Kti Menstruasi Fix.docx

  • Uploaded by: adi hartono
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kti Menstruasi Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,223
  • Pages: 40
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan, manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pertumbuhan penduduk usia remaja terjadi diberbagai negara, demikian pula di Indonesia, saat ini remaja di Indonesia mencapai 22% atau sekitar 44 juta jiwa. Remaja adalah calon generasi penerus bangsa yang besar pengaruhnya atas segala tindakan yang mereka lakukan (Hurlock, 2006 dalam Asrawati 2010). Mengenai umur kronologisnya berapa seorang anak dikatakan remaja masih terdapat berbagai pendapat. WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin (Widiastuti, dkk, 2009 dalam Ratna Pahlawati 2015). Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di Negara sedang berkembang. WHO dan beberapa badan di dunia lainnya tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia Tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja akan informasi, keterampilan pelayanan dan lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi remaja (Soetjiningsih. 2004 dalam Asrawati 2010). 1

2

Menstruasi merupakan keluarnya darah dari dalam rahim melalui vagina. Keadaan seperti ini biasanya terjadi sebulan sekali dan mulai pada usia 12-15 tahun. Biasanya masa menstruasi antara 3-7 hari. Perasaan kurang enak biasanya dialami pada masa menstruasi. Jika terasa nyeri hebat, hal ini disebabkan karena keadaan tidak normal (Errol, dkk. 2007 dalam Asrawati 2010). Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini biasa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi, hari dimana pendarahan dimulai disebut hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir, yaitu 1 hari sebelum pendarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai (Sarwono. 2008 dalam Asrawati 2010). Seorang remaja putri yang sudah mengalami menstruasi juga akan mengalami kematangan organ-organ reproduksi, hal ini juga menyebabkan hasrat seksual mulai timbul, dan jika tidak mendapat informasi dan pengetahuan benar maka akan terjadi perilaku seks bebas (Patrine, 2006 dalam Ratna Pahlawati 2015). Sukmadinata (2009 dalam Ratna Pahlawati 2015) menyatakan bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang remaja antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal tersebut terdiri atas faktor jasmani dan rohani, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pendidikan, paparan media masa, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman. Dari data yang diperoleh peneliti pada saat melakukan survei data pendahuluan, didapatkan data absensi siswa-siswi kelas VII dan kelas VIII. Pada

3

kelas VII siswa laki-laki berjumlah 152 siswa, dan siswi perempuan berjumlah 193. Pada kelas VIII siswa laki-laki berjumlah siswa, dan siswi perempuan berjumlah siswi. Pada penelitian ini, di karenakan keterbatasan waktu yang tersedia dan melalui kesepakatan dengan pihak Kepala Sekolah, peneliti melakukan undian antara kelas VII dan VIII yang akan menjadi populasi yang akan diteliti. Dan didapatkan kelas VII menjadi populasi yang akan diteliti. Dan dari pernyataan dari pihak Kepala Sekolah siswa-siswi kelas IX tidak diperkenankan menjadi populasi yang akan diteliti karena siswa-siswi kelas IX berfokus pada Ujian Nasional. Pada jurnal yang diteliti oleh Ni Kadek Marta Ayunita Sangging (2010) dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kecemasan Terhadap Ketidakteraturan siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Bergas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, siswi memiliki pengetahuan tentang menstruasi kurang sebanyak 25 siswi (41,7%), memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 siswi (35%) dan siswi yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 siswi (23,3%) (Sangging, 2010). Berdasarkan uraian di atas pentingnya pengetahuan remaja putri tentang menstruasi , sudah dapat diberikan khususnya para remaja putri kelas VII SMP Negeri 2 Palangkaraya. Pada saat studi pendahuluan telah dilakukan wawancara kepada beberapa siswi kelas VII pada hari sabtu 9 Februari 2019, didapatkan sebagian besar masih belum mengetahui tentang hal-hal pada menstruasi. Maka penulis tertarik melakukan penelitian Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang menstruasi pada siswi Kelas VII SMP Negeri 2 Palangkaraya.

4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan penulis yang nantinya akan diteliti pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII SMP Negeri 2 Palangkaraya?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Kelas VII SMP Negeri 2 Palangka Raya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi berdasarkan definisi. b. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi berdasarkan siklus. c. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi siklus. d. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi berdasarkan tanda dan gejala. e. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi berdasarkan gangguan siklus. f. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi berdasarkan hal-hal yang perlu diperhatikan.

5

D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pihak-pihak terkait, baik secara teoritis maupun praktis, antara lain : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan dan sebagai salah satu sumber informasi khususnya untuk remaja putri mengenai menstruasi. 2. Secara Praktis a. Bagi Remaja Putri kelas VII SMP Negeri 2 Palangkaraya Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman remaja putri dalam menghadapi menstruasi sehingga mereka mengetahui dan memahami perubahan fisik dan psikis yang dialami. b. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan informasi tentang tingkat pengetahuan tentang menstruasi di SMP Negeri 2 Palangkaraya. c. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa/mahasiswi jurusan keperawatan. d. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan pada keluarga dan masyarakat agar menimbulkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang menstruasi dan perubahan-perubahan fisik yang terjadi setelah mengalami menstruasi.

6

e. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini dapat menggali dan mengembangkan potensi diri dalam memperluas wawasan pelayanan keperawatan khususnya tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca indra manusia yang meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari Pengalaman dan penelitian oleh perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan ,yang disebut AIETA, yakni: a. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden lebih baik lagi. 7

8

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dihendaki oleh stimulus. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2011), Pengetahuan yang dicakupi dalam domain kognitif mempunyi enam tingkat, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatuyang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,”tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisika, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpresi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

9

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan rnasih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

kerja:

dapat

menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompkan, dan sebagainya. e. Sistesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan unuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatubentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya

dapat

menyusun,

dapat

merencanakan,

dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

10

3. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013). Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang menggunakan peningkatan yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai

konsekuensinya

menunjukkan nilai

setiap

centangan

pada

kolom

jawaban

tertentu. Dengan demikian analisa data dilakukan

dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang bersangkutan. Disini peneliti hanya menggunakan 2 pilihan yaitu : “Benar” (B) dan “Salah” (S). Prosedur berskala atau (scalling) yaitu penentu pemberian angka atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskalaan. Skor yang paling sering digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam presentase. Misalnya, pengetahuan : baik = 76 ± 100%; cukup = 56 ± 75%; dan kurang <56% (Nursalam, 2008: 120). Menurut Skinner (2007) didalam buku Agus (2013:8) pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.

11

Menurut Notoadmodjo (2012) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah ada 2 yaitu : a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah 1) Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan,

terutamaoleh

mereka

yang

belum

atau

tidak

mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar.

12

3) Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 4) Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya. b. Cara Modern atau Cara Ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut : a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan

13

pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang

didapat

mengenai

kesehatan.

Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negative. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut. b. Informasi/media massa Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan,

menyimpan,

memanipulasi,

mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan

atau

peningkatan

pengetahuan.

Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media

14

massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh

besar

terhadap

pembentukan

opini

dan

kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru lagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. c. Pekerjaan Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoadmodjo, 2012). d. Sosial, budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. e. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

15

balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. f. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan menifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja. g. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia dini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut : 1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai, semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.

16

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang tua yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, sepeti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ

seseorang akan

menurun

cukup

cepat

sejalan

dengan

bertambahnya usia (Agus, 2013). B. Remaja Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anakanak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan

karakteristik

seksual

seperti

pembesaran

buah

dada,

perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian dan kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak dan idealis) dan semakin banyak menghabiskan waktu diluar keluarga. (Notoadmodjo, 2005 dalam Ratna Pahlawati 2015). Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, pada masa ini terjadi berbagai perubahan dan perkembangan yang

17

cepat, baik fisik, mental maupun psikososial. Badan kesehatan dunia WHO membedakan dua kelompok usia kaum muda yaitu 10-19 tahun sebagai adolescence, dan 15-24 tahun sebagai youth. Dalam praktek, kedua kelompok usia tersebut digolongkan menjadi satu yaitu young people atau kaum muda berusia 10-24 tahun. (Fatia, 2009 dalam Ratna Pahlawati 2015). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis dimana usianya yakni antara 10-19 tahun dan masa ini adalah suatu periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. (Widiastuti, dkk, 2009 dalam Ratna Pahlawati 2015). Pubertas bisa diartikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa dengan ditandai oleh pertumbuhan hormon, perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi alat seksual. Hormon pada pria disebut testosteron dan pada wanita disebut esterogen. Ada beberapa pendapat ahli mengenai pengertian pubertas seperti : Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat–alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Menurut World Health Organization (WHO) dalam BBKBN, masa pubertas adalah periode peralihan biologis masa kanak-kanak dan masa dewasa, yaitu antara umur 10-20 tahun. Menurut BKKBN, biasanya masa pubertas ini terjadi pada remaja usia antara umur 10-19 tahun. Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir

18

masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Menurut BKKBN (2003) masa remaja ini dibagi atas 3 periode, yaitu: a. Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun) b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) 1. Pembatasan Usia Remaja Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut WHO disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin (Widiastuti, dkk. 2009 dalam Ratna Pahlawati 2015). Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1978, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Namun menurut Undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Menurut Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki (Proverati & Misaroh, 2009 dalam Ratna Pahlawati 2015). a. Klasifikasi remaja dapat dikelopokkan menjadi 3 macam diantaranya, yaitu : 1) Masa remaja awal 15-18 tahun

19

2) Masa remaja pertengahan 18-21 tahun 3) Masa remaja akhir >21 tahun Tetapi menurut Deswita (2006 dalam Ratna Pahlawati 2015) membedakan masa remaja menjadi 4 bagian yaitu masa pra remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun, menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan fisik maupun psikologis. 2. Perkembangan fisik pada masa remaja Perkembangan fisik yang menyangkut perkembangan seksual adalah pertumbuhan organ-organ genital yang ada baik di dalam maupun di luar badan yang sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku selanjutnya. Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjuk pada organ badan yang langsung berhubungan dengan reproduksi. Pada anak perempuan tanda kelamin primer ditandai dengan adanya perkembangan rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris. Sedangkan, tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas untuk perempuan dan khas untuk laki-laki. Pada perempuan tanda yang pertama kali muncul yaitu tumbuhnya rambut kemaluan yang merupakan gambar segitiga dengan basis ke atas. Kemudian tanda kelamin sekunder yang paling penting pada wanita adalah tumbuhnya payudara dengan sedikit munculnya puting susu, hal ini terjadi pada usia antara 8-13 tahun (Monks & Knoers, 2002).

20

Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid atau menarche, ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai menopause. Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai tahap kemandulan remaja (Hurlock, 2007). Menurut Wiknjosastro (2005 dalam Ratna Pahlawati 2015), berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melewati tahapan berikut : a. Masa remaja awal umur 11-13 tahun Remaja awal dimulai kurang lebih antara usia 11 sampai 13 tahun. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup semua perubahan pubertas. b. Masa remaja pertengahan umur 14-16 tahun Minat pada karir, berpacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih nyata dalam masa remaja akhir. Terdapat pergerakan pasti menjauh dari keluarga, hubungan seusia (Peer Group) mendominasi atas keluarga. c. Masa remaja lanjut umur 17-20 tahun Remaja akhir merupakan fase kematangan secara fisik. Kebanyakan remaja akhir mencapai body image yang stabil. Remaja akhir menjadi seorang yang mandiri penuh sebagai warga negara yang produktif.

21

Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Putri Tabel 2.1 Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Putri Berdasarkan Tahapan Umur Karakteristik Remaja Wanita

Usia

Pertumbuhan Payudara

7-13 tahun

Pertumbuhan rambut kemaluan (pubic hair) Pertumbuhan badan/tubuh

7-14 tahun 9,5-14,5 tahun

Menarche

10-16,5 tahun

Bulu ketiak

1-2 tahun setelah tumbuhnya pubic hair

Tumbuhnya bulu ketiak

Sejak tumbuhnya bulu ketiak Sumber : (Dariyo, 2004)

C. Menstruasi 1. Definisi Menstruasi Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari Uterus yang disertai pelepasan (deskamasi) endometrium (Proverati & Misaroh, 2009). Menurut Josep dan Nugroho (2010), menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Hal ini terjadi setiap bulan antara usia remaja (menarche) sampai

usia lansia (menopause). Haid atau

menstruasi merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari darah dan jaringan tubuh yang setiap bulan dan merupakan suatu proses normal bagi perempuan.

22

2. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu

dengan

mulainya

menstruasi

berikutnya. Panjang

siklus

menstruasi yang normal atau dianggap siklus menstruasi yang klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2-3 hari (Sarwono, 2005). Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (adapula setiap 21 hari dan 30 hari), menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya (Proverawati, dkk, 2009). Menurut Kusmiyati, dkk (2008), fase-fase dalam siklus menstruasi ada 4 fase, yaitu: a. Fase Proliferasi Pada fase proliferasi hormon estrogen sangat berpengaruh terhadap perubahan endometrium. Dibawah pengaruh hormon estrogen, endometrium akan

mengalami

proliferasi

(epitel

mengalami regenerasi, kelenjar memanjang dan jaringan ikat bertambah padat). Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm. Fase ini berlangsung kira-kira dari hari ke-5 sampai ke-14 dari pertama haid. b. Fase Sekresi Pada

fase

ini

hormon

hormone progesteron

maka

yang

berpengaruh

menyebabkan

adalah keadaan

endometrium tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku, membesar, melebar, berkelok-kelok dan

23

banyak

mengeluarkan getah.

Dalam

endometrium

sudah

tertimbun glikogen dan kapur yang akan diperlukan sebagai makanan

untuk

telur.

Fase

ini berlangsung dari hari ke-14

sampai hari ke-28. c. Fase Pramenstruasi (Fase Iskemia) Fase ini terjadi bila telur tidak dibuahi. Fase ini berlangsung kurang lebih 2-3 hari sebelum menstruasi. Gambaran yang terjadi pada fase ini

adalah korpus luteum berdegenerasi,

menjadikan produksi estrogen dan

pengkerutan

dan

progesterone

ini

menurun

lapisan fungsional endometrium akibat

perubahan-perubahan pada vaskular. Vasokonstriksi arteri spiralis (coiled artery) terjadi 4-2 jam sebelum menstruasi, dengan akibat bagian luar/atas endometrium mengalami atropi dan mengkerut. Setelah mengalami

beberapa dilatasi

waktu,

arteri

yang mengkerut

sehingga

bagian-bagian

ini

yang nekrosis

terlepas berupa darah menstruasi. d. Fase Menstruasi Menstruasi terjadi sekitar 14 hari sesudah ovulasi pada siklus 28 hari. Darah menstruasi sebagian besar berasal dari darah arterial meskipun dapat juga berasal dari darah venosa. Pada permulaan akan terjadi robekan-robekan pada arteri spiralis sehingga terjadi hematoma.

Akibatnya

endometrium

bagian atas/luar menjadi menggelembung dan robek, akhirnya lepas.

24

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi Beberapa

faktor

yang

dapat

mempengaruhi siklus menstruasi

menurut Verawaty (2012). a. Stres Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khusunya sistem persyarafan

dalam

hipotalamus melalui

perubahan hormon

reproduksi (Kusmiran, 2011). b. Penyakit kronis Penyakit kronis seperti diabetes. Gula darah yang tidak stabil berkaitan erat dengan perubahan hormonal, sehingga bila gula darah tidak

terkontrol

akan

mempengarui

siklus

menstruasi dengan

terpengaruhnya hormon reproduksi (Kusmiran, 2011). c. Gizi buruk Penurunan berat badan akut akan menyababkan gangguan pada fungsi ovarium, berat

tergantung

badan.

derajat

Kondisi

ovarium

patologis

dan

seperti

lamanya penurunan berat

badan yang

kurang/kurus dapat menyebabkan amenorhea (Kusmiran, 2011). d. Aktivitas fisik Tingkat

aktivitas

fisik

yang

sedang

dan

berat dapat

mempengaruhi kerja hipotalamus yang akan mempengaruhi hormon menstruasi

sehingga

(Kusmiran, 2011).

dapat

membatasi

siklus menstruasi

25

e. Konsumsi obat-obatan tertentu seperti antidepresan antipsikotik, tiroid dan beberapa obat kemoterapi Hal

ini

dikarenakan

obat-obatan

yang

mengandung

bahan

kimia jika di konsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan sistem hormonal terganggu, seperti hormon reproduksi (Welch, 2012). f. Ketidakseimbangan hormon Dimana kerja hormon ovarium (estrogendan progesteron) bila tidak seimbang

akan mempengaruhi

siklus

menstruasi (Proverawati,

2009). 4. Tanda dan Gejala Menstruasi Menurut Winkjosastro (2005 dalam Ratna Pahlawati 2015) pada keadaan normal tanda dan gejala menstruasi adalah sebagai berikut : a.

Perut terasa mulas, mual dan panas

b.

Terasa nyeri saat buang air kecil

c.

Tubuh tidak fit

d.

Demam

e.

Sakit kepala dan pusing

f.

Keputihan

g.

Radang pada vagina

h.

Gatal-gatal pada kulit

i.

Emosi meningkat

j.

Nyeri dan bengkak pada payudara

k.

Bau badan tidak sedap

26

5. Gangguan Siklus Menstruasi a. Polimenorea Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari, perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan lain-lain. Pada

gangguan hormonal

terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan pendeknya masa luteal. Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan hormonal dan laboratorium lain. b. Oligomenorea Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini kesehatan penderita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik. c. Amenorea Keadaan dimana

tidak

adanya

haid

selama

minimal 3 bulan

berturut-turut. Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer ialah kondisi dimana seorang perempuan berumur 18 tahun atau lebih tidak pernah haid, umumnya dihubungkan dengan kelainan-kelainan kongenital dan genetik. Amenorea sekunder adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan haid, tetapi kemudian

tidak

mendapatkan

haid,

biasanya

merujuk

pada

gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada

pula

amenorea

fisiologis

yaitu

masa

sebelum

pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan setelah menopause.

27

6. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Menstruasi Menurut Ambarwati (2010 dalam Ratna Pahlawati 2015), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh remaja putri saat menstruasi, antara lain : a. Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari menggunakan sabun mandi biasa. Hati-hati saat membersihkan organ reproduksi. Bagian dalam vagina tidak perlu dibersihkan dengan menggunakan sabun atau zat kimia karena akan bersih dengan sendirinya secara alamiah. Bila hal tersebut dilakukan dapat menimbulkan terjadinya iritasi bagian dalam. b. Mengganti pembalut minimal empat kali sehari terutama sehabis buang air kecil (jika kurang dari empat kali, misal gantinya lebih dari 6 jam sekali, hal ini dapat menyebabkan bakteri yang terdapat dalam darah yang sudah keluar itu akan menjadi ganas, dan bisa kembali masuk ke dalam vagina sehingga dapat menyebabkan kanker). c. Bila perut terutama daerah sekitar rahim terasa nyeri dan masih diatasi ringan, tidak perlu dibiasakan minum obat penghilang rasa sakit, kecuali sangat mengganggu seperti misalnya hingga menyebabkan pingsan. d. Makan makanan bergizi, terutama yang banyak mengandung zat besi dan vitamin seperti hati ayam/sapi, daging, telur, sayur dan buah. e. Aktivitas harian tidak perlu diubah kecuali ada aktivitas fisik yang berlebihan. Misalnya olahraga berat, terutama pada siswi sekolah perlu dipertimbangkan.

28

D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Remaja Putri

1. Pengetahuan

Baik

Cukup

Kurang

Keterangan : = Diteliti

E. Definisi Operasional Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Tabel 2.2 Definisi Operasional No.

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Skor

Skala

1

Pengetahuan

Kemampuan dalam

Kuesioner

Tingkat

Ordinal

menjawab pertanyaan

pengetahuan :

yang diberikan yang

* Baik > 75%

berkaitan dengan

(jawaban benar

29

menstruasi pada lembar

9-12 soal)

kuesioner meliputi :

*

 Definisi

75%

 Siklus

benar 5-8 soal)

 Faktor-faktor yang

* Kurang < 60%

mempengaruhi

(jawaban benar

Cukup

60-

(jawaban

 Tanda dan gejala

< 5 soal)

 Gangguan siklus

(Irawati 2011).

 Hal-hal yang perlu diperhatikan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah deskriftif yang bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri kelas VII SMP Negeri 2 Palangkaraya. Survei deskriftif adalah survei atau penelitian yang mencoba membuat penggambaran atau deskriftif, dan akumulasi data dasar tidak perlu mencari hubungan, hipotesis (Suryabarata, 2010 dalam Ratna Pahlawati 2015). B. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Palangkaraya pada siswi kelas VII. Lokasi ini dipilih karena pada saat dilakukan wawancara kepada beberapa siswi kelas VII, didapatkan sebagian besar dari mereka masih belum mengetahui tentang hal-hal yang menyangkut menstruasi, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian di sekolah ini. 2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Januari sampai Mei 2019. Berawal dari pengambilan serta pengumpulan data sampai pada penyusunan hasil akhir penelitian.

30

31

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswi kelas VII SMP Negeri 2 Palangkaraya Kalimantan Tengah tahun 2019. Tabel 3.1 Jumlah Siswa-Siswi Kelas VII Siswa No

Kelas

Jumlah Laki-laki

Perempuan

1

VII-1

15

17

32

2

VII-2

15

17

32

3

VII-3

15

17

32

4

VII-4

15

17

32

5

VII-5

15

17

32

6

VII-6

15

17

32

7

VII-7

13

19

32

8

VII-8

14

18

32

9

VII-9

15

17

32

10

VII-10

15

17

32

11

VII-11

5

20

25

152

193

345

Total

Berdasarkan dari tabel tersebut, didapatkan populasi siswa kelas VII sebanyak 193 siswi.

32

2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII SMP Negeri 2 Palangkaraya, diambil dengan teknik sampling, yaitu Simple Random (pengambilan sampel secara acak sederhana), yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai

kesempatan

sama

untuk

diseleksi

sebagai

sampel

(Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel secara acak (simple random sampling) sederhana ini menggunakan mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian. Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus sebagai berikut : N

𝑛 = 1+𝑁 (𝑑)2 Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel d = Presisi yang ditetapkan (derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan. Perhitungan sampelnya sebagai berikut :

𝑛=

𝑛=

N 1 + 𝑁 (𝑑)2 193 1+193 (0,1)2

33

𝑛=

193 1 + 193 (0,01)

𝑛=

193 1 + 1,93

𝑛=

193 2,93

𝑛 = 65,87030 n = 66 responden

Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan dari seluruh populasi siswi perempuan kelas VII sebanyak 66 responden. Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, yaitu : 1) Kriteria Inklusi a) Remaja Putri Kelas VII di SMP Negeri 2 Palangkaraya b) Remaja Putri yang bersedia menjadi responden c) Remaja Putri yang sudah mengalami haid 2) Kriteria Eksklusi a) Remaja Putri yang sudah mengalami menstruasi (haid) tetapi tidak bersedia menjadi responden b) Remaja Putri yang tidak masuk sekolah pada saat diadakan penelitian c) Remaja Putri yang mengundurkan diri untuk menjadi responden

34

D. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan purposive sampling, yaitu sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2009). Menurut Arikunto (2010), untuk mendapatkan sampel dari tiap kelas digunakan perhitungan sebagai berikut : Keterangan : N = Jumlah populasi. n = Hasil penelitian minimal. ƒx = jumlah responden di masing-masing kelas nx = sampel tiap kelas x = kelas 17

1. Kelas VII-1 = 193 × 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6 17

2. Kelas VII-2 = 193 × 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6 3. Kelas VII-3 =

17 193

× 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6

17

4. Kelas VII-4 = 193 × 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6 17

5. Kelas VII-5 = 193 × 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6 17

6. Kelas VII-6 = 193 × 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6 19

7. Kelas VII-7 = 193 × 66 = 6.4 Dibulatkan menjadi 6 18

8. Kelas VII-8 = 193 × 66 = 6.1 Dibulatkan menjadi 6

35

17

9. Kelas VII-9 = 193 × 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6 17

10. Kelas VII-10 = 193 × 66 = 5.8 Dibulatkan menjadi 6 20

11. Kelas VII-11 = 193 × 66 = 6.8 Dibulatkan menjadi 7 Total responden yang didapatkan dari kelas VII-1 sampai VII-11 sebanyak 67 responden. Dari perhitungan total populasi didapatkan sebanyak 66 responden, dan peneliti memasukkan 1 orang ke dalam 10% dari jumlah responden untuk dijadikan sebagai responden cadangan. Berikut adalah presentase siswi yang diambil sebagai responden di setiap kelas. Tabel 3.2 Presentase responden di setiap kelas No.

Kelas

Jumlah siswi

Presentase

Responden

1

VII-1

17

9%

6

2

VII-2

17

9%

6

3

VII-3

17

9%

6

4

VII-4

17

9%

6

5

VII-5

17

9%

6

6

VII-6

17

9%

6

7

VII-7

19

9%

6

8

VII-8

18

9%

6

9

VII-9

17

9%

6

10

VII-10

17

9%

6

11

VII-11

20

10%

7

36

Total

193

100%

67

Peneliti menyiapkan 10% dari jumlah responden siswi kelas 7 sebanyak 6 orang sebagai responden cadangan. E. Jenis Data dan Sumber Data Data yang dipergunakan sebagai bahan materi penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang didapat melalui kuesioner yang diberikan kepada siswi dan dijawab langsung pada saat itu juga. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah Kota Palangkaraya mengenai jumlah data siswa, buku absensi di SMP Negeri 2 Palangkaraya mengenai jumlah siswa/siswi yang ada. F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Peneliti mengumpulkan sampel terlebih dahulu yaitu siswi kelas VII SMP Negeri 2 Palangka Raya sebanyak 66 responden yang kemudian di kumpulkan di salah satu kelas yang telah ditentukan. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dan menyerahkan Informed Consent kepada seluruh responden yang terpilih menjadi sampel untuk mengisi dan

menanda

tangani

Informed

Consent.

Selanjutnya

peneliti

37

membagikan kuesioner untuk di isi oleh responden dengan duduk di beri jarak 1 meter antara responden lain. Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, kuesioner berisi daftar pertanyaan dimana responden di minta untuk memilih jawaban sesuai alternatif pilihan yang tersedia dalam lembaran kuesioner yang telah di siapkan yaitu pengetahuan Benar dan Salah. Setelah responden mengisi kuesioner, responden mendapatkan souvenir. 2. Instrumen Pengumpulan Data Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner dari penelitian Ratna Pahlawati (2015) yang telah dimodifikasi peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini berisi 17 pertanyaan tentang pengetahuan yang terdiri dari 11 pernyataan positif (favorable) pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, & 16 dan 6 pernyataan negatif (unfavorable) pernyataan nomor 9, 12, 13, 14, 15, & 17, jika benar dengan skor 1 dan jika salah dengan skor 0 Kisi-kisi pertanyaan sebagai berikut : a. Pertanyaan tentang definisi menstruasi terdapat pada pertanyaan nomor 1 & 2. b. Pertanyaan tentang siklus menstruasi terdapat pada pertanyaan nomor 3, 4, & 14. c. Pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi terdapat pada pertanyaan nomor 6, 11, & 17. d. Pertanyaan tentang tanda dan gejala menstruasi terdapat pada pertanyaan nomor 5 & 7.

38

e. Pertanyaan tentang gangguan menstruasi terdapat pada pertanyaan nomor 12 & 13. f. Pertanyaan tentang hal yang perlu diperhatikan saat menstruasi terdapat pada pertanyaan nomor 8, 9, 10, 15, & 16. G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data a. Tentukan nilai maksimal dan nilai minimal b. Tentukan range (nilai tertinggi – terendah) c. Tentukan panjang interval : range dibagi jumlah kategori d. Lakukan penentuan kategori Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, antaranya : 1) Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Hasil wawancara atau angket yang diperoleh melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. 2) Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode Numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori 3) Entri Data Memasukkan data dengan mengisi kolom-kolom atau kotakkotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masingmasing.

39

4) Tabulasi Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner. 2. Teknik Analisis Data a. Data Univariate Menganalisa data untuk mendapatkan gambaran data distribusi frekuensi masing-masing variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriftif dalam bentuk narasi, presentasi dan tabel distribusi frekuensi variabelvariabel penelitian. H. Etika Penelitian 1. Informed Consent Informed Consent diberikan sebeum melakukan penelitian. Lembar persetujuan

diberikan

pada

subjek

yang

akan

diteliti.

Peneliti

menjelaskanmaksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.

40

2. Anonymity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner), peneliti hanya menuliskan kode tertentu sebagai pengganti nama responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden. Hal tersebut hanya kepentingan penelitian dan tidak akan dipublikasikan.

Related Documents

Kti Menstruasi Fix.docx
October 2019 21
Kti
October 2019 77
Kti
June 2020 39
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Siklus Menstruasi New.pptx
November 2019 10

More Documents from "Yohana Frida"