KTI Kesehatan Gigi – Gambaran Karakteristik Pasien Dengan Prevalensi Karies Gigi 29 NOVEMBER 2011 3 KOMENTAR
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi dapat menyebabkan focal infection dental origin yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat lain. Karies gigi merupakan masalah utama dari penyakit gigi dan mulut di beberapa daerah karena data menunjukkan prevalensi dan derajat karies yang tinggi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World Health Organization), yaitu 3. Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998 menyatakan bahwa 62,40% penduduk merasa terganggu aktivitasnya selama 4 hari akibat dari karies gigi dan berdasarkan SKRT 2004 prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Sedangkan hasil Penelitian Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1990, di Kalimantan Barat 99%, Kalimantan Selatan 96%, Jambi 92%,Sulawesi Selatan 87%, Maluku 77%.(Anonim,2010) Di Indonesia, laporan penelitian mengenai prevalensi kerusakan gigi masih langka, walaupun observasi lapangan menunjukkan cukup banyak dijumpai karies rampan (Armasastra dan Antoraharjo, 1986). Padahal penelitian demikian sesungguhnya diperlukan sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan upaya kesehatan gigi. Penelitian di RSU Dr.Pingadi Medan tahun 2007 berdasarkan sosiodemografi yang terbanyak menderita karies pada karakteristik umur >14 tahun (87,6%), jenis kelamin perempuan (60,7%), suku Jawa (53,8%), agama Islam (62,1%), pekerjaan pada pelajar/mahasiswa (42,1%). (Anonim, 2010) Newbrun (1989) mengatakan bahwa penyakit karies gigi adalah penyakit multifaktorial meliputi faktor utama yaitu gigi mikroorganisme, karbohidrat dan sebagai faktor tambahan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga apabila salah satu faktor tidak ditemukan, maka tidak akan terjadi penyakit karies gigi. Hingga saat ini sudah banyak hasil penelitian yang menggambarkan terjadinya penyakit karies gigi yang mudah difermentasi oleh mikroorganisme. (Nurlaila 2005) Berdasarkan data program Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bara-Baraya menunjukkan prevalensi karies gigi tahun 2009 sebanyak 14,7% sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 18,8%, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah mengenai gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar Tahun 2011. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011 ? C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan umur dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011. 2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011. 3. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan tingkat pendidikan dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Untuk menambah wawasan dan khasanah ilmu tentang pengetahuan yang berhubungan dengan karakteristik pasien penderita karies gigi. 2. Sebagai bahan dasar referensi peneliti-peneliti berikutnya dalam meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut 3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan kesehatan untuk tujuan prepentif, kuratif atau rehabilitatif khususnya di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Karies 1. Pengertian Karies Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). (Pratiwi,2007)
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme dalam karbohidrat yang diragikan. Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari indeks karies. Prevelensi karies adalah angka yang mencerminkan penderita karies gigi dalam periode tertentu disuatu subjek Penelitian. Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok orang. Indeks karies gigi tetap disebut DMF (D,decayed = gigi karies yang tidak ditambal ; M, missing = gigi karies yang sudah atau seharusya dicabut ; F, filled = gigi karies yang sudah ditambal), pertama kali dikenalkan oleh Klein 1938. (Suwelo,1992) Status karies gigi Dengan mengunakan indeks dari WHO yaitu DMF-T (decay,filling,tooth) dengan kriteria 0,0-1,1 (sangat rendah), 1,2-2,6 (rendah),2,7-4,4 (sedang) 4,5-6,6 (sangat tinggi). (Fransario,2007) 2. Faktor Yang Mempengaruhi Karies Karies gigi merupakan proses patologis yangterjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Karies hanya bias terjadi apabila ada 4 faktor yaitu : mikroorganisme, subsrat,host dan waktu yang bekerja secara simultan. (Rahina,2002-2003) Keadaan gigi yang mempengaruhi terbentuknya karies antara lain morfologi gigi karena morfologi gigi mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Selanjutnya adalah saliva yang mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva juga mempengaruhi pHnya. Karena itu jika aliran saliva berkurang atau hilang maka jaringan karies mungkin tidak terkendali. (Surwelo,1992) (Kidd,1992) Walaupun banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana dan mikroorganisme mana sebagai penyebab karies, namun semua ahli sependapat bahwa karies gigi tidak akan terjadi tanpa mikroorganisme. Substrat adalah campuran makanan halus dan diminuman yang dikomsumsi sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Subrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam mulut. Sedangkan waktu adalah kecepatan terbentuknya karies dalam waktu yang lama, karies tidak mengahancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi rentan dan proses karies pun dimulai. (Suwelo,1992) Adapun faktor lain yang erat hubungannya dengan terbentuknya karies gigi, antara lain usia, jenis kelamin, keturunan, Ras, Makanan, unsure kimia dan Plak. 3. Klasifikasi Karies Gigi Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi) 1. Karies superficialis yaitu dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terbuka. 2. Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. 3. Karies propunda yaitu dimana karies sudah mengenai lebih dai setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa. G.V.BLAK mengklasifikasi kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda dengan nomor romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. 1) Klas I Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum. 2) Klas II Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi Molar atau Premolar yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal. 3) Klas III Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi. 4) Klas IV Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan dan sudah mencapai 1/3 incisal dari gigi. 5) Klas V Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi beakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi. (Taringan,1990) 4. Pencegahan Karies Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu : a. Hilangkan substrat karbohidrat Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi komsumsi gula dan membatasinya saat makan saja. b. Tingkatkan ketahanan gigi Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan memaparkannya terhadap flour secra tepat,pit dan fissure yang dalam dapat dikurangi kerentangannya dengan mentupnya memakai resin. c. Hilangkan plak bakteri Secara teoritas permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies, tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogeniknya saja. (Kidd,1992) B. Tinjauan Umum Tentang Prevalensi Karies 1. Arti Prevalensi Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari indeks karies. Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan jumlah penderita karies gigi dalam periode tertentu di suatu subjek penelitian (Ahmad Watik Praktiknnya, 1986). Pada penelitian epedemiologi karies pada gigi geligi tetap sering digunakan angka atau menurut Klien dan Palmer.
D : Decayed : terkena karies M : Missing : hilangnya suatu elemen karena karies F : Filling : tambalan baik Indeks DMF atau def gigi disebut DMF-T (DMF-Tooth) untuk gigi tetap atau def-t untuk gigi tetap sulung dan di permukaan gigi disebut DMF-S (DMF-Surface) untuk permukaan gigi sulung. Batasan prevalanse dan indeks ini dapat secara serangan digunakan unuk mengumpulkan data, sehingga diketahui keadaan kesehatan gigi ratarata tiap orang di suatu populasi tertentu.(Suweto, 1992). 2. Prevalensi Karies Karakteristik karies rampan adalah adanya karies pada permukaan proksimal gigi insisivus bawah yang berkembang hingga mengenai servikal gigi (Davies : 1954). Karies rampan didefinisikan sebagai karies akut yang menyebar secara cepat dan menyeluruh, termasuk gigi bawah yang biasanya tahan terhadap karies. Anak didiagnosa sebagai penderita karies rampan berdasarkan riwayat kariesnya, dimana anak tersebut mempunyai banyak karies yang relatif baru, rata-rata 10 gigi per tahun (McDonald, Levine dan Hill, 1978). Proses karies rampan sama dengan proses karies biasa namun terjadinya lebih cepat. Banyak ahli yang meghubungkan karies rampan dengan kondisi anak itu sendiri, dimana email gigi sulung lebih tipis strukturnya kurang solid, morfologi gigi lebih tidak beraturan, dan kontak antar gigi merupakan kontak bidang yang lebih luas. Keadaan saliva juga dihubungkan dengan karies rampan. Selain itu anak lebih sering memakan makanan atau minuman yang kariogenik yang mempermudah timbulnya karies rampan. Bila karies rampan berlangsung lebih awal, terutama pada anak yang minum susu botol dalam waktu lama akan timbul corak karies (Ismu Sowelo, 1981). C. Tinjauan Umum tentang Karakteristik Pasien 1. Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kuranf kuat pengaruhnya. (Finn,1997) 2. Jenis Kelamin Volker dan Russel (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak, prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi disbanding anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat disbanding anak laki-laki. 3. Keturunan Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat bawwa anak-anak dari 11 orang tua memilki keadaan gigi yang cukup baik. Disamping itu dari 46 pasang orang tua Dengan prosentase karies yang tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 (lima) pasang dengan prosentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi dengan prosentase karies yang tinggi. Tapi dengan tehknik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini, sebetulnya faktor keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut telah dapat dikurangi. (Tarigan,1990) 4. Ras Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan, tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang semakin meningkat atau menurun, misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi dan ini akan mempertinggi persentase karies pada ras tersebut. 5. Makanan Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya : Karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral. 2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi yang alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan-makanan yang bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: bonbon, coklat,biskut dan lain sebagainya. 3. Unsur Kimia Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentase karies gigi ialah flour. Dibawah ini dicantumkan beberapa unsur kimia yang mempengaruhi atau memperlambat terjadinya karies gigi. 6. Plak Akhir-akhir ini Penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan, untuk mencegah karies gigi. Plak ini terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposet dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula berbentuk agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya dimana bakteri tidak dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus menidiakan plak sebanyak mungkin, karena plak merupakan awal terjadinya kerusakan gigi. (Taringan 1990) D. Kerangka konsep Umur
Jenis Kelamin Pendidikan Suku Ras Makanan Unsur Kimia Prevalensi Karies BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan deskriptif, dengan maksud untuk melihat gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada 11 s/d 13 Juli 2011 2. Tempat penelitian Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung/ pasien yang datang di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar. 2. Sampel Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus dimana keseluruhan populasi akan dicatat dan dilakukan pendataan dan pemeriksaan mengenai prevalensi karies gigi. D. Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer Data yang diperoleh dengan cara pencatatan dan pemeriksaan dengan melihat langsung keberadaan karies 2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari buku register dan Famili Folder pasien. E. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan : a. Sonde b. Excavator c. Kaca mulut d. Pinset e. Gelas kumur f. Neir beken untuk tempat alat g. Blangko pendapatan dan alat tulis 2 . Bahan yang digunakan a. Alkohol untuk desinfeksi alat b. Kapas, betadine c. Air dan sabun mandi untuk cuci tangan d. Handuk kecil F. Defenisi Operasional 1. Karies adalah kerusakan yang terjadi akibat bakteri pada permukaan gigi 2. Karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu 3. Prevalensi adalah angka yang memperlihatkan jumlah penderita atau penyakit karies gigi G. Kriteria Obyektif Kriteria untuk karies gigi permanent (DMT-T) D = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal M = Missing; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies F = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal Kriteria untuk karies gigi Sulung (dmf-t) d = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal e = extrakted; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies f = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal Kriteria penilaian DMF-T (WHO) tersebut adalah 0.0 – 2.6 ————–à Rendah 2.7 – 4.4 ————–à Sedang 4.6 – 6.6 ————–à Tinggi H. Metode Pengolahan Data
1. Editing Data yang telah diperoleh atau dikumpulkan akan diperiksa kembali kebenarannya. 2. Coding Data yang sudah diedit kemudian dilakukan pengkodean untuk memudahkan pengisian atau entri data di komputer. 3. Tabulasi Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan ke dalam tabel untuk memudahkan penganalisaan data (Sugiyono, 2005). I. Penyajian Data Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan melihat gambaran hubungan frekuensi menyikat gigi dengan terjadi karies antara varibel independent dengan dependent. Data tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan grafik distribusi dari kedua variable tersebut disertai penjelasan dari pembahasan penelitian ini. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 13 Juli 2011 di di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar dengan Tehnik Accidental Sampling dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel. 4.1 Distribusi Frekuensi Prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011 Prevalensi
Frekuensi
%
1 gigi karies
16
37.2
2 gigi karies
8
18.6
3 gigi karies
5
11.6
4 gigi karies
6
14.0
5 gigi karies
2
4.7
7 gigi karies
4
9.3
8 gigi karies
2
4.7
JUMLAH
43
100
Sumber data : Data Primer Juli 2011 Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 43 pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas BaraBaraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi yang terbanyak pada 1 gigi karies yaitu 16 (37.2 %) orang dan terendah pada prevalensi 5 dan 8 gigi karies 2 (4,7 % ) orang Tabel. 4.2 Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Umur
Frekuensi
%
6 – 12 Tahun
9
21.1
13 – 21 Tahun
8
18.6
22 – 49 Tahun
23
53.4
>50 Tahun
3
6.9
43
100.0
Total
Sumber data : Data Primer Juli 2011 Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik umur 22 – 49 tahun sebanyak 23 (53.4%) dan terendah pada umur > 50 Tahun yaitu 3 ( 6,9 %) pasien. Tabel. 4.3 Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Jenis Kelamin Laki – Laki
Frekuensi
%
11
25.6
Perempuan Total
32
74.4
43
100.0
Sumber data : Data Primer Juli 2011 Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik Jenis Kelamin Wanita sebanyak 32 (74.4%) dan terendah pada karakteristik Jenis Kelamin laki-laki yaitu 11 (25,6%) pasien. Tabel. 4.4 Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan pasien di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
%
SD
10
23.3
SMP
8
18.6
SMA
9
20.9
Diploma
7
16.3
Sarjana (S1)
9
20.9
43
100.0
Total
Sumber data : Data Primer Juli 2011 Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada Tingkat Pendidikan SD sebanyak 10 (23.3%) dan terendah pada Diploma yaitu 7 (16,3 %) pasien. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran Karakteristik Pasien dengan prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar, maka uraian pembahasan sebagai berikut : 1. Gambaran Prevalensi Karies Gigi Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak antara 1 elemen gigi/karies di poli gigi Puskesmas Bara-Baraya. Karies gigi merupakan proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Hal tersebut biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk hal tersebut langkah-langkah yang diperlukan untuk menurunkan prevalensi karies yaitu secara promotif, preventif maupun secara kuratif dan rehabilitative. 2. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik umur 22 – 49 tahun di Poli Gigi Puskesmas BaraBaraya. Hal ini sesuai dengan menurut Finn,1997, yaitu sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang kuat pengaruhnya. 3. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin pasien Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik jenis kelamin perempuan di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hasil penelitian sependapat menurut Volker Russel, (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak, prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki. Demikian pula wanita dewasa karena pada umunya wanita lebih banyak makanan sampingan (camilan) selain dari factor-faktor lainnya (missal. Emesis, Hiper Emesis) 4. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Tingkat Pendidikan pasien Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar di Poli Gigi Puskesmas BaraBaraya. Menurut kami bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pengetahuan. Demikian pula pada pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prevalensi karies gigi yang terbanyak di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya adalah rata-rata 1 gigi yang mengalami karies 2. Karakteristik umur 22 – 49 tahun merupakan terbanyak prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas BaraBaraya
3.
Karakteristik jenis kelamin wanita merupakan terbanyak prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas BaraBaraya 4. Tingkat pendidikan Sekolah Dasar merupakan terbanyak prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas BaraBaraya B. Saran-Saran 1. Perlunya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang pencegahan karies gigi pada usia dini dan control secara periodik 2. Perlunya Promotif dan preventif pada wanita yang berpotensi tinggi karies 3. Perlu ditingkatkan peran serta guru sekolah dengan pelaksanaan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di wilayah Puskesmas Bara-Baraya DAFTAR PUSTAKA Adenan, Aprillia. (1990). Studi Karies Masing-masing Permukaan Gigi Pada Murid Taman Kanak-kanak Yang Berusia 4-5 Tahun di p.t.p. Xii Pengalengan Kabupaten Bandung. Jurnal kedokteran gigi PDGI p.37(2):19 Andlaw RJ. (1992). Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika P.35. Anitasari S, Liliwati. (2005). Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Medan : Dentika Dental Jurnal. 10. 1:22 Aryani S, Agustina. (1999). Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Gigi. Surabaya : SLTP Ciputri. P. 6 Asmawati, Fransario AP. (2007). Analisis Hubungan Karies Gigi dan Starus Gizi Anak Usia 10-11 Tahun di SDN I Bawakaraeng dan SDN 3 Bangkala. Jurnal Dentifasial. 6.2:80 Astuti S, Eko. (2007). Peran Siga Pada Karies Gigi Anak. Denpasar : Jurnal Kedokteran Gigi. P5 (1):18 Budipramana Els S. (1999). Distribusi dan Keparahan Karies pada Penderita di Klinik Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pada tahun 1990, 1994 dan 1998. Majalah Kedokteran Gigi. 32. (4):165 Chemiawan E, dkk. Prevelensi Nursing Mouth Caries pada Anak Usia 15-60 bulan Berdasarkan Frekuensi Penyikatan Gigi di Posyandu Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Forest. (1995). Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta: Hipokrates. P:27 Green Rm, Eccles JD. (1994). Konservasi Gigi. Jakarta: Widya Medika;1994,p.20 Kidd EAM. (1992). Dasar-dasar Karies , Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC.P.8,16-17 Natamiharja L. (1999). Pemilikan dan Pemakaian Sikat Gigi Masyarakat Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Baru. Majalah Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara P.4(2):1-2 Nurlaila AM, Djohammas H, Darwita R. (2005). Hubungan Antara Status Gizi dengan Karies Gigi pada MuridMurid di Sekolah Dasar Kecamatan Karangantu. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. P12(1):1 Rahina Y. (2003). Prevelensi Karies Anak-Anak Pra Sekolah di TK Saraswati Denpasar, 2002. Jurnal Kedokteran Gigi Mahasiswa. P 1(1):6 Sundoro E.H. (1998). Praktek Preventive Untuk Menanggulangi Karies. Jurnal Kedokteran Gigi Univesitas Indonesia. P5(1):47 Soebroto, 1. (2009). Apa Yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi Anda. Yogyakarta; Book Marks. P 22. 104-6 Suwelo Is. (1992). Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagi Faktor Etiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.P.6-9, 14-23, 27-28 Taringan, R. (1990). Karies Gigi. Jakarta; Hipokrates.p.17, 41-46 Yani E.W.R. (2005). Hubungan Pola Menyikat Gigi dengan Karies Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas. P 12(1):16 Yuyus R, Magdarina DA, Sintiawati F, Tonny M. (2001). Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi, 1997/1998. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. P8(3):1-5 Yohana, L (2003). Kerusakan Gigi Anak-Anak SLUB Saraswati Denpasar 2003. Jurnal Kedokteran Gigi. P 15(4):266 http://andienyem.wordpress.com/2009/07/14/teknik-menyikat-gigi-yang-benar/