RANI NOVIANTI 155020018 Judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK
MENINGKATKAN
PRESTASI
BELAJAR
PADA
MATA
PELAJARAN EKONOMI KELAS XI DI SMA RADA NYUNDA A. Latar Belakang Masalah Menurut Faridah (2012) pembelajaran kooperatif teknik TSTS (Two Stay Two Stray) merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk berkelompok, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong siswa untuk berprestasi. Jika didalam kelompoknya siswa menemukan masalah yang tidak dapat dipecahkan, maka siswa dapat mencari informasi dari kelompok lain dan akhirnya siswa akan memiliki keterampilan berkomunikasi mencari dan memberikan informasi, hal inilah yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar. Menurut Anita lie (2010) model pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray dalam penelitaian ini adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang didalamnya dibentuk kelompok-kelompok heterogen yang beranggotakan 4 orang, Two Stay (TS) artinya dua tinggal memberikan informasi dan penjelasan tentang penyelesaian soal yang belum diketahui oleh siswa yang datang. Menurut Nana Sudjana (2009) untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penialaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. .
Menurut Dimayanti dan Mujiono (2009) mengatakan bahwa: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Mengingat betapa pentingnya pembelajaran ekonomi ditingkat pendidikan SMA maka peran guru sangat penting untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran ekonomi tersebut. Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan mengenai materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa, namun guru harus bisa merencanakan suatu pembelajaran yang efektif, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran tersebut tercapai. B. Identifikasi Masalah
Namun kenyataan di lapangan dari hasil observasi,hasil belajar siswa banyak yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi ekonomi kelas XI SMAN Rada Nyunda, diperoleh informasi bahwa penguasaan siswa terhadap materi ekonomi masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa pada ulangan harian semester ganjil masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) ekonomi yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 72. Dari penjelasan diatas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA Rada Nyunda semester genap pada materi pokok analisis masalah ekonomi dan cara mengatasinya, siswa melalui penerapan model Pembelajaran Two Stay Two Stray. C. Rumusan Masalah Dan Batasan masalah
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran ekonomi analisis masalah ekonomi dan cara mengatasinya. 2. Subjek penelitian adalah peserta didik SMA Rada Nyunda 3. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Two Stay Two Stray
4. Prestasi belajar peserta didik didapat dari tes tertulis dan hail pengamatan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat peningkatan
prestasi belajar yang signifikan setelah di
Terapkan model pembelajaran kooperatif tipe (TSTS) pada siswa kelas XI Rada Nyunda ?
2. Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two stay Two Stray (TSTS) untuk Peningkatan prestasi belajar
Ekonomi Siswa kelas XI SMA Rada
Nyunda ? D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar yang signifikan setelah di Terapkan model pembelajaran kooperatif tipe (TSTS) pada siswa kelas XI Rada Nyunda 2. Untuk mengetahui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two stay Two Stray (TSTS) untuk Peningkatan prestasi belajar Ekonomi Siswa kelas XI SMA Rada Nyunda E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah kajian pustaka khususnya yang berkenaan tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) terhadap Prestasi belajar ekonomi.
2. Manfaat praktis 1) Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan dalam menggunakan model yang tepat dalam pembelajaran serta bekal pengalaman sebagai calon guru. 2) Bagi guru dan sekolah, dapat memberikan masukan dan gambaran bagaimana semestinya proses pembelajaran berlangsung sehingga menggunakan berbagai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar. 3) Bagi siswa, diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan prestasi belajar. F. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran penggunaan istilah, akan perlu ditetapkan definisi operasional sebagai berikut : 1. Model kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Metode kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Pembelajaran two stay two stray memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain (Huda, 2011:140). Model pembelajaran ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal dikelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya : 1) One Stay Three Stray (satu tinggal tiga berpencar) 2) Three Stay One Stray (tiga tinggal satu berpencar) Model pembelajaran two stay two stray/Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. 2. Prestasi belajar siswa
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. G. Kajian Teori 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain, Roger dkk. 1992 (dalam Miftahul Huda, 2011: 29). menurut Slavin (dalam Alma Buchari, 2009: 85), pembelajaran kooperatf adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya heterogen. Strategi blajarnya khusus dirancang untuk member dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran kopatif ini dapat
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatklan sikap tolong menolong dalam prilaku sosial. Siswa dimotifasi berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman dan saling tukar pendapat (sharing ideas). Menurut Daryanto dan Mulyo Raharjo (2012: 241) model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
H. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Menurut Nur (dalam Alma
Buchairi, 2009 : 83), prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut : a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. d) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Teknik Pembelajaran Kooperatif (two stay two stray) Teknik yang dipilih dalam pembelajaran kooperatif ini dua tinggal dua tamu (two stay two stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Miftahul Huda, 2011: 134). Menurut Lie (2002) dalam Wena (2008:189) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam tugas yang tersetruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Metode kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Pembelajaran two stay two stray memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain (Huda, 2011:140). Model pembelajaran ini sebenarnya dapat dibuat
variasinya, yaitu berkaitan
dengan jumlah siswa yang tinggal dikelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya : 1) One Stay Three Stray (satu tinggal tiga berpencar) 2) Three Stay One Stray (tiga tinggal satu berpencar) Model pembelajaran two stay two stray/Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.(Spencer Kagan, 1992) I. Proses Pembelajaran Kooperatif Teknik (two stay two stray) Prosedur pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray oleh Spencer Kagan (dalam Miftahul Huda, 2011: 134) : a) Siswa dibagi kelompok yang terdiri dari empat orang.
b) Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. c) Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan bertemu kelompok lain. d) Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. e) “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain. f) Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka yang semua. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray/Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lainnya.
J. Manfaat Pembelajaran Kooperatif a) Terjadi pengembangan kualitas diri peserta didik. b) Mereka belajar saling terbuka. c) Mereka belajar bertukar pikiran dalam suasana penuh keakraban. d) Mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial. e) Muncul sikap kesetia kawanan dan keterbukaan diantara siswa. f) Teknik (two stay two stray) mudah dilaksanakan dalam kelas, melatih siswa mengeluarkan pendapat dan berbagai pendapat dalam kelompok. (Alma Buchairi, 2009: 93) Berdasarkan kajian di atas maka yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Melaksanakan intruksi/perintah guru. 1) Membagi kelompok, 2) Menyusun
meja dan kursi, 3) Menyiapkan buku pelajaran. b) Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. c) Berdiskusi memecahkan masalah dalam kelompok. d) Bekerjasama dalam mengerjakan lembar kerja kelompok (LKK). e) Mensharing informasi ketamu mereka. f) Mensharing hasil kerjanya kepada tamu mereka. g) Mengajukan pertanyaan. h) Mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan. i) Antusias/semangat menyampaikan hasil yang mereka temukan dari kelompok lain. j) Bersegera terhadap instruksi yang diberikan.
1.8.2 Prestasi Belajar
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahanbahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi
belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 : 11 ).Menurut Hetika ( 2008: 23 ), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan.Harjati ( 2008: 43 ), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu. Pengtahuan , pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan kegiatan dalampembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman. Dengan demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak pengalaman dan prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan prestasi belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian.
H. Kerangka Berpikir
Kegiatan perbaikan pembelajaran yang dapat diterapkan dan diduga mampu meningkatkan hasil model belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Siswa dibagi kelompok yang terdiri dari empat orang. b) Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. c) Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan bertemu kelompok lain. d) Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. e) “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain. f) Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka yang semua. Berdasarkan uraian di atas dengan adanya model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray. dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir penelitian digambar dalam diagram berikut :
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru (Belum menggunakan model pembelajaran inovativ)
Model pembelajaran Kooperatif (Two Stay Two Stray)
Diduga prestasi belajar meningkat
Siswa (peningkatan prestasi belajar )
Siklus 1
Siklus 2
Gambar.1.9.1 Kerangka Pikir Penelitian I. Asumsi dan Hipotesi penelitian
Hipotesis adalah jawaban teoritis atas permasalahan yang ada, yang merupakan sebuah kesimpulan yang masih harus diuji kebenarannya. Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah disebutkan diatas maka dapat dinyatakan hipotesis sebagai berikut: Ha: Terdapat Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two stay Two Stray (TSTS) untuk Peningkatan prestasi belajar Ekonomi Siswa kelas XI SMA Rada Nyunda
Ho: Todak Terdapat Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two stay Two Stray (TSTS) untuk Peningkatan prestasi belajar Ekonomi Siswa kelas XI SMA Rada Nyunda
H
Gambar 1.10.1 Hipotesis penelitian Keterangan gambar : X = Penerapan pembelajaran kooperatif (TSTS) Y= Prestasi Belajar siswa kls XI SMA Rada Nyunda H= Hipotesis
Asumsi atau anggapan dasar ini merupakan suatu gambaran sangkan pemikiran ,suatu pendapat atau kesimpulan sementara ,atau suatu teori sementara yang belum terbuktikan. Menurut Pendapat wiranto Surakman sebagaimana dikutip oleh suraksimi arikunto dalam buku prosedur penelitian suatu pendekatan praktik ,bahwa asumsi atau anggapamn dasar adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik (Suharsimi,2006:65) Berdasarkan pengertian asumsi diatas maka asumsi yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Peningkatan prestasi belajar Ekonomi Siswa kelas XI SMA Rada Nyunda Untuk Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two stay Two Stray (TSTS)
J. Metode dan desain penelitian
Penerapan dilakukan di SMA Rada Nyunda Pengamatan di lakukan di SMA Rada Nyunda pada kelas XI IPS karena sekolah ini ingin meningkatkan Prestasi belajar pada mata pelajaran ekonomi siswa dan kepada guru dan peneliti lainnya untuk mengalokasikan waktu dengan tepat sesuai dengan RPP dan kondisi kelas.
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Rada Nyunda Jl. Cendana kota bandung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X1 dengan jumlah siswa 28 orang. K. Rancangan pengumpulan data dan Instrumen
1. Teknik pengumpulan data
Data diperoleh melalui pengumpulan data dilapangan yang dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan pengamatan. Untuk mengumpulkan Prestasi belajar ekonomi siswa digunakan teknik pemberian tes. Tes yang diberikan kepada siswa adalah berupa evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus. Tes yang diberikan berupa soal essay yang berisikan materi yang dibahas pada pertemuan hari itu. Pengamatan Untuk pengumpulan data tentang aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran digunakan teknik pengamatan. Teknik ini dimaksudkan untuk mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan untuk setiap kali pertemuan, diharapkan adanya saran yang diberikan pengamat untuk perbaikan berikutnya.
2. Teknik analisis data
Untuk mengetahui hasil penelitian digunakan teknik sebagai berikut : 1. Analisis aktivitas guru dan siswa Menurut Agus Suprijono (2009) persentase tentang aktifitas guru dan siswa dapat ditentukan dengan rumus: P
=
F N
= =
x
Frekuensi Number
of
100%
yang Cases
sedang (jumlah
Keterangan: dicari
persentasenya
frekuensi/banyaknya
individu)
P = Angka persentase 100% = Bilangan tetap
Pengukuran data aktivitas guru diklasifikasikan kedalam empat penilaian yaitu, baik sekali, baik, kurang baik dan tidak baik. Jumlah butir aktivitas = 10, skor penilaian tertinggi = 5, skor penilaian terendah = Dengan demikian skor maksimal untuk setiap kegiatan aktivitas guru adalah 10 x 5 = 50 dan skor minimal untuk setiap aktivitas guru adalah 10 x 1 = 10. Menurut Ritonga (2006) dari perhitungan tersebut maka diperoleh : Interval (I) = Berdasarkan data diatas, maka dapat ditentukan interval penilaian aktivitas guru sebagai berikut : Tabel 1.Klasifikasi Penilaian Data Aktivitas Guru No
Kategori
Interval
1
Baik sekali
41 -50
2
Baik
31-40
3
Kurang baik
21-30
4
Tidak baik
11-20
a. Analisis Aktivitas Siswa
Pengukuran data aktivitas siswa dikategorikan kedalam empat penilaian yakitu :, baik sekali, baik, kurang baik dan tidak baik. Jumlah butir aktivitas = 10, skor penilaian tertinggi adalah 10, skor penilaian terendah = 1. Menurut Ridwan dan Sunarto (2010)
persentase keberhasilan pelaksanaan aktivitas siswa dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Presentase aktivitas siswa = 100%
Dari data pada lembar pengamatan aktivitas siswa tersebut diperoleh kriteria sebagai berikut: 1. 85% ≤ presentase aktivitas G/S ≤ 100% : Aktivitas baik sekali 2. 70% ≤ presentase aktivitas G/S < 85% : Aktivitas baik 3. 55% ≤ presentase aktivitas G/S < 70% : Aktivitas kurang baik 4. 40% ≤ presentase aktivitas G/S < 55% : Aktivitas tidak baik Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat ditentukan persentase penilaian aktivitas siswa sebagai berikut : Tabel 2. Klasifikasi Penilaian Data Aktivitas Siswa No
Kategori
Interval
1
Baik sekali
85-100
2
Baik
70-85
3
Kurang baik
55-70
4
Tidak baik
40-55
b. Analisis Prestasi Belajar Siswa
Setiap siswa dapat dikatakan tuntas belajar jika nilai siswa tersebut telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 72. Ketuntasan belajar individu dihitung dengan rumus sebagai berikut :
KI = x 100 % Keterangan : KI : Ketuntasan Individu SS : Skor hasil belajar siswa SM : Skor maksimal 6 Apabila seorang siswa telah mencapai nilai ≥ 72 dari soal yang diberikan maka siswa tersebut dikatakan tuntas. Pengukuran Prestasi belajar dikategorikan kedalam lima penilaian, yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah dan sangat rendah. Dengan jumlah soal 5 skor tertinggi adalah 20 ( 5 x 20) dan skor terendah adalah 0 (0
x 5) sehingga interval penilaiannya adalah : Interval (I) = = = 20 Berdasarkan data diatas, maka dapat ditentukan interval penilaian Prestasi belajar siswa sebagai berikut :
Tabel 3. Klasifikasi Penilaian Hasil Belajar Siswa No
Kategori
Interval
1
Sangat tinggi
81-100
2
Tinggi
61-80
3
Cukup Tinggi
41-60
4
Rendah
21-40
5
Sangat rendah
≤ 20
c. Analisis Rata-rata Nilai Prestasi Belajar Analisis data tentang ketuntasan belajar ekonomi siswa dilakukan dengan menggunakan analisis mean atau rata-rata nilai siswa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah : Rata rata = jumlah nilai seluruh siswa / Banyak siswa
L.
Langkah-Langkah Penelitian 1. Tahap pendahuluan. Pada tahap ini, peneliti melakukan studi lapangan dan mencari informasi terkait dengan permasalahan dan fenomena yang terjadi di SMA Rada Nyunda khususnya pada proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Selanjutnya peneliti melakukan studi literatur lebih mendalam tentang metode pembelajaran Two stay Two stray dan Prestasi belajar peserta didik.
2. Tahap persiapan. Pada tahap ini, peneliti menentukan materi yang akan digunakan dalam penelitian, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, merancang alat tes, melakukan uji coba alat tes, mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.
3. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan tes untuk mengetahui prestasi
belajar awal peserta didik baik pada kelas eksperimen
maupun kontrol. Selanjutnya peneliti melakukan pembelajaran materi ajar yang telah ditentukan dengan diberikan sebuah perlakuan. Saat pembelajaran, kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional, setelah diberikan sebuah perlakuan proses selanjutnya yaitu melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Posttest dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan. 4. Tahap Akhir. Setelah ketiga tahap telah dilakukan maka tahap terakhir yaitu menganalisis dan menyusun laporan. Pada tahap ini peneliti menggunakan perhitungan statistik untuk menghitung hasil pretest-posttest hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya peneliti menganalisis gain untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
M. Jadwal Penelitian
No Deskripsi Kegiatan 1 2
3
4 5
Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Penelitian Pengumpulan Proposal Penelitian Seminar
Proposal
Penelitian Bimbingan Skripsi
BULAN (Tahun 2018) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
6
Pengumpulan Data
7
Pengolahan Data
8
Penulisan Skripsi
9
Pengumpulan Skripsi
10
11 12
Daftar
Sidang
Gelombang 1 Ujian Sidang Sarjana Gelombang 1 Wisuda
N. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. ............, 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Neolaka, Amos. 2014. Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Offest. Novita Yasliana, 2013. Pengaruh Penggunaan Metode Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa kelas VII SMP 22 Kota Jambi. Jambi: FKIP Universitas Jambi. Nursiatin, 2010. Pengaruh Model Pembelajaran (Team Accelerated Intruction) Terhadap Efektifitas Pembelajaan Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI Di SMAN 11 Kota Jambi. Jambi: FKIP Universitas jambi. Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardirman, A.M. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slameto.
2013.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Slavin, Robert E. 2009. Cooperatove Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. -------. 2015. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa media. http://ggugutlufichasepti.blogspot.com/
http://eprints.uny.ac.id/49091/ https://www.google.com/search?client=firefox-bd&q=MODEL+TSTS+MAPEL+EKONOMI file:///C:/Users/Muhammad%20Rafi/Downloads/BAB%20II.pdf file:///C:/Users/MUHAMM~1/AppData/Local/Temp/doc%20(2).pdf file:///C:/Users/MUHAMM~1/AppData/Local/Temp/235951-penerapanmodel-pembelajaran-kooperatif-b8ecd55d-1.pdf file:///C:/Users/Muhammad%20Rafi/Downloads/189078-ID-penerapan-modelpembelajaran-two-stay-tw.pdf kajian terdahulu rancangan dan istrumen