti ilmu alam dan ketuhanan. c. Ilmu alat yang membantu agama seperti ilmu lughah, nahwu dan sebagainya.

12

Ibid, 78.

14

d. Ilmu alat yang membantu ilmu falasafah seperti ilmu mantiq (logis).

3. Dr. Abdurrahman Saleh Abdullah, mengkategorikan pengetahuan yang menjadi materi kurikulum pendidikan Islam kepada tiga kategori13 : a. Kategori pertama adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan Al-Qur’an dan Hadits, atau biasa dikenal dengan isltilah materi pelajaran agama. b. Kategori kedua dalam bidang ilmupengetahuan yang termasuk dalam isi kurikulum pendidikan Islam adalah ilmu-ilmu tentang kemanusiaan (alInsaniyyah), kategori ini meliputi bidang-bidang psikologi, sosiologi, sejarah dan lain-lain. c. Kategori ketiga yaitu ilmu-ilmu kealaman (Al-Ulum Al-Kawniyah), termasuk dalam kategori ini biologi, fisika,botani, astronomi dan lain-lain.

E. Orientasi kurikulum pendidikan islam Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.14 1. Orientasi Pelestarian Nilai Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang tumbuh dan 13

Ibid, 78.

14

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), 135.

15

berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum selanjutnya adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu untuk tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut. 2.

Orientasi pada Kebutuhan Sosial Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada kehidupan. Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

3. Orientasi pada Tenaga Kerja Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makan minum, bertempat tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhankebutuhan tersebut harus terpenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin banyak saingan, dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan lapangan kerja. Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja. Hal ini ditujukan setelah keluar dari lembaga sekolah, peserta didik mempunyai kemampuan dan keterampilan yang profesional, berproduktif dan kreatif, mampu mendayagunakan sumber daya alam, sumber daya diri dan sumber daya situasi yang mempengaruhinya. 4. Orientasi pada Peserta Didik memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya, serta kebutuhan peserta didik. Orientasi ini diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi

16

peserta didiknya. Dimensi kepribadian sebagai manusia, yaitu kemampuan untuk menjaga integritas antara sikap, tingkah laku, etiket, dan moralitas. Dimensi produktivitas yang menyangkut apa yang dihasilkan anak didik dalam jumlah yang lebih banyak, kualitas yang lebih baik setelah ia menamatkan pendidikannya. Dimensi kreativitas yang menyangkut kemampuan anak didik untuk berpikir dan berbuat, menciptakan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. 5.

Orientasi pada Masa Depan Pekembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas dari keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai kehidupan dan peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit menjadi lebih mudah, masalah yang tidak berguna menjadi lebih berguna, masalah yang using dan kemudian dibumbui dengan produk IPTEK menjadi lebih menarik.

BAB III PENUTUP Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan Curere yang artinya berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dalam kosa kata arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terangyang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya. Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum yaitu Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan, Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, datadata, aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman, Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar,dan Evaluasi. Kerangka dasar kurikulum pendidikan Islam meliputi tauhid dan Perintah Membaca. dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam yaitu dasar agama, dasar falsafah,dasar psikologis,dasar sosial,dasar organisatoris. Prinsip-prinsip penyusunan kurikulum yaitu Prinsip Relevansi, fleksiilitas, kontinuitas, efesiensi, efektifitas. Orientasi kurikulum pendidikan islam ada 5 yaitu orientasi pelestarian nilai,orientasi Kebutuhan sosial, orientasi tenaga kerja, orientasi peserta didik dan orientasi IPTEK.

17

DAFTAR PUSTAKA Al-Abrasyi M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970. Ali Al-Khawli Muhammad, Qamus Tarbiyah, Beirut: Dar’ilm Al-Malayin. Arief Armiel, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Asmariani, Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam, Jurnal AlAfkar, Vol. III, No.2, Oktober 2014. Djalaludin dan Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep Perkembangan Pemikiran, Jakarta: PT. Raja Grasindo, 1999. Hasan Fahmi Asma, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970 Hasniyati Gandi Ali, ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching, 2008. M. Arifin Med., ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Mujib Abdul dan Mudzakir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Noer Aly Hery, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999. Umar Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010.

18

Related Documents


More Documents from ""

Makalah Studi Al Quran 1
August 2019 32
Glossary.doc
December 2019 42
Gambar Anatomi 2.1 (1).pdf
November 2019 40
Poem.docx
May 2020 22