Kti Nur.docx

  • Uploaded by: Nurica apriani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kti Nur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,818
  • Pages: 37
.

1

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Balita Bawah lima tahun ( Balita ) merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang uisa balita di mulai dari dua samapai dengan lima tahun atau usia 24 bulan – 60 bulan. Periode usia ini di sebut juga sebagai usia prasekolah. Usia anak adalah periode usia ini di sebut juga perkembangan pada usia dewasa nantinya ( Mubarok, Tahun 2011 ). Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi ( KKP ), dan jumlahnya dalam populasi besar beberapa kondisi atau tanggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan ( Notoatmodjo, 2007 ). 2.2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.2.1 Pengertian ISPA Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah inggris acute respiratory infectionis. ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan (Maryunani, 2010 ). Kondisi ini menyebababkan fungsi pernafasan terganggu. Jika tidak segera di tangani, ISPA dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh. Tubuh tidak bisa mendapatkan cukup oksigen

2

3

karna infeksi yang terjadi dan kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan mungkin mematikan. ISPA harus di anggap sebagai kondisi darurat, jika mencurigai terjadinya ISPA segera cari bantuan medis. Kondisi ini berpotensi menyebar dari orang ke orang. Bagi yang mengalami kelainan sistem kekebalan tubuh dan juga orang yang lanjut usia akan lebih mudah terserang penyakit ini. Terlebih lagi pada anak-anak, dimana sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sepenuhnya ( Oktami 2017 ) 2.2.2 Jenis Jenis ISPA Secara anatomis, ispa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA Atas dan ISPA Bawah, dengan batas anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglotis. a. ISPA Atas (Acute Upper Respiratory Infections) ISPA atas yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan atau phringitis dan radang telinga tengah atau otitis. Phringitis

yang

disebabkan

hemolyticus) dapat

kuman

berkomplikasi

tertentu

dengan

(streptococcus

penyakit

jantung

(endokarditis). Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian. b. ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory infections) Salah satu ISPA bawah yang berbahaya adalah pneumonia. Infeksi pada saluran pernapasan baik saluran pernapaan atas atau bawah, dan dapat menyebabakan berbagai spektrum penyakit dari

4

infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan ( Widyanata Lebuan Tahun 2017 ). 2.2.3 Gejala yang muncul akibat ISPA a. Hidung tersumbat atau berair b. Paru-paru terasa terhambat c. Batuk-batuk dan tengorokan terasa sakit d. Kerap merasa kelelahan e. Tubuh merasa sakit f. Kesulitan bernapas g. Demam tinggi dan meninggal h. Tingkat oksigen dalam rendah i. Kesadaran yang menurun dan bahkan pingsan 2.2.4 Penyebab ISPA Berikikut

ini

adalah

beberapa

mikroorganisme

penyebab

munculnya ISPA yang sudah diketahui. a. Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan penomonia bisa di sebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis. b. Rhinovirus. Ini adalah jenis virus yang menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah menjadi ISPA pada tahap yang serius. c. Pneumokokus. Ini adalah jenis bakteri yang menyebabkan meningitis. Tapi bkteri ini bisa memicu gangguan pernapasan lain,

5

seperti halanya pneumonia. Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun bakteri terhadap tubuh manusia. Resiko seseorang mengalami infeksi akan meningkat ketika kekebalan tubuh lemah. Hal ini cenderung pada anak-anak dan orang yang lebih tua. Atau siapapun yang memiliki penyakit atau kelainan dengan sistem kekebalan tubuh yanag lemah. d. ISPA sendiri akan lebih mudah menjangkiti orang yang menderita penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan paru-parunya. Peroko juga berisiko tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut dan cenderung lebih sulit untuk pulih dari kondisi ini (Oktami, 2017). 2.2.5 Cara mendiagnosis ISPA Untuk mendiagnosis ISPA, dokter akan memeriksa sistem pernapasan adnda. Suara napas anda akan di periksa untuk mengetahui apakah ada penumpukan cairan atau terjadinya peradangan pada paruparu. Hidung dan tenggorokan juga akan diperiksa. Pemeriksa dengan CT scan dan X –ray mungkin diperlukan apa bila ISPA yang diderita sudah memasuki tahap lanjutan. Kondisi paru-paru anda akan di amati dengan kedua prosedur di atas. Prosdur tes fungsi paru-paru dilakukan untuk melihat deberapa jauh pernapasan pasien terganggu dan perkembangan kondisinya. Untuk memeriksa seberapa banyak oksigen yang masuk ke paru-paru, prosedur oksimetri nadi dapat

6

dilakukan. Sedangkan untuk menentukan jenis virus penyebab ISPA, sampel dahak akan diambil untuk diteliti di labolatorium. 2.2.6 Pengobatan yang dilakukan pada ISPA Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan biasanya hanya untuk meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus. Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri, serangkaian tes akan dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri.setelah itu dokter bisa menentukan antibiotik yang paling tepat untuk membasmi bakteri penyebab infeksi. Komplikasi yang terjadi akibat ISPA sangat serius dan bisa berakibat fatal atau mematikan jika di biarkan. Komplikasi yang sering kali terjadi bersama dengan ISPA adalah gagal nafas dan gagal jantung kongesti. Mewaspadai ISPA Pencegahan adalah cara terbaik dalam mengalami ISPA. Berikut ini adalah beberapa pola hidup higenis yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan.

a. Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat umum. b. Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata, agar anda terlindung dari penyebaran virus dan bakteri.

7

c. Perbanyak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin terutama

vitamin

C.

Vitamin

sangat

membantu

dalam

meningkatkan dan menjaga sistem kekebalan tubuh anda. d. Hindari merokok. e. Ketika anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menular kepada orang lain ( Oktami, 2017 ).

2.3 Faktor yang mempengaruhi ISPA individu anak 2.3.1

Status Gizi a. Pengertian gizi Tubuh manusia ( termasuk bayi dan balita ) memerlukan zat-zat yang berasal dari makanan, yang di sebut zat-zat gizi. Sementara itu istilah” Gizi” berasal dari kata “Gizawi” (bahasa Arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat. Ilmu gizi membahas proses pemamfaatan makanan didalam tubuh. Peroses tersebut mulai dari pengunyahan makanan, pencernaan, penyerapan, pemanfaatan, zat gizi di dalam sel dan pembuangan zat sisa dari tubuh. Zat gizi di manfaatkan oleh tubuh untuk menghasilkan energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan sel, jaringan dan organ tubuh. Sebagai tenaga kesehatan di lini terdepan, bidan perlu mengetahui prinsip dan standar nutrisi pada

8

bayi dan balita agar dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita ( Maryunani, 2010 ). b. Zat gizi Zat gizi merupakan unsur yang paling penting dalam nutrisi, meningkat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi,. Kebutuhan nutrisi tidak akan berpungsi secara optimal kalau tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal (Hidaayat, 2011). c. Macam-macam gizi 1) Lemak Lemak merupakan makronutrion penting yng menepati urutan kedua setelah hidratarang sebagai bahan bakar untuk memberikan energy kepasa sel-sel tubuh. 2) Protein Protein merupakan unsur yang terdapat dalam jumlah besar dalam tubuh. Protein terbentuk dari asam-asam amino yang dirangkaikan oleh ikatan pepida 3) Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dari makanan,

pada

umumnya

dalam

bentuk

amilum,

karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot bentuk

9

glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit , kekurangan karbohidrat akan mengakibatkan kelingan energy. 4) Vitamin Vitamin adalah senyawa organik yang dalam jumlah yang sangat

kecil

di

perlukan untuk

terjadinya

proses

metabolism sel sebagai bagaian dalam kelangsungan hidup suatu organisme, fungsi vitamin antara lain: a) Menbantu pertumbuhan sel tubuh dan penglihatan, menyebabkan rambut, kulit, dan intergritas memberan epitel (vitamin A) b) Metabolism karbohidrat, memantau kelancaran system pernafasan , dan mencegah beri-beri (vitamin B1) c) Membantu pembentukan enzim, pertumbuhan dan membantu adaptasi cahaya dalam mata ( vitamin B2) d) Metabolism

karbohidrat,

lemak,

protein,

dan

komponen enzim, serta mencegah menurunya nafsu makan ( vitamin B6) e) Menjaga kesehatan tulang gigi, dan gusi membantu pembentukan dingding pembuluh darah dan pembuluh kapiler,

kesembuhan

jaringan

tulang,

serta

memudahkan penyerapan zat besi dan asam polat (vitamin C)

10

f) Membantu penyerapan kalsium fospor serta mencegah rakhitis (vitamin D) g) Membantu produksi protrombin serta pembengkuan darah (vitamin K) 5) Mineral Mineral di butuhkan dalam tubuh sebagai zat pembangun dan

pelindung,

berpungsi

sebagai

penyangga

pembentukan gusi dan tulang. 6) Air Air merupakan zat makanan paling mendasar yang di butuhkan oleh manusia, tubuh manusia terdiri atas 50-70% air. Asupan air secara teratur sangat penting bagai mahluk hidup di bandingkan dengan pemasukan nutrisi lain. d. Faktor yang mempengaruhi status gizi 1) Faktor internal Faktor gizi internal merupakan faktor yang berasal dari seseorang yang menjadi dasar pemeriksaan tingkat kebutuhan gizi seseorang (Andrian, 2014) a) Umur Pada umur usia 2-5 tahun merupakan masa golden age dimana masa itu di butuhkan zat tenagga yang di perlukan bagi tubuh untuk pertumbuhan nya. Semakain bertambah usia

11

akan semakin meningkat kebutuhan zat tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik (Adriani, 2014) b) Status kesehatan Status kesehatan seorang turut menntukan kebutuhan zat gizi. Kebutuhan zat gizi orang sangat berbeda dengan orang sehat, karna sebagian sel tubuh orang sakit telah mengalami kerusakan dan perlu diganti , sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih banyak. Selain untuk membangun kembali sel tubuh yang rusak, zat gizi lebih ini untuk pemulihan. c) Keadaaan infeksi Di

Indonesia

dan

juga

di

Negara

berkembang lainya penyakit infeksi masih mengetahui jiwa dan kesehatan balita, gangguan definisi gizi dan rawan infeksi merupakan suatu pasangan erat, maka perlu di tinjau katanya satu sama lain. Infeksi bisa berhubungan

dengan

gangguan

gizi

melaluui beberapa cara yaitu mengaruhi

12

nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan makanan karna muntah/diare aatau mengaruhi metabolism makanan. 2) Faktor external a) Faktor ekonomi Merupakan akar masalh terjadinya gizi kurang kemampuan keluarga untuk mencukupi pengaruhi

kebutuhan oleh

makan

tingkat

dan

pendapatan

keluarga itu sendiri` b) Pendidkan Pendidikan orang tua merupakan salah satu

faktor

penting

dalam

tubuh

kembang anak karna dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan anak yang baik,

bagai

mana

menjaga

kesehatananaknya , pendidikanya ,dan sebagainya ( Soetiningsi, 1995 dalam Andrian 2014) c) Pekerjaan

13

Jenis pekerjaan yang di lakukan kepala rumah tangga dan angota keluarga lain akan

menentukan

seberapa

besar

sumbangan mereka terhadap keuangan rumah tangga yang yang akan di gunakaan untuk memnui kebutuhan keluarga, seperti pangan yang begizi dan perawatan kesehatan (Anrian, 2014) e. Pengukuran Antropometri Pengukuran ini meliputi pengukuran berat badan, inggi badan ( panjang badan) lingkar kepala, dan lingkar lengan atas, dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia , dan lain-lain. Sedangakan pengukuran tidak berdasarkan usia misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas, berdasarkan tinggi badan,dan lainlain ( Andrian, 20114) 1) Pengukuran BB/U Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan dan penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubu, sehingga dapaat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang

14

anak, berat badan juga dapat di gunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan mkanan yang di perlukan dalam tindakan pengobatan. Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO (World Health Organization) dengan standar NHCS ( National Center for Health Statistics) yaitu mengunakan persentil ke 50-3 dikatakan normal, sedangkan persentil kurang atau sama dengan tiga termasuk katagori malnutrisi. 2) Pengukuran BB/TB Penilaian berdasarkan tinggi badan menurut WHO (World Health Organization) yaitu mengunakan persentase dari median sebagai berikut anatara 80%-100% di katakana malnutrisi sedang dan kurang dari 80% di katakana malnutrisi akut` 3) Selain penggunaan standar buku NCHS ( National Center for Health Statistics) juga dapat di gunakan kartu menuju sehat (KMS) dengan adanya KMS perkembangan anak dapat di pantau secara praktis, sederhana dan mudah`

15

Table 2.1 Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Status Gizi

Indeks BB/U

TB/U

BB/TB

>80%

>90%

>90%

Gizi Sedang

71-80%

81%-90%

81%-90%

Gizi Kurang

61-70%

71%-90%

71-90%

Gizi Buruk

<60%

<70%

<70%

Gizi Baik

f. Standar Devinisi (SD) Standar devinisi di sebut juga dengan Z-score WHO menyarankan untuk mengunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memanatau pertumbuhan, pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negative 2 SD (Zscore) dari median. Di bawah nilai median -2 SD unit dinyatakan gizi kurang. Rumus perhitungan Z-score : Z-score =

𝑁𝐼𝑆−𝑁𝑀𝐵𝑅 𝑁𝑆𝐵𝑅

Keterangan: NIS : nilai individu subjek

16

NMBR : nilai median buku rujukan NSBR : nilai simpang buku rujukan g. Klasifikasi status gizi balita BB/U yang digunakan dalam pengukuran di puskesmas cikeusik tahun 2018` 1) Gizi baik -2 SD >80% 2) Gizi kurang ≥-3 SD samapi < -2 SD atau 61-71% 3) Gizi buruk < -3 SD atau <60% h. Hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA Dari penelitian ini di dapatkan hubungan antara status gizi dengan ISPA. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan karana gizi memang sangat penting peranya untuk pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan aktifitas tubuh. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi system kekbalan tubuh dan kerentanan terhadap infeksi. Tampa asupan gizi yang cukup, tubuh sangat mudah untuk terkena bebagai penyakit, salah satunya penyakit infeksi, bahwa benar status gizi yang buruk merupakan faktor yang berhubungan dengan ISPA ( Lebuan, 2017). 2.3.2

status imunisasi a. pengertian imunisasi imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah tehadap

17

penyakit tertentu. Sedangkan yang di maksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan ( Misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak ) dan melalui mulut ( Misalnya vaksin polio). ( Hidayat, 2011 ). Program imunisasi merupakan cara terbaik yang telah menunjukan kebrhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang saangat menghemat biyaya dalam mencegah penyakit menular dan juga telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan di bandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat lainya (Sarimin, 2014). b. Tujuan imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah di harapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas serta dapat mengurangi kecatatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat, 2011). c. Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu: Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua: imunisasi aktif dan imunisasi pasif. 1) Imunisasi aktif

18

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan menjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami raksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkanya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara tepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinya, yang di jelaskan sebagai berikut. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfunsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan ( berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan). Pelarut daapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen. Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitasantige ( Hidayat, 2011 ) Untuk keperluan imunisasi aktif antara lain: a) Vaksin BCG ( Bacillus Calmette-Guerin untuk tuberkolosis) b) Vaksin DPT (Divteri, pertussis, tetanus)

19

c) Vaksin poliomeilitis d) Vaksin campak e) Vaksin typa (typus abdominalis) f) Toxoid tetanus g) Dan lain-lain Namun , pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi terssebut harus dilakukan semua . hanya 5(lima) jenis imunisasi pada anak di bawah 5 (lima) tahun yang harus dilakukan: a) BCG b) DPT c) Polio d) Campak e) Hepatitis B 2) Imunisasi pasif Imunisasi

pasif

merupakan

pemberian

zat

(

imunoglobulin ), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatan yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang di duga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi ( Hidayat, 2011 ).

20

d. Jenis-jenis imunisasi dasar Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu di berikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.lima jenis imunisasi dasar yang di wajibkan pemerintah alah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis ( batuk rejan ), poliomelitis, camapk dan hepatitis B. Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib di peroleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah: ( Maryunani, 2010 ). 1) Imunisasi BCG ( basilus calmette guerin ) merupakan

imunisasi

yang

digunakan

untuk

mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang

ringan

dapat

terjadi

walaupun

sudah

dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG dapat dilihat pada tabel 4.1. vaksin BCG di berikan melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi

21

BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas. Imunisasi BCG penting bagi anak balita dalam pencegahan TBC milier, otak, dan tulang karna masih tingginya kejadian TBC pada anak. ( Alimual Hidayat, 2011). 2) Imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang

digunakan

untuk

mencegah

terjadinya

penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah Hbs.Ag dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatanya dapat di berikan pada usia 6 bulan. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilihat pada tabel 4.1. imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuskuler. Angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi dalam mengaruhi angka

kesakitan

dan

kematian

balita.

Hasil

penelitian Muchlastriningsih (2005) menunjukan bahwa jumlah pasien hepatitis yang dirawat jalan dan rawat inap paling banyak dari golongan usia 1544 bulan (50,54 ) ( Alimual Hidayat, 2011 ).

22

3) Imunisasi polio Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang menyebabkan kelumpuhan pada anak kandungan vaksin ini adalah virus yang. frekuensi pemberian imunisasi polio dapat dilihat pada tabel 4.1. imunisasi polio diberikan melalui oral ( Alimual Hidayat, 2011 ). 4) Imunisasi DPT Imunisasi DPT ( diphteria, pertusis, tetanus ) merupakan

imunisasi

yang

digunakan

untuk

mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti ( toksoid ) ( Alimual Hidayat, 2011 ). 5) Imunisasi camapak Imunisasi camapak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah trerjadinya penyakit pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan

vaksin

ini

adalah

dilemahkan ( Alimual Hidayat, 2011 ).

virus

yang

23

e. Lima jenis imunisasi yang di wajibkan pemerintah adalah imunisasi tehadap penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertussis ( batuk rejan), poliomyelitis, camapk dan hepatitis B ke-lima jenis imunisasi dasar yang wajib di peroleh bayi seebelum usia setahun tersebut: 1) Imunisasi BCG, yaitu dilakuakn pada bayi 011bulan, a) Perlindungan penyakit TBC/tuberkolosis b) Cara

pemberian

imunsasi

BCG

melalui

intradermal dengan lokasi lengan atas bagian kanan (Maryani, 2010) 2) Imunisasi DPT , yang di berikan 3(tiga) kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu a) Perlindungan penyakit difteri (infeksi tengorokan), pertussis ( batuk rejan) dan tetanus (kaku rahang) b) Cara

pemberian

imunisasi

melalui

suntikan inta maskuler (I,m) c) Efek samping demam(sumeng) dan rewel selama 1-2 hari (Maryunani, 2010)

24

3) Polio yang dibrikan 4(empat) kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval 4 minggu a) Perlindungan

penyakit

poliomeilitis/polio

lumpuh layuh yang menyebabkan nyeri otot lumpuh dan kematian` b) Cara pemberian melalui oral/mulut c) Efek samping mengalami pusing,diare ringan, dan sakit otot (Maryunani,2010). 4) Imunisasi camapak yang di berikan 1( satu) pada bayi usia 9-11 bulan a) Perlindugan penyakit campak/tampek b) Cara pemberian melalui subkutan c) Efek samping hanya demam ringan saja (Maryunani, 2010) 5) Imunisasi hepatitis B yang di berikan 3(tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu a) Perlindungan penyakit infeksi hati/kangker hati mematikan b) Cara pemberian dengan intra maskuler(I,m) di lengan atau di paha c) Efek samping hanya berupa keluhan nyeri pada tempat penyuntikan (Maryunani,2010)

25

Table 2.1 jadwal imunisasi NO

UMUR

JENIS IMUNISASI

0 bulan

Hepatitis B

1 bulan

BCG, Polio

2 bulan

DPT/HB 1,Polio 2

3 bulan

DPT/HB 2,Polio3

4 bulan

DPT/HB 3,Polio 4

9 bulan

Camapak

1 2 3 4 5 6

26

f.

Hubungan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA

Tidak terdatnya hubungn yang bemakana antara status imunisasi dasar dengan terjadinya ISPA pada penelitian ini mungkin dikarenakan 87,9%

siswa taman kanak-kanak di kelurahan Dangin puri telah

memiliki status imunisasi yang lengkap. Orang tua siswa sudah lebih mengerti pentingnya pemberian lima imunisasi dasar lengkap untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap suatu penyakit. Akan tetapi masih ada juga anak yang belum lengkap lima imunisasi dasarnya namun dengan persentase yang kecil yaitu 12,1 %. Sehingga kejadian penyakit ISPA di tempat penelitan mungkin di sebabkan oleh faktor-faktor lain yang berjalan bersamaaan. Penelitian oleh kolisah Nasution dan kawan-kawan di daerah urban di jakarta yang menyatakan bahwa tedapat hubungan antara status imunisasi dengan ISPA dengan nilai p sebesar 0,017. Secara teori imunisasi memberikan kekebalan dan perlindungan yang ampuh untuk mencegah penyakitpenyakit berbahaya, dan imunisasi juga menyebabakan kekebalan tubuh anak dapat terangsang sehingga anak dapat terhindar dari berbagai penyakit. Imunisasi memberikan kekebalan secara spesifik terhadap patogen-patogen penyakit seperti inluenza yang merupakan alah satu patogen penyebab ISPA,. Namun tidak dapat di pungkiri walaupun anak sudah mendapatlima imunisasi dasar secara lengkap, ia tetap dapat terserang ISPA karna peranan berbagai paktor lainya

27

yang menyebabkan patogen mudah masuk kedalam tubuh ( Lebuan, 2017 ).

2.1 Bagan Kerangka Teori

Satatus gizi

Status imunisasi

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. ( Notoatmojo, 2012 ). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Cross Sectional.Desain studi Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time apprach ). Artinya tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama ( Notoatmdjo, 2012 ). Dalam hal ini penelitian ingin mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas cikeusik Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan (Iman, 2015). Penelitian ini di lakukan di puskesmas cikeusik

tahun 2017.

Dengan alasan jumlah sampel mencukupi untuk penelitian dan

28

29

berdasarkan survei awal dilingkungan tersebut masih banyak terkena penyakit infeksi saluran pernapasan atas ( ISPA).

3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah menujuk kepada pelaksanaan penelitian (Iman, 2015) Penelitian ini dilakukan di puskesmas cikeusik tathun 2017, dengan menggunakan data sekunder , yang dilakukan pada bulan desember tahun 2017.

3.3 Popolasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteistik tetentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2014) Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012) Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah balita yang datang atau yang berobat di puskesmas cikeusik tahun 2017 sebanyak 960 balita pada tahun 2017.

30

3.3.2 Sampel Samapel penelitian adalah sebagian dari objek yang diteliti dan di anggap mewakli seluruh populasi penelitian . dalam mengambil sample penelitian ini digunakan cara atau teknik – teknik tertentu, sehingga sample tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini biasanya di sebut metode sampling. Pengambilan sample ini dilakukan secara rendom sampling, dan sample yang di peroleh di sebut sample rendom. Teknik

rendom sampling ini hanya boleh di gunakan

apabilastiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk di ambil sebagai sample ( Notoatmodjo, 2012 ).dalam penelitian ini penarikan sample secara acak sederhana ( simple random sampling ) dengan

cara

mengundi

angota

populasi

mengunakan

sofwere

randomizer yang kemudian akan muncul beberapa nomor yang akan di jadikan

dan

jumlah

sample

mengacu

(Notoatmodjo, 2006 ). Rumus Slovin: 𝒏=

=

𝑵 𝟏 + (𝑵)

𝟐

𝟗𝟔𝟎 𝟏 + 𝟗𝟔𝟎(𝟎, 𝟎𝟓)𝟐 𝟗𝟔𝟎

=𝟏+𝟗𝟔𝟎(𝟎,𝟎𝟎𝟐𝟓) 𝟗𝟔𝟎

=𝟏+𝟐,𝟒𝟎𝟐𝟓

kepada

rumus

slovin

31

𝟗𝟔𝟎

=𝟑,𝟒𝟎𝟐𝟓 = 282 Keterangan : n = jumlah sample N = jumlah populasi d

=

persen

keonggaran

ketidaktelitain

kesalahan

dalam

pengambilan sample yang masih dapat ditelorir atau diinginkan. Dalam penelitain ini di gunakan nilai 5% (0,05) ( Muhammad, 2012). Jadi, yang menjadi sample untuk di teliti adalah sebanyak 282 balita yang di ambil dari populasi yang berjumlah 960 balita. 3.4. Kerangka konsep Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel – variabel yang mengaruhi dan yang di pengaruhi. Atau dengan kata lain dalam kerangka konsep akan terlihat faktor – faktor yang terdapat dalam variabel penelitian ( Muhammad, 2012). Kerangka konsep Variabel Independen Status gizi Status imunisasi

Variabel Dependen

Kejadian ISPA pada balita

32

3.5. Depinisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkurtan ( Notoatmodjo, 2010 ). Tabel 3.5 Definisi Oprasional Variabel

Definisi oprasional

Cara ukur

Alat ukur

Hasil ukur

dependen

Sekala ukur

Infeksi saluran ISPA

merupakan Melihat

Kuesioner

pernapasan

penyakit yang seringkali laporan data

akut ( ISPA)

di laporkan sebagai 10 sekunder penyakit

0. Ya

ordinal

1. Tidak

dinegara dari

berkembang.

Gejala puskesmas

yang sering di jumpai adalah batuk, pilek, dan kesukaran

bernafas.

Episode atau seangan batuk

pada

anak,

kususnya balita adalah 6-8

kali

pertahun

(

Maryunani, 2010 ). Variabel Independen Status gizi

Keadaan gizi balita saat Wawancara penelitian

melalui Pada

ibu

Kuesioner, 0.gizi baik2 SD sampai +

ordinal

33

penimbangan, yang di balita.

dan

2 SD atau

peroleh dari berat badan penimbanga

80%

menurut umur .sesuai n

1. gizi

dengan

KMS melakukan

kurang -3 SD

standar penimbanga

samapai < -2

n

SD atau 70-

berdasarkan WHO.

pada

balita

80% 2. gizi buruk≤ -3 SD atau < 60%

Status

Pemberian

imunisasi

sesuai

imunisasi Wawancara

dengan

umur dan

KIA

imunisasi DPT 3 kali atau KMS pada usia 2-6 bulan, imunisasi polio 4 kali pada usia 0-6 bulan, imunisasi hepatitis B 3 kali pada usia 0-6 bulan, dan imunisasi campak 1

0. Leng kap

balita. Imunisasi BCG 1 observasi kali pada usia 0-2 bulan, buku

Kuesioner

1. Tidak lengk ap

ordinal

34

kali pada usia 9 bulan.

3.6 pengumpulan data Dalam penelitian ini pengumpulan data yang di gunakan adalah pengumpulan data megunakan data sekundeer dengan memperoleh data dari catatan rekam mmedik ( medical record ) yang ada di Puskesmas Cikeusik Tahun 2017. 3.7. tehnik pengolahan data Peroses pengolahan data dalam penelitan ini degan menggunakan komputer dan di lakukan dengan langakh-langkah sebagai berikut: 3.7.1. editing Hasil awancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan ( editing ) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. 3.7.2. Coding Setelah

melakukan

pengeditan

atau

penyuntingan,

selanjutnya di lakukan peng “ kodean “ atau “ coding “ yakini mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. 3.7..3 Data entry atau processing

35

Yakini jawaban-jawaban dari masing – masing responden yang dalam bentuk “ kode “ ( angka atau huruf ) di masukan ke dalam program atau “ softwer “ komputer. Salah satu paket program yang paling sering di gunakan untuk “entry data “ penelitian adalah paket proram SPSS (statistical program for social science ). 3.7.4. pemberian data ( cleaning ) Apabila semua data dari sumber data atau responden seleai di masukan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan kode. Ketidak lengkapan dan sebagainya. Kemudian melakukan pembentukan atau koreksi. 3.8. Analisa data Data yang di olah baik pengolahan secara manual maupun mengunakan hantun komputer, tidak akan ada maknanya tampa di analisis. Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginteretasikan data yang telah di olah. Keluaran dkhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Prosedur atau jenis analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini mengunakan analisa data univariat dan analisa data bivariat ( Notoatmodjo, 2012). 3.8.1 Analisa Univariat ( Analisis Deskripif ) Analisa

univariat

bertujuan

untuk

menjelaskan

atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik di gunakan

36

nilai mean rata-rata median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel ( Notoatmodjo, 2012 ). Untuk mengitung rumus presentasi mengunakan rumus sebagai berikut:

𝑓

p=𝑛 100%

Keterangan : F

=

frekuensi

variable

independen

maupun

dependen N

=

jumlah sample

N

=

persentasi kejadian variabl penelitian

3.8.2 Analisa bivariat Apabila telah dilakukan analisis univariate tersebut di atas, hasilnya akan di ketahui karateristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat di lanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau bekolerasi, untuk menghitug persentase mengunakan rumus square sebagai berikut: 𝑥2 = 𝑠𝑖𝑔𝑚𝑎 (𝑛 − 𝐸)2 dk = ( k- 1) (b – 1 ) Keterangan : 𝑥 2 = distribusi kuantitas

37

Sigma=jumlah 0

= frekuensi yang di amati

E = frekuensi yang di harapkan dk = derajat kebebasan k = kolom b = baris nilai p digunakan dalam suatu keputusan dalam uji statistik dengan cara membandingkan nilai p dengan nilai a : nilai a (alpha) yang sering digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat sebesar 10% (0,1), menurut hastono ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai p value < α ( 0,05 ), maka Ho di tolak, Ha di terima maka ada hubungan bermakna. 2. Jika nilai p value > α (0,05), maka Ho di terima, Ha di tolak maka tidak ada hubungan bermakna.

Related Documents

Kti
October 2019 77
Kti
June 2020 39
Kti Penghijauan.docx
December 2019 12
Kti David.docx
June 2020 15
Kti Fisika.docx
October 2019 25
Kti Revisi.docx
May 2020 22

More Documents from "ChyoNazusaikoga"

Kti Nur.docx
December 2019 31
75.pdf
November 2019 10
76.docx
December 2019 11
Bab I (1).docx
April 2020 35
Kata Pengantar.docx
April 2020 29