LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH PASIEN HIPERTENSI
Oleh: Arbi Ardiani Hamzah, S.Ked K1A1 12 058
Pembimbing: dr. Syamsiah Pawennei, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KEDOKTERAN KELUARGA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018
1
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa : Nama
: Arbi Ardiani Hamzah, S.Ked (K1A1 12 058)
Judul Laporan
: Laporan Kunjungan Rumah Pasien Dengan Hipertensi
Telah menyelesaikan tugas laporan dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Kendari,
Januari 2018
Mengetahui, Pembimbing
dr. Syamsiah Pawennei, M.Kes
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia. Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang diperkirakan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi
dan pertambahan penduduk saat ini.
Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.
3
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25.8 % pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat sebessar 9.5 %. (Kemenkes RI, 2013). Banyak faktor yang dapat memperbesar risiko atau kecenderungan seseorang menderita hipertensi, diantaranya ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin, suku, dan faktor genetik serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol, dan sebagainya. Penting bagi kita untuk memahami lebih lanjut karena hipertensi tanpa komplikasi termasuk dalam kasus dengan area kompetensi empat, dimana dokter umum atau dokter pada tingkat layanan primer harus mampu membuat diagnosa klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan serta mampu memutuskan dan menangani kasus tersebut secara mandiri hingga tuntas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan terhadap penanganan pasien dengan permasalahan hipertensi.
B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Melakukan
pendekatan
kedokteran
keluarga
terhadap
pasien
hipertensi dan keluarganya di Kelurahan Lapulu Kendari tanggal 27 November – 2 Desember 2017. 2.
Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus keluarga) keluarga pasien hipertensi. b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan pada pasien hipertensi dan keluarganya. c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien hipertensi dan keluarganya
4
C. Manfaat 1.
Bagi Penulis Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta penatalaksanaan hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2.
Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai
bahan masukan kepada tenaga
kesehatan agar setiap
memberikan penatalaksanaan kepada pasien hipertensi dilakukan secara holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses penyembuhan 3.
Bagi Pasien dan Keluarga Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi.1 Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebabsebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.2 B. Epidemologi Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada didunia 3. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensikemungkinan besar juga akan bertambah 2. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasushipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.3
6
C. Etiologi Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain.Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.4 D. Faktor Risiko Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.2 1. Faktor genetik Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi1. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.5 2. Umur Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.6 Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
7
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekadssse ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.7 3. Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita
terlindung
dari
penyakit
kardiovaskuler
sebelum
menopause.8 Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.7 4. Etnis Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar. 3
8
5. Obesitas Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional). 8 Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.8 6. Pola asupan garam dalam diet Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.9 Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya
volume
cairan
ekstraseluler
tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. 10 Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/ sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
9
Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG. 11 7.
Merokok Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.3 Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.13
8.
Konsumsi alkohol Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.
9.
Stress psikis Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri.
10
E. Klasifikasi Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali pengukuran pada masing-masing kunjungan. Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII3 Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolik
(mmHg)
(mmHg)
< 120
dan < 80
Prehipertensi
120 - 139
atau 80 – 89
Hipertensi tahap I
140 - 159
atau 90 – 99
Hipertensi tahap II
>160
>100
Klasifikasi tekanan darah Normal
Gambar 1. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan American Heart Association
F. Patofisiologi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
11
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.5 Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi
pekat
dan
tinggi
osmolalitasnya.
Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.5 Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengancara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.5
Gambar 2. Patofisiologi hipertensi16
12
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan
garamdalam
diet,
tingkat
stress
dapat
berinteraksi
untuk
memunculkan gejala hipertensi4. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.4 G. Gejala klinik Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal yaitu sakit kepala, pusing, gelisah, jantung berdebar, perdarahanhidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma .15
13
H. Diagnosis Sebelum dibuat diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran berulang paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda selama empat sampai enam minggu. Pengukuran dirumah dapat menggunakan sfigmomanometer yang tepat sehingga menambah jumlah pengukuran untuk analisis.17 Upaya deteksi faktor risiko penyakit hipertensi dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :18 1.
Wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi identitas diri, riwayat penyakit, riwayat anggota keluarga, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga, dan lain-lain)
2.
Pengukuran tekanan darah.
3.
Pengukuran indeks antropometri, seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan.
4.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi.16
14
Gambar 3. Alur iagnosis Hipertensi
I. Penatalaksanaan 1. Target Tekanan Darah Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney Foundation (NKF), target tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75 mmHg untuk pasien dengan > 1 g proteinuria.2
15
Modifikasi gaya hidup Tak mencapai sasaran TD (<140/90 atau <130/80 mmHg pada penderita DM atau penyakit ginjal kronik Pilihan obat untuk terapi permulaan Hipertensi tanpa indikasi khusus Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
(TD sistolik 140-159 mmHg atau TD diastolik 90-99 mmHg)
(TD sistolik ≥160 mmHg atau TD diastolik ≥100 mmHg)
Umumnya diberikan diuretik gol. Thiazide. Bisa dipertimbangkan pemberian ACE inhibitor, ARB, β blocker, antagonis Ca atau kombinasi
Umumnya diberikan kombinasi 2 macam obat (biasanya diuretik gol. Thiazide dan ACE inhibitor, atau ARB, β blocker, atau antagonis Ca
Hipertensi indikasi khusus
Obat-obatan untuk indikasi khusus Obat anti hipertensi lainnya (biasanya diuretic, ACE inhibitor, ARB, β blocker, antagonis Ca) sesuai yang diperlukan
Sasaran tekanan darah tak tercapai Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat sampai target tekanan darah tercapai. Pertimbangkan konsultasi dengan spesialis hipertensi
Gambar 4. Algoritma Penanganan Hipertensi
2. Modifikasi Gaya Hidup Pelaksanaan gaya hidup yang positif mempengaruhi tekanan darah memiliki implikasi baik untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi. Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Meskipun dampak intervensi gaya hidup pada tekanan darah akan lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam percobaan jangka pendek, penurunan berat badan dan pengurangan diet NaCl juga telah disarankan untuk mencegah hipertensi. Pada penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan
16
darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet sehat secara keseluruhan.2 Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Rata-rata penurunan tekanan darah 6,3/3,1 mmHg diobseravsi setelah penurunan berat badan sebanyak 9,2 kg. Berolah raga teratur selama 30 menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan darah. Berdasarkan hasil meta-analisis, menurunkan tekanan darah dengan membatasi asupan setiap hari untuk 4,4-7,4 g NaCl menyebabkan penurunan tekanan darah 3.7-4.9/0.9-2.9 mmHg pada hipertensi dan penurunan lebih rendah pada orang darah normal. Konsumsi alkohol pada orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman standar berisi ~14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi, dan penurunan konsumsi alkohol dikaitkan dengan penurunan tekanan darah. Begitu pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah. 2 Tabel 2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi.3 Modifikasi
Rekomendasi
Penurunan potensial TD sistolik
Membatasi diet natrium tidak Diet natrium
lebih dari 2400 mg/hari atau 100
2 – 8 mmHg
meq/hari
Penurunan berat
Menjaga berat badan normal;
5 – 20 mmHg per 10 kg
badan
BMI = 18,5 – 24,9 kg/m2
penurunan berat badan
17
Olahraga aerobik secara teratur selama 30 menit Olahraga aerobik
Latihan sehari – hari dalam seminggu.
Disarankan
4 – 9 mmHg
pasien
berjalan-jalan 1 mil per hari di atas tingkat aktivitas saat ini Diet yang kaya akan buah – Diet DASH
buahan, sayuran dan mengurangi
4 – 14 mmHg
jumlah lemak jenuh dan total Membatasi konsumsi alkohol ≤ 2
Membatasi konsumsi alkohol
gelas per hari bagi pria dan ≤ 1
2 – 4 mmHg
gelas per hari untuk wanita
Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efektivitas obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.3 3.
Terapi Farmakologi Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 adalah: 3 a.
Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b.
Beta Blocker (BB)
c.
Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d.
Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e.
Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB) Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara
bertahap, dan target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan 18
satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, namun tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah3. Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah: a. CCB dan BB b. CCB dan ACEI atau ARB c. CCB dan diuretika d. AB dan BB e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat Tabel 3. Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas Utama Obat Antihipertensi. 3 Kelas obat
Kontraindikasi
Indikasi
Mutlak
Tidak mutlak
Gagal jantung Diuretika (Thiazide)
kongestif, usia lanjut, isolated systolic
Gout
Kehamilan
hypertension, ras Afrika
Diuretika (Loop)
Diuretika (anti aldosteron)
Insufiensi ginjal, gagal jantung kongestif Gagal jantung kongestif, pasca inferk miokard
Gagal ginjal, hiperkalemia
19
Angina pektoris, pasca infark miokardium, Penyekat β
gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia
Penyakit pembuluh Asma, penyakit paru
darah perifer,
obstruktif menahun, A
intoleransi glukosa,
– V block (derajat 2
atlit atau pasien
atau 3)
yang aktif secara fisik
Usia lanjut, isolated systolic hypertension, Calcium
angina pektoris,
Antagonist
penyakit pembuluh
(dihydropiridine)
darah perifer,
Takiaritmia, gagal jantung kongestif
aterosklerosis karotis, kehamilan Calcium
Angina pektoris,
Antagonist
aterosklerosis karotis,
(verapamil,
takikardia
diltiazem)
supraventrikuler
A-V block (derajat 2 atau 3), gagal jantung kongestif
Gagal jantung Penghambat ACE
kongestif, disfungsi
Kehamilan,
ventrikel kiri, pasca
hiperkalemia, stenosis
infark miokardium,
arteri renalis bilateral
non-diabetik nefropati Nefropati, DM tipe 2, Angiotensin II receptor antagonist
mikroalbuminemia diabetik, proteinuria, hipertropi ventrikel kiri, batuk karena
Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral
ACEI A-Blocker
Hiperplasia prostat (BPH), hiperlipidemia
Hipotensi ortostatis
Gagal jantung kongestif
20
J. KOMPLIKASI Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 1020 tahun. 19 Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.20 K. PROGNOSIS Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.16
21
BAB III HASIL KUNJUNGAN RUMAH
A. Tinjauan Kasus Tanggal Kunjungan I
: 8 Desember 2017
Tanggal Kunjungan II
: 9 Desember 2017
Tanggal Kunjungan III
: 11 Desember 2017
Alamat
: Jl. H. Banawula Sin Apoy, Lapulu
B. Identitas Pasien Nama
: Ny. Salma
Umur
: 67 tahun
Alamat
: Jl. H. Banawula Sin Apoy, Lapulu
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah Kedudukan
Umur
Pendidikan
dalam
(thn)/
terakhir/
Keluarga
JK
Pekerjaan
1. Ny. Fatimah
Istri
53/P
SD
2. Ny. Salma
Ipar
67/P
No
Nama
Status Imunisasi Tidak diketahui
Tidak tamat
Tidak
SD
diketahui
Ket.
Sehat
Sakit
BCG, 3. Nn. Faisah
Cucu
17/L
SMP
DPT,Hep.B,
Sehat
Polio, Campak BCG, 4. Tn. Yusran
Cucu
15/L
SMP
DPT,Hep.B,
Sehat
Polio, Campak
Sumber : data primer. 2017
22
C.
Genogram keluarga
Gambar 5. Genogram keluarga pasien Keterangan: : Perempuan : Laki-laki : Penderita : Meninggal
D. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama: pusing 2. Riwayat penyakit sekarang Pusing sejak 2 minggu sebelum datang ke puskesmas, keluhan dirasakan terus-menerus serta merasa kelelahan. Pasien juga merasa tegang pada kepala dirasakan menjalar ke leher, terkadang pasien merasa nyeri pada dada kiri. Keluhan ini tidak disertai keluar darah dari hidung. Pasien mengeluh nyeri ulu hati, tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu makan baik, dan pasien merasa tidur dengan baik pada malam hari. BAB dan
23
BAK baik. Pasien pernah berobat ke pustu dan diberikan obat penurun tekanan darah, dan keluhan yang dirasakan mulai berkurang. Pasien rajin melakukan olahraga ringan berupa jalan-jalan disekitar rumah setiap. Pasien sering mengonsumsi makanan asin dan berlemak.
Riwayat
penyakit dahulu : pasien sudah menderita hipertensi ± 10 tahun dan peningkatan kolesterol 6 bulan yang lalu, DM (-) 3. Riwayat penyakit dalam keluarga Saudara laki-laki pasien pernah mengalami hipertensi namun kemudian meninggal akibat penyakit hati. Suami pasien juga mengalami hipertensi dan meninggal akibat stroke. E. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum
: Sakit ringan, compos mentis
2. Tanda Vital a) Tekanan darah
: 170/100 MmHg
b) Frekwensi nadi
: 92 x/mnt
c) Frekwensi nafas
: 24 x/mnt
d) Suhu
: 36,8 oC
3. Berat badan
: 54 kg
4. Tinggi badan
: 156 cm
5. Indeks Massa Tubuh
: 22,18 (normal)
6. Kepala
: Bentuk normal, tidak teraba benjolan
7. Kulit
: Warna sawo matang, tangan dan kaki pucat (-)
8. Mata
:
Eksoftalmus
(-),edema
palpebra
(-),
konjungtiva palpebra pucat (-),pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke segala arah baik. sklera ikterik (-), 9.
Hidung
: Bagian luar hidung tak ada kelainan, sekret (-).
10. Bibir
: Kering (-) pecah-pecah (-)
11. Lidah
: Lidah kotor (-), tremor (-)
12. Mulut
: Pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah
tremor (-),stomatitis (-). 13. Telinga
: Otore (-)
24
14. Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar.
15. Paru a) Inspeksi
: Simetris kanan dan kiri
b) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, krepitasi (-), vocal
fremitus kanan=kiri c) Perkusi
: Sonor di kedua lapangan paru
d) Auskultasi
: Bronkovesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
16. Jantung a) Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi
: Ictus cordis teraba di ICS 5 linea
midclavicularis sinistra c) Perkusi
: Pekak Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra Batas kanan pada linea parasternalis dextra
d) Auskultasi
: Bunyi Jantung I/II murni regular
17. Abdomen a) Inspeksi
: Tampak datar, ikut gerak napas
b) Auskultasi
: Bising usus kesan normal
c) Palpasi
: Nyeri tekan epigastrium
d) Perkusi
: Timpani
18. Ekstremitas a) Ekstremitas atas
: gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), sianosis (-).
b) Ekstremitas bawah
: gerakan bebas, jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-).
1
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
Kimia Darah (gula darah, profil lipid, ureum, kreatinin)
Urine (sedimen, kimia)
EKG
Funduskopi
25
2
Alasan mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang tersebut Pemeriksaan kimia darah untuk melihat apakah terdapat penyakit lain yang merupakan risiko penyakit kardiovaskuler bersama dengan hipertensi dan apakah telah ada komplikasi yaitu diabetes mellitus, dislipidemia, gangguan fingsi ginjal
Pemeriksaan urin sebagai penunjang dalam melihat adanya komplikasi hipertensi pada ginjal
Pemeriksaan EKG untuk melihat apakah ada kerusakan organ target (jantung) akibat hipertensi
Funduskopi untuk melihat apakah ada kerusakan organ target (mata) akibat hipertensi
3
Hasil laboratorium Tanggal 24 November 2017 GDS
111 mg/dl
Kolesterol 150 mg/dl 4
Diagnosis kerja Hipertensi derajat 2
5
Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien - Pengobatan di Puskesmas dan meminum obat secara rutin - Menghindari dan mengurangi faktor risiko dengan mengurangi konsumsi garam, pola makan yang sehat kurangi lemak, perbanyak makan buah dan olahraga teratur. - Menyarankan kepada pasien untuk periksa EKG, Profil lipid,Ureum, Kreatinin dan gula darah.
7
Kapan pasien ini perlu dirujuk Pasien perlu dirujuk jika sudah terjadi komplikasi
8
Penjelasan yang disampaikan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang di derita. Hipertensi adalah bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
26
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umumnya ditemui pada pasien hipertensi adalah : jantung, otak, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, retinopati. Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah : merokok, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dislipidemia, diabetes melitus, usia (laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun), riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki < 55 tahun, perempuan < 65 tahun). Terapinya dengan menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular serta penggunaan obat-obatan sesuai resep dokter. 9
Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita, Peran anggota keluarga yang lain terutama untuk selalu menghindari dan mengurangi faktor risiko seperti stres dan makanan (diet rendah garam), keluarga juga perlu mendampingi pasien berobat ke puskesmas. .
10
11
Penyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya.
Definisi hipertensi
Etiologi
Faktor risiko
Gejala klinis
Terapi
Upaya pencegahan yang disampaikan pada keluarganya (pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)
Pencegahan primer -
Upaya promotif, penyuluhan tentang hipertensi, perlunya menghindari faktor risiko yang dapat dikendalikan
-
Upaya preventif, mengetahui sumber faktor risiko pada pasien lalu menghindarinya, pasien tetap rutin berolahraga setiap pagi, membatasi konsumsi garam dan makanan berlemak. Pada anggota keluarga yang lakilaki agar tidak merokok dan konsumsi alkohol.
Pencegahan sekunder -
Keluarga serumah yang memiliki riwayat penyakit keluarga hipertensi agar
27
rajin memeriksakan diri ke puskesmas, utamanya jika ada keluhan. -
Segera memeriksakan pasien ke dokter saat ada keluhan
-
Minum obat yang diberikan secara rutin untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pencegahan tersier -
Bila tidak ada perbaikan gejala setelah meminum obat, segera kontrol kembali ke dokter
-
Melakukan pemeriksaan darah secara rutin agar dapat segera diketahui komplikasi yang terjadi
-
F.
Bila terdapat gejala atau tanda komplikasi segera ke dokter
Kegiatan yang dilakukan saat kunjungan rumah Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik : Perjalanan penyakit saat ini :
1
Ny, salma, 67 tahun pusing sejak 2 minggu sebelum datang ke Puskesmas, keluhan dirasakan terus-menerus serta merasa kelelahan. Pasien juga merasa tegang pada kepala dirasakan menjalar ke leher, terkadang pasien merasa nyeri pada dada kiri. Keluhan ini tidak disertai keluar darah dari hidung. Pasien mengeluh nyeri ulu hati, tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu makan baik, dan pasien merasa tidur dengan baik pada malam hari. BAB dan BAK baik. Pasien pernah berobat ke pustu dan diberikan obat penurun tekanan darah, dan keluhan yang dirasakan mulai berkurang. Pasien rajin melakukan olahraga ringan berupa jalan-jalan disekitar rumah setiap. Pasien sering mengonsumsi makanan asin dan berlemak. Riwayat penyakit dahulu : pasien sudah menderita hipertensi ± 10 tahun dan peningkatan kolesterol 6 bulan yang lalu, DM (-).
2
Riwayat penyakit keluarga : Saudara laki-laki pasien pernah mengalami hipertensi namun kemudian meninggal akibat penyakit hati. Suami pasien juga mengalami hipertensi dan meninggal akibat stroke.
28
G. Diagnosis holistik 1
Aspek personal Pasien datang berobat dengan harapan rasa sakit yang dirasakan dapat berkurang dengan bantuan dokter di puskesmas. Pasien juga merasa khawatir terjadi komplikasi.
2
Aspek risiko internal Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu Usia pasien, Wanita menopause Faktor keturunan Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dan berlemak.
3
Aspek psikososial keluarga Hubungan dengan keluarga yang ada disekitarnya baik. Semua keluarga pasien mengharapkan untuk kesembuhan pasien. Pasien memiliki seorang anak yang tidak pernah mengunjungi pasien.
H. Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku 1
Sosial Hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitar baik. Saling membantu jika ada kesulitan.
2
Ekonomi Dari segi ekonomi pasien termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah dimana penghasilan keluarga tersebut tidak tetap, mempunyai rumah yang sederhana dan tidak ada kendaraan pribadi di rumah tersebut. Pasien mencukupi kebutuhan sehari-hari dari penghasilannya sebagai guru mengaji dan kadang-kadang bertambah jika ada pesanan pembuatan bantal kapuk.
3
Penggunaan pelayanan kesehatan Pasien apabila sakit maka akan datang ke pustu atau puskesmas untuk mendapatkan pengobatan
4
Perilaku yang tidak menunjang kesehatan. Perilaku yang tidak menunjang kesehatan pada keluarga ini adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dan makanan berlemak.
29
I.
Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga Kesimpulan tentang Faktor
Keterangan
faktor pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan
Puskesmas, dan pustu
Memuaskan
oleh keluarga Cara mencapai sarana
Angkutan umum
-
pelayanan kesehatan tsb Tarif pelayanan kesehatan
(sangat mahal, mahal,
yang dirasakan
terjangkau, murah, gratis)
Kualitas pelayanan
(sangat baik, baik, biasa,
kesehatan yang dirasakan
kurang baik, buruk)
J.
Pasien tidak mempunyai BPJS sehingga berobat sebagai pasien umum Baik
Lingkungan tempat tinggal Karakteristik rumah dan lingkungan
Luas rumah : Bertingkat / tidak
Kesimpulan tentang faktor lingkungan tempat tinggal 8m x 12m Tidak bertingkat
Jumlah penghuni rumah :
4 orang
Kondisi halaman :
Bersih
Lantai rumah dari :
Tehel
Dinding rumah dari : Kondisi dalam rumah : Kepemilikan rumah : (milik sendiri, kontrak, menumpang) Daerah perumahan : (kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah) Sumber Air
Tembok Bersih Milik sendiri
Padat Sumur Bor
30
K.
Intervensi pada keluarga
Hari / tanggal
Intervensi yang dilakukan dan rencana tindak lanjut -
Melakukan pendekatan pada pasien dan anggota keluarga
Kunjungan
-
Menggali informasi tentang keluarga pasien
pertama,
-
Mencari informasi tentang penyakit pasien yang sekarang
Jumat, 8
maupun yang terdahulu dengan anamnesis dan pemeriksaan
Desember 2017
fisik. -
Memantau kondisi dan lingkungan rumah.
-
Melakukan pemeriksaan tekanan darah
-
Melakukan edukasi dan diskusi bersama pasien dan keluarga mengenai definisi, faktor risiko, pemeriksaan yang dibutuhkan, terapi dengan gaya hidup dan obat, serta
Kunjungan Kedua, Sabtu,9 Desember 2017
komplikasi dari hipertensi. -
Melakukan edukasi agar pasien tetap rajin berolahraga, mengurangi konsumsi garam dan makanan berlemak.
-
Menyarankan kepada pasien untuk periksa EKG, profil lipid, ureum kreatinin dan gula darah.
-
Menyarankan kepada pasien agar minum obat teratur dan selalu berkonsultasi ke dokter atau puskesmas terdekat.
Kunjungan
-
Melakukan pengukuran tekanan darah pasien
-
Pasien sudah mengetahui tentang hipertensi, faktor resiko,
ketiga,
pengobatan dan cara mencegah agar keluhan tidak bertambah
Senin 11
berat
Desember 2017
-
Keluarga pasien menyadari pentingnya peran keluarga dalam pengobatan pasien
31
L.
Data pola hidup keluarga 1.
2.
Pola kesehatan a.
Bila anggota keluarga sakit berobat ke puskesmas
b.
Rajin berolah raga
Pola kebiasaan sehari-hari a.
Pola makan dan makanan Semua anggota keluarga makan 3x sehari - Sarapan: nasi putih, ikan, tempe/tahu, sayur, - Makan siang: nasi putih, ikan, tempe/tahu, sayur - Makan malam: nasi putih, ikan, sayur Penyediaan makanan : Goreng dan rebus (lebih sering diolah dengan digoreng) Sering konsumsi makanan yang asin Air minum : air sumur bor yang dimasak
b.
Pola kebersihan Mandi 2x/ hari. Ganti baju dan pakaian dalam 2-3x/ hari. Keluarga sering cuci tangan dengan sabun saat mau makan Sering mencuci pakaian satu kali seminggu Sumber air untuk mencuci dan mandi yaitu air sumur bor
32
BAB IV PENUTUP
A.
Simpulan Simpulan yang saya dapatkan adalah sebagai berikut : 1.
Karakteristik dari pasien adalah pasien tinggal bersama ipar dan dua cucu dari iparnya, pendidikan tidak tamat SD, wiraswasta, kebersihan rumah baik. Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga serumah dan masyarakat sekitar. Keluarga pasien mendukung untuk kesembuhan pasien.
2.
Faktor risiko pada pasien ini terhadap hipertensi adalah a.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah : Usia pasien 67 tahun, wanita menopause, genetik
b. Faktor risiko yang dapat diubah Pasien suka mengkonsumsi makanan asin, bersantan dan gorengan 3.
Rencana pemecahan masalah kesehatan pasien hipertensi dan keluarganya yaitu : a. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor resiko, penatalaksanaan hipertensi b. Mengingatkan pada pasien tentang pentingnya mengetahui faktor risko dan pencegahan serta pengobatan hipertensi. c. Memberikan semangat dan dukungan emosional kepada pasien, semangat agar keluarga tetap berusaha untuk membantu dan mendukung kesembuhan pasien d. Melakukan follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah diberikan.
B.
Saran 1. Saran kepada penderita a. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya. b. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat terdekat.
33
c. Tetap rajin melakukan latihan fisik sesuai kondisi pasien, untuk memperbaiki kesehatan fisik 2. Saran kepada keluarganya a. Kurangi mengonsumsi makanan asin dan makanan berlemak seperti makanan bersantan dan gorengan b. Tetap rajin berolahraga c. Melakukan pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila sakit. 3. Saran kepada petugas kesehatan a. Sebaiknya melakukan penyuluhan bukan hanya pada penderita hipertensi tetapi semua warga, dan menjelaskan tentang faktor resiko maupun cara mencegahnya. b. Penggunaan metode yang lebih bersifat proaktif dalam melakukan penyuluhan
34
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wade, A Hwheir, D N Cameron. 2003. Using a Problem Detection Study (PDS )to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6.
2.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006
3.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS. 2007. [cited
23
Januari
2016].
Available
at
http;//www.cerminduniakedokteran.com/index.php 4.
Sharma S, et all. Hypertension. Last Update Aug 8, 2008. [cited 23 Januari 2016]. Available at http//:www.emedicine.com
5.
Anonim.Hipertensi.Primer. [cited 23 Januari 2016]. Available at http://www.pdfcoke.com/doc/3498615/HIPERTENSI PRIMER?autodown=doc.
6.
Oktora R. Gambaran Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari Sampai Desember 2005, Skripsi, FK UNRI, 2007, hal 41-42.
7.
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, 2005.
8.
Cortas K, et all. Hypertension. Last update May 11 2008. [cited 23 Januari 2016]. Available at http//:www.emedicine.com.
9.
Shapo L, Pomerleau J, McKee M. Epidemiology of Hypertension and Associated Cardiovascular Risk Factors in a Country in Transition. Albania: Journal Epidemiology Community Health 2003.
10. Sianturi G. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Last update 27 Februari 2003. [cited 23 Januari 2016]. Available at www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1046314663,16713.
35
11. Waspadji S dkk. Daftar Bahan Makanan Penukar. Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan Instalasi Ilmu Gizi RS Cipto Mangunkusuno, Jakarta, 2004. 12. Bowman ST et al. Clinical Research Hypertension. A Prospective Study of Cigarette Smokey And Risk of Inciden Hypertension In Bringham And Women Hospital Massachucetts, 2007. 13. Sarwoyo HD dan Hendarwo M. Pola Perilaku Type A (PPTA) Pada Penyakit Jantung Koroner (PJK). Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. 14. Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC 15. Cahyono, Suharjo. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Jakarta : Kanisius. 16. Gray, Huon. 2005. Kardiologi Edisi IV. Jakarta: Erlangga. 17. Depkes 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI. 18. Cardiology Channel. Hypertension (High Blood Pressure); [cited 23 Januari 2016]. Available at http://www.cardiologychannel.com 19. Susalit E, Kapojos EJ, Lubis HR. Hipertensi Primer Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
36
Lampiran : DOKUMENTASI
Gambar 1. Anamnesis pasien
Gambar 2. Pemeriksaan fisik pasien
37
G
Gambar 3. Pmemeriksaan Tekanan darah pada Kunjungan rumah II
Gambar 4. Edukasi pasien dan keluarga
38