Kti Hub Usia Dengan Paritas.pdf

  • Uploaded by: Tofu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kti Hub Usia Dengan Paritas.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 28,271
  • Pages: 148
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh : Nuni Puspita Sari NIM 06.13.11.844

AKADEM KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA BANJARBARU 2016

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh: Nuni Puspita Sari NIM 06.13.11.844

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru

Tanggal : 13 Juni 2016

Pembimbing,

Rusmadi, M.Kes NIP

HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Nuni Puspita Sari NIM 06.13.11.844

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru

Tanggal

: 22 Juni 2016

Menyetujui :

Jabatan Penguji I

Nama

Tanda Tangan

Ika Lestiani, S.SiT NIK………………

Penguji II

……………..

Rusmadi, M.Kes NIK…………... .

..…………….

Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada

(Sabarina Br. Tarigan, M.Kes) NIP

Tanggal

HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarbaru, Juni 2016

( Nuni Puspita Sari )

MOTTO “Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih dan Dia pulalah naungan dan pendiangamu. Kerana kau menghampiri-Nya saat hati lupa dan mencari-Nya saat jiwa memerlukan kedamaian” “Hidup bukan soal memegang kartu – kartu terbagus, namun bagaimana memainkan kartu yang ada ditangan dengan baik”. (Kahlil Gibran)

Persembahan

Assalamu’alaikum Wr . Wb Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT karena sampai hari ini saya masih diberikan kekuatan dan kesehatan. Perjuangan dan pengorbanan yang membuat saya sampai saat ini masih bisa berdiri, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang sangat sederhana ini. Namun, saya berharap semua ilmu yang telah saya dapatkan akan bermanfaat untuk diri saya kedepannya dan untuk seluruh pihak. Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada orang tua, keluarga, kakak (Ridwan Sidiq) dan mas Alip yang selalu mendukung dan bekerja keras untuk menyelesaikan akademik saya, melantunkan do’a disetiap ibadah untuk saya. Ayah, lihatlah anakmu ini dari kejauhan sekarang anakmu sudah menyelesaikan study seperti yang ayah inginkan, walaupun ayah telah tiada saya akan selalu mengingat semua nasihat yang pernah ayah berikan. Kepada ibu Puspita Sari Pribadi, S.SiT selaku dosen pembimbing praktik yang tak lepas dari apa yang saya capai saat ini, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu dan ilmu yang ibu berikan. Kepada Ibu Ika Lestiani, S.SiT selaku pembimbing KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik dan saran yang Bapak berikan

Kepada Bapak Rusmadi, M.Kes selaku pembimbing KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik dan saran yang Bapak berikan Kepada para sahabat dan adik di kamar mawar terimakasih atas kebersamaan selama ini. Suka dan duka bersama kalian adalah graffiti indah dalam hidup saya yang akan selalu terpatri dihati. Kepada lela, Diana kenti dan idiot – idiot (Hikmah, Frisda, Ilin) terimakasih untuk semuanya kalian bukan hanya teman, sahabat, ataupun saudara. Kalian adalah sebagian dari saya. Kepada kelas C terimakasih atas kebersamaan selama ini, dari yang dibilang troublemaker sampai dengan menctak prestasi bersama, guyon bersama, usil bersama dan sedih bersama. Angkatan 6 Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga kedepannya kita tetap bisa menjalin silaturahmi kekeluargaan ini dengan baik, semoga perjuangan kita menjadi kesuksesan untuk kita semua, aamiin yaa Rabb

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Usia dan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Kabupaten Banjar Tahun 2015”, guna melengkapi persyaratan untuk mendapat gelar DIII Kebidanan pada Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud atas bantuan, bimbingan serta dorongan dari perbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. H. Sempurna Tarigan, S.Pd, M.Kes, selaku Pembina Yayasasn Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru 2. Hary Angga Tarigan, SH, selaku Kepala Yayasan Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru 3. Sabarina Br Tarigan, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru 4. Ika Lestiani, S.ST selaku Penguji I yang dengan kesungguhan hati memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini 5. Rusmadi, M.Kes selaku Pembimbing & Penguji II yang dengan kesungguhan hati memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini 6. Dr. Hj. Endah Labati Silapurna, M.Kes selaku Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru yang telah memberikan izindalam pengumpulan data serta melakukan penelitian sehingga dapat terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini 7. Risa Paula, SKM, selaku Bidan Koordinator ruang VK Rumah Sakit Umum Daerah banjarbaru beserta staf yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. 8. Orang tua serta keluarga yang selalu memberi dukungan tanpa henti dan senantiasa berdoa untuk penulis 9. Seluruh responden yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat terlaksananya penelitian Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala partisipasi yang diberikan.

Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Banjarbaru, 2016

Nuni Puspita Sari

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv INTISARI......................................................................................................... xv ABSTRAK ....................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. B. C. D. E. F.

Latar Belakang ............................................................................... Rumusan Masalah .......................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Manfaat Penelitian ......................................................................... Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. Keaslian Penelitian .........................................................................

1 6 6 7 8 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11 A. Tinjauan Teori ................................................................................ 11 B. Kerangka Teori............................................................................... 48 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 50 A. B. C. D. E.

Desain Penelitian............................................................................ Kerangka Konsep ........................................................................... Variabel Penelitian ........................................................................ Hipotesis......................................................................................... Definisi Operasional ......................................................................

50 50 51 52 52

F. G. H. I. J.

Hubungan Antar Variabel .............................................................. Populasi dan Sampel ...................................................................... Alat dan Metode Pengumpulan Data ............................................. Jalannya Penelitian ......................................................................... Analisis Data ..................................................................................

53 54 54 55 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 58 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 58 B. Pembahasan .................................................................................... 66 BAB V PENUTUP......................................................................................... 74 A. Kesimpulan .................................................................................... 74 B. Saran............................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN .....................................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina ................................................................. 42 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 53 Tabel 4.1 Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru 2015 ................................ 60 Tabel 4.2 Distribusi Ketuban Pecah Dini......................................................... 61 Tabel 4.3 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Umur ......................... 62 Tabel 4.4 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Paritas ........................ 63 Tabel 4.5 Hubungan Usia Ibu dengan Ketuban Pecah Dini ............................ 64 Tabel 4.6 Hubungan Paritas Ibu dengan Ketuban Pecah Dini ......................... 65

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 49 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 51

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru Lampiran 5 Time Schedule Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan SPSS Lampiran 7 Rekapitulasi Ibu Bersalin Tahun 2015 Lampiran 8 Lembar Konsultasi Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 20151 Nuni Puspita Sari2, Rusmadi3 INTISARI Kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru dari tahun 2013 sampai 2015 mengalami peningkatan dari 125 menjadi 168 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Banjarbaru Penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan waktu secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru yang didapatkan dari buku register. Teknik pengambilan sampel dengan total sampel dengan jumlah 1.467 responden. Pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0.000 (α = 0.05) yang berarti ada hubungan yang antara usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dan variabel paritas ibu dengan nilai p = 0.001 (α = 0.05) yang berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru. Untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih aktif melakukan promosi kesehatan tentang ketuban pecah dini

Kata kunci

: Ibu bersalin, ketuban pecah dini

Kepustakaan

: 14 buku, 16 website, 4 jurnal (Referensi 2006 – 2014)

Jumlah halaman : xii, 73 halaman, 8 tabel, 8 lampiran, 2 gambar 1

Judul Karya Tulis Ilmiah

2

Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru

3

Dosen Pembimbing AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru

MATERNAL AGE AND PARITY RELATIONSHIP WITH INCIDENCE OF PRELABOUR RUPTURE OF THE MEMBRANE IN RSUD BANJARBARU KABUPATEN BANJAR YEAR 20151 Nuni Puspita Sari2, Rusmadi3 ABSTRACT Incidence prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru since 2013 until 2015 having an increase of 125 be 168 persons. The purpose of The research was to maternal age and parity related to the incidence of prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru The research used analytic method with cross sectional time approach. The populations of thr research was all maternities with prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru got from the book medical record. The sample was taken by using total sampling technique ror 1.467 respondents. The data were analyzed using by chi square test. The result of the bivariate analysis using chi square test obtained by value p = 0.000 (α = 0.05) the research result indicates that maternal age related to prelabour rupture of the membrane and variable of parity status is p = 0.001 (α = 0.05) the research result indicates that parity related to prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru. So the midwifery must go statement suggest for the prelabour rupture of the membrane

Keywords

: maternal, prelabour rupture of the membrane

Reference

: 14 books, 16 website, 4 journals (References 2006 – 2014)

Number Of Page : xii, 73 pages, 8 table, 8 appendices, 2 figures 1

There is Title

2

School Of midwifery Student of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru

3

Lecturer of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2012). Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati, 2012) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4 cm (fase laten). (Nugroho, 2012). Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah suatu membran yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin (Sondakh, 2013). Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetrik dalam kaitanya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim,

persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2010) Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pedah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah (Sualman, 2009). Ketuban pecah dini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin sehingga akan terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian ketuban pecah dini yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala yang dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah dini, sehingga dapat ditangani secara cepat dan tepat guna mengurangi komplikasi dari ketuban pecah dini seperti infeksi, persalinan prematur dan lain sebagainya. Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban atau asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia, faktor golongan darah, paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat

abortus, riwayat ketuban pecah dini, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu bekerja, trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amnionitis (Prawiroharjo, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2011) didapatkan hasil bahwa infeksi genetalia (70,2%) dan paritas (63,8%) dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun (2013) didapatkan hasil bahwa usia (82,1%) dan paritas (66,3%) dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan millennium (Millenum Development Goals/MDGs, yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalimantan Selatan sebanyak 183 orang per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKI) sebanyak 44 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Pada tahun 2013 - 2015 di Banjarbaru Angka Kematian Ibu (AKI) berturut - turut sebanyak 6 orang (133,1/100.000), kemudian meningkat pada tahun 2014 sebanyak 13 orang (279,8/100.000) dan menurun pada tahun 2015 menjadi 5 orang (100,32/100.000). Sedangkan Angka Kematian Bayi di Banjarbaru berturu – turut sebanyak 34 orang

(7,5/1.000) tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan pada tahun 2014 tetap berjumlah 34 orang (7,3/1.000) dan kemudian pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 28 orang (5,62/1.000) Menurut WHO (2013) Angka kejadian ketuban pecah dini di Dunia tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di Indonesia angka kejadian ketuban pecah dini sebanyak 35% (Depkes RI, 2013). Penelitian yang dilakukan Laurensia dkk (2015) didapatkan hasil kejadian ketuban pecah dini

di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin pada tahun 2012 sebanyak 127 orang (8,62%) dari 1.472 persalinan, kejadian tersebut menurun pada tahun 2013 yaitu sebanyak 87 orang (5,17%), dari 1.682 persalinan, dan meningkat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 200 orang (9,22%) dari 2.168 persalinan. Berdasarkan laporan tahunan di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada tahun 2013 jumlah total persalinan sebanyak 920 orang, dengan prosentase persalinan normal sebanyak 395 orang (42,93%), SC sebanyak 472 orang (51,30%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 53 orang (5,77%), dan ketuban pecah dini sebanyak 125 orang (13,59%). Pada tahun 2014 jumlah total persalinan sebanyak 1.308 orang, dengan prosentase persalian normal sebanyak 584 orang (44,64%), SC sebanyak 672 orang (51,38%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 52 orang, (3,98%) dan ketuban pecah dini sebanyak 166 orang (12,70%). Sedangkan, pada tahun 2015 jumlah total persalinan sebanyak 1.467 orang, dengan prosentase persalian normal sebanyak 772 orang (52,62%),

SC sebanyak 675 orang (46,01), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 20 orang (1,37%), dan ketuban pecah dini sebanyak 168 orang (11,45%). Berdasarkan uraian diatas kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada tahun 2013 sebanyak 125 orang (13,59%) mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebanyak 166 orang (12,70%) kemudian pada tahun 2015 terjadi peningkatan dalam jumlah menjadi sebanyak 168 orang (11,45%), namun bila dilihat dari prosentasi dalam persen terjadi penurunan, akan tetapi masih cukup tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru masih cukup tinggi, diantaranya ketuban pecah dini disebabkan oleh kelainan letak, infeksi, kelainan serviks, gameli, usia dan paritas. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru”.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah Ada Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 b. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 c. Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 d. Mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 e. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan yang telah ada tentang usia dan paritas dengan terjadinya ketuban pecah dini, serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, untuk selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan acuan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini dengan variabel yang berbeda. b. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi yang lebih rinci bagi rumah sakit dan petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan terutama dalam hal pencegahan dan penanganan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. c. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kebidanan khususnya dalam mata kuliah patologi kebidanan, dan sekaligus sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang ibu bersalin dengan

ketuban pecah dini di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru.

E. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah hubungan usia ibu dan paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 2. Ruang Lingkup Subjek Subjek penelitian adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015. 3. Ruang Lingkup Waktu Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah periode 2016 4. Ruang Lingkup Tempat Ruang lingkup tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru.

F. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh peneliti, terdapat penelitian yang mirip dan dilakukan oleh: No 1.

Peneliti

Judul Penelitian

Uraian

Nurul

Faktor - faktor yang Metode Penelitian: observasional

Huda

mempengaruhi

dengan pendekatan analitik

Ketuban Pecah Dini di Variabel PKU Muhammadiyah pendidikan, Surakarta Tahun 2013

independen: paritas,

umur,

preeklamsi,

anemia, gamely, hidramnion Variabel dependen: Ketuban Pecah Dini Populasi: Semua ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di RS PKU Muhamadiyah Surakarta tahun 2012 sebanyak 242 ibu bersalin Sampel:

purposive

sampling

sebanyak 125 ibu bersalin. Hasil: peneliti menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur,

pendidikan,

paritas,

preeklamsi,

anemia,

gamely,

hidramnion

memiliki

hubungan

yang bermakna dengan kejadian ketuban pecah dini 2.

Vaisatun

Faktor-Faktor Penyebab

Metode penelitian: Deskriftif.

Terjadinya Variabel

independen:

umur,

Ketuban Pecah Dini di paritas, penyakit yang menyertai RSUD

Pambalah Populasi: semua ibu bersalin di

Batung Amuntai

RSUD Pambalah Batung Amuntai

tahun

2013

sebanyak

245

ibu

bersalin Sampel:

purposive

sampling

sebanyak 128 orang. Hasil: sebanyak 69,6 % ketuban pecah dini terjadi pada ibu bersalin primipara dan tidak ada hubungan antara

umur

dengan

kejadian

ketuban pecah dini. 3.

Ruth dkk

Hubungan Umur Ibu Metode dengan

penelitian:

Kejadian deskriftif

ini

korelatif

adalah dengan

Ketuban Pecah Dini di pendekatan cross sectional. RSUD Ambarawa

Variabel independen: Usia dan paritas Variabel dependen: Ketuban Pecah Dini. Populasi: semua ibu bersalin di RSUD

Ambarawa

tahun

2013

sebanyak 388 ibu bersalin Sampel: semua ibu bersalin yang mengalami

ketuban

pecah

dini

sebanyak 388 ibu bersalin. Hasil: Sebanyak 140 ibu (70.7%) ibu mengalami kpd sejumlah 233 ibu (60.1%). Uji chi square p value = 0.000 (α 0.05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan ketuban pecah dini.

4.

Ardy Al- Analisis Maqassary paritas

tentang Metode

penelitian:

deskriftif

dengan dengan pendekatan cross sectional.

kejadian

ketuban Variabel independen: umur dan

pecah dini pada ibu paritas bersalin Sidoarjo

di

RSUD Variabel dependen: ketuban pecah dini Populasi: semua ibu bersalin yang mengalami Ketuban Pecah Dini di RSUD

Sidoarjo

Tahun

2011

sebanyak 183 ibu bersalin. Sampel: Random sebanyak 138 ibu bersalin. Hasil: 138 ibu (75.41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak

45

ibu

(24.59%)

mengalami ketuban pecah dini. Dari 71 primipara, 55 (77.46%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 ibu (22.54%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 101 ibu multipara, 76 ibu (75.24) tidak mengalami ketuban pecah dini, 25 ibu (24.76) mengalami ketuban pecah dini. Dan dari 11 ibu grandemultipara 7 ibu(63.64) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 4 ibu (36.36) mengalami ketuban pecah dini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup ke dunia luar. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Rohani, 2010). Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala atau ubun - ubun kecil, tanpa memakai alat bantu serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi) (Anggraeni, 2012). Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar (Sondakh, 2013). Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan (Fadlun, 2011) Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya khorio - amniotik sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture of Membrane (PROM) (Fadlun, 2011).

Secara umum persalinan berlangsung alamiah, tetapi tetap diperlukan pemantauan karena ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda - beda, sehingga dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin saat persalinan. Selain itu, selama kehamilan atau persalinan dapat terjadi komplikasi yang mungkin terjadi karena kesalahan penolong dalam persalinan, baik tenaga non kesehatan ataupun tenaga kesehatan khususnya bidan. 2. Tanda Mulainya Persalinan (Sondakh, 2013) a. Teori Penurunan Progesteron Kadar hormon progesteron akan mulai pada kira - kira 1 - 2 minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi oto polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat kemungkinan, yaitu: 1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi 2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-ototyang saling bertautan 3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks, yaitu pendekatan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. 4) Peritoneum peregangan.

yang

berada

diatas

fundus

mengalami

b. Teori Keregangan Ukuran

uterus

yang

semakin

membesar

dan

mengalami

penegangan akan mengakibatkan otot - otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta menjadi degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks. c. Teori Oksitosin Interna Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan kontraksi uterus yang disebut braxton hicks. Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktifitas oksitosin meningkat. Beberapa tanda tanda dimulainya proses persalinan adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya His Persalinan Sifat His persalinan adalah sebagai berikut: a) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar. c) Makin beraktifitas (janin), kekuatan akan makin bertambah.

2) Pengeluaran Lendir dengan Darah Terjadi His persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan: a) Pendataran dan pembukaan b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas c) Terjadi perdarahan karena pembuluh darah kapiler pecah 3) Pengeluaran Cairan Pada beberapa kasus persalianan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. 4) Hasil-Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam a) Perlunakan serviks b) Pendataran serviks c) Pembukaan serviks 3. Jenis-Jenis Persalinan a. Persalinan Spontan Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri

b. Persalinan Buatan Persalinan buatan adalah bila persalinan dengan bantuan tenaga lain c. Persalinan Anjuran Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Persalinan (Sondakh, 2013) a. Penumpang (Passenger) Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya. b. Jalan Lahir (Passage) Jalan lahir terbagi atas dua yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal - hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir adalah ukuran dan bentuk tulang panggul. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul vagina, dan introitus vagina.

c. Kekuatan (Power) (Sondakh, 2013) Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Kekuatan Primer (Kekuatan His dan Meneran) Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis (effecement) dan berdilatasi sehingga janin turun. 2) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Otot Rahim) Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan pendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetap setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina 3) Posisi Ibu (Positioning) Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi dan fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan kepada ibu

bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. a) Posisi litotomi, adalah posisi yang paling umum. Wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri b) Posisi duduk (squatting position), sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di Negara-negara Amerika Latin. Untuk itu dibuat meja khusus agar wanita dapat duduk sambil melahirkan c) Cara berbaring terdapat beberapa pendapat sebagai berikut: (1) Menurut Walcher, ditepi tempat tidur (2) Menurut Tjeenk-Willink, memakai bantal (3) Menurut Jonges, untuk memperlebar pintu bawah panggul (4) Menurut posisi sims, dengan posisi miring. (Mochtar, 2011) 4) Respon Psikologi (Physchology Response) Respon psikologi ini dapat dipengaruhi oleh: a) Dukungan ayah bayi atau pasangan selama proses persalinan b) Dukungan kakek dan nenek (kerabat dekat) selama proses persalinan

c) Saudara kandung bayi selama proses persalinan 5. Tahap-Tahap Persalinan (Sondakh, 2013) a. Kala I (Kala Pembukaan) Kala I dimulai dari saat persalinan (pembukaan satu sampai pembukaan lengkap), proses ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Fase Laten Fase laten dimulai sejak awal kontraksi sampai dengan pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu 8 jam 2) Fase Aktif Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10 cm, membutuhkan waktu 7 jam. Kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi menjadi 2 fase, yaitu: a) Fase akselerasi Fase akselerasi terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 3 cm menjadi 4 cm b) Fase dilatasi maksimal Fase dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 4 cm menjadi 9 cm biasa terjadi sangat cepat c) Fase deselerasi Fase deselerasi pembukaan menjadi sangat lambat biasa terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 9 cm sampai menjadi lengkap.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Gejala kala II (kala pengeluaram janin) adalah sebagai berikut: 1) His semakin kuat, dengan interval 2 - 3 menit, dengan durasi 50 sampai dengan 100 detik. 2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak 3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat terletaknya fleksus frankenhauser 4) Kedua keinginan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: a) Kepala membuka pintu b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion. Kemudian secara berturut - turut lahir ubun - ubun besar, dahi, hidung dan muka beserta kepala seluruhnya 5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung 6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan cara: a) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan bahu belakang

b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban 7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 - 2 jam dan multigravida 0,5 - 1 jam c. Kala III (Pelepasan Plasenta) Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses pelepasan plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda - tanda dibawah ini: 1) Uterus berbentuk globuler 2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim 3) Tali pusat memanjang 4) Terjadi semburan darah tiba - tiba d. Kala IV (Kala Pengawasan / Observasi / Pemulihan) Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Jangan meninggalkan wanita bersalin alam 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir. Sebelum meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan perhatikan 7 pokok penting berikut:

1) Kontraksi Rahim Kontraksi rahim baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan uterotonika, seperti methergin, dan oksitosin 2) Perdarahan Periksa adanya perdarahan atau tidak, banyak atau biasa 3) Kandung kemih Kandung kemih harus kosong, jika penuh ibu dianjurkan berkemih, bila tidak bisa lakukan pemasangan kateter 4) Luka Ada luka jahitan atau tidak, periksa jahitan dalam kondisi baik atau tidak, dan periksa ada perdarahan pada luka atau tidak 5) Plasenta Plasenta dan selaput ketuban harus utuh 6) Keadaan Umum Periksa keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu 7) Bayi Periksa keadaan umum bayi, nadi, pernapasan dan suhu (Sondakh, 2013)

6. Komplikasi Dalam Persalinan (Fadlun, 2011) a. Preeklamsia Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh ibu membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urine. Kriteria minimal: tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, disertai proteinuria ≥ 300 mg/24 jamatau 1+ pada dipstick. b. Persalinan prematur Persalinan prematur adalah apabila janin dilahirkan < 37 minggu. Adapun

sebab - sebab terjadinya persalinan prematur

adalah sebagai berikut: 1) Komplikasi medis maupun obstetrik, seperti: perdarahan antepartum, hipertensi dalam kehamilan 2) Faktor gaya hidup, seperti: kebiasaan merokok, kenaikan berat badan ibu selama hamil kurang, penggunaan obat - obatan (kokain) 3) Ketuban pecah prematur pada kehamilan preterm, yaitu ketuban pecah secara spontan sebelum kehamilan 37 minggu. Adapun sebab - sebab terjadinya ketuban pecah prematur adalah sebagai berikut:

a) Infeksi, dalam epidemiologi menunjukan hubungan antara koloni saluran genital oleh Streptococcus group B, Chlamidya trachomatis, Neisseria Gonorrhoeae, dan mikroorganisme

penyebab

vaginosis

bakteri

akan

meningkatkan resiko ketuban pecah prematur b) Hormon, akibat ekspresi gen relaksin meningkat sebelum proses persalinan aterm pada selaput ketuban c) Apoptosis, yaitu kematian sel terprogram d) Regangan selaput ketuban berlebihan. (Wijayanegara, 2009). c. Postmatur Postmatur adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Adapun penyebab terjadinya postmatur adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh progesteron, akibat masih berlangsungnya pengaruh progesteron 2) Teori oksitosin, akibat kurang pelepasan oksitosin dari neurohipofisis pada kehamilan lanjut 3) Teori kortisol, akibat peningkatan secara tiba - tiba kadar kortisol plasma janin 4) Syaraf uterus, akibat tidak ada tekanan pada ganglion servikalis dan pleksus 5) Herediter

d. Polihidramnion Polihidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2.000 ml. adapun penyebab terjadinya polihidramnion adalah sebagai berikut: 1) Produksi air ketuban bertambah, dilatasi tubulus ginjal dan kandung kemih ukuran besar akan meningkatkan urine output pada awal pertumbuhan fetus 2) Pengaliran air ketuban terganggu, akibat janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus e. Kelainan Letak Salah satu komplikasi dalam persalinan adalah kelainan letak. Adapun macam - macam kelainan letak adalah sebagai berikut: 1) Presentasi bokong, yaitu suatu keadaan dimana tungkai atau bokong janin sebagai bagian terendah. Faktor predisposisi presentasi bokong seperti multipara, prematuritas, hidramnion, plasenta previa, ansefalus, anomali rahim dan kehamilan ganda. Terdapat tiga jenis presentasi bokong, yaitu sebagai berikut: a) Bokong murni (frank breech), kedua paha janin fleksi dan kedua tungkai ekstensi pada lutut b) Presentasi bokong kaki / lengkap (complete breech), kedua paha janin fleksi dan satu atau kedua lutut difleksikan

c) Presentasi kaki/lutut (incomplete breech), satu atau kedua paha janin ekstensi dan satu atau kedua lutut atau kaki terletak di bawah panggul Persalinan per vaginam pada persalinan sungsang dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut: (1) Persalinan spontan, dengan kekuatan ibu sendiri biasa disebut cara brach (2) Manual aid, janin dilahirkan dengan kekuatan ibu dan sebagian dibantu penolong (cara klasik, muller, lovset) (3) Ekstarasi sungsang (total breech extraction), dilahirkan dengan memakai tenaga penolong biasa disebut teknik ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki 2) Letak lintang Dikatakan letak lintang bila sumbu memanjang, janin menyilang, sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90°. Adapun penyebab terjadinya letak lintang akibat relaksasi berlebihan pada dinding abdomen, prematur, plasenta previa, hidramnion, kehamilan ganda, panggul sempit, dan kelainan bentuk rahim (Fadlun, 2011). f. Kehamilan Ganda Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Berikut ini merupakan jenis-jenis kehamilan ganda:

1) Kehamilan ganda monozigotik, yaitu satu ovum yang dibuahi dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama (kembar identik) 2) Kehamilan ganda dizigotik, yaitu berasal dari dua atau lebih ovumyang telah dibuahi disebut juga heterolog 3) Chimerism, adalah individu dimana sel - selnya berasal dari satu ovum yang dibuahi. Biasanya ditemukan dua golongan darah yang berbeda pada satu orang 4) Superfetasi dan superfekundas (Rohani, 2010) g. Persalinan lama Persalinan lama adalah persalinan yang abnormal atau sulit. Adapun sebab - sebab terjadinya persalinan lama dapat dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut: 1) Kelainan His His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerentanan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan 2) Kelainan Janin Persalinan dapat mengalami hambatan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin

3) Kelainan Jalan Lahir Keadaan

dalam

menghalangi

ukuran

kemajuan

atau

bentuk

persalinan

jalan

yang

lahir

bisa

menyebabkan

kemacetan (Prawirohardjo, 2011). h. Distosia Bahu Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin lahir. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan manuver khusus seperti traksi cunam bawah dan episiotomi. Adapun faktor penyebab terjadinya distosia bahu sebagai berikut: 1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional 2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir setengah dari kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4000 gram. 3) Riwayat obstetrik dengan bayi besar 4) Ibu dengan obesitas 5) Multiparitas 6) Kehamilan posterm, menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh setelah usia kehamilan 42 minggu

7) Riwayat obstetrik dengan persalinan lama, terdapat kasus distosia bahu rekuren 12% Ada beberapa langkah teknik penanganan pada distosia bahu, yaitu menentukan diagnosis kemuadian hentikan traksi pada kepala, segera panggil bantuan. Kemudian lakukan manuver Mc Robert (Posisi Mc Robert, episiotomi jika perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala). Apabila bayi masih belum dapat lahir maka segera lakukan manuver Rubin (posisi tetap Mc Robert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala) i. Putusnya tali pusat Tali pusat merupakan sumber kehidupan bagi janin. Ibu menyampaikan oksigen dan nutrisi dari tubuh ibu kepada bayi melalui talai pusat dan plasenta. Putusnya tali pusat sering terjadi pada janin kecil, prematur, atau bayi berada pada posisi breech. Putusnya tali pusat juga dapat terjadi jika ketuban sudah pecah sebelum bayi bergerak ke rongga panggul. Tali pusat bahkan dapat keluar

melaluui

vagina

dan

merupakan

situasi

yang

membahayakan, karena aliran darah melalui tali pusat dapat terhalang atau berhenti. j. Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari jalan lahir / vagina sebelum proses persalinan

7. Air Ketuban dan Selaput Ketuban a. Definisi Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaout janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah suatu membran yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin (Sondakh, 2013). Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel endotel yang mlapisi kantung dan permukaan plasenta, dan peresapan cairan melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin (Nugroho, 2012). b. Asal Air Ketuban Asal dari air ketuban belum diketahui dengan jelas, oleh karena itu masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Beberapa teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut, antara lain bahwa air ketuban ini berasal dari lapisan amnion, terutama dari bagian pada plasenta. Air ketuban dijelaskan memiliki peredaran yang cukup baik, dalam 1 jam didapatkan perputaran ±500 cc. beberapa perkiraan lainnya mengenai asal dari air ketuban adalah sebagai berikut: 1) Urin janin (fetal urine) 2) Transudasi dari darah ibu 3) Sekresi dari epitel amnion

4) Asal campuran (mixed origin) c. Ciri-Ciri Air Ketuban Beberapa ciri air ketuban adlah sebagai berikut: (1) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira kira 1000-1500 cc (2) Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis (3) Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008 (4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam - garam organik (5) Kadar protein kira-kira 2,6% gr per liter, terutama albumin d. Fungsi Air Ketuban Beberapa fungsi air ketuban adalah sebagai berikut: (1)

Mencegah perlekatan janin dengan amnion

(2)

Agar janin dapat bergerak bebas

(3)

Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu

(4)

Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui BAK janin

(5)

Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah

(6)

Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan perputarannya cepat ± 500 cc

(7)

Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan

(8)

Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat

mengakibatkan

tali

pusat

mengerut

sehingga

menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin (9)

Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan disekitar janin

(10) Selaput ketuban dengan air ketuban didalamnya merupakan penahan janin dan rahim dari kemungkinan infeksi (11) Pada saat persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim sehingga leher rahim membuka (12) Pada saat kantong amnion pecah, air ketuban yang keluar akan membersihkan jalan lahir (13) Pada saat kehamilan, air ketuban dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom (14) Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi penanda janin sudah matang atau akan lewat waktu Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah, jumlah cairan ini terus meningkat. Pada keadaan normal, jumlah air ketuban sekitar 50-250 ml. Pada usia kehamilan 10-20 minggu mencapai 500-1500 ml. Jika jumlahnya lebih dari 2 liter dinamakan polihidramnion atau hidramnion dan

jika kurang dari 500 cc disebut oligohidramnion. Konsentrasi otot

rahim

akan

menekan

sirkulasi

plasenta

dan

menimbulkan distress janin (Sondakh, 2013) e. Keadaan Normal Cairan Amnion Dibawah ini merupakan keadaan normal cairan amnion: (1) Pada usia kehamlan cukup bulan, volume 1000-1500 cc (2) Keadaan jernih agak keruh (3) Steril (4) Bau khas, agak manis dan amis (5) Terdiri atas 98 - 99% air, 1 - 2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks caseosa, dan sel - sel epitel (6) Sirkulasi sekitar 500 cc / jam f. Struktur Selaput Ketuban Selaput ketuban tersusun atas lima lapisan yang terpisah, rata - rata tebalnya 0,08-0,12 mm. tidak mengandung pembuluh darah dan saraf, kebutuhan nutrisinya disuplai melalui cairan ketuban. Lapisan paling dalam terdekat dengan janin adalah epitel ketuban. Sel - sel epitel ketuban mensekresi kolagen tipe III dan IV serta

glikoprotein

nonkolagenus

fibronektin) (Alamsyah, 2009).

(laminin,

nidogen,

dan

8. Tinjauan Tentang Ketuban Pecah Dini a. Definisi Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2012). Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM) (Eni Nur Rahmawati, 2012). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4 cm (fase laten) (Nugroho, 2012). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan pada pembukaan ≤ 4 cm dan setelah 6 jam tidak diikuti dengan terjadinya persalinan. b. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas. Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah dini, yaitu: 1) Infeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling

bawah merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot janin, dan juga yang pertama mendapat infeksi dari kemaluan 2) Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi 3) Posisi plasenta dibawah, posisi plasenta yang baik adalah disebelah atas agak kekiri atau kekanan sedikit 4) Tindakan

invansif

ke

leher

rahim,

misalnya

karena

pemeriksaan medis atau upaya pengguguran 5) Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding amnion, misalnya kebiasaan merokok dan meminum alkohol 6) Tekanan didalam rahim meningkat karena cairan ketuban berlebihan, kehamilan kembar, janin yang besar, ataupun adanya kelainan anatomis pada janin 7) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya 8) Trauma

yang

didapatkan

misalnya

hubungan

seksual,

pemeriksaan dalam, maupun amnionitis 9) Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah 10) Paritas, frekuensi melahirkan yang pernah dialami ibu merupakan

suatu

keadaan

yang

dapat

mengakibatkan

endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya terjadi komplikasi dalam kehamilan. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: a. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya b. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali c. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat

dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008). 11) Umur, dianggap beresiko apabila umur saat hamil ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun. Umur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dengan dengan perkembangan alat - alat reproduksi wanita dimana reproduksi sehat merupakan usia yang paling aman bagi seorang wanita yang hamil dan melahirkan yaitu 20 - 35 tahun. Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang

hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap

sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012). 12) Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:

(a) Golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban (b) Faktor disproporsisi antara kepala janin dan panggul ibu (c) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam aksorbat (Ade Kurniawati, 2012). c. Tanda dan Gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan cairan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda - tanda terjadi infeksi (Nugroho, 2012). Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya pembukaan prematur serviks 2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi: a) Devaskularisasi b) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban semakin berkurang d) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase (Ade Kurniawati, 2012). d. Pengaruh Ketuban Pecah Dini 1) Terhadap Janin Walaupun ibu belum menunjukan tanda - tanda infeksi bayi bisa saja sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, sehingga akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal 2) Terhadap ibu Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi. Selain itu juga dijumpai infeksi puerpuralis, peritonitis, septicemia, serta dry labour. Ibu menjadi mudah lelah, partus menjadi lama, suhu badan meningkat, dan nadi cepat (Ani, 2013). e. Diagnosa Secara klinis diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda - tanda khas yang sudah dapat dinilai mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Adanya cairan yang berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo bila telah terinfeksi akan beraroma berbau b) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah air ketuban keluar dan kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior c) USG, volume cairan amnion berkurang d) Terdapat infeksi genital e) Gejala chorioamnionitis f) Pada maternal terjadi demam, takikardi, cairan amnion keruh, leukositosis, leukosit esterase meningkat g) Pada fetal terjadi takikardi, profilbiofisik dan kardiotokografi h) Amnion, lakukan tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur stain,

fetal

fibronektin,

dan

sitokin.

Jika

terjadi

chorioamnionitis maka angka mortalitas 4 x lebih besar, angka respiratory

distress,

neonatal

sepsis

dan

perdarahan

intraventrikuler 3 x lebih besar. Dibawah ini merupakan tes amnion: a) Tes valsava dan fern Normah pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5 b) Uji kertas lakmus (nitrazin tes) Air ketuban

: berwarna biru (basa)

Air kencing

: berwarna merah (asam)

(Eni Nur Rahmawati, 2012) Menurut Nugroho (2012) diagnosa ketuban pecah dini dapat ditegakkan dengan cara sebagai berikut: a) Anamnesa Penderia merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak tiba - tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan pelu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, tidak ada pengeluaran darah b) Inspeksi Pemeriksaan dengan inspekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksterna, bila belum tampak fundus uteri ditekan, penderita diminta untuk batuk, mengejan atau melakukan menuver valsava, goyangkan bagian terendah, maka akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks anterior c) Pemeriksaan dalam Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak teraba. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan apabila ketuban pecah dini yang sudah dalam masa persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin

Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina Tanda dan Gejala Selalu Tanda dan Gejala Kadang Ada

Diagnosis

Ada

Kemungkinan

Keluar cairan ketuban

1. Ketuban pecah tiba-tiba 2. Cairan tampak di introitus vagina

Ketuban pecah dini

3. Tidak ada his dalam 1 jam

Cairan vagina berbau

1. Uterus nyeri

Demam

2. Denyut jantung janin cepat

Nyeri perut

3. Riwayat keluarnya cairan

Cairan vagina berbau

1. Gatal

Tidak ada riwayat

2. Keputihan

Amnionitis

vaginitis

3. Nyeri perut 4. Dysuria

f. Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Komplikasi yang harus diantisipasi meliputi:

1) Persalinan prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setekah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 - 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. 2) Infeksi Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis, dan pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, dan omfalitis. 3) Hipoksia dan Asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan hipoksia 4) Deformitas Janin Menurut Nugroho (2012), komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah Respiratory Distress Syndrom (RDS), yang terjadi pada 10 40% bayi baru lahir. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm.

g. Penatalaksanaan (Nugroho, 2012). 1) Konservatif a) Rawat dirumah sakit b) Beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥ 6 jam berikan ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg c) Usia kehamilan ≤ 32 - 34 minggu, rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi d) Bila usia kehamilan 32 - 34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan e) Nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterine) f) Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru-paru janin 2) Aktif a) Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal lakukan seksio secarea b) Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD), letak lintang dilakukan seksio secarea c) Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotika tinggi dan persalinan diakhiri.

h. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini 1. Usia Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu, dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk keahamilan dan persalinan adalah usia 20 - 30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29 tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun (Ani, 2013). Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga

dapat

merugikan

kesehatan

ibu

maupun

perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingg amempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ - organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012).

2. Paritas Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: d. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya e. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali f. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali Menurut Ade Kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang sudah hamil adalah sebagai berikut: 1) Nulipara, adalah wanita yang belim pernah melahirkan bayi yang mampu hidup 2) Primipara, adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi mencapai tahap mampu hidup 3) Multipara, adalah wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih 4) Grande multipara, adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.

Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab ketuban pecah dini. Karena paritas 2 - 3 merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu

sering

mengalami

pembukaan

sehingga

dapat

menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008). Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008).

B. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topik penelitian. Rumusan kerangka teori paling mudah mengikuti kaedah input, proses dan output. Apabila dalam sebuah penelitian, sudah terdapat kerangka teori yang baku, maka kita bisa mengadopsi kerangka teori tersebut dengan mencantumkan sumbernya. Kerangka teori juga bisa dibuat dari pohon masalah (pathway) penyakit tertentu sesuai dengan area penelitian. Hubungan variabel dalam kerangka teori harus jelas tergambar, dengan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kala 1 persalinan

Klien mengaku sudah merencanakan kehamilan sejak lama

Kesiapan proses persalinan

Gangguan Kala 1 Persalinan

umur ≤ 20 tahun belum matangnya organ reproduksi ≥ 35 tahun terjadi penurunan kemampua n organ reproduksi

Kanalis servikalis selalu terbuka akibat kelainan serviks uteri

Mudahan pengeluaran air ketuban

Kelainan letak janin (sungsang)

Tidak ada bagian terendah yang menutupi PAP yang menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah

Infeksi Proses biomekanik bakteri mengeluarkan enzim protiolitik

Selaput ketuban mudah pecah

KETUBAN PECAH DINI

Serviks Inkompeten

Gemeli hidramnion

Paritas

Di latasi serviks berlebih

Ketegangan uterus berlebih

Primipara berkaitan dengan psikologis

Selaput ketuban menonjol dan mudah pecah

Serviks tidak bisa menahan tekanan intrauterus

Grande multipara uterus semakin merenggang dan kekuatan jaringan ikat berkurang

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat analitik yaitu penelitian yang menggali hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini. Model pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan secara cross sectional, dimana subjek penelitian dikumpulkan dengan cara pengumpulan data sekaligus pada waktu yang bersamaan pada satu saat (point time approach) (Notoadmojo, 2010). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru di Ruang Bersalin pada bulan Mei – Juni 2015

B. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta - fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep - konsep yanga akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian (Setiawan, 2011). Berdasarkan teori diatas untuk lebih jelas dapat dilihat bagan kerangka konsep berikut ini:

Variabel Independen

Variabel Depeden

Umur Ketuban Pecah Dini Paritas Kelainan Letak Infeksi Serviks Inkompeten Gameli

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan: Cetak tebal

: Variabel yang diteliti

Tidak Cetak tebal : Variabel tidak diteliti

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. (Setiawan dkk, 2011). Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia dan paritas.

2. Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat atau biasa disebut variabel dependen adalah variabel yan dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas) (Setiawan dkk, 2011) Variabel terikat pada penelitian ini adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada tahun 2015.

D. Hipotesis Menurut Asmoro dkk, (2002) yang dikutip dalam Budiman, (2011) hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris. Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Ada Hubungan Antara Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 2. Ada Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015

E. Definisi Operasional Definisi operasional yaitu untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel - variabel yang diamati atau diteliti dan variabel variabel tersebut diberi batasan. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel - variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat ukur. (Notoatmojo, 2010)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

Variabel

1.

Ketuban Pecah Dini

2.

Definisi Operasional Keluarnya lendir secara per vaginam tanpa adanya tanda-tanda persalinan

Umur

Lama hidup responden terhitung mulai saat dilahirkan

Paritas

Jumlah anak yang dilahirkan ibu baik hidup atau mati

3.

Cara Ukur

Alat Ukur

Dokumentasi Buku Register

Dokumentasi

Buku Register

Dokumentasi Buku Register

Skala

Nominal

Nominal

Nominal

Hasil Ukur

1.Mengalami KPD 2.Tidak mengalami KPD 1. Tidak aman (< 20 dan > 35 tahun) 2. Aman (20 35 tahun)

1. Tidak aman (1 dan > 3) 2. Aman (2 - 3)

F. Hubungan Antar Variabel Hubungan antara variabel bebas yaitu usia dan paritas. Sedangkan, variabel pada terikat yaitu ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada tahun 2015

G. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiawan dkk, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seuruh ibu hamil yang melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Setiawan dkk, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang (Total Sampling).

H. Alat dan Metode Pengumpulan Data ( Validitas dan Reliabilitas) 1. Alat Pengumpulan Data Alat ukur pada pengumpulan data pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data yang diperoleh dari Rumah Sakit (RS) seperti data usia ibu dan paritas.

2. Teknik Pengumpulan Data Dalam hal ini digunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan perawatan dan rekam medis pada ruang bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Setiawan dkk, 2011).

I. Jalannya Penelitian 1. Persiapan Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti melalui berbagai tahapan seperti melakukan studi pendahuluan, pengajuan judul kepada dosen pembimbing, pencarian literatur, dan penyusunan instrument penelitian. 2. Pelaksanaan Pada tanggal 06 Mei 2016 peneliti mengajukan judul penelitian kepada pembimbing, kemudian pada tanggal 10 Mei 2016 mengajukan surat permohonan untuk melakukan studi pendahuluan setelah mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian , peneliti dapat melakukan studi pendahuluan. Pada tanggal 26 Mei 2016 peneliti mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan izin penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Setelah

mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian, peneliti dapat melakukan penelitian yang sesuai dengan prinsip – prinsip etis penelitian yaitu meminta persetujuan kepada pihak rekam medis dan kepala ruangan bersalin kemudian menjelaskan maksud penelitian. 3. Penyelesaian Setelah

data

terkumpul,

peneliti

melakukan

tahapan

pengelolaan data dan analisis data untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk sebuah laporan karya tulis ilmiah.

J. Analisis Data Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu dengan analisis univariat

dan

bivariat.

Analisis

univariat

dimaksudkan

untuk

menggambarkan masing – masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Sedangkan analisis bivariat dimaksud untuk melihat hubungan kedua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan antar kedua variabel ini yakni menggunakan uji Chi Square (menggunakan SPSS versi 16) dengan tingkat kepercayaan 95% dari nilai α 0,05 jadi apabila nilai p (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen. Apabila p < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel di atas dengan rumus sebagai berikut:

𝑥 2 =∑

(𝑓0−𝑓𝑒)² 𝑓𝑒

keterangan:

x2 : Nilai Chi-kuadrat fe : frekuensi ang diharapkan f0 : frekuensi yang diperoleh

Prinsip dasar uji chi square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan). Sebaiknya bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada hubungan yang bermakna. Syarat uji chi square adalah sebagai berikut: (Hastomo, 2007) 1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 lebih dari 20% dari total 2. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai observasi kurang dari 1. Pada analisis data ini peneliti menggunakan batas kemaknaan α = 0.05 yaitu apabila nilai p < 0.05 maka hipotesis diterima (H0 diterima) dan bila p > 0.05 maka hipotesis ditolak (H0 ditolak) 3. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (nol). 4. Apabila tabel kontingensi 2 x 2 tetapi tidak memenuhi syarat seperti ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 maka rumus diganti dengan “Fisher Exact Test”.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru merupakan rumah sakit

milik

Pemerintah

Kota

Banjarbaru

yang

diserahkan

pengelolaannya oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal

14

Agustus

2001.

Berdasarkan

Keputusan

Walikota

Banjarbaru Nomor 366 Tahun 2011, RSUD Banjarbaru telah ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 dan Peraaturan Kementrian Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007. Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru memiliki luas tanah 8.213 m2, dengan luas bangunan 5.049 m2, dan memiliki tempat tidur sebanyak 137 buah. Berikut ini merupakan fasilitas dan sarana yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru: a. Pelayanan rawat jalan (poli spesialis anak, poli spesialis bedah, poli spesialis bedah ortopedi, poli spesialis penyakit dalam, poli spesiais kandungan, poli spesialis mata, poli spesialis kulit, poli spesialis syaraf, poli umum, poli spesialis gizi, poli spesialis gizi dan mulut)

b. Pelayanan gawat darurat (24 jam) c. Pelayanan rawat inap d. Pelayanan medik (pelayanan bedah sentral dan pelayanan perinatal) e. Pelayanan penunjang (Medis: laboratorium, radiologi, farmasi, rehabilotas medik. Non medis: pelayanan gizi) Jumlah kunjungan rawat inap Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu mencapai 12.588 kunjungan dari tahun 2014 sebanyak 11.476 kunjungan.

2. Ketenagaan RSUD Banjarbaru Tabel 4.1 Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru Tahun 2015 Jenis Tenaga Dokter JUMLAH Spesialis PNS PTT KONTRAK 1. Dokter 16 16 Spesialis 2. Dokter Gigi 1 1 Spesialis 3. Dokter Umum 25 25 4. Dokter Gigi 3 3 5. Paramedis 133 7 21 161 Keperawatan 6. Paramedis 46 53 Kebidanan 7. Paramedis 90 1 3 94 Penunjang 8. Non Medis 67 5 47 119 381 13 71 472 JUMLAH Sumber: Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru, No

2015. Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa ketenagaan terbanyak di RSUD Banjarbaru adalah paramedis keperawatan sebanyak 161 orang (34.11%) dan paling sedikit ketenagaan di RSUD Banjarbaru adalah dokter gigi sebanyak 1 orang (0.21%)

3. Hasil Penelitian Univariat a. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Ketuban Pecah Dini Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dan ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Gambaran frekuensi umur ibu bersalin dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasar Ibu Bersalin Yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 No

Ibu Bersalin

1. 2.

Mengalami KPD Tidak mengalami KPD Jumlah (Sumber: Rekam Medis, 2015)

Total Frekuensi (F) Presentasi (%) 168 11.45 1299 88.55 1.467

100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 1.299 orang (88.55%) dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 168 orang (11.45%)

b. Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu Distribusi rekuensi berdasar kelompok umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu bersalin dengan umur beresiko dan tidak beresiko. Gambaran frekuensi umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu Bersalin Yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 No

Umur Ibu

1. Tidak aman (< 20 dan > 35 tahun) 2. Aman (20 – 35 tahun) Jumlah (Sumber: Rekam Medis, 2015)

Frekuensi (F) 91 77 168

Total Presentasi (%) 54.17 45.83 100

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu yang tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan umur ibu yang aman sebanyak 77 orang (45.83%).

c. Distribusi Frekuensi Berdasar Paritas Ibu Distribusi frekuensi berdasar paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ibu bersalin dengan paritas beresiko dan tidak beresiko. Gambaran frekuensi paritas ibu dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 No 1.

Paritas Ibu

Tidak aman (1 dan > 3 anak) 2. Aman (2 – 3 anak) Jumlah (Sumber: Rekam Medis, 2015)

Total Frekuensi (F) Presentasi (%) 97 57.73 71 168

42.63 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa paritas ibu yang tidak aman sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan paritas ibu yang aman sebanyak 71 orang (42.26%).

4. Hasil Penelitian Bivariat d. Hubungan Usia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Tabel 4.5 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 Ibu Bersalin Umur Ibu

Tidak aman (< 20 dan > 35 tahun) Aman (20 – 35 tahun) Total

Mengalami KPD n

%

91

17.3

Tidak Mengalami KPD N % 434

82.7

Total

P Value

N

%

525

100 0.000

77

8.2

865

91.8

942

100

168

11.5

1.299

88.5

1.467

100

OR

2.355 (1.702 – 3.259)

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun) sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki umur aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang (91.8%). Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0.000 dan OR 2.355, dengan nilai p < 0.05. maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai OR 2.355 menunjukan bahwa umur ibu yang tidak aman beresiko

terjadi ketuban pecah dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan umur ibu yang aman. e. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Tabel 4.6 Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015

Paritas

Tidak Aman (1 dan > 3 anak) Aman (2 – 3 anak) Total

Ibu Bersalin Mengalami Tidak KPD Mengalami KPD

Total

P Value OR

n

%

N

%

n

%

97

14.6

567

85.4

664

100 0.001

71

8.8

732

91.2

803

100

168

11.5

1.299

88.5

1.467

100

1.764 (1.274 – 2.442)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki paritas aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang (91.2%).Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0.001 dan OR 1.764, dengan nilai p < 0.05. maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai OR 1.764 menunjukan bahwa paritas ibu yang tidak aman

beresiko terjadi ketuban pecah dini 1.764 kali lebih besar dibandingkan paritas ibu yang aman.

B. PEMBAHASAN Penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru tentang Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Kejadian Ketuban Pecah Dini Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa ibu bersalin di RSUD Banjarbaru sebanyak 1.467 orang, sebanyak 1.299 orang (88.55%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 168 orang (11.45%) mengalami ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati, 2011). Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas, sehingga usaha preventif tidak dapat dilakukan, beberapa faktor yang membuat ketuban pecah dini seperti infeksi, usia, paritas, gangguan leher Rahim, posisi plasenta di bawah, gameli, dan kelainan letak. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak

seperti bau amniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan cairan ciri picat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda terjadi infeksi (Taufan Nugroho, 2012). Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) terhadap janin seperti infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, sehingga akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal, sedangkan terhadap ibu seperti terjadi infeksi, peritonitis, septicemia, serta dry labour, ibu menjadi mudah lelah, partus menjadi lama, suhu badan meningkat, dan nadi cepat (Ani, 2013). Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Secara klinis diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda khas yang sudah dapat dinilai mengarah ke ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini, yaitu dengan cara konservatif: awat dirumah sakit, beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥

6 jam berikan ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg, apabila usia kehamilan ≤ 32-34 minggu, rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi, bila usia kehamilan 32-34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan, nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterine), pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru-paru janin. Sedangkan penatalaksanaan secara aktif meliputi: Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal lakukan seksio secarea. Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD), letak lintang dilakukan seksio secarea. Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotika tinggi dan persalinan diakhiri (Taufan Nugroho, 2012). 2. Umur Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan ibu dengan umur aman sebanyak 77 orang (45.83%). Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu, dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk keahamilan dan persalinan adalah usia 20 - 30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29

tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun (Ani, 2013).

3. Paritas Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan paritas beresiko sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan ibu dengan paritas aman sebanyak 71 orang (42.26%). Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: g. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya h. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali i. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ

reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008). 4. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun) sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki usia aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang (91.8%). Setelah dilakukan uji chi square dapat disimpulkan H0 diterima, dimana p value = 0.000 (α = 0.05), sehingga secara statistik dapat dilihat ada hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015. Hasil nilai odd ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki umur aman (20 - 35 tahun) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia tidak aman ( < 20 – > 35 tahun). Usia ibu bersalin yang tidak

aman ( > 35 tahun ) sebanyak 52 orang (57.14%) dan usia ibu tidak aman ( < 20 tahun ) sebanyak 39 orang (42.86%).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradila (2012) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia (p=0,649) dengan kejadian ketuban pecah dinidi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Namun, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh tahun 2013 di RSUD Ambarawa dengan p value = 0.000 (α 0.05) yang berarti ada hubungan usia dengan kejadian ketuban pecah dini. Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012) 5. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki paritas aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang (91.2%). Setelah dilakukan uji chi-square dapat disimpulkan H0 diterima, dimana p value = 0.001 (α = 0.05), sehingga secara statistik dapat dilihat ada hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015. Hasil nilai odd ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki paritas aman (2 - 3 anak) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah dini 1.764 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas tidak aman ( 1 – > 3 anak). Paritas ibu bersalin yang tidak aman ( > 3 anak ) sebanyak 34 orang (35.05%) dan paritas ibu tidak aman ( 1 anak ) sebanyak 63 orang (64.95%) Hal ini sesuai dengan teori primipara dan multigravida merupakan salah satu dari penyebab ketuban pecah dini. Karena paritas 2-3 merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008). Hal ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun di RSUD Pambalah Batung Amuntai (2013) bahwa sebanyak 69.6% ketuban pecah dini terjadi pada ibu bersalin primipara. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya, multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali. Sedangkan menurut kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang sudah hamil anttara lain seperti nulipara adalah wanita yang belim pernah melahirkan bayi yang mampu hidup, primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi mencapai tahap mampu hidup, multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sebagian besar ibu bersalin dari 1.467 sebanyak 1.299 orang (88.55%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebagian kecil sebanyak 168 orang (11.45%) megalami ketuban pecah dini. 2. Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan ibu dengan umur aman sebanyak 77 orang (45.83%). 3.

Sebagian besar paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan paritas beresiko sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan ibu dengan paritas aman sebanyak 71 orang (42.26%).

4. Ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan nilai p value = 0.000 (α = 0.05). 5. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan nilai p value = 0.001 (α = 0.05)

B. SARAN 1. Bagi Peneliti Dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketuban pecah dini baik secara analitik maupun deskritif dengan variabel yang berbeda. 2.

Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Diharapkan untuk tenaga kesehatan lebih banyak memberikan penyuluhan tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) dalam upaya pencegahan agar tidak terus mengalami peningkatan

3. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Dapat meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan dan referensi bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Banua Bina Husada yang berkaitan dengan ketuban pecah dini

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Laporan Register Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan. Anonim. 2016. Laporan Tahunan RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan. Effendi, dkk. 2009. Prematuritas. Bandung : PT Refika Aditama Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika Huda N. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di RS PKU Muhammadiyah Surakarta: Suatu Model Disertasi yangtidak dipublikasikan Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nusa Medika Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nusa Medika Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Rohani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nusa Medika Sondakh, Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Erlangga Vaisatun. 2013. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini di RSUD Pambalah Batung Amuntai: Suatu Model Disertasi yang tidak dipublikasikan Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia Dilengkapi dengan Contoh Kuisioner. Jakarta: Mutia Medika

Cunningham. (2006). Paritas dan kerangka teori KPD http://midwivery2.blogspot.co.id/2013/10/karakteristik.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl. 16.15 WITA). varney. (2008). Konsep Dasar Paritas http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/02/konsep-dasar-paritas.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.30 WITA). SDKI. (2012). AKI & AKB http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.40 WITA). DEPKES RI. (2013). Kejadian Ketuban Pecah Dini http://www.google.co.id/search?hl=id=ISO-8859 1&q=kejadian+kpd+menurut+Depkes+2013. (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.45 WITA). Anggraeni. (2012) Pengertian Persalinan Normal http://midwevery2.blogspot.co.id/2013/10/peresalinan.html?m=1 Eni nur rahmawati. (2012) Pengertian KPD http://sulfianasiraj.blogspot.co.id/2014/09/proposal-ketuban-pecah-dini.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.50 WITA). Ade kurniawati (2012) Ketuban Pecah Dini http://adekurniawati906.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.55 WITA). Winkjosastro (2008) Paritas http://uliltegar.blogspot.com.co.id/2014/03/tinjauan-teori-hubungan-paritaspre.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.00 WITA). ani. (2013). Pengaruh KPD Pada Ibu

http://ejurnal.akbidpantiliwasa.ac.id/index.php/kebidanan/article (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.10 WITA). Eni Kurniawati. (2011). Paritas http://www.academia.edu/19666034/KETUBAN_PECAH_DINI_OBSTET (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 20.00 WITA). Faradila 2012. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Di RSUD Dr Zainoel Abiding Banda Aceh http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index/.php?id=10129&page=1 (diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 15.00 WITA). Ruth dkk (2014). Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ambarawa http://ejournalnwu.ac.id/article/view1443665476 (diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 16.00 WITA). Sualman. (2009). Insidensi kejadian KPD https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24515/2 (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.00 WITA) Wijayanegara. (2009). Regangan Selaput Ketuban Berlebih http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/86/--muslihamus-4257-1thesis-i.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.10 WITA) Alamsyah, M. (2009). Struktur Selaput Ketuban http://www.pdfcoke.com/mobile/doc/294557942/9-Ketuban-Pecah-Dini-PadaPrematuritas-Dr-M-Alamsyah (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.30 WITA) Hastomo. (2007). Syarat Uji Chi Square http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-913-223502724-bab%20ilampiran.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.50 WITA)

Budiman. 2011. Pengertian Hipotesis http://media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_k_1253.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.00 WITA) Laurensia dkk. (2015). Hubungan BBLR dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini http://akbidsarimulia.ac.id/ejurnal/downlod.php?file=B%20Laren,%20B%20Faiza h%2015-25.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.10 WITA) Ardy. (2011). Analisis tentang Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di RSUD Sidoarjo http://www.e-jurnal.com/2013/11/analisis-tentang-paritas-dengan.html?m=1 (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 17.00 WITA)

LAMPIRAN

Time Schedule Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jenis Kegiatan Pengajuan Judul Studi Pendahuluan Penyusunan BAB I Penyusunan BAB II Penyusunan BAB III Revisi BAB I, BAB II, BAB III Penelitian Penyusunan Laporan Skripsi

April

9. Ujian Hasil Skripsi 10. Revisi dan Penjilidan 11. Pengumupulan Skripsi yang Telah Disahkan dewan Penguji TahunAkademik 2015 / 1016

Mei

Juni

Hubungan Usi Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Banjarbaru PARITAS * IBU BERSALIN Crosstabulation IBU BERSALIN MENGALAMI KPD PARITAS

AMAN

TIDAK AMAN

Total

TIDAK MENGALAMI KPD

Total

Count

71

732

803

Expected Count

92.0

711.0

803.0

% within PARITAS

8.8%

91.2%

100.0%

% within IBU BERSALIN

42.3%

56.4%

54.7%

% of Total

4.8%

49.9%

54.7%

Count

97

567

664

Expected Count

76.0

588.0

664.0

% within PARITAS

14.6%

85.4%

100.0%

% within IBU BERSALIN

57.7%

43.6%

45.3%

% of Total

6.6%

38.7%

45.3%

Count

168

1299

1467

Expected Count

168.0

1299.0

1467.0

% within PARITAS

11.5%

88.5%

100.0%

% within IBU BERSALIN

100.0%

100.0%

100.0%

% of Total

11.5%

88.5%

100.0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

11.919a

1

.001

Continuity Correctionb 11.357

1

.001

Likelihood Ratio

1

.001

Pearson Chi-Square

11.865

Fisher's Exact Test

Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided) sided)

.001

Linear-by-Linear Association

11.911

N of Valid Casesb

1467

1

.000

.001

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 76.04. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

1.764

ln(Estimate)

.567

Std. Error of ln(Estimate)

.166

Asymp. Sig. (2-sided)

.001

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio

ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

1.274

Upper Bound

2.442

Lower Bound

.242

Upper Bound

.893

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Banjarbaru UMUR IBU * IBU BERSALIN Crosstabulation IBU BERSALIN MENGALAMI KPD UMUR IBU

AMAN

TIDAK AMAN

Total

TIDAK MENGALAMI KPD

Total

Count

77

865

942

Expected Count

107.9

834.1

942.0

% within UMUR IBU 8.2%

91.8%

100.0%

% within IBU BERSALIN

45.8%

66.6%

64.2%

% of Total

5.2%

59.0%

64.2%

Count

91

434

525

Expected Count

60.1

464.9

525.0

% within UMUR IBU 17.3%

82.7%

100.0%

% within IBU BERSALIN

54.2%

33.4%

35.8%

% of Total

6.2%

29.6%

35.8%

Count

168

1299

1467

Expected Count

168.0

1299.0

1467.0

% within UMUR IBU 11.5%

88.5%

100.0%

% within IBU BERSALIN

100.0%

100.0%

100.0%

% of Total

11.5%

88.5%

100.0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

27.889a

1

.000

Continuity Correctionb 26.994

1

.000

Likelihood Ratio

1

.000

Pearson Chi-Square

26.734

Fisher's Exact Test

Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided) sided)

.000

Linear-by-Linear Association

27.870

N of Valid Casesb

1467

1

.000

.000

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 60.12. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

2.355

ln(Estimate)

.857

Std. Error of ln(Estimate)

.166

Asymp. Sig. (2-sided)

.000

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio

ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

1.702

Upper Bound

3.259

Lower Bound

.532

Upper Bound

1.181

REKAPITULASI DATA IBU BERSALIN TAHUN 2015 NO

N0 RM

FARITAS

UMUR

KOMPLIKASI

PARTUS NORMAL 1

18.60.20

G1P0A0 H 38MG

22

FEBRIS

2

20.63.40

G1P0A0 H 41MG

19

KALA II

3

20.56.14

G4P3A0 H 39MG

36

PLACENTA PREVIRIA

4

20.65.11

G3P1A1 H ATERM

32

PLACENTA PREVIRIA

5

20.70.58

G4P2A1 H 40MG

43

KALA I FASE LATEN

6

20.64.21

G1P0A0 H ATERM

19

KALA I FASE AKTIF, KPD, HT

7

30.64.11

G2P1A0 H ATERM

27

KALA I FASE AKTIF, KPD

8

20.69.35

G4P3A0 H ATERM

38

KALA I MEMANJANG

9

20.65.57

G1P0A0 H 24MG

22

KALA II PRES BOKONG

10

20.62.88

G2P1A0 H 38MG

25

KALA I FASE AKTIF, FEBRIS

11

20.62.21

G3P2A0 H ATERM

29

INPARTU KALA II

12

20.66.43

G5P4A0 H 41MG

39

KALA I FASE LATEN, KPD

13

20.68.02

G1P0A0 H 41MG

20

INPARTU KALA II

14

20.61.37

G3P2A0 H 41MG

28

KALA I FASE AKTIF, PEB

15

19.21.59

G2P1A0 H 41MG

36

KALA I FASE LATEN, KPD

16

20.73.49

G1P0A0 H 35MG

21

KALA I FASE LATEN,MANUAL PLACENTA

17

10.90.73

G4P1A2 H 40MG

35

KALA I FASE AKTIF

18

19.90.16

G2P1A0 H 40MG

29

INPARTU KALA II

19

13.84.78

G3P2A0 H 40MG

37

KALA I FASE LAATEN, KPD

20

20.01.89

G1P0A0 H 39MG

23

21

20.72.25

G1P0A0 H 38MG

25

KAL I FASE LATEN KALA I FASE LATEN, ASMA, RUPTUR PERINEUM

22

20.62.47

G2P1A0 H ATERM

26

KALA I FASE AKTIF

23

20.74.37

G5P4A0 H 36MG

40

KALA I FASE LATEN, KPD

24

20.61.28

G1P0A0 H 41MG

21

INPARTU KALA II

25

20.72.86

G2P1A0 H 38MG

23

KALA I FASE AKTIF

26

13.99.65

G3P1A1 H 40MG

34

KALA I FASE LATEN

27

19.61.42

G3P2A0 H 38MG

37

KALA I FASE AKTIF, PEB

28

20.76.07

G1P0A0 H 38MG

19

KALA II, SUNGSANG

29

16.25.15

G1P0A0 H 38MG

21

KALA I FASE LATEN

30

19.84.21

G1P0A0 H 32MG

21

31

20.69.02

G2P1A0 H 41MG

25

KALA II FASE LATEN

32

20.72.47

G2P1A0 H 41MG

31

KALA I FASE LATEN

33

20.63.89

G1P0A0 H 39MG

21

KALA I FASE LATEN

34

18.00.03

G1P0A0 H 41MG

19

35

20.64.20

G1P0A0 H 36MG

23

KALA I FASE LATEN

36

20.05.47

G3P2A0 H 39MG

36

KALA I FASE AKTIF, HT

37

20.65.33

G1P0A0 H 40MG

37

38

20.66.41

G2P1A0 H 40MG

26

KALA I FASE LATEN, KPD

39

20.68.46

G2P1A0 H 39MG

22

KALA I FASE AKTIF

40

20.69.38

G4P2A1 H 40MG

36

KALA I FASE AKTIF

41

17.94.61

G2P1A0 H 40MG

21

KALA I FASE AKTIF

42

15.28.01

G2P1A0 H 41MG

26

PRO INDUKSI PERSALINAN

43

20.63.69

G2P1A0 H 39MG

28

KALA I FASE AKTIF

44

18.02.39

G3P2A1 H 40MG

36

KALA I FASE LATEN, KPD

45

20.72.65

G5P4A0 H 40MG

40

KALA I FASE LATEN

46

19.47.57

G2P0A1 H 36MG

32

PEB

47

20.76.04

G2P1A0 H 38MG

22

KALA I FASE AKTIF

48

20.72.67

G1P0A0 H 36MG

21

PER

49

20.73.54

G2P1A0 H 39MG

26

KALA I FASE AKTIF, HT

50

20.71.86

G1P0A0 H 38MG

18

KPD, KALA I FASE LATEN

51

20.74.93

G2P1A0 H ATERM

25

KALA II

52

20.72.18

G1P0A0 H 38MG

19

KALA I FASE LATEN

53

17.46.17

G2P1A0 H 43MG

24

KPD, KALA I FASE LATEN

54

20.45.70

G1P0A0 H 41MG

20

KALA I FASE AKTIF

55

20.54.61

G3P2A0 H ATERM

28

KALA I FASE LATEN

56

20.64.16

G1P0A0 H 34MG

21

KPD

57

20.67.33

G4P3A0 H 39MG

36

58

10.39.95

G4P3A0 H ATERM

39

KALA I FASE AKTIF

59

20.65.00

G3P2A0 H 39MG

33

OLIGOHIDROMNION

20.75.53

G1P0A0 H ATERM

21

KALA II

60

PARTUS SC 61

17.86.78

G3P1A1 H 38MG

32

PLACENTA PREVIRIA, LETAK LINTANG

62

20.62.09

G2P1A0 H 28MG

30

PRO SC, BSC 8 TH LL

63

20.69.29

G3P1A1 H ATERM

34

CPD,PRO SC

64

20.69.14

G2P1A0 H 40MG

24

GAGAL INDUKSI, HT

65

20.61.35

G2P1A0 H 39MG

25

CPD, PRO SC

66

20.68.64

G4P3A0 H 38MG

37

CPD

67

20.61.30

G2P1A0 H 38MG

23

KALA I FASE LATEN, CPD

68

20.69.06

G2P1A0 H ATERM

28

PLACENTA PREVIRIA, LETAK LINTANG

69

20.64.29

G2P1A0 H ATERM

25

CPD, PRO ELEKTIF

70

20.65.64

G5P3A1 H 34MG

45

LETSU, PLACENTA PREVIRIA

71

20.62.54

G1P0A0 H 42MG

19

KALA I FASE AKTIF, KPD, GAGAL INDUKSI

72

20.70.80

G4P2A1 H 37MG

36

HT, KPD

73

18.62.92

G2P0A1 H ATERM

24

KALA I FASE LATEN, CPD

74

20.62.90

G1P0A0 H 45 MG

24

KALA I FASE LATEN, CPD

75

15.33.35

G2P1A0 H 40MG

27

CPD, PRO SC

76

20.72.01

G2P1A0 H 38MG

23

PER, BSC 7,5TH, CPD

77

20.63.57

G1P0A0 H ATERM

22

KALA I FASE LATEN

78

20.59.33

G2P1A0 H 41MG

28

PRO SC, BSC 5 TH LALU, CPD

79

20.67.69

G2P1A0 H 37MG

28

CPD, PRO SC, HEPATITIS B

80

19.88.64

G3P2A0 H 39MG

32

PRO SC, MOW, CPD

81

20.71.28

G1P0A0 H 40MG

35

CPD,SC ELEKTIF

82

20.71.64

G5P3A1 H 40MG

45

KALA I FASE LATEN, CPD

83

20.72.84

G3P1A1 H 39MG

41

PRO SC, CPD

84

20.67.51

G1P0A0 H 38MG

18

CPD, PEB, PRO SC

85

20.73.28

G4P3A0 H ATERM

44

CPD, MOW, PEB

86

20.73.69

G2P1A0 H 38MG

26

OLIGOHIDROMNION, PEB

87

20.63.30

G1P0A0 H ATERM

22

CPD, PRO SC ELEKTIF

88

20.66.68

G4P2A1 H ATERM

38

PRO SC, GAGAL INDUKSI

89

20.69.15

G1P0A0 H 40MG

23

KALA II LAMA

90

20.75.87

G3P1A1 H 38MG

33

CPD, FETAL DISTRESS, PRO SC

91

20.74.33

G1P0A0 H 41MG

29

KALA I FASE AKTIF, CPD

92

20.73.56

G1P0A0 H 28MG

21

HAP

93

20.74.96

G2P1A0 H 32MG

24

CPD, PEB, BSC 3 TH LL

94

20.73.48

G3P2A0 H 36MG

29

PEB

95

15.68.80

G3P1A1 H 38MG

31

CPD, BSC I TH LL

96

15.85.63

G2P1A0 H 40MG

22

BSC 3 TH LL

97

20.63.35

G1P0A0 H 43MG

26

LEWAT BULAN

98

20.61.95

G1P0A0 H 41MG

24

KALA I FASE LATEN, CPD

99

20.65.73

G3P1A1 H 41MG

29

BSC 4 TH LL, CPD

100

20.63.45

G2P1A0 H ATERM

28

BSC 6 TH LL

101

11.06.68

G4P3A0 H 41MG

35

LETSU

102

20.73.51

G2P1A0 H 39MG

33

OLIGOHIDROMNION, PEB

103

20.72.30

G1P0A0 H 35MG

26

PEB

104

20.71.82

G2P1A0 H 40MG

25

CPD, KALA I FASE AKTIF

105

20.70.74

G1P0A0 H 40MG

19

OLD PRIMI, KALA I FASE AKTIF, CPD

106

20.71.88

G3P2A0 H 41MG

32

LETSU, KALA I FASE LATEN

107

20.68.54

G1P0A0 H 40MG

19

PRO SC, CPD

108

20.71.17

G1P0A0 H 36MG

23

INPENDING EKLAMSI

109

20.67.91

G3P1A1 H 38MG

37

110

20.64.13

G3P1A1 H ATERM

29

KPD SC ELEKTIF, PENGAPURAN PLACENTA, ASMA

111

12.67.95

G1P0A0 H 37MG

22

ANAK MAHAL

112

20.63.49

G1P0A0 H 40MG

24

KALA I FASE LATEN

113

20.68.39

G3P1A1 H ATERM

35

LETAK L;INTANG

114

20.63.64

G1P0A0 H ATERM

26

115

20.71.33

G2P1A0 H 41MG

25

CPD KALA I FASE LATEN, KPD, GAGAL INDUKSI

116

20.65.32

G2P0A1 H 38MG

26

GAGAL INDUKSI,FETAL DISTRESS, FEBRIS

18.24.00

G2P1A0 H ATERM

28

PRO SC, SC ELEKTIF, CPD

117

PARTUS VE 118

20.65.70

G1P0A0 H 39MG

36

KALA I FASE AKTIF, KPD

119

20.61.80

G2P1A0 H 42MG

25

KALA I FASE LATEN

120

20.72.04

G12P1A0 H 41MG

19

KALA I FASE AKTIF

121

20.68.01

G2P1A0 H 39MG

26

KALA I FASE LATEN

G2P1A0 H 39MG

29

KALA I FASE LATEN

PARTUS NORMAL 122

20.76.65

123

20.77.51

G1P0A0 H 37MG

19

KALA I FASE AKTIF

124

20.78.16

G2P1A0 H ATERM

24

PEB,INKALA I FASE LATEN

125

20.67.45

G3P2A0 H 39MG

29

KALA I FASE AKTIF, BSC 5 TH LL

126

20.49.52

G4P3A0 H 41MG

38

KALA II

127

20.79.69

G2P1A0 H 40MG

32

128

20.48.54

G3P1A0 H 37MG

38

KALA I FASE LATEN KPD, PEB, KALA I FASE AKTIF, MANUAL PLACENTA

129

20.80.13

G5P3A1 H 36MG

47

KALA I FASE AKTIF

130

07.93.76

G3P2A0 H 38MG

37

LETAK SUNGSANG, KPD

131

20.79.20

G1P0A0 H 38MG

23

KALA I FASE LATEN, LETAK SUNGSANG

132

20.80.29

G7P5A1 H 38MG

133

20.81.52

G2P1A0 H 37MG

32

KPD, KALA I FASE LATEN

134

19.74.85

G2P1A0 H 38MG

28

KALA I FASE AKTIF

135

20.76.70

G1P0A0 H 30MG

19

KALA II LETSU

136

20.61.78

G5P4A0 H 37MG

37

KALA I FASE LATEN, VARICES VAGINA

137

20.77.48

G3P2A0 H ATERM

32

HT

138

20.76.61

G1P0A0 H 22MG

20

KPD, OLIGOHIDROMNION

139

19.94.54

G3P2A0 H ATERM

30

KALA I FASE LATEN

140

20.78.18

G1P0A0 H ATERM

19

KALA II

141

20.83.92

G1P0A0 H 39MG

22

KALA I FASE LATEN

142

14.42.51

G5P2A2 H 40MG

37

KALA I FASE LATEN

143

20.83.83

G2P2A0 H 38MG

25

KALA I FASE AKTIF

144

15.83.31

G2 P1A0 H 39MG

25

KALA I FASE LATEN

145

20.86.06

G3P2A0 H 40MG

31

KALA I FASE AKTIF

146

20.82.20

G3P2A0 H 40MG

39

KALA I FASE LATEN, KPD

147

16.76.33

G1P0A0 H 32MG

19

KPD

148

16.16.29

G1P0A0 H 39MG

20

KALA I FASE LATEN

149

20.86.99

G3P2A1 H 38MG

33

KALA I FASE AKTIF

150

17.21.87

G4P2A1 H 38MG

43

KALA I FASE LATEN, KPD

KALA I FASE AKTIF

151

20.85.94

G1P0A0 H 40MG

26

KALA I FASE AKTIF

152

20.85.28

G5P3A1 H 39MG

40

KALA I FASE LATEN

153

20.85.29

G1P1A0 H ATERM

21

OLIGOHIDROMNION

154

11.51.77

G5P4A0 H 38MG

36

KALA I FASE LATEN

155

20.84.66

G4P3A0 H 27MG

38

KALA I FASE LATEN

156

20.88.33

G3P1A1 H 39MG

36

KPD, KALA I FASE LATEN

157

08.99.63

G5P3A1 H 38MG

40

KALA II

158

07.73.89

G5P1A3 H 40MG

40

INDUKSI ERSALINAN

159

20.87.52

G1P0A0 H ATERM

19

KALA I FASE LATEN

160

20.87.64

G2P1A0 H ATERM

22

KALA I FASE AKTIF

161

20.87.73

G1P0A0 H 41MG

22

KALA II LAMA, KPD

162

20.83.74

G2P1A0 H ATERM

24

KALA I FASE LATEN

163

20.71.57

G4P2A1 H ATERM

36

KALA II

164

11.63.02

G3P2A0 H ATERM

35

KALA I FASE AKTIF

165

20.71.04

G1P0A0 H ATERM

22

KALA II

166

20.89.10

G1P0A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN

167

19.83.21

G2P1A0 H ATERM

25

KALA II

168

20.90.19

G2P1A0 H ATERM

26

KALA I FASE LATEN

169

20.87.62

G6P4A1 H ATERM

40

KALA I FASE AKTIF, IUFD

170

19.78.71

G4P3(+1)A0 H 38MG

36

KALA I FASE AKTIF, BSC 8 TH LL

171

20.87.16

G2P1A0 H 41MG

35

KALA I FASE LATEN

172

20.90.56

G1P0A0 H 28MG

21

KALA I FASE AKTIF

173

14.94.05

G2P1A0 H 34MG

24

KALA I FASE AKTIF

174

20.87.77

G1P0A0 H ATERM

25

KALA I FASE LATEN

175

20.82.78

G1P0A0 H 24MG

25

KALA II

176

20.89.01

G3P2A0 H 44MG

29

KALA I FASE AKTIF

177

20.89.01

G3P2A0 H 43MG

31

KALA I FASE AKTIF

178

19.03.10

G2P1A0 H ATERM

25

KALA II

179

20.72.35

G3P2A0 H 32MG

34

KALA I FASE AKTIF, PEB, SCHIZOFERNIA

180

16.08.54

G2P1A0 H 39MG

22

RUPTUR PERINIEUM

181

20.82.17

G1P0A0 H 43MG

21

PEB, KALA I FASE LATEN

PARTUS SC 182

20.75.61

G4P0A3 H 39MG

36

LETSU, PRO SC

183

15.14.80

G3P1A1 H ATERM

33

SC ELEKTIF, BSC 2,5 TH LL, CPD

184

11.50.97

G2P1A0 H 40MG

26

INPARTU, CPD

185

20.67.49

G1P0A0 H ATERM

21

KALA I FASE LATEN, CPD

186

20.08.75

G2P1A0 H 41MG

27

LETSU, KALA I FASE AKTIF

187

20.64.19

G1P0A0 H 37MG

24

LETSU

188

13.63.73

G4P2A1 H 38MG

35

SC ELEKTIF, LILITAN TALI PUSAR

189

18.50.29

G2P1A0 H 37MG

33

KALA I FASE LATEN, BSC 16 TH LL

190

20.78.69

G2P1A0 H 29MG

27

CPD

191

20.75.24

G1P0A0 H ATERM

19

CPD

192

20.77.60

G2P1A0 H 40MG

24

193

20.77.75

G2P1A0 H 38MG

25

GAGAL INDUKSI

194

19.85.57

G3P2A0 H 41MG

29

GAGAL INDUKSI

195

20.79.28

G1P0A0 H 40MG

32

KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI

196

12.63.02

G2P1A0 H 40MG

31

CPD, SC ELECTIF

197

20.79.99

G1P0A0 H 40MG

21

CPD, KALA I FASE LATEN

198

20.81.83

G1P0A0 H 44MG

24

CPD

199

13.29.92

G3P2A0 H 38MG

29

CPD, BSC 5 TH LL

200

12.12.16

G4P3A0 H 38MG

36

PRO SC, MOW

201

20.60.23

G3P1A1 H 39MG

35

KALA I FASE LATEN, CPD

202

20.83.01

G1P0A0 H 41MG

18

CPD

203

17.72.86

G3P1A1 H 37MG

25

BSC 2 TH LALU,CPD

204

20.80.27

G2P1A0 H 40MG

28

BSC 3 TH LL, CPD

205

17.06.69

G2P1A0 H 38MG

23

PEB, PRO SC

206

20.65.90

G3P2A0 H 35MG

26

PLACENTA PREVIRIA

207

19.36.51

G6P5A0 H ATERM

35

208

20.78.91

G1P0A0 H ATERM

22

CPD KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI, CPD

209

11.62.29

G2P1A0 H 39MG

23

SC ELEKTIF, BSC 5 TH LL

210

20.77.54

G2P1A0 H 39MG

22

KALA I FASE LATEN

211

20.82.34

G1P0A0 H 42MG

21

PRO INDUKSI

212

20.47.28

G3P2A0 H ATERM

29

KPD, KALA

213

20.48.55

G4P3A0 H 36MG

35

PPI,MOW

214

20.80.25

G4P3A0 H ATERM

34

215

20.83.58

G4P3A0 H 38MG

37

CPD, MOW, KALA I FASE LATEN

216

20.83.72

G3P2A0 H 40MG

39

BSC 7 TH LL, CPD

217

20.83.81

G3P2A0 H 38MG

23

PLACENTA PREVIRIA

218

20.85.49

G3P2A0 H 39MG

34

CPD

219

20.83.71

G3P2A0 H 38MG

31

VOMITUS, KPD, DIARE

220

20.18.33

G3P2A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN, CPD

221

20.83.10

G1P0A0 H 41MG

25

INDUKSI PERSALINAN

222

20.85.89

G1P0A0 H 42MG

26

CPD, SEROTINUS

223

15.25.47

G2P0A1 H 41MG

40

CPD, PRO INDUKSI

224

20.73.05

G3P2A0 H 41MG

36

CPD, INDUKSI PERSALINAN

225

20.78.17

G1P0A0 H 38MG

35

BIPOLAR DISODER

226

20.87.58

G1P0A0 H 41MG

21

KPD, HT, OLDPREMI

227

20.86.51

G1P0A0 H 41MG

24

GAGAL INDUKSI, CPD

228

20.87.59

G8P2A5 H 33MG

25

RIWAYAT MCDONALD

229

20.50.96

G2P1A0 H 40MG

25

KALA I FASE LATEN, PEB

230

20.86.50

G2P0A1 H 40MG

29

KPD

231

20.87.67

G1P0A0 H 38MG

31

KPD, KALA I FASE LATEN

232

20.89.45

G3P2AA0 H 37MG

25

PEB, PRO SC

233

20.88.93

G2P0A1 H 37MG

21

LETAK LINTANG, PRO INDUKSI, KALA II

234

20.87.84

G1P0A0 H 37MG

17

KPD, PRO INDUKSI

235

20.88.03

G1P0A0 H 41MG

17

PRO INDUKSI, KL I MEMANJANG, KPD

236

20.83.76

G1P0A0 H 38MG

22

PLACENTA PREVIRIA

237

20.89.81

G2P1A0 H ATERM

23

KALA I FASE AKTIF, LETSU

238

20.87.13

G1P0A0 H 41MG

21

INDUKSI PERSALINAN, CPD

239

12.93.38

G4P2A1 H 35MG

43

KPD

240

20.89.78

G1P0A0 H 33MG

23

KPD

241

20.83.90

G1P0A0 H 40MG

25

KALA I FASE LATEN, PEB

242

20.87.69

G4P2A1 H 41MG

41

KALA I FASE LATEN, KPD

243

20.90.66

G1P0A0 H 41MG

23

KALA I FASE LATEN

PARTUS SC 244

19.66.23

G1P0A0 H 40MG

22

KALA I FASE AKTIF, CPD

245

15.35.07

G7P5(+1)A1 H 36MG

35

KALA I FASE LATEN, LETSU, PRO SC

246

20.57.99

G2P1A0 H 41MG

32

PRO SC, BSC 7 TH LL

247

15.03.31

G2P1A0 H ATERM

30

PRO SC, BSC 8 TH LL, CPD

248

20.91.71

G1P0A0 H ATERM

20

PRO SC, SUP CPD

249

20.91.52

G1P0A0 H 34MG

20

HAP,IUFD,PLACENTA PREFIRIA

250

19.03.68

G2P1A0 H ATERM

23

CPD

251

20.88.99

G2P1A0 H 35MG

27

CPD

252

20.92.57

G1P0A0 H 37MG

20

KONDILOMA AKUMINANTA

253

20.91.49

G3P2A0 H 38MG

25

CPD, SC ELEKTIF

254

20.93.09

G2P1A0 H 38MG

23

KALA I FASE LATEN,CPD,BSC 5 TH LALU

255

20.93.45

G1P0A0 H 39MG

19

KALA I FASE LATEN, CPD

256

17.73.51

G4P2(+1)A1 H 41MG

36

CPD, PRO INDUKSI

257

20.96.26

G1P0A0 H 40MG

29

CPD

258

20.95.63

G1P0A0 H ATERM

36

259

20.95.63

G1P0A0 H ATERM

35

KALA I FASE KALA I FASE LATEN, CPD, FETAL DISTRESS

260

20.95.70

G3P3A0 H ATERM

18

LETSU, MOW, RIWAYAT SC

261

20.96.35

G1P0A0 H 42MG

25

KALA I FASE AKTIF, KPD, CPD

262

20.97.40

G4P2(+)A1 H 38MG

28

PRO SC, LETSU

263

20.34.45

G4P3A0 H 38MG

23

264

20.98.38

G1P0A0 H 42MG

26

CPD INDUKSI PERSALINAN,KALA I FASE LATEN

265

20.99.30

G2P1A0 H 40MG

35

PRO SC, CPD

266

20.99.52

G2P0A1 H 40MG

22

CPD, PEB

267

20.98.96

G1P0A0 H 40MG

23

CPD, INDUKSI PERSALINAN

268

20.77.28

G4P3A0 H 39MG

22

PRO SC, MOW

269

21.00.73

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE AKTIF, KALA II LAMA

270

20.98.86

G1P2A0 H ATERM

29

KALA I FASE AKTIF

271

19.98.97

G2P0A1 H 39MG

35

ANAK MAHAL, CPD

272

21.04.21

G1P0A0 H 39MG

19

KPD,CPD

273

21.01.79

G1P0A0 H 38MG

37

CPD, KALA I FASE LATEN

274

20.89.78

25

FEBRIS

275

21.04.41

G1P0A0 H 38MG G2P2(GEMILI)A0 H ATERM

25

CPD

276

20.98.51

G2P1A0 H 39MG

29

PEB, CPD

277

21.02.79

G1P0A0 H ATERM

31

LETSU, PRO SC

278

20.85.40

G4P3A0 H 38MG

37

INPENDING EKLAMSIA, LETSU

279

21.01.54

G3P1A1 H 40MG

33

SC ELEKTIF, BSC 6 TH LL, CPD

280

21.00.69

G1P0A0 H 38MG

19

OLD PRIMI, KALA I FASE LATEN

281

21.00.58

G5P3A1 H ATERM

44

LETSU, PRO SC, MOW

282

21.00.06

G1P0A0 H 40MG

24

KPD,CPD

283

21.00.75

G1P0A0 H ATERM

21

PRO SC, BY BESAR, CPD

284

20.99.32

G1P0A0 H 39MG

21

PRO SC, CPD, GAGAL INDUKSI

285

21.00.24

G2P0A1 H 40MG

22

PRO SC

286

20.96.61

G1P0A0 H 42MG

27

KALA II

287

21.00.70

G2P1A0 H 40MG

23

BAYI BESAR

288

21.05.67

G2P1A0 H ATERM

27

LETSU, PRO SC, KPD

289

21.06.39

G1P0A0 H 42MG

26

PRO SC

290

21.04.79

G2P1A0 H ATERM

29

291

20.30.95

G1P0A0 H 41MG

19

BSC 2X, KALA I FASE LATEN KALA I FASE LATENT, PRO INDUKSI PERSALINAN

292

20.65.48

G2P1A0 H 39MG

25

CPD

PARTUS NORMAL 293

20.91.45

G3P2A0 H 39MG

23

KALA I FASE AKTIF

294

20.92.14

G3P1A1 H 38MG

25

KALA I FASE LATEN

295

20.90.70

G2P1A0 H ATERM

41

KALA I FASE LATEN

296

20.94.32

G3P2A0 H 39MG

23

KALA I FASE AKTIF

297

20.94.36

G4P2A1 H 39MG

298

20.92.45

G3P2A0 H 39MG

22

299

20.92.20

G1P0A0 H 39MG

35

300

20.91.43

G3P1A1 H 38MG

35

FEBRIS, KONTRAKSI, ROJ

301

20.77.02

G2P1A0 H 39MG

27

KPD, KALA I FASE LATEN

302

20.94.21

G1P0A0 H 31MG

19

KALA I FASE LATEN

303

20.94.38

G2P1A0 H 38MG

25

KALA I FASE LATEN, KPD

304

20.97.91

G1P0A0 H 38MG

35

KALA II

305

20.96.32

G1P0A0 H 40MG

18

KALA I FASE AKTIF

306

11.86.87

G4P2A1 H 28MG

25

RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG

307

20.95.60

G3P2A0 H 38MG

28

HT

308

20.83.25

G3P1A1 H 40MG

23

KALA I FASE LATEN

309

20.83.37

G1P0A0 H 40MG

26

KALA I FASE LATEN

KALA I FASE AKTIF INDUKSI PERSALINAN

310

20.96.37

G2P1A0 H ATERM

35

PRB, KALA I FASE AKTIF

311

20.97.05

G2P1A0 H 44MG

22

PRO INDUKSI

312

20.97.00

G2P1A0 H 40MG

23

HT, KALA I FASE AKTIF

313

20.96.31

G2P1A0 H 40MG

22

KALA I FASE AKTIF

314

18.99.77

G3P2A0 H ATERM

21

KALA I FASE AKTIF, LETSU

315

20.95.59

G2P1A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN

316

18.90.49

G3P2A0 H 38MG

35

SESAK

317

20.98.54

G3P2A0 H 36MG

29

318

20.98.56

G3P2A0 H 40MG

28

KALA I FASE AKTIF

319

20.16.16

G2P1A0 H 40MG

22

KALA I FASE LATEN

320

21.00.02

G2P1A0 H ATERM

23

KPD

321

20.92.00

G3P2A0 H 41MG

29

INDUKSI PERSALINAN

322

20.94.17

G3P2A0 H 25MG

39

KPD

323

20.58.89

G1P0A0 H 41MG

25

KALA I FASE AKTIF

324

21.01.34

G1P0A0 H 38MG

19

KPD

325

20.96.82

G2P0A1 H 41MG

24

INDUKSI PERSALINAN

326

20.94.20

G4P3(+2)A0 H 34MG

36

KALA I GFASE AKTIF, PEB

327

20.96.77

G2P0A1 H 41MG

33

KALA I FASE LATEN, RUPTUR

328

17.96.51

G2P1A0 H 39MG

31

INDUKSI PERSALINAN

329

21.04.26

G3P2A0 H 40MG

30

330

15.67.50

G2P1A0 H 38MG

25

INDUKSI PERSALINAN INDUKSI PERSALINAN, KALA I FASE LATEN

331

20.14.13

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE LATEN

332

21.04.94

G2P1A0 H 31MG

23

LETSU, KALA II

333

21.04.85

G1P0A0 H 40MG

19

KALA I FASE AKTIF

334

21.02.11

G2P0A1 H 40MG

29

KALA I FASE LATEN, KPD

335

16.01.50

G3P1A1 H 39MG

33

HT, KALA I FASE AKTIF

336

21.05.02

G6P4A1 H ATERM

39

KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI

337

00.04.13

G1P0A0 H 40MG

23

PEB

338

21.01.24

G5P3A1 H 38MG

41

KPD, KALA I FASE LATEN

339

12.69.95

G1P0A0 H 41MG

25

KALA I FASE LATEN

340

20.98.81

G1P0A0 H 41MG

22

INDUKSI PERSALINAN

341

16.06.43

G1P0A0 H 38MG

25

KALA I FASE LATEN

342

21.03.33

G1P0A0 H 42MG

22

KALA I FASE LATEN, PEB

343

21.01.27

G1P0A0 H ATERM

24

KALA I FASE LATEN

344

17.59.63

G3P2A0 H 39MG

33

KALA I FASE AKTIF

345

21.01.09

G3P2A0 H 39MG

30

KALA I FASE LATEN

346

20.97.47

G2P1A0 H 38MG

26

KALA I FASE AKTIF

347

21.03.41

G4P3A0 H ATERM

30

KALA I FASE AKTIF

348

21.04.93

G2P1A0 H ATERM

34

KALA I FASE AKTIF

349

21.02.85

G2P0A1 H 38MG

33

KALA I FASE AKTIF, ASMA

350

20.98.55

G3P0A2 H 39MG

30

351

21.00.98

G1P0A0 H 41MG

30

KALA I FASE AKTIF, PER

PARTUS SC 352

18.91.45

G1P0A0 H 40MG

18

KALA I FASE LATEN, KPD, GEMILLY

353

21.07.71

G2P1A0 H 37MG

22

CPD

354

21.07.04

G2P1A0 H 37MG

24

HAP

355

13.27.82

G3P2A0 H ATERM

28

GEMILLY, CPD

356

21.09.07

G1P0A0 H 38MG

21

KPD, CPD

357

12.27.26

G2P1A0 H 39MG

29

BSC 4TH LL, CPD

358

21.05.72

G2P1A0 H ATERM

26

KALA II

359

21.07.02

G1P0A0 H ATERM

20

KALA I FASE AKTIF, CPD

360

21.11.84

G1P0A0 H 39MG

22

OLD PRIMI, CPD

361

11.75.53

G3P2A0 H 37MG

37

KPD, BSC

362

21.11.08

G2P1A0 H 40MG

23

OLIGOHIDROMNION

363

19.22.08

G4P1A2 H ATERM

36

KALA I FASE LATEN, INDUKSI, CPD

364

21.11.89

G3P0A2 H 38MG

36

365

21.10.71

G1P0A0 H 39MG

21

KALA I FASE LATEN

366

21.15.06

G3P2A0 H 39MG

29

CPD

367

21.16.24

G2P1A0 H ATERM

22

CPD

368

21.06.26

G1P0A0 H 41MG

21

CPD

369

16.97.82

G2P1A0 H ATERM

23

GAGAL INDUKSI

370

21.16.38

G1P0A0 H 40MG

22

GAGAL INDUKSI

371

21.13.24

G3P2A0 H 38MG

29

KPD, CPD

372

21.13.97

G1P0A0 H 38MG

25

PEB

373

21.14.55

G2P1A0 H 38MG

23

BSC 9 TH LL, CPD

374

16.74.64

G2P0A1 H ATERM

22

ROJ

375

20.31.55

G2P1A0 H 39MG

25

LETAK SUNGSANG, KPD

376

21.14.73

G1P0A0 H 41MG

19

GAGAL INDUKSI, KPD

377

16.92.61

G3P2A0 H 41MG

35

LKALA I FASE AKTIF

378

12.01.09

G3P1A1 H 41MG

33

CPD, 4,5 TH BSC

379

13.83.68

G2P1A0 H ATERM

32

LETSU, BSC 4 TH LL, CPD

380

12.63.65

G2P1A0 H 38MG

30

BSC 5 TH LL, CPD

381

21.13.69

G2P1A0 H 40MG

30

PRO SC

382

21.14.17

G4P3A0 H ATERM

38

PEB, PRO INDUKSI

383

21.10.35

G2P1A0 H ATERM

26

KPD, KALA I FASE AKTIF

384

21.13.52

G2P1A0 H 39MG

32

INDUKSI GAGAL

385

21.05.03

G1P0A0 H ATERM

36

KPD, KALA I FASE LATEN

386

21.19.47

G1P0A0 H 38MG

20

PEB, KALA I FASE LATEN

387

21.19.85

G3P2(1+)A0 H 39 MG

29

BSC 2 X, CPD

388

20.98.35

G1P0A0 H 41MG

19

KALA I FASE LATTEN, CPD

389

21.13.93

G2P1A0 H ATERM

22

BSC 3 TH LL, SC ELEKTIF

390

21.12.50

G4P3A0 H 37MG

39

LATSU, PP

391

11.26.97

G3P2A0 H ATERM

40

KPD, GEMILLY, PEB

392

21.21.59

G4P3A0 H 40MG

37

KALA I FASE LATEN

393

21.17.40

G2P0A1 H 42MG

20

KALA I FASE LATEN, PER

394

21.15.28

G2P1(+)

20

LETAK LINTANG

395

17.89.76

G4P3A0 H ATERM

37

KALA I FASE AKTF, MEMANJANG

396

21.17.50

G1P0A0 H 42MG

20

PEB, KALA I FASE AKTIF

397

21.08.33

G1P0A0 H 39MG

18

KPD, LETSU

PARTUS NORMAL 398

21.08.31

G2P1A0 H ATERM

22

399

21.09.81

G1P0A0 H ATERM

21

MANUAL AID, KALA II INDUKSI PERSALINAN,KALA I FASE LATEN

400

21.10.64

G1P0A0 H 40MG

20

PEB, KALA I FASE AKTIF

401

20.34.03

G2P1A0 H 40MG

28

KPD

402

21.06.41

G3P2(1)A0 H ATERM

34

KALA I FASE AKTIF

403

20.96.58

G3P2A0 H 35MG

30

LETSU, KALA II, PEB

404

21.09.65

G2P1A0 H 40MG

25

405

21.07.03

G2P1A0 H ATERM

25

KALA I FASE AKTIF

406

21.09.78

G1P0A0 H 38MG

19

KALA I FASE LATEN

407

21.12.47

G1P0A0 H 38MG

20

KALA I FASE AKTIF

408

16.62.90

G4P3(1+)A0 H 32MG

45

KPD, LETSU

409

20.38.50

G3P2A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN, PEB

410

20.18.80

G1P0A0 H 36MG

C

THALASEMIA, KALA I FASE LATEN

411

16.91.08

G5P3A1 H 37MG

40

LETSU, KPD, KALA I FASE LATEN

412

21.09.79

G1P0A0 H 38MG

21

KALA I FASE LATEN

413

21.16.02

G1P0A0 H ATERM

28

INDUKSI PERSALINAN

414

21.10.62

G2P0A1 H 38MG

35

KALA I FASE LATEN

415

20.99.50

G1P0A0 H 39MG

35

KALA I FASE LATEN, IUFD

416

21.14.74

G2P0A1 H 38MG

24

IUFD

417

21.13.96

G5P3A1 H 24MG

43

KPD, PLACENTA PREVIRIA

418

21.13.88

G3P1A1 H 39MG

23

KALA I FASE AKTIF

419

19.98.95

G1P0A0 H 37MG

22

KPD

420

21.13.99

G4P2A1 H 39MG

40

KALA I FASE LATEN

421

21.16.04

G1P0A0 H 42MG

30

422

20.97.06

G3P1A1 H 40MG

38

INDUKSI PERSALINAN KALA I FASE LATEN, PRES BOKONG, LETSU

423

20.93.21

G3P1A1 H 34MG

28

KALA I FASE LATEN, KPD

424

21.15.99

G1P0A0 H ATERM

21

HT

425

21.12.34

G2P1A0 H 38MG

24

KALA I FASE LATEN

426

21.16.01

G1P0A0 H 40MG

22

KALA I FASE LATEN

427

21.08.22

G2P1A0 H ATERM

26

KALA I FASE LATEN

428

15.51.28

G5P3A1 H ATERM

35

KALA I FASE LATEN

429

21.15.14

G1P0A0 H 39MG

18

KPD

430

21.10.69

G4P3A0 H ATERM

37

431

20.01.75

G3P2A0 H 41MG

32

KALA I FASE AKTIF, PEB, FEBRIS KALA I FASE LATEN, RETENSIO PLACENTA

432

21.09.75

G3P2A0 H ATERM

32

KALA I FASE AKTIF

433

21.14.00

G4P3A0 H 41MG

40

KALA II, LETSU

434

21.16.95

G4P3A0 H ATERM

44

KALA II

435

21.15.03

G2P1A0 H 41MG

23

KALA I FASE AKTIF

436

21.09.08

G2P1A0 H ATERM

28

KALA I FASE AKTIF

437

21.08.16

G2P2A0 H 41MG

23

ANEMIA, HT, KALA I FASE AKTIF

438

18.87.26

G4P3(+1)A0 H 38MG

42

KALA I FASE AKTIF

439

21.19.23

G1P0A0 H 40MG

32

KALA I FASE AKTIF

440

21.10.32

G2P1A0 H 40MG

26

KALA I FASE LATEN

441

21.20.65

G1P0A0 H 39MG

22

KALA I FASE LATEN

442

21.20.67

G3P2A1 H 39MG

27

KALA I FASE AKTIF

443

21.20.14

G1P0A0 H 40MG

19

PRO INDUKSI

444

13.22.58

G2P1A0 H 39MG

22

KALA II

445

21.19.57

G4P3A0 H ATERM

33

INDUKSI PERSALINAN

446

21.19.48

G3P1A1 H 39MG

32

LETSU, KALA I FASE AKTIF

447

21.19.33

G2P1A0 H 35MG

30

KALA I FASE LATEN

448

17.34.20

G2P1A0 H 40 MG

30

INDUKSI PERSALINAN

449

21.16.09

G1P0A0 H 39MG

38

450

20.15.21

G2P0A1 H 39MG

26

KALA I FASE LATEN

451

07.43.08

G2P1A0 H 42MG

32

PEB, KALA I FASE AKTIF

452

14.08.69

G3P2A0 H 41MG

36

HT

453

20.63.06

G3P2A0 H 40MG

20

454

21.21.80

G4P3A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN KALA I FASE LATEN, HT, IUFD, INDUKSI PERSALINAN

455

21.24.01

G1P0A0 H 39MG

19

KALA I FASE AKTIF, DIARE

456

21.21.76

G2P1A0 H ATERM

22

KALA I FASE AKTIF

457

21.21.22

G2P1A0 H ATERM

24

KALA II

458

21.19.38

G2P1A0 H ATERM

22

KALA I FASE AKTIF

459

21.21.73

G2P0A2 H 41MG

28

KALA I FASE AKTIF

460

21.20.10

G2P1A0 H 32MG

19

KPD,GEMILLY

461

21.20.13

G1P0A0 H ATERM

33

KALA I FASE LATEN

462

21.18.57

G2P1A0 H 42MG

32

KALA I FASE LATEN

463

21.08.38

G2P1A0 H 38MG

30

PER, KALA I FASE AKTIF

464

21.14.04

G2P1A0 H 39MG

30

KALA I FASE AKTIF

21.12.56

G2P1A0 H 42MG

38

INPARTU

465

PARTUS VE

26

466

21.13.54

G1P0A0 H 41MG

32

KALA I FASE LATEN

467

21.16.00

G5P3A1 H 37MG

36

KALA I FASE AKTIF

PARTUS SPONTAN

20

468

21.23.36

G1P0A0 H ATERM

29

469

21.26.18

G1P0A0 H 40MG

19

470

21.06.02

G2P1A0 H ATERM

22

471

10.84.36

G3P1A1 H 41MG

28

KALA I FASE LATTEN, PLACENTA PREVIRIA

472

20.57.86

G4P3A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN, PEB, PRO INDUKSI

473

21.25.65

G2P1A0 H ATERM

42

KALA I FASE AKTIF, PRESMULA

474

21.27.09

G6P4(+1)A1 H ATERM

32

PRO INDUKSI

475

21.30.24

G2P1A0 H 38MG

26

KALA I FASE AKTIF

476

21.22.48

G5P3A1 H 42MG

22

KALA I FASE LATEN, PEB, PRO INDUKSI

477

21.25.70

G3P2A0 H ATERM

27

KALA I FASE AKTIF

478

20.41.86

G1P0A0 H ATERM

19

KALA I FASE LATEN, PEB, PRO INDUKSI

479

16.83.41

G3P1A1 H 39MG

34

KALA I FASE LATEN

480

21.23.12

G1P0A0 H 39MG

23

KPD

481

21.29.59

G3P2A0 H ATERM

19

KALA I FASE KATIF

482

21.22.37

G2P1A0 H 40MG

20

KALA I FASE LATEN

483

19.19.32

G2P1A0 H 38MG

45

KALA I FASE LATEN

484

21.23.95

G4P3(1+)A0 H 40MG

29

PRO INDUKSI

485

14.20.83

G4P2A1 H 38MG

24

486

21.28.68

G3P1A1 H ATERM

40

KALA I FASE AKTIF

487

21.28.01

G3P2A0 H 41MG

21

KALA I FASE LATEN

488

21.28.57

G3P2A0 H ATERM

28

KALA I FASE LATEN

489

21.21.83

G3P2A0 H 40MG

35

KALA I FASE AKTIF

490

21.24.10

P2A0 H ATERM

35

LAHIR DIMOBIL

491

21.22.59

G1P0A0 H 37MG

24

KALA I FASE AKTIF

492

21.30.14

G3P2A0 H 39MG

43

KALA I FASE AKTIF, PEB

493

21.28.83

G1P0A0 H 38MG

23

494

21.29.77

G1P0A0 H ATERM

22

KALA I FASE AKTIF

495

21.30.91

G2P1A0 H ATERM

40

KALA I FASE AKTIF

496

21.28.58

G2P1A0 H 36MG

30

KALA II

497

21.25.27

G2P1A0 H 40MG

38

KALA I FASE AKTIF

498

21.31.24

G1P0A0 H 28MG

28

KALA II

499

21.29.56

G2P1A0 H 38MG

21

KALA I FASE LATEN

500

21.32.11

G7P6A0 H 42MG

24

501

21.28.61

G2P1A0 H 36MG

22

KALA II KALA I FASE AKTIF, KEK, BSC 7 TH LL, LETSU

502

21.34.37

G2P1A0 H 38MG

20

KALA I FASE AKTIF

503

20.62.58

G2P1A0 H ATERM

20

INPARTU KALA II

504

21.34.34

G3P2A0 H 40MG

26

KALA I FASE LATEN

505

14.21.32

G2P1A0 H 39MG

30

KALA I FASE AKTIF

506

21.27.96

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE LATEN

INDUKSI PERSALINAN

507

15.65.23

G2P1A0 H 41MG

22

KALA I FASE LATEN

508

20.42.49

G2P0A1 H ATERM

24

KALA I FASE AKTIF

509

21.32.19

G2P0A1 H 40MG

26

HAP,PER, PRO INDUKSI

510

20.31.79

G2P1A0 H 39MG

26

KALA I FASE LATEN

511

21.28.38

G2P1A0 H 38MG

24

KALA I FASE LATEN, BY BESAR

512

21.34.71

G2P1A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN

513

21.35.62

G1P0A0 H 42MG

24

KPD

514

21.34.90

G2P1A0 H 40MG

21

KALA I FASE LATEN, PRO INDUKSI

515

13.29.73

G3P1A1 H ATERM

23

KALA I FASE LATEN

516

21.35.25

G2P1A0 H 40MG

23

KALA I FASE AKTIF

517

16.86.51

G1P0A0 H 38MG

25

KALA I FASE LATEN

518

21.30.94

G3P2A0 H ATERM

24

KALA I FASE LATEN

519

21.35.15

G1P0A0 H 41MG

21

KALA I FASE AKTIF

520

19.46.39

G1P0A0 H 40MG

23

KALA I FASE LATEN

521

21.35.21

G2P1A0 H 40MG

23

LETSU, KALA I FAS AKTIF

522

21.35.22

G3P2A0 H ATERM

25

KALA I FASE AKTIF

523

21.33.43

G4P3A1 H ATERM

37

GEMILLY, KALA II

524

21.26.85

G1P0A0 H 38MG

27

KALA I FASE LATEN, KPD

525

21.27.43

G2P0A1 H 38MG

45

KALA I FASE LATEN, HT

526

21.35.70

G3P2A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN

527

21.33.66

G2P0A1 H37MG

20

KALA I FASE AKTIF

528

21.33.57

G2P1A0 H 41MG

40

KALA I FASE LATEN

529

21.32.15

G2P1A0 H 40MG

21

KALA II LETSU

530

21.32.79

G4P2-A1 H 40MG

28

KALA I FASE LATEN

531

21.33.72

G2P1A0 H ATERM

35

KALA II, CA CERVIK

532

21.35.42

G1P0A0 H 31MG

35

HAP,PER, PRO INDUKSI

PARTUS SC

24

533

21.24.05

G2P1A0 H 28MG

43

PLACENTA PREVIRIA

534

21.24.68

G2P1A0 H 41 MG

23

BSC 8 TH LL, CPD

535

21.22.19

G2P1A0 H 40MG

29

KPD, PRO SC

536

21.25.56

G1P0A0 H 40MG

30

CD

537

21.21.15

G4P3A0 H 40MG

38

LETSU, SC ELEKTIF

538

18.17.66

G2P1A0 H 38MG

26

KALA I FASE LATEN, BSC 2 TH LL, CPD

539

21.21.93

G2P0A1 H ATERM

32

PLACENTA PREVIRIA

540

20.38.96

G6P1A4 H 37MG

36

KALA I FASE LATEN, MC DONALD

541

21.21.89

G1P0A0 H ATERM

20

KALA I FASE AKTIF

542

17.70.11

G2P1A0 H 38MG

29

CPD, BSC 2,5 TH LL

543

11.90.76

G2P1A0 H ATERM

19

SC ELEKTIF, BSC 3, 5 TH LL

544

21.23.47

G2P1A0 H ATERM

22

BSC 4 TH LL, CPD

545

19.52.58

G2P0A1 H 40MG

24

LETSU, BY BESAR

546

21.25.79

G1P0A0 H 40MG

22

SC ELEKTIF, OLD PRIMI, ANAK MAHAL

547

21.21.91

G2P1A0 H ATERM

28

LETSU, BSC 4 TH LL

548

20.81.01

G4P2A1 H 40MG

37

PRO SC+MOW

549

18.06.55

G3P1A1 H ATERM

32

CPD, BSC 2,5 TH LL

550

21.05.01

G3P1A1 H 36MG

33

KALA I FASE LATEN

551

13.41.29

G5P2A2 H 40MG

41

LETSU, GRANDE MULTI

552

09.60.12

G1P0A0 H ATERM

32

LATAK LINTANG, KALA I FASE AKTIF

553

21.27.90

G1P0A0 H 40MG

21

PLACENTA LETAK RENDAH

554

20.93.28

G1P0A0 H ATERM

20

OLD PREMI

555

20.77.76

G2P1A0 H 32MG

31

KPD

556

21.21.96

G2P1A0 H ATERM

24

CPD, BSC 6 TH LL

557

21.25.96

G4P1A2 H 39MG

43

SC ELEKTIF

558

21.25.11

G1P0A0 H 39MG

23

OLD PRIMI, PRO INDUKSI

559

21.30.26

G3P2A0 H ATERM

29

CPD

560

16.88.78

G1P0A0 H 43MG

30

INDUKSI PERSALINAN

561

21.29.53

G4P2A1 H 37MG

38

KALA I FASE LATEN, LETSU

562

21.31.99

G1P0A0 H 37MG

26

PRO SC

563

21.32.08

G1P0A0 H ATERM

32

OLIGOHIDROMNION, PRO SC, CPD

564

21.28.29

G4P3A0 H 36MG

38

565

21.28.66

G3P2A0 H ATERM

20

KPD, LETSU, KALA I FASE AKTIF, PER KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC 3,5 TH LL, CPD

566

12.37.19

G2P1A0 H 37MG

29

PRO SC ELEKTIF, CPD

567

14.41.91

G2P1A0 H 40MG

19

LETSU, PRO SC

568

21.32.12

G3P1A1 H 40MG

22

KALA I DFASE LATEN, BSC 8 TH LL

569

21.30.54

G4P3A0 H 33MG

24

IMPENDNG EKLAMSI

570

21.23.32

G1P0A0 H 40MG

19

KALA I FASE LATEN

571

21.28.64

G2P0A1 H ATERM

23

PRO SC, GEMILLY

572

21.22.61

G2P1A0 H ATERM

20

KALA I FASE LATEN, BSC 4 TH LL

573

17.44.58

G1P0A0 H ATERM

20

CPD

574

16.45.71

G2P1A0 H ATERM

26

SC ELEKTIF, 8 TH LL

575

21.29.23

G2P1A0 H 41MG

26

KPD, BSC 6 TH LL

576

21.28.70

G2P0A1 H ATERM

25

577

21.30.23

G1P0A0 H 37MG

26

KALA I FASE LATEN, INFERTIL 11 TH, CPD KALA I FASE AKTIF, CPD(BY ADA KELAINAN)

578

20.67.78

G4P2A1 H ATERM

39

LETSU, KPD, PRO SC

579

21.22.34

G5P2A2 H 37MG

24

PEB, KALA I FASE LATEN, BSC 15 TH LL

580

21.30.95

G2P1A0 H ATERM

43

KALA I FASE LATEN, PRO SC, BSC 9 TH LL

581

21.27.36

G1P0A0 H ATERM

23

KALA I FASE LATEN, BAYI BESAR

582

11.27.56

G2P1A0 H 39MG

29

KALA I FASE LATEN

583

19.68.72

G1P0A0 H 41MG

30

CPD

584

21.25.12

G1P1A0 H ATERM

38

PRO SC

585

11.27.75

G3P2A0 H 37MG

26

HAP+MOW

586

21.26.30

G1P0A0 H ATERM

32

GAGAL INDUKSI

587

11.51.42

G3P2A0 H 38MG

36

PRO SC, MOW, BSC 2X

588

21.32.71

G3P1A1 H 36MG

20

BSC 15 TH LL, HAP

589

21.33.77

G1P0A0 H 41MG

22

KALA I FASE LATEN, KPD

590

21.33.78

G1P0A0 H 40MG

19

PEB

591

20.59.28

G4P2A1 H 38MG

22

PLACENTA PREVIRIA

592

21.33.14

G1P0A0 H 40MG

24

KALA I FASE LATEN

593

21.26.28

G2P1A0 H ATERM

21

CPD, PRO SC ELEKTIF

594

21.30.96

G2P1A0 H 37MG

23

KALA I FASE LATEN, PEB

595

21.30.01

G1P0A0 H ATERM

23

KALA II LAMA, KPD, CPD

596

21.39.91

G2P1A0 H 36MG

25

IUFD, SOLUSIO PLACENTA

597

11.45.80

G3P2A1 H ATERM

32

KALA I FASE LATEN, BSC 2 TH LL, CPD

598

21.25.17

G1P0A0 H 39MG

19

KPD

21.32.06

G4P3(2+)A0 H ATERM

38

PRO SC, ROJ

599

PARTUS VE 600

20.09.30

G1P0A0 H ATERM

24

KALA I FASE LATEN

601

21.30.84

G2P1A0 H 33MG

31

KALA I FASE AKTIF

602

18.83.71

G2P1A0 H ATERM

23

KALA I FASE AKTIF, RIWAYAT SC 6 TH LL

PARTUS SC

29

603

20.47.33

G4P3A0 H 39MG

37

604

20.42.56

G3P1A1 H 40MG

38

605

11.17.46

G3P2A0 H 39MG

26

606

21.36.10

G1P0A0 H 39MG

32

607

21.41.68

G1P0A0 H ATERM

36

KPD

608

20.49.86

20

GEMILLY, KPD, KALA I FASE LATEN

609

15.17.76

G1P0A0 H 36MG G2P2(GEMILY)A0 H ATERM

29

CPD,BSC 2X

610

20.30.81

G3P2A0 H 40MG

19

CPD,GAGAL INDUKSI

611

20.85.46

G2P1A0 H 38MG

22

LETSU, KALA I FASE LATEN

612

20.47.64

G1P0A0 H 40MG

24

613

21.43.58

G2P1A0 H ATERM

24

GAGAL INDUKSI TRAUMA TULANG BELAKANG POST JATUH

614

21.43.90

G1P0A0 H 37MG

22

HSUB

615

21.39.24

G2P1A0 H 39MG

23

616

20.33.81

G2P1A0 H 38MG

29

CPD, BSC 4 TH LL KALA I FASE LATEN, BSC 8 TH LL, PANGGUL SEMPIT, RUI

617

21.38.12

G1P0A0 H 40MG

30

CPD

618

21.42.77

G1P0A0 H ATERM

30

OLD PRIMI, PEB, PRO SC

619

21.44.84

G3P1(+)A0 H 39MG

37

KALA I FASE AKTI

620

16.16.84

G4P3A0 H 37MG

40

BSC 3 TH LL, CPD, MOW

621

14.53.11

G5P3A1 H 38MG

36

BSC 3X, 1 LAPARATOMI, CPD

622

21.39.29

G4P2A1 H ATERM

20

SC ELKTIF, ROJ

623

21.46.64

G3P1A1 H 40MG

29

KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC

CPD,BSC 2X

624

21.43.44

G3P2A0 H 38MG

19

KALA I FASE LATEN, PEB, PRO SC

625

21.39.19

G1P0A0 H 37MG

22

KALA I FASE AKTIF

626

21.44.82

G1P0A0 H 39MG

24

LETSU, PRO SC

627

21.44.32

G1P0A0 H 33MG

20

HAP, PLR, LETLINTANG

628

13.75.88

G2P1A0 H ATERM

22

CPD, BSC 4 TH LL

629

12.04.90

G2P1A0 H ATERM

21

OLIGOHIDROMNION, PRO SC

630

20.73.89

G2P1A0 H 30MG

24

HAP,PLACENTA PREVIRIA

631

21.45.44

G5P3A1 H 33MG

45

RUI, PRO SC

632

21.45.78

G2P1A0 H 42MG

25

KPD

633

19.73.83

G2P0A1 H 42MG

24

SC ELLEKTIF

634

21.38.14

G2P1A0 H 32MG

43

EKLAMSIA

635

21.44.92

G1P0A0 H ATERM

23

KALA I FASE LATEN

636

21.48.62

G2P0A1 H 39MG

29

KALA I FASE AKTIF, LETSU

637

21.48.31

G2P1A0 H 39MG

30

OLIGOHIDROMNION, INDUKSI

638

16.77.75

G4P3A0 H ATERM

38

SC ELEKTIF, BSC , KALA I FASE LATEN

639

21.48.48

G3P0A2 H 40MG

26

PEB, KALA I FASE LATEN

640

21.46.05

G1P0A0 H 38MG

32

BSC 2 TH LL

641

21.46.36

G3P2(+)A0 H 36MG

36

PLACENTA PREVIRIA

642

21.48.21

G2P1A0 H 38MG

20

BSC 4 TH LALU

643

20.51.56

G3P2A0 H ATERM

29

SC ELEKTIF, BSC 9 TH, CPD

644

21.41.36

G5P2A2 H ATERM

19

645

21.49.81

G1P0A0 H 41MG

22

CPD, PRO SC INDUKSI PERSALINAN, RIWAYAT OP GINJAL

646

21.49.44

G1P0A0 H 38MG

24

KPD, KALA I FASE LATEN

647

21.48.52

G1P0A0 H 39MG

19

KALA I FASE LATEN, CPD

648

21.46.62

G2P0A1 H ATERM

22

KALA I FASE LATEN

649

21.48.22

G2P1A0 H ATERM

23

SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL

650

21.48.23

G1P0A0 H 38MG

23

HT, SC ELEKTIF, CPD

651

21.49.21

G1P0A0 H 42MG

20

KALA I FASE LATEN, CPD

652

21.49.33

G2P1A0 H 35MG

20

LETAK LINTANG, GEMILY

653

21.34.04

G1P0A0 H 44MG

20

CPD, KALA I FASE LAEN

654

15.42.17

G2P1A0 H ATERM

23

LETSU, BSC 3 TH LL

655

11.78.85

G1P0A0 H 36MG

22

PEB

656

16.59.91

G2P1A0 H ATERM

26

CPD, SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL

657

12.38.46

G2P1A1 H 37MG

27

GEMILLY, RIWAYAT SC 1X

658

21.49.19

G3P2A0 H ?

32

KPD

659

21.49.52

G1P0A0 H 35MG

21

PEB

660

21.50.56

G2P0A1 H 40MG

36

KPD, LETLIN

661

21.36.63

G1P0A0 H 39MG

22

KALA I FASE AKTIF, LETSU

662

21.56.09

G2P0A1 H 40MG

26

KALA II LAMA

G2P1A0 H 38MG

23

PARTUS NORMAL 663

21.30.02

664

14.21.16

G8P5A1 H ATERM

44

INDUKSI PERSALINAN

665

21.36.33

G2P1A0 H 35MG

23

666

21.38.35

G2P1A0 H 39MG

20

KALA I FASE LATEN

667

17.92.69

G2P1(+1)AO H 36MG

25

PEB

668

20.88.05

G4P2A1 H 38MG

33

INDUKSI PERSALINAN

669

12.15.35

G2P1A0 H 38MG

33

KALA I FASE LATEN

670

13.91.82

G1P0A0 H 37MG

19

KALA I FASE LATEN, KPD

671

21.36.99

G1P0A0 H 40MG

24

INDUKSI PERSALINAN, KPD

672

21.36.43

G1P0A0 H ATERM

24

KALA II LAMA

673

21.36.29

G1P0A0 H 37MG

43

KALA II LAMA

674

21.42.24

G3P2A0 H 38MG

28

KALA I FASE AKTIF

675

21.39.94

G5P3A1 H 37MG

44

KALA I FASE AKTIF, HT

676

21.41.75

G2P1A0 H 3MG

30

KALA I FASE LATEN

677

21.42.58

G2P1A0 H 39MG

38

KALA I FASE AKTIF

678

11.33.12

G2P1A0 H 42MG

26

KALA I FASE LATEN

679

20.46.16

G4P3A0 H 33MG

36

HT

680

20.35.96

G2P1A0 H 38MG

30

GEMILLY, KALA I FASE LATEN

681

21.45.19

G2P1A0 H 41MG

20

KALA I FASE LATEN

682

21.38.47

G2P1A0 H 38MG

29

KALA I FASE LATEN

683

21.44.85

G2P1A0 H ATERM

19

KALA II

684

21.42.93

G2P1A0 H 37MG

22

KALA I FASE LATEN

685

20.72.94

G1O0A0 H 36MG

24

KALA I FASE LATEN

686

21.43.24

G1P0A0 H ATERM

23

KALA II

687

21.39.97

G2P1A0 H 41MG

22

KALA II

688

16.32.02

G3P0A2 H 39MG

28

KALA I FASE LATEN

689

21.40.63

G2P1A0 H 40MG

22

KALA II

690

14.70.78

G2P1A0 H 32MG

20

INDUKSI PERSALINAN, LETSU

691

21.39.86

G2P1A0 H 37MG

26

KPD, KALA I FASE LATEN

692

21.36.82

G4P3A0 H 42MG

34

KALA I FASE LATEN, PEB

693

13.09.88

G2P1A0 H ATERM

32

KALA I FASE I

694

21.38.54

G2P1A0 H 41MG

22

KALA I FASE LATEN

695

21.37.88

G2P1A0 H ATERM

35

KPD

696

21.38.58

G3P2A0 H ATERM

29

KALA I FASE AKTIF, PEB

697

21.37.85

G1P0A0 H 42MG

21

OLIGOHIDROMNION

698

21.41.23

G1P0A0 H 42MG

20

INDUKSI

699

21.39.85

G1P0A0 H 20MG

20

IUFD

700

21.42.60

G1P0A0 H ATERM

24

KALA I FASE AKTIF, LETSU

701

21.45.84

G4P3A0 H 36MG

37

KPD

702

12.88.06

G3P1A1 H ATERM

33

LAPARATOMI RIWAYAT 6 TH,KPD

703

21.46.93

G2P0A1 H 39MG

30

CPD

704

20.93.01

G2P1A0 H ATERM

22

KALA II

705

21.49.22

G2P1A0 H 41MG

23

KPD

706

21.48.94

G3P1A1 H ATERM

25

KALA I FASE LATEN

707

12.42.92

G2P1A0 H ATERM

25

KALA I FASE L;ATEN

708

21.48.69

G2P1A0 H 40MG

23

KALA I FASE LATEN

709

20.96.86

G1P0A0 H 41MG

21

KALA I FASE LATEN

710

08.36.99

G4P3A0 H 38MG

44

711

20.89.33

G2P1(+)A0 H 30MG

40

IUFD, PEB, INDUKSI PERSALINAN

712

21.29.88

G4P3A0 H 41MG

40

PEB, KALA I FASE LATEN

713

21.45.97

G2P1A0 H 36MG

27

KPD

714

21.45.05

G1P0A0 H 41MG

19

KALA I FASE LATEN

715

21.36.74

G2P1A0 H 40MG

23

KALA II

716

21.38.63

G1P0A0 H 34MG

27

KALA I FASE LATEN

717

21.38.66

G3P2A0 H ATERM

29

KALA I FASE AKTIF

718

21.45.88

G2P1A0 H ATERM

23

KALA I FASE LATEN

719

21.46.60

G1P0A0 H 39MG

22

KALA I FASE LATEN

720

21.47.19

G2P1A0 H ATERM

21

KALA I FASE AKTIF

721

21.49.94

G1P0A0 H 36MG

18

KPD, KALA I FASE LATEN

722

21.48.71

G1P0A0 H 38MG

20

KALA I FASE LATEN

723

21.36.48

G3P2A0 H ATERM

25

KALA I FASE LATEN

724

21.46.25

G2P1A0 H 40MG

23

KALA I FASE LATEN

725

00.17.15

G1P0A0 H 41MG

20

INDUKSI PERSALINAN

726

21.50.30

G2P1A0 H 41MG

20

KALA I FASE LATEN

727

21.18.46

G1P0A0 H 40MG

20

KALA I FASE LATEN

728

21.48.30

G2P1A0 H 39MG

25

KALA I FASE LATEN

729

21.50.55

G4P1A2 H ATERM

44

KALA I FASE LATEN, PEB

730

21.45.37

G1P0A0 H 36MG

23

LETSU, KALA I FASE AKTIF

731

21.39.31

G1P0A0 H 24MG

20

IUFD, HAP

732

21.45.12

G3P1A1 H 40MG

24

KALA II

733

21.38.64

G3P2A0 H 40MG

43

KALA I FASE AKTIF

734

21.48.73

G2P1A0 H 40MG

23

KALA I FASE LATEN

PARTUS NORMAL

29

735

21.50.94

G2P0A1 H ATERM

30

KALA I FASE AKTIF

736

20.40.36

G2P1A0 H ATERM

38

KALA I FASE LATEN

737

07.09.95

G3P2A0 H 42MG

26

738

21.52.19

G4P3A0 H 41MG

38

739

20.40.37

G5P3A1 H 42MG

36

740

19.03.73

G2P1A0 H ATERM

20

KALA I FASE AKTIF

741

21.51.77

G1P0A0 H 39MG

29

KALA II LAMA

742

12.85.47

G3P2A0 H 41MG

30

PRO INDUKSI

743

21.53.93

G3P1A1 H ATERM

22

KALA I FASE AKTIF

744

21.53.78

G2P1A0 H 41MG

24

KALA I FASE AKTIF

KALA I FASE AKTIF, HT

745

21.53.43

G2P0A1 H ATERM

38

KALA I FASE LATEN, KPD

746

21.52.95

G2P1A0 H 39MG

22

KALA I FASE LATEN

747

21.51.38

G4P3A0 H ATERM

40

KALA II

748

21.55.45

G2P1A0 H 42MG

23

KALA I FASE AKTIF

749

20.50.55

G2P1A0 H ATERM

25

KALA I FASE LATEN

750

15.57.69

G2P1A0 H 39MG

27

751

21.55.13

G2P1A0 H ATERM

26

752

21.54.42

G2P1A0 H 340MG

22

KALA I FASE LATEN

753

21.55.29

G3P2A0 H ATERM

28

KALA 1 FASE AKTIF

754

21.55.27

G3P2A0 H ATERM

31

KALA 1 FASE AKTIF, GEMILLY

755

21.55.23

G3P2+1A0 H 40MG

33

INPARTU

756

16.11.90

G1P0A0 H 41MG

30

KALA 1, FASE LATEN

757

21.53.88

G5P4A0 H 41MG

38

KALA 1, FASE LATEN

758

21.53.42

G3P1A1 H 39MG

37

KPD+PEB

759

21.58.15

G2P1A0 H 39MG

24

KALA I FASE LATEN. BSC 3 THN LL

760

21.60.29

G2P1A0 H 38 MG

43

KALA I FASE AKTIF

761

21.56.64

G1P0A0 H 38 MG

23

INPARTU

762

21.58.85

G2P1A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN

763

21.57.50

G2P1A0 H ATERM

30

INPARTU KALA I FASE AKTIF

764

21.59.60

G2P1A0 H 41 MG

38

INPARTU KALA I FASE AKTIF

765

21.57.76

G1P0A0 H 40 MG

26

INPARTU KALA I FASE AKTIF

766

21.46.12

G3P2A0 H 41 MG

32

INPARTU KALA I FASE AKTIF

767

21.57.44

36

INPARTU KALA I FASE AKTIF

768

21.57.90

G2P1A0 H 37 MG IBU MELAHIRKAN DI RUMAH

769

20.62.86

G3P1A1 H 38 MG

29

INPARTU KALA I FASE AKTIF

770

21.60.99

G2P1A0 H ATERM

19

INPARTU KALA I FASE AKTIF + HT

771

21.46.81

G3P2A0 H ATERM

22

INPARTU KALA I FASE AKTIF + HT

772

20.64.00

G2P1A0 H ATERM

24

INPARTU KALA I FASE AKTIF

773

21.53.16

G2P1A0 H ATERM

23

PRO INDUKSI

774

21.57.24

G4P2A1 H 38 MG

38

KPD

775

21.61.44

G1P0A0 H ATERM

18

INPARTU + KPD

776

21.56.05

G1P0A0 H 33 MG

21

INPARTU KALA II

777

16.38.89

G3P10 H 40 MG

27

INDUKSI PERSALINAN

778

21.56.50

G4P4A0 H POST TERM

34

KETUBAN KUNING + LEWAT BULAN

779

20.96.54

G3P2A0 H 39 MG

29

INPARTU KALA I FASE LATEN

780

12.59.28

G1P0A0 H 41 MG

18

KPD

781

21.60.73

G1P0A0 H 41 MG

22

PRO INDUKSI

782

17.04.11

G1P0A0 H ATERM

22

INPARTU KALA I FASE LATEN + KPD

783

21.58.00

G4P3A0 H 31 MG

40

PPI

784

21.62.92

G4P3A0 H 40 MG

41

INPARTU

785

21.29.99

G3P2AO H 41 MG

37

INPARTU KALA I FASE LATEN

20

786

21.55.21

G2P0A1 H 39 MG

22

INPARTU KALA I FASE LATEN

787

21.60.86

G3P1A1 H 40 MG

28

PRO INDUKSI

788

18.18.52

G4P3A0 H ATERM

44

INPARTU KALA I FASE LATEN + PER

789

21.57.74

G1P0A0 H 41 MG

21

INPARTU KALA I FASE LATEN

790

19.68.43

G2P2A0 H ATERM

20

INPARTU KALA I FASE AKTIF

791

20.42.55

G3P2A0 H ATERM

29

INPARTU KALA I FASE LATEN + KPD

792

17.74.76

793

21.58.95

G3P2A0 H ATERM

23

KALA I FASE AKTIF, PEB, CPD

794

21.60.21

G1P0A0 H 32MG

22

PPI

795

17.74.76

G3P1A1 H 39MG

39

KPD

796

06.28.27

G4P3A0 H 41MG

42

797

21.62.35

G1P0A0 H 40 MG

43

798

21.62.91

G3P2A0 H 40MG

32

KALA I FASE LATEN

799

21.57.93

G2P1A0 H ATERM

29

KALA I FASE AKTIF, PEB

800

21.56.67

G2P1A0 H 40MG

30

KALA II, HT

801

21.25.51

G1P0A0 H 40MG

38

KALA I FASE AKTIF

802

21.54.06

G1P0A0 H ATERM

26

KALA I LAMA

803

21.53.37

G4P2A1 H 34MG

39

PLACENTA PREVIRIA, LETSU

804

21.55.43

G1P0A0 H 35MG

36

LETSU

805

21.62.23

G3P2A0 H 41MG

20

KALA I FASE LATEN

806

21.37.04

G2P1A0 H 42MG

29

KALA II

807

21.57.62

G1P0A0 H 37MG

19

KALA I FASE LATEN

PARTUS SC

PRO INDUKSI

22

808

21.51.02

G2P1A0 H 41MG

24

LETSU, PRO SC

809

21.51.56

G1P0A0 H 42MG

20

KALA I FASE LATEN

810

21.51.27

G3P1A1 H 40MG

24

KALA I FASE LATEN

811

21.51.42

G1P0A0 H 40MG

24

KALA I FASE LATEN, HT, CPD

812

21.51.55

G2P1A0 H ATERM

27

KALA I FASE LATEN, CPD

813

16.69.46

G3P1A1 H 37MG

29

KALA I FASE LATEN, OLOGOHIDROMNION

814

21.54.17

G2P0A1 H 36MG

35

GEMILLY, KPD

815

20.53.30

G3P1A1 H 38MG

31

SC ELEKTIF, BSC 8 TH LL

816

21.53.97

G2P1A0 H 40MG

30

SC ELWKTIF, BSC 11 TH LL, CPD

817

21.54.32

G2P1A0 H40 MG

32

KALA 1, CPD

818

21.53.30

G1P0A0 H 40 MG

19

KALA 1 FASE LATEN

819

21.53.87

G2P1A0 H41 MG

24

820

21.52.91

G3P2A0 H39MG

43

CPD INFARTU KALA 1 FASELATIN LETSU PROSC

821

21.56.79

G2P1A0 H 40 MG

23

INFARTU KALA 1 FASELATIN

822

21.56.76

G1P0A0 H 41 MG

29

INPARTU KALA I FASE LATEN + PEB

823

21.58.59

G3P2A0 H 40 MG

30

PRO SC ELEKTIF ( BSC 2X )

824

21.56.59

G4P2A1 H ATERM

38

PRO SC ELEKTIF BSC 12 THN YLL

825

21.58.35

G3P2A0 H 39 MG

29

KPD + BSC 2X + DM

826

15.51.42

G3P1 (1 PREMATUR)A0 H ATERM

32

PRO SC ELEKTIF (BSC 1X)

827

21.53.58

G4P3A0 H 37 MG

36

PRP SC ELEKTIF (BSC 3 YHN YLL)

828

21.54.62

G2P0A1 H ATERM

20

KALA I FASE LATEN

829

20.83.41

G4P3A1 H ATERM

40

KALA I FASE AKTIF

830

21.57.97

G3P2A0 H ATERM

19

CPD

831

21.58.71

G3P1A1 H ATERM

22

PEB, KALA I FASE LATEN

832

21.63.61

G3P1A1 H 41MG

24

PEB, KALA I FASE AKTIF

833

21.43.18

G1P0A0 H 38MG

20

KALA I FASE AKTIF, PER

834

21.63.93

G1P0A0 H 38MG

20

CONDILOMA, CPD

835

01.08.00

G2P0A1 H 39MG

22

KALA I FASE LATEN, PEB

836

21.31.73

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE AKTIF, PEB

837

21.58.97

G4P3A0 H 41MG

40

KALA II, BSC, CPD, KALA I AKTIF

838

21.31.50

G2P1A0 H ATERM

43

KALA I FASE LATEN, BSC 5 TH LL

839

13.68.52

G4P2A1 H ATERM

43

840

21.62.86

G3P2A0 H 39MG

29

RIWAYAT SC 2X, CPD RIWAYAT BSC 20 BLN YG LL, KALA I FASE AKTIF

841

21.62.87

G3P2A0 H ATERM

30

842

21.60.44

G1P0A0 H 32 MG

20

PEB

843

21.56.72

G2P1A0 H 39 MG

26

PRO SC ELEKTIF + BSC 2 THN LL

844

21.60.82

G2P1A0 H 36 MG

32

HAP

PARTUS NORMAL

36

845

21.64.56

G1P0A0 H 41MG

20

846

21.64.04

G2P1(+)A0 H 39MG

29

KALA I FASE AKTIF

847

20.18.06

G2P1(IUFD)A0 H 40MG

19

KALA I FASE LATEN

848

21.69.34

G1P0A0 H 28MG

22

KALA I FASE AKTIF

849

16.66.62

G2P1A0 H 41MG

24

KALA I FASE AKTIF

850

21.67.59

G1P0A0 H 38MG

20

KPD

851

11.58.72

G1P0A0 H 41MG

852

21.68.21

G2P1A0 H 39MG

23

KPD, KALA I FASE LATEN

853

21.70.01

G2P1A0 H ATERM

22

KALA I FASE LATEN

854

21.64.08

G1P0A0 H 41MG

21

KALA I FASE LATEN

855

15.48.31

G2P1A0 H ATERM

26

KPD

856

21.66.51

G2P1A0 H 40MG

25

KALA I FASE AKTIF

857

21.64.61

G3P2(+1)A0 H 39MG

29

858

14.52.84

G1P0A0 H 39MG

24

859

21.62.94

G2P1A0 H 38MG

23

KALA I FASE LATEN KALA I FASE AKTIF, RIWAYAT LAPARATOMY OLIGOHIDROMNION, INDUKSI PERSALINAN

860

16.76.88

G3P1A1 H 37MG

37

KPD

861

20.31.42

G1P0A0 H 40MG

20

KPD

862

61.67.61/01.67.61

G1P0A0 H 41MG

20

KALA I FASE LATEN

863

16.75.21

G1P0A0 H 39MG

20

KALA I FASE LATEN

KALA I FASE AKTIF

864

21.69.87

G2P1A0 H 36MG

26

KALA I FASE AKTIF, GEMILLY, PEB

865

21.70.40

G3P1A1 H 41MG

31

KALA I FASE LATEN

866

2176.93

G2P1A0 H AERM

23

KALA I FASE LATEN

867

21.70.67

G3P2A0 H 40MG

29

INDUKSI PERSALINAN

868

21.77.77

G3P2A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN

869

21.78.20

G4P3(+1)A1 H ATERM

36

LETSU, KALA I FASE LATEN

870

21.73.46

G2P1A0 H 40MG

23

REENSIO PLACENTA

871

21.71.60

G3P2A0 H 40MG

26

KALA I FASE AKTIF

872

11.30.32

G1P0A0 H 29MG

17

GEMILLY, KPD

873

21.68.03

G1P0A0 H 34MG

24

ANEMIA, KALA I FASE LATEN, IUFD

874

21.68.06

G1P0A0 H ATERM

43

KALA II, KALA I MEMANJANG

875

21.77.46

G2P1A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN

876

20.50.18

G2P1A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN

877

21.76.53

G1P0A0 H ATERM

30

INDUKSI PERSALINAN

878

21.75.32

G4P3(2+)A0 H 39MG

38

KALA I FASE LATEN

879

21.72.66

G1P0A0 H ?

26

KALA II, KALA I MEMANJANG

880

21.70.14

G1P0A0 H ATERM

32

881

21.31.45

G5P4A0 H 40MG

40

KALA I FASE LATEN, HT

882

21.75.55

G2P1A0 H 41MG

20

PRO INDUKSI

883

21.65.83

G1P0A0 H 42MG

29

KALA I FASE LATEN

884

21.70.85

G3P2+1)A0 H ATERM

29

KALA I FASE AKTIF, BSC 4 TH LALU

885

21.75.92

G2P1A0 H 39MG

22

KALA I FASE AKTIF

886

14.26.50

24

887

21.61.73

G2P1A0 H ATERM G3P2(+IUFD1)A0 H 41MG

33

PRO INDUKSI

888

21.22.93

G3P1A1 H 40 MG

36

KALA I FASE AKTIF

889

21.22.93

G3P1A1 H 40MG

37

KALA I FASE AKTIF

890

21.71.35

G1P0A0 H 38MG

20

KALA I FASE AKTIF, LETAK LINTANG

891

21.74.21

G6P5(+1)A0 H 38MG

44

KPD

892

21.76.58

G1P0A0 H 32MG

20

KPD,OLIGOHIDROMNION

893

21.74.34

G1P0A0 H 42MG

22

KALA I FASE LATEN

894

20.79.12

G1P0A0 H 37MG

21

KALA II

895

17.09.86

G1P0A0 H 34MG

22

KALA II

896

21.64.62

G5P4A0 H 37MG

37

KALA I FASE LATEN

897

21.73.56

G3P2A0 H 40MG

33

KPD

898

21.64.74

G1P0A0 H 39MG

24

CPD, KALA I FASE LATEN

899

21.72.71

G1P0A0 H 38MG

20

KALA I FASE LATEN

900

21.77.94

G1P0A0 H 40MG

23

KALA I FASE AKTIF

901

21.70.45

G4P2A1 H 30MG

47

KALA I FASE AKTIF

902

20.04.40

G5P4(+1)A0 H 27MG

44

KALA II

903

PARTUS SC

904

21.66.39

G3P1A1 H 38MG

26

905

17.73.10

G2P1A0 H ATERM

32

BSC 1/2 TH LL

906

21.66.45

G1P0A0 H 41MG

36

CPD

907

21.66.42

G3P2A0 H 39MG

20

LETSU

908

17.98.36

G2P0A1 H ATERM

29

LETSU

909

21.58.11

G4P3(1+)A0 H ATERM

40

LATAK LINTANG

910

19.41.40

G2P0A1 H 39MG

22

CPD, LETSU,POST LAPARATOMI

911

21.36.46

G1P0A0 H 38MG

24

LETSU

912

21.64.73

G4P1A2 H 38MG

41

KALA I FASE LATEN, PLACENTA PREVIRIA

913

21.64.67

G3P2A0 H 43MG

43

BSC 5 TH LL, BY BESAR

914

11.99.74

G3P2(+1)A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN, CPD

915

21.71.64

G2P1A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN, CPD

916

16.40.66

G3P0A2 H 38MG

30

CPD, PRO SC

917

20.69.31

G3P2A0 H ATERM

38

CPD, SC ELEKTIF

918

21.76.75

G2P1A0 H 41MG

26

INDUKSI PERSALINAN

919

21.76.71

G3P2A0 H ATERM

32

KALA I FASE AKTIF

920

21.69.79

G2P1A0 H 41MG

36

OBLIGET, HT, KALA I FASE AKTIF

921

21.62.21

G3P2A1 H ATERM

20

KALA I FASE LATEN, BSC 4 TH LL

922

00.69.28

G4P1A2 H 39MG

42

923

20.10.45

G5P3A1 H ATERM

46

BSC 4 TH LL, CPD PRO INDUKSI, ASEPTOR KB, SECONDARI ARREST

924

21.76.60

G4P2A1 H 37MG

46

PEB, INDUKSI PERSALINAN

925

21.61.82

G1P0A0 H 41MG

24

CPD

926

21.67.42

G1P0A0 H 42MG

20

KALA I FASE AKTIF, CPD

927

21.69.33

G1P0A0 H ATERM

20

KALA I FASE LATEN, KPD

928

21.69.38

G2P1A0 H 38MG

26

PRO SC, MOW, PEB

929

21.67.61

G1P0A0 H 41MG

18

KPD, KALA I FASE LATEN

930

18.43.48

G2P1A0 H 39MG

24

CPD

931

21.69.93

G1P0A0 H 40MG

23

SC ELEKIF, CDPD

932

21.69.59

G4P2A1 H 39MG

45

PEB, BSC 3 TH LL

933

21.64.71

G3P2A0 H 38MG

29

LETSU

934

07.24.62

G2P1A0 H 39MG

30

KALA I FASE AKTIF

935

21.64.77

G3P2A0 H 40MG

38

HEMOROID, BSC

936

21.14.88

G3P2A0 H ATERM

26

BSC 3 TH LL, ATONIA UTERI, CPD

937

18.30.04

G2P1A0 H ATERM

32

CPD, BSC 3 TH LL

938

21.61.61

G1P0A0 H ATERM

36

LETSU, PRO SC

939

21.71.29

G2P1A0 H 40MG

20

CPD,KALA I FASE LATEN

940

20.79.32

G2P1A0 H 38MG

29

PANGGUL SEMPIT, BSC 12 TH

941

21.75.76

G3P1A1 H ATERM

30

CPD

942

21.75.35

G2P1A0 H 43MG

22

INPARTU

943

20.78.68

G2P1A0 H 34MG

24

GEMILLY, KALA I FASE AKTIF

944

21.65.52

G2P1A0 H ATERM

22

BSC 4 TH LL, CPD

945

21.64.06

G2P1A0 H 34MG

24

BSC 5 TH LL, IUFD

946

20.76.87

G2P1A0 H 40MG

21

KALA I FASE LATEN

947

21.72.88

G6P4A1 H 40MG

37

PRO SC, MOW, PEB

948

21.67.37

G2P1A0 H 37MG

23

BSC 2 TH LL

949

21.71.40

G2P1A0 H 41MG

24

BSC, KALA I FASE LATEN

950

14.57.15

G2P1A0 H ATERM

43

KALA I FASE LATEN, CPD

951

21.72.01

G2P1A0 H ATERM

23

PRO SC, BSC 8 TH LL

952

21.72.21

G1P0A0 H ATERM

29

PRO SC, MYOMA UTERI, OLD PREMI, CPD

953

21.78.02

G5P4A0 H 39MG

30

CPD, KALA I FASE AKTIF

954

21.77.55

G7P4A2 H ATERM

38

CPD

955

21.79.41

G1P0A0 H 40MG

26

KALA I FASE AKTIF MEMANJANG

956

21.71.30

G5P4A0 H 38MG

32

PEB, CPD,KALA I FASE LATEN

957

21.77.42

G2P1A0 H 38MG

36

CPD, FEBRIS

958

21.68.59

G4P3A0 H 42MG

20

PEB, KALA I FASE LATEN

959

21.65.33

G1P0A0 H 28MG

29

PER

960

21.53.37

G4P2A1 H ATERM

19

HAP

961

21.74.35

G2P0A1 H 39MG

26

KPD

PARTUS SC

24

962

21.80.96

G3P2A0 H 39MG

29

KALA I FASE LATEN, KPD, PRES BO

963

21.80.55

G2P1A0 H 40MG

24

GAGAL INDUKSI

964

21.79.14

G3P2A0 H 40MG

28

PRO SC, PRES BO

965

21.80.30

G2P1A0 H 39MG

22

BSC 8 TH YG LL

966

15.71.52

G2P1(+)A0 H 38MG

28

CPD

967

11.79.93

G2P1A0 H ATERM

28

968

15.88.70

G3P2A0 H ATERM

27

SC ELEKTIF, CPD OLIGOHIDROMNION, INDUKSI PERSALINAN

969

21.79.93

G1P0A0 H 39MG

18

KALA II, FETAL DISTRESS

970

21.85.96

G2P1A0 H 40MG

22

971

15.71.54

G4P3A0 H 41MG

36

PLACENTA PREVIRIA INDUKSI PERSALINAN, KALA I FASE LATEN

972

11.53.76

G3P2A0 H 39MG

32

SC ELEKTIF, BSC 2X, CPD

973

21.69.41

G1P0A0 H 38MG

21

PEB, PRO INDUKSI, HBS AG+

974

21.71.09

G3P2A0 H 41MG

28

KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC

975

21.38.84

G1P0A0 H ATERM

24

KPD, KALA I FASE LATEN

976

18.11.77

G3P1A1 H ATERM

36

KPD,KALA I FASE AKTIF

977

12.32.86

G3P2A0 H ATERM

37

CPD, SC ELEKTIF

978

21.87.47

G2P1A0 H 38MG

43

BS 5 TH LL, KALA I FASE LATEN

979

13.21.33

G2P1A0 H 37MG

23

BSC 1 TH LL, PANGGUL SEMPIT

980

12.33.94

G3P2A0 H ATERM

29

SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD

981

21.54.53

G2P1A0 H 41MG

30

KALA I FASE AKTIF

982

21.86.33

G2P1A0 H ATERM

38

983

21.54.53

G2P1A0 H 37MG

26

SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC 6 TH LL, CPD

984

21.84.87

G1P0A0 H ATERM

21

KALLA II LAMA

985

21.46.58

G2P0A1 H 37MG

36

HAP, PLR

986

21.84.99

G1P0A0 H 40MG

20

KALA I FASE AKTIF

987

21.84.74

G1P0A0 H 39MG

29

KALA I FASE LATEN, KPD, PRES BO

988

21.41.42

G2P1A0 H ATERM

24

OLIGOHIDROMNION. LETSU, KALA II

989

21.86.38

G3P3A0 H ATERM

22

KALA I FASE AKTIF

990

21.86.30

G2P1A0 H ATERM

24

KALA II, FASE LATEN

991

21.85.88

G1P0A0 H 41MG

21

KALA I FASE LATEN

992

20.96.05

G1P0A0 H 39MG

35

KPD

993

21.65.78

G1P0A0 H ATERM

20

CPD, KALA I FASE LATEN

994

20.78.39

G1P0A0 H 40MG

20

KALA I FASE LATEN, CPD

995

11.55.73

G5P4A0 H 39MG

36

LETAK SUNTANG

996

21.89.81

G4P3A0 H ATERM

36

CPD

997

21.90.53

G2P1A0 H ATERM

32

GEMILLY, LETSU

998

14.38.73

G5P1A3 H 40MG

38

KALA I FASE LATEN, CPD

999

21.84.06

G1P0A0 H 39MG

21

KALA I FASE LATEN, KPD

1000

19.39.79

G2P1A0 H ATERM

20

BSC 6 TH LL, CPD

1001

21.79.11

G1P0A0 H ATERM

19

KPD

1002

21.88.00

G2P1A(+1)A0 H 40MG

22

KALA I FASE KTIF, FETAL DISTRESS

1003

21.90.25

G1P0A0 H ATERM

24

CPD, GAGAL INDUKSI

1004

21.64.79

G2P1A0 H ATERM

43

CPD

1005

21.91.09

G4P3A0 H ATERM

43

KALA I FASE LATEN

1006

21.87.99

G1P0A0 H 38MG

29

INDUKSI PERSALINAN, FETAL DISTRESS

1007

21.87.82

G2P1A0 H 40MG

30

CPD, BSC

1008

15.88.03

G2P1A0 H 39MG

38

SC ELEKTIF, BSC 3 TH LL

1009

21.88.03

G3P0A2 H ATERM

26

KALA I FASE LATEN

1010

21.84.16

G4P2A1 H 40MG

32

GAGAL INDUKSI

1011

21.91.87

G2P1(+)A0 H 40MG

36

INPARTU

1012

21.14.59

G1P0A0 H ATERM

20

MYOMA UTERI

1013

11.10.32

G2P0A1 H 37MG

29

LETAK LINTANG

1014

21.92.57

G1P0A0 H 40MG

19

CPD

1015

16.33.81

G3P2A0 H 39MG

22

1016

21.81.10

G6P5 (1+)A0 H 35MG

40

BSC 2X, SC ELEKTIF INPENDING EKLAMSIA, KALA I FASE AKTIF

1017

21.91.80

G1P0A0 H 38MG

38

KPD, OLD PREMI

1018

21.39.49

G4P1A2 H ATERM

43

KALA I FASE LATEN

1019

21.91.91

G1P0A0 H ATERM

22

KALA I FASE AKTIF, LETSU

1020

21.49.37

G4P3A0 H 41MG

45

PLACENTA PREVIRIA

1021

21.81.43

G3P2A0 H 37MG

36

GEMILLY, KALA I FASE LATEN

PARTUS NORMAL 1022

21.81.11

G3P0A2 H 40MG

33

KALA II

1023

21.79.51

G3P2A0 H ATERM

30

PRO INDUKSI

1024

21.80.52

G1P0A0 H 40MG

19

KALA I FASE LATEN

1025

21.79.10

G1P0A0 H 38MG

21

KALA I FASE LATEN, KPD

1026

21.82.81

G3P2A0 H 38MG

30

KALA I FASE LATEN

1027

21.81.75

G3P2A0 H 37MG

36

KPD, KALA I FASE LATEN

1028

21.82.34

G1P0A0 H 39MG

24

KALA I FASE AKTIF

1029

21.87.28

G3P2(1+)A0 H 41MG

43

KALA I FASE AKTIF

1030

21.84.69

G1P0A0 H ATERM

23

KALA I FASE LATEN

1031

21.78.93

G4P3A0 H 36MG

44

LETSU, KALA II

1032

20.25.58

G5P3A1 H 39MG

40

KALA I FASE AKTIF

1033

21.39.42

G2P1A0 H 40MG

38

INPARTU

1034

21.82.57

G1P0A0 H 39MG

26

KALA I FASE LATEN

1035

21.80.14

G3P2A0 H 38MG

32

KALA I FASE AKTIF

1036

21.87.92

G2P1A0 H 39MG

36

KALA I FASE AKTIF

1037

21.83.04

G1P0A0 H 42MG

20

INDUKSI PERSALINAN

1038

08.63.81

G3P2A0 H 40MG

29

INDUKSI PERSALINAN

1039

21.86.67

G2P1A0 H ATERM

19

KALA I FASE AKTIF

1040

14.55.80

G9P7(3+)A1 H 39MG

40

KALA I FASE LATEN

1041

21.76.43

G1P0A0 H 39MG

24

KALA I FASE LATEN

1042

21.84.72

G5P3A1 H 39MG

40

IUFD

1043

21.79.98

G3P2A0 H 40MG

38

KALA I FASE AKTIF

1044

21.85.93

G3P2(2+)A0 H 40MG

32

KALA I FASE AKTIF

1045

21.84.00

G2P1A0 H 35MG

25

1046

21.89.40

G1P0A0 H 37MG

20

KALA II LAMA

1047

20.32.59

G2P1A0 H 42MG

25

KALA I FASE LATEN, FETAL DISTRESS

1048

13.15.82

G3P2A0 H 39MG

27

KALA I FASE LATEN

1049

21.90.93

G2P1A0 H 40MG

27

KALA I FASE LATEN

1050

18.58.18

G2P1A0 H 38MG

28

KPD, PRO INDUKSI

1051

21.76.39

G4P1(+1)A2 H ATERM

40

KALA I FASE AKTIF, PER

1052

15.92.88

G2P1A0 H 37MG

23

KALA I FASE LATEN

1053

18.26.61

G2P0A1 H 40MG

23

PRO INDUKUKSI PERSALINAN

1054

21.87.50

G4P2A1 H 41MG

35

PRO INDUKSI

1055

14.09.96

G2P1A0 H 38MG

30

KALA I FASE LATEN

1056

07.14.47

G3P2A0 H 36MG

38

KALA I FASE AKTIF

1057

21.90.01

G2P1A0 H ATERM

26

KALA II

1058

21.91.74

G3P2A0 H 39MG

32

KALA I FASE AKTIF

1059

21.90.38

G1P0A0 H ATERM

20

KALA I FASE LATEN

1060

21.78.00

G2P1A0 H 38MG

20

KALA II

1061

21.82.41

G4P5A0 H 38MG

29

KALA I FASE LATEN

1062

21.88.61

G2P1A0 H ATERM

19

INPARTU

1063

21.89.38

G3P2A0 H 39MG

22

KALA I FASE AKTIF

1064

21.91.92

G1P0A0 H ATERM

24

INDUKSI PERSALINAN

1065

21.90.98

G2P0A1 H ATERM

22

KALA I FASE LATEN

1066

21.77.82

G2P1A0 H 39MG

24

INDUKSI PERSALINAN

1067

15.27.38

G2P1A0 H 38MG

26

KALA I FASE AKTIF

1068

21.92.64

G2P1A0 H 40MG

21

KALA I FASE AKTIF

1069

21.91.24

G1P0A0 H 40MG

21

PRO INDUKSI

1070

21.92.15

G2P1A0 H 38MG

27

INPARTU

1071

21.08.99

G3P2A0 H ATERM

28

KALA I FASE LATEN

1072

21.92.53

G2P1A0 H 41MG

24

KALA I FASE LATEN

1073

21.89.37

G3P2A0 H 40MG

38

KALA I FASE LATEN, KPD

1074

21.91.03

G1P0A0 H ATERM

21

KALA II

1075

21.90.45

G2P1A0 H 37MG

29

KPD

1076

21.93.24

G3P2(+1)A0 H 36MG

34

1077

18.91.38

G1P0A0 H 42MG

20

PEB, KPD KALA I FASE LATEN, RUPTUR PERINEUM TK IV

1078

21.90.52

G2P1A0 H 40MG

22

KALA I FASE LATEN

1079

21.15.00

G3P1A1 H 39MG

24

PER

1080

21.87.97

G2P1A0 H ATERM

23

KALA II

G1P0A0 H 40MG

20

KALA I FASE LATEN CPD, BSC 5 TH LL

PARTUS DG VE 1081

21.90.70 PARTUS SC

1082

09.33.41

G1P1A0 H ATERM

18

1083

21.93.30

G1P0A0 H 41MG

28

KPD

1084

21.94.17

G1P0A0 H 42MG

22

KALA II LAMA

1085

07.14.29

G3P2A0 H 37MG

25

RIWAYAT SC 6 TH LL, CPD

1086

21.74.25

G3P1A1 H 40MG

29

PLR, LETSU

1087

14.83.22

G3P1A1 H ATERM

27

BSC 4 TH LL

1088

21.81.61

G2P1A0 H 39MG

23

PRO SC ELEKTIF, BSC 8 TH LL

1089

21.98.13

G3P1A1 H 39MG

31

BSC 4 TH LL, PRO SC, CPD

1090

12.03.88

G3P1A1 H 39MG

30

SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD

1091

21.94.93

G1P0A0 H 36MG

36

OLD PRIMI, PER, KPD

1092

21.67.22

G2P1A0 H ATERM

26

PRO INDUKSI, KPD

1093

21.99.08

G1P0A0 H 36MG

20

PRO INDUKSI, PEB

1094

11.84.23

G2P0A1 H 34MG

21

PLACENTA PREVIRIA

1095

21.96.09

G3P2A0 H 38MG

29

PRO SC, BSC 2X, MOW

1096

11.06.57

G3P1A0 H POST TERM

1097

15.42.96

G4P2A2 H 40MG

40

CPD

1098

21.98.53

G1P0A0 H 41MG

19

CPD, KALA I FASE AKTIF

1099

21.99.32

G1P0A0 H ATERM

23

KPD

1100

21.95.43

G2P0A1 H 42MG

22

SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD

1101

21.98.50

G1P0A1 H 39MG

20

KALA I FASE LATEN, LETSU

1102

21.99.10

G2P1A0 H ATERM

22

LETSU, KALA I FASE AKTIF

1103

21.89.22

G1P0A0 H 39MG

20

LETSU, PRO SC

KALA I FASE LATEN, BSC 3 TH LL

1104

22.04.84

G3P2A0 H 39MG

32

KALA I FASE LATEN, KPD

1105

22.05.57

G3P2A0 H ATERM

27

KALA I FASE LATEN

1106

22.03.46

G2P1A0 H 38MG

27

KPD

1107

22.04.71

G1P0A0 H 41MG

19

KALA II LAMA

1108

22.02.14

G2P1A0 H 36MG

22

BSC 4 TH LL, CPD

1109

22.04.81

G3P2A0 H ATERM

37

KPD, KALA I FASE LATEN

1110

22.01.16

G2P1A0 H 38MG

24

PRO SC, BSC 4, 5TH

1111

22.02.69

G1P0A0 H 39MG

19

KPD, KALA I FASE LATEN

1112

19.37.64

G1P0A0 H 398MG

20

KPD, CPD

1113

21.96.77

G2P1A0 H 41MG

23

CPD, BSC

1114

21.97.96

G1P0A0 H 40MG

25

PRO SC, KALA I FASE AKTIF

1115

21.96.99

G2P1A0 H 41MG

24

INDUKSI PERSALINAN,CPD

1116

07.84.31

G1P0A0 H 40MG

22

KALA I FASE LATEN, KPD

1117

20.38.61

GIP0A0 H 39 MG

23

1118

21.99.22

G1P0A0 H 41MG

21

KPD, KALA I FASE LATEN

1119

22.07.30

G2P0A1 H 37MG

24

HAP

1120

22.02.09

G1P0A0 H H 42MG

20

INDUKSI PERSALINAN, CPD

1121

22.01.00

G3P2A0 H 36MG

23

GEMILLY,HT

1122

21.99.60

G2P1A0 H ATERM

25

KPD

1123

22.07.23

G1P0A0 H 38MG

21

KALA I FASE LATEN, CPD

1124

22.06.65

G5P3A1 H 36MG

40

PEB

1125

22.08.24

G1P0A0 H 43MG

25

KALA I FASE LATEN, KPD, OBLIGHT

1126

22.07.66

G2P1A0 H ATERM

22

KALA I FASE LATEN, BSC 3 TH LL, CPD

1127

21.76.14

G2P1A0 H ATERM

25

PRO SC, BSC II TH LL

1128

22.07.94

G2P1A0 H 38MG

24

CPD, PRO SC

1129

22.07.67

G2P1A0 H 37MG

26

PEB, OLIGOHIDROMNION, BSC, PRO SC

1130

22.08.08

G3P1A1 H 38MG

29

PRO SC ELEKTIF, CPD

1131

21.95.36

G2P0A1 H ATERM

22

INDUKSI PERSALINAN, CPD

1132

11.42.01

G2P0A1 H 41MG

25

KALA I FASE LATEN, PEB

1133

22.00.05

G1P0A0 H 40MG

21

OLIGOHIDROMNION, PRO INDUKSI

1134

22.01.81

G2P1A0 H 36MG

22

(1 HDP, 1 IUFD), GEMILLY

1135

22.01.94

G1P0A0 H 42MG

20

SC ELEKTIF

1136

22.02.38

G1P0A0 H 38MG

20

KALA I FASE AKTIF, CPD

1137

22.00.49

G2P1A0 H 37MG

25

BSC 3,5 TH LL, OLOGOHIDROMNION

1138

22.05.68

G1P0A0 H 38MG

22

KPD

1139

21.98.05

G1P0A0 H ATERM

20

KALA I FASE AKTF

1140

22.09.58

G2P1A0 H 38 MG

23

1141

21.96.41

G3P2A0 H 36MG

27

GEMILLY

1142

21.97.50

G2P1A0 H 37MG

22

KALA I FASE LATEN, BSC 6 TH LL

1143

22.09.58

G2P1A0 H ATERM

25

OLIGOHIDROMNION

1144

22.04.29

G2P0A1 H 39MG

26

KALA I FASE LATEN

1145

22.09.93

G1P0A0 H 38MG

21

KALA I FASE AKTIF, CPD

1146

09.01.64

G3P2A0 H 38MG

39

KPD, PEB, SC ELEKTIF, CPD

1147

22.09.60

G2P1A0 H ATERM

22

CPD, PRO SC

1148

12.86.97

G2P1A0 H 39MG

24

BSC 5 TH LL, CPD

1149

22.09.85

G1P0A0 H 36MG

21

KALA I FASE LATEN

1150

17.80.67

G5P2A1 H 38MG

40

PEB

1151

22.06.09

G3P2A0 H 42MG

36

KALA I FASE LATEN

1152

21.91.31

G3P2A0 H 37MG

33

BSC 7 TH LL 2 X, CPD

1153

22.08.71

G2P1A0 H ATERM

34

KALA I FASE LATEN, BSC 1,5 TH

PARTUS NORMAL 1154

21.93.28

G3P2A0 H 42MG

39

KALA I FASE LATEN

1155

21.94.12

G2P1A0 H 39MG

20

KALA I FASE AKTIF

1156

21.95.16

G1P0A0 H 37MG

21

KALA I FASE LATEN

1157

21.95.05

G4P3A0 H 40MG

36

KALA I FASE LATEN

1158

22.00.08

G2P1A0 H ATERM

32

KALA I FASE AKTF

1159

22.01.07

G1P0A0 H 40MG

26

KALA I FASE LATEN

1160

10.09.14

G3P2A1 H ATERM

30

PRO INDUKSI

1161

13.12.28

G3P1(+1)A1 H 37MG

37

KPD

1162

18.87.73

G3P2A0 H 40MG

33

HT, KALA I FASE LATEN

1163

21.95.10

G4P3A0 H 41MG

43

KALA I FASE AKTIF, LETSU

1164

21.96.10

G5P4(4+)A0 H ATERM

38

KALA I FASE AKTIF

1165

21.97.44

G3P0A2 H 37MG

29

KALA I FASE AKTIF, PEB, OLD PRIMI

1166

12.904

G2P1A0 H 40 MG

30

INDUKSI PERSALINAN

1167

21.94.90

G3P1A1 H ATERM

38

KALA I FASE AKTIF, KALA I MEMANJANG

1168

21.95.17

G1P0A0 H 24MG

26

KALA II

1169

22.03.44

G3P2A0 H ATERM

32

KALA I FASE AKTIF

1170

16.30.29

G2P1A0 H ATERM

36

KALA I FASE AKTIF

1171

21.99.63

G1P0A0 H 40MG

20

PRO INDUKSI PERSALINAN

1172

22.00.89

G1P0A0 H ATERM

29

KALA I FASE AKTIF

1173

12.98.10

G4P1A2 H 40MG

38

KALA I FASE LATEN

1174

22.01.08

G5P2A2 H 38MG

40

KALA I FASE AKTIF

1175

22.04.06

G3P1A1 H 39MG

28

KALA I FASE LATEN

1176

22.06.48

G2P1A0 H 40MG

24

KALA I FASE AKTIF

1177

22.04.90

G2P1A0 H ATERM

23

1178

22.04.28

G2P1A0 H ATERM

22

KALA I FASE LATEN

1179

21.48.86

G1P0A0 H 38MG

20

KALA I FASE LATEN, GE

1180

22.01.03

G2P1A0 H 36MG

28

KPD, BSC 8 TH LL

1181

21.92.51

G2P1A0 H 43MG

26

INDUKSI PERSALINAN

1182

21.08.42

G1P0A0 H 38MG

21

KALA I FASE LATEN

1183

21.99.84

G2P1A0 H 40MG

24

GE, KALA I FASE LATEN

1184

21.97.39

G2P1A0 H 40MG

29

KALA I FASE AKTIF, KPD

1185

21.67.87

G3P2A0 H 35MG

27

1186

18.06.67

G1P0A0 H 40MG

20

PEB KALA I FASE LATEN, INDUKSI PERSALINAN

1187

22.04.67

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE AKTIF

1188

10.80.05

G3P2A0 H 37MG

27

OLIGOHIDROMNION, PRO INDUKSI

1189

22.07.08

G1P0A0 H 38MG

25

INDUKSI PERSALINAN

1190

22.06.96

G1P0A0 H ATERM

20

PRO INDUKSI

1191

22.02.43

G2P1A0 H 36MG

36

KPD

1192

22.09.22

G1P0A0 H ATERM

19

KALA I FASE LATEN

1193

22.05.75

G1P0A0 H ATERM

20

KALA I FASE AKTIF

1194

22.08.67

G2P1A0 H 40MG

22

KALA I FASE LATEN

1195

22.07.32

G2P1A0 H 40MG

22

KALA I FASE LATEN

1196

22.05.37

G2P1A0 H 26MG

23

PRO INDUKSI, HYGONOMA COLLI

1197

22.06.57

G1P0A0 H ATERM

21

KALA I FASE LATEN, KPD

1198

22.04.89

G2P1A0 H ATERM

25

KALA I FASE AKTIF

1199

21.12.58

G3P2A0 H 40MG

27

PRO INDUKSI

1200

21.98.54

G2P1A0 H 39MG

23

KALA II RUPTUR PERINEUM

1201

21.98.48

G1P0A0 H 41MG

19

KALA I FASE LATEN, RUPTUR TUBA

1202

21.56.86

G2P1A0 H 38MG

27

KPD, INDUKSI

1203

22.04.76

G1P0A0 H 36MG

19

KALA II

1204

21.52.26

G4P3A0 H ATERM

40

KALA I FASE AKTIF

1205

22.03.60

G3P2A0 H 41MG

41

PER, KALA I FASE LATEN

1206

21.95.85

G2P1A0 H 31MG

25

KPD

1207

10.69.25

G1P0A0 H 40MG

19

INDUKSI PERSALINAN

1208

22.02.97

G3P2A0 H 41MG

32

KALA I FASE AKTIF, PER

1209

21.73.19

G4P2A1 H 39MG

40

KALA I FASSE LATEN

1210

22.09.40

G2P1A0 H 40MG

27

INDUKSI PERSALINAN

1211

05.33.75

G5P4A0 H 40MG

40

KALA I FASE AKTIF, ODEM PARU

1212

22.09.21

G2P1A0 H ATERM

30

KALA I FASE LATEN

1213

22.02.94

G2P1A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN

1214

22.00.96

G3P2A0 H 38MG

38

KPD

1215

18.81.90

G4P0A3 H ATERM

38

KALA I FASE LATEN

1216

22.09.37

G3P1A1 H 38MG

37

KPD, PRO INDUKSI

1217

21.94.93

G1P0A0 H 34MG

24

KPD

1218

21.95.03

G1P0A0 H 37 MG

20

LETAK LINTANG

PARTUS DG VE 1219

22.05.63

G2P1A0 H ATERM

23

KALA I FASE LATEN

1220

22.07.22

G1P0A0 H ATERM

19

KALA I FASE LATEN

KPD 1221

21.94.93

G1P0A0 H 34MG

20

1222

21.95.03

G1P0A0 H 37 MG

19

PARTUS DG SC

LETAK LINTANG

1223

21.17.34

G1P0A0 H 34MG

24

PLACENTA PREVIRIA

1224

19.92.98

G1P0A0 H 40MG

19

KPD, KALA I FASE LATEN

1225

22.10.39

G3P2A0 H 34MG

26

HAP

1226

22.07.73

G1P0A0 H 41MG

23

KALA I FASE LATEN, CPD

1227

22.10.21

G4P3A1 H 40MG

33

LETSU, PRO SC

1228

21.10.03

G2P1A0 H ATERM

23

KALA I FASE LATEN, CPD

1229

14.85.13

G2P1A0 H ATERM

23

PRO SC

1230

22.11.47

G1P0A0 H 39MG

20

KALA I FASE AKTIF, GEMILLY

1231

22.10.17

G1P0A0 H 42MG

30

CPD, SEROTONITIS

1232

21.329.62

G1P0A0 H 38MG

38

SC ELEKTIF, CPD

1233

22.10.23

G4P2A1 H 40MG

36

1234

22.04.05

G2P1A0 H 39MG

32

BSC 4 TH LL, PASANG IUD, CPD KALA I FASE LATEN, BSC 11 TH LL, FETAL DISTRESS

1235

21.11.59

G2P1A0 H 40MG

24

OLIGOHIDROMNION

1236

22.13.52

G1P0A0 H 41MG

20

KALA I FASE LATEN, FETAL DISTRESS

1237

11.21.97

G2P1A0 H 40MG

29

LETSU, PRO SC

1238

21.81.25

G3P2A0 H 37MG

37

PEB, BSC 2X

1239

22.13.32

G1P0A0 H 42MG

22

PEB, PRO SC

1240

22.12.94

G2P1A0 H 33MG

24

HAP

1241

15.92.11

G2P1A0 H 36MG

22

KALA I FASE LATEN, LETSU

1242

22.12.71

G2P1A0 H 40MG

24

PRO SC 5 TH LL

1243

12.06.36

G3P2A0 H 36MG

29

LETAK LINTANG

1244

22.14.96

G1P0A0 H 39MG

21

OLD PREMI,PRO SC

1245

21.98.68

G3P1A1 H 35MG

31

LETSU, HIDROMNION

1246

22.16.14

G3P1A1 H ATERM

32

CPD, BSC 6 TH LL

1247

22.16.02

G3P2A0 H ATERM

36

MOW, CPD, BSC 2X

1248

22.17.79

G1P0A0 H ATERM

20

PRO SC, LETSU

1249

19.57.30

G1P0A0 H ATERM

18

LETSU, OLIGOHIDROMNION

1250

22.10.56

G2P1A0 H 38MG

26

PRO SC, BSC 7TH LL, CPD

1251

19.16.89

G2P1A0 H ATERM

32

CPD, SC ELEKTIF

1252

22.13.50

G4P2A1 H 30MGG

40

PEB

1253

22.17.07

G2P1A0 H 42MG

20

KALA II, LETSU

1254

22.17.93

G2P1A0 H 39MG

29

PRO SC

1255

17.32.60

G3P2A0 H ATERM

39

PRO SC, MOW

1256

22.12.07

G2P1A0 H 42MG

22

GAGAL INDUKSI, CPD

1257

22.19.62

G2P1A0 H 38MG

24

PRO SC, BSC 9 TH, CPD

1258

22.22.06

G2P1A0 H 40MG

28

HAP, KPD

1259

22.17.80

G3P2A0 H ATERM

29

LETAK LINTANG

1260

22.20.59

G4P3A0 H ATERM

36

LETAK LINTANG

1261

22.24.38

G4P3(+1)A0 H 39MG

41

CPD, ASMA, DM

1262

13.31.12

G2P1A0 H 41MG

24

KALA II LAMA, FETAL DISTRESS

1263

21.08.43

G1P0A0 H 37MG

20

OLIGOHIDROMNION, KETSU

1264

22.23.58

G3P1A1 H 39MG

24

PRO SC, BSC 8 TH LL, FEBRIS

1265

G3P2(1+)A0 H ATERM

27

SC ELEKTIF, BSC 9 TH, CPD

1266

22.24.30 22.21.03

G1P0A0 H 35MG

20

PEB, KALA I FASE AKTIF

1267

22.19.93

G2P1A0 H 39MG

24

KALA II

1268

22.23.26

G2P0A1 H 39MG

22

KALA I FASE LATEN, LETSU

1269

22.18.53

G1P0A0 H ATERM

21

KALA I MEMANJANG

1270

22.25.17

G1P0A0 H 30MG

18

KALA I FASE LATEN, KPD

1271

22.15.94

G1P0A0 H 38MG

20

KALA II LAMA, LETSU, FETAL DISTRESS

1272

22.23.57

G3P1(+)A 1 H ATERM

29

PEB, BSC 1 TH LL,LINTANG

1273

22.17.06

G1P0A0 H 41MG

22

KALA I FASE AKTIF

1274

22.20.38

G1P0A0 H 40MG

24

KALA I FASE LATEN

1275

22.16.94

G3P2A0 H 36MG

38

KALA I FASE LATEN, LETSU, KPD

1276

13.57.16

G2P1A0 H ATERM

24

KALA II, LETAK LINTANG

1277

22.11.38

G2P1A0 H 40MG

22

HT, KALA I FASE AKTIF

1278

13.08.58

G2P1A0 H ATERM

26

PEN, KALA I FASE AKTIF

1279

22.16.43

G2P1A0 H ATERM

24

KALA I FASE AKTIF, BSC 6 TH LALU

1280

21.89.90

G2P0A1 H 39MG

24

LETSU

1281

22.17.09

G2P1A0 H ATERM

22

BSC 2 TH LL, CPD

1282

22.24.23

G1P0A0 H 39MG

20

CPD

1283

22.21.08

G1P0A0 H 37MG

21

GEMILLY, SC ELEKTIF

1284

22.24.61

G2P1A0 H 39MG

26

PRO SC, BSC 11 TH LL

1285

18.14.70

G1P0A0 H ATERM

22

PER, GEMILLY, LETSU

PARTUS NORMAL 1286

22.11.74

G2P1A0 H 41MG

24

KALA I FASE LATEN, INDUKSI PERSALINAN

1287

22.11.41

G2P1A0 H ATERM

29

BSC 1X, KPD

1288

22.10.26

G2P1A0 H ATERM

21

KALA I FASE AKTI

1289

11.07.39

G3P2A0 H 39MG

29

KPD, KALA I FASE LATEN

1290

22.08.66

G1P0A0 H 32MG

18

GEMILLY, KALA I FASE AKTIF

1291

22.17.27

G2P1A0 H 38MG

26

KALA I FASE AKTIF

1292

22.15.02

G1P0A0 H 40MG

32

KALA I FASE AKTIF

1293

22.15.40

G4P3(+1)A0 H 40MG

40

KALA I FASE LATEN

1294

14.67.65

G3P2A0 H ATERM

20

KALA I FASE LATEN

1295

22.12.55

G1P0A0 H 39MG

29

KALA I FASE LATEN

1296

22.05.20

G3P2A0 H 39MG

39

KALA I FASE LATEN

1297

22.13.59

G4P1A2 H ATERM

43

KALA I FASE LATEN

1298

22.12.98

G1P0A0 H ATERM

24

KALA I FASE LATEN

1299

22.12.93

G3P1A1 H ATERM

28

KPD, KALA I FASE LATEN

1300

22.16.54

G2P1A0 H ATERM

29

INDUKSI PERSALINAN

1301

22.15.49

G1P0A0 H 39MG

20

KALA I FASE LATEN

1302

14.20.44

G3P2A0 H 38MG

41

KALA I FASE LATYEN

1303

22.20.11

G1P0A0 H 38MG

24

OLIGOHIDROMNION, PRO INDUKSI

1304

22.21.10

20

KALA I FASE LATEN

22.17.84

G1P0A0 H 41MG G5P4(+1 IUFD)A0 H ATERM

1305

44

PRO INDUKSI

1306

19.23.37

G4P1A2 H 38MG

40

KALA I FASE LATEN

1307

11.82.76

G4P3A0 H ATERM

34

KALA I FASE AKTIF

1308

22.16.07

G4P3A0 H 40MG

36

INPARTU

1309

22.15.80

G3P2A0 H ATERM

33

INPARTU

1310

22.15.42

G2P1A0 H 39MG

33

KALA I FASE LATEN

1311

22.22.78

G3P2A0 H 40MG

35

INPARTU

1312

22.05.17

G1P0A0 H ATERM

20

KALA I FASE LATN, PRIMI MUDA

1313

09.58.03

G3P2A0 H 41MG

30

KALA I FASE LATEN

1314

22.16.51

G2P1A0 H ATERM

23

KALA I FASE LATEBN

1315

21.42.41

G5P3A1 H 40MG

40

BSC 8 TH LALU, KALA I FASE AKTIF

1316

22.19.80

G6P4A1 H 41MG

41

KALA I FASE LATEN

1317

09.12.86

G3P2A0 H 40MG

40

KALA I FASE AKTIF

1318

19.36.74

G4P2A1 H 37MG

41

KPD, KALA I FASE LATEN

1319

22.18.50

G2P1A0 H ATERM

22

KALA II, KPD

1320

21.56.24

G1P0A0 H 36MG

36

KPD, KALA I FASE LATEN

1321

17.45.54

G1P0A0 H 40MG

18

KALA II, KPD

1322

22.19.63

G4P3A0 H ATERM

40

KALA II

1323

22.17.78

G1P0A0 H 39MG

26

PEB

1324

22.18.46

G3P1A1 H 38MG

32

KALA I FASE AKTIF

1325

00.60.18

G1P0A0 H 40MG

20

PRO INDUKSI

1326

19.37.65

G2P1A0 H 36MG

22

DM, IUFD

1327

22.25.75

G2P1A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN

1328

20.91.38

G1P0A0 H 37MG

27

INPARTU

1329

22.16.01

G4P3A0 H 40MG

42

KALA I FASE LATEN

1330

22.25.12

G4P3A0 H ATERM

36

KALA I FASE LATEN

1331

22.24.98

G2P1A0 H 42MG

28

OLIGOHIDRONION, PRO INDUKSI

1332

22.15.79

G1P0A0 H 40MG

19

INDUKSI PERSALINAN

1333

22.18.48

G3P2A0 H ATERM

36

KALA I FASE AKTIF, PER

1334

22.15.96

G3P2A0 H 41MG

41

INPARTU

1335

22.13.51

G3P2+1)A0 H 42MG

28

HT, KALA I FASE AKTIF

1336

22.16.32

G3P1A1 H 35MG

27

INPARTU

1337

22.20.70

G2P0A1 H 41MG

2

KALA I FASE AKTIF

1338

22.16.99

G3P2+1)A0 H 18MG

28

HYDROMACOLY, KALA I FASE LATEN

1339

22.21.88

G3P2A0 H ATERM

25

KALA II, BSC 13 BLN LL

1340

22.19.50

G5P4A0 H 43MG

36

PER, KALA I FASE AKTIF

1341

22.10.25

G2P1A0 H 38MG

22

KALA I FASE LATEN

1342

22.11.48

G4P2A1 H ATERM

34

KALA II

1343

22.19.67

G3P2A0 H ATERM

32

KALA I FASE AKTIF

1344

22.16.47

G2P1A0 H 38MG

19

PEB, KPD

1345

22.14.33

G4P3A0 H 35MG

41

FEBRIS

1346

22.16.48

G2P1A0 H 37MG

22

KALA I FASE LATEN

1347

22.15.44

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE AKTIF, KPD, ASMA

1348

22.26.63

G2P1A0 H 43MG

22

INPARTU

1349

21.97.20

G2P1A0 H 40MG

26

KPD, KALA I FASE LATEN

1350

20.40.86

G1P0A0 H 37MG

20

OLIGOHYDROMNION, PRO INDUKSI

1351

22.25.84

G1P0A0 H 41MG

20

LETSU, KALA I FASE AKTIF

1352

22.25.93

G2P1A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN

1353

22.22.70

G6P3A0 H 38MG

37

KALA II

1354

22.21.76

G3P1A1 H ATERM

32

KALA I FASE LATEN

1355

22.24.04

G1P0A0 H ATERM

18

1356

22.25.83

G3P1A1 H 41MG

30

PEB, KPD INDUKSI PERSALINAN, KALA I FASE LATEN

1357

22.24.01

G4P3A0 H 26MG

42

KALA I FASE LATEN,KPD

1358

22.25.10

G1P0A0 H 36MG

20

KALA I FASE LATEN

PARTUS VE 1359

22.18.80

G4P3A0 H ATERM

29

KALA I FASE LATEN

1360

22.24.25

G1P0A0 H 43MG

19

KALA I FASE AKTIF, KPD

PARTUS NORMAL 1361

22.28.51

G3P1A1 H 39MG

28

KALA I FASE LATEN

1362

22.27.52

G5P4A0 H ATERM

36

KALA I FASE AKTIF

1363

22.44.26

G2P0A1 H 39MG

27

KLA I FASE LATEN, KPD

1364

20.82.78

G2P1(+)A0 H 24MG

28

KALA II, SUNGSANG

1365

22.43.59

G2P1A0 H 40MG

26

INDUKSI PERSALINAN

1366

22.43.06

G2P0A1 H ATERM

32

KALA II, SUNGSANG

1367

22.27.97

P3A0 H ATERM

40

KALA III

1368

21.94.63

G2P1A0 H 38MG

20

KALA I FASE LATEN

1369

22.31.05

G1P0A0 H ATERM

29

KALA I FASE AKTIF

1370

22.44.40

G302A0 H 40MG

39

KALA I FASE LATEN

1371

22.28.07

G3P1A1 H 42MG

29

KALA I FASE AKTIF

1372

22.26.87

G1P0A0 H 40MG

24

KALA I FASE AKTIF, FEB

1373

22.34.06

G3P2A0 H 40MG

28

INDUKSI PERSALINAN

1374

21.07.23

G2P0A1 H 24MG

29

IUFD, PRO INDUKSI

1375

22.40.14

G1P0A0 H 41MG

26

KALA I FASE LATEN

1376

22.40.80

G2P1A0 H ATERM

28

KALA I FASE LATEN

1377

22.27.57

G1P0A0 H 41MG

24

KALA I FASE LATEN

1378

22.27.07

G1P0A0 H 40MG

20

INDUKSI PERSALINAN

1379

22.32.09

G1P0A0 H 24MG

20

KALA I FASE LATEN

1380

22.31.11

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE LATEN, KPD

1381

22.29.69

G4P2A1 H 38MG

35

KALA I FASE AKTIF, FEB

1382

22.28.05

G2P1A0 H 38MG

23

OBSERVASI INFARTU

1383

22.29.79

G2P1A0 H ATERM

23

KALA IN FASE AKTIF

1384

19.40.39

G1P0A0 H 40MG

20

KALA I FASE LATEN,PRO INDUKSI

1385

22.41.41

G3P2A0 H 41MG

25

KALA I FASE AKTIF

1386

22.36.65

G3P1A1 H 40MG

27

PRO INDUKSI

1387

19.81.91

G2P1A0 33MG

26

KALA II

1388

22.08.69

G3P2A0 H ATERM

28

KALA I FASE AKTIF

1389

22.38.26

G2P1A0 H ATERM

28

KALA II

1390

22.30.37

G2P1A0 H ATERM

24

KALA II

1391

22.30.26

G2P1A0 H 39MG

24

KALA I FASE LATEN

1392

22.27.39

G2P1A0 H 37MG

28

KALA I FASE LATEN,KPD

1393

15.07.61

G5P3A1 H ATERM

32

KALA I FASE LATEN

1394

22.39.56

G4P1A2 H 42MG

34

KALA 1 FASE AKTIF

1395

22.43.87

G3P1A1 H ATERM

36

KALA I FASE AKTIF

1396

22.41.71

G1P0A0 H 40MG

21

KALA I FASE AKTIF

1397

20.96.15

G3P2A0 H 38MG

33

KALA I FASE AKTIF

1398

22.30.49

G1P0A0 H 38MG

23

OBSERVASI INFARTU, KPD

1399

22.43.10

G3P2A0 H 40MG

30

KALA I FASE LATEN

1400

22.40.93

G1P0A0 H 39MG

20

KALA II

1401

22.45.27

G2P1A0 H 37MG

22

KALA I FASE AKTIF

1402

17.59.03

G2P1A0 H 39MG

21

KALA I FASE LATEN

1403

13.57.24

G2P1A0 H 40MG

25

KALA I FASE LATEN

1404

22.37.69

G1P0A0 H 39MG

21

KALA I FASE LATEN

1405

14.02.64

G2P1A0 H 38MG

25

PRO INDUKSI, OLIGOHYDRAMNION

1406

12.99.18

G1P0A0 H ATERM

19

KALA I FASE LATEN, KPD

1407

22.38.32

G1P0A0 H 38MG

22

KALA I FASE AKTIF, KPD

1408

22.33.10

G2P0A1 H 40MG

24

INPARTU

1409

21.88.25

G1P2A1 H 40MG

23

KALA I FASE AKTIF

1410

22.31.30

G3P2A0 H 41MG

27

KALA I FASE LATEN

1411

19.49.84

G2P1A0 H 43MG

22

KALA I FASE LATEN, PRO INDUKSI

1412

21.40.20

G2P1A0 H 39MG

25

KALA I FASE LATEN

1413

22.37.20

G2P1A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN

1414

21.97.81

G1P0A0 H 37MG

19

INDUKSI PERSALINAN

1415

22.28.06

G1P0A0 H 37MG

1416

22.27.44

G1P0A0 H 39MG

19

KALA I FASE AKTIF, KPD

1417

22.30.15

G5P4A0 H 41MG

36

KALA I FASE AKTIF, PEB

1418

22.29.09

G2P0A1 H ATERM

30

KALA II, LETSU

1419

21.46.21

G4P2A1 H ATERM

30

INDUKSI PERSALINAN

1420

22.41.15

G1P0A0 H 24MG

20

KALA I FASE AKTIF, RETENSIO PLACENTA

1421

12.94.61

G3P2A0 H 41MG

34

PER, KALA I FASE LATEN

1422

22.40.55

G1P0A0 H 42MG

20

KALA I FASE LATEN, KPD

1423

22.37.15

G3P2A0 H 39MG

27

PEB, KALA I FASE AKTIF

1424

22.43.20

G2P1A0 H 37MG

21

PEB, INDUKSI PERSALINAN

INPARTU

PARTUS SC 1425

09.28.22

G3P2A0 H ATERM

36

CPD, BSC 6 TH LL

1426

22.38.04

G1P0A0 H 39MG

20

PEB, GAGAL INDUKSI

1427

22.31.85

G1P0A0 H 42MG

22

INDUKSI PERSALINAN, KPD

1428

22.31.62

G1P0A0 H 28MG

23

EKLAMSI

1429

20.11.81

G2P1A0 H 33MG

26

HAP, KPD

1430

21.12.63

G1P0A0 H 39MG

20

LETAK SUNGSANG, PRO SC

1431

22.39.44

G2P2A0 H ATERM

25

LETAK SUNGSANG, PRO SC

1432

22.37.72

G3P1A1 H ATERM

29

INPARTU, KALA I FASE LATEN,

1433

22.30.17

G1P0A0 H ATERM

20

CPD, KALA I FASE AKTIF

1434

22.40.03

G3P1A1 H 41MG

25

LILITAN TALI PUSAT, PLACENTA RENDAH

1435

22.31.07

G2P2A2 H ATERM

27

CPD, PRO SC ELEKTIF

1436

22.32.97

G1P0A0 H 38MG

20

PRO SC

1437

18.10.17

G2P1A0 H 33MG

28

PRO SC, CPD, KPD

1438

22.36.55

G4P2A1 H ATERM

40

KALA I FASE LATEN, LETAK SUNGSANG

1439

22.26.79

G4P3A0 H 38MG

36

PRO CS, CPD

1440

20.44.80

G2P1A0 H 39MG

23

KALA I FASE LATEN, BSC 4 TH LL

1441

07.62.14

G2P1A0 H 38MG

26

1442

22.31.80

G2P1A0 H 38MG

26

PRO SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL KALA II FASE LAMA, BSC 4 TH LL, LETAK SUNGSANG

1443

22.28.92

G3P1A1 H ATERM

29

BSC 4 TH LL, CPD, KALA I FASE LATEN

1444

22.39.29

G3P1A1 H 41MG

29

PRO INDUKSI, KPD

1445

20.37.42

G3P2A0 H 38 MG

27

HERPES GENITALIA, PRO SC ELEKTIF

1446

20.81.43

G1P0A0 H 37MG

20

PRO SC ELEKTIF, PLACENTA PREVIA

1447

22.34.93

G1P0A0 H 41MG

18

KALA I FASE LATEN

1448

22.30.86

G2P1A0 H 37MG

20

PRO SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL

1449

22.36.38

G3P2A0 H 41MG

24

BSC 4 TH LL

1450

19.44.82

G2P1A0 H ATERM

22

PRO SC ELEKTIF, BSC 8 TH LL

1451

12.35.51

G2P1A0 H ATERM

20

PRO SC ELEKTIF, BCS 6 TH LL

1452

21.53.21

G4P3A0H ATERM

33

HDK, PRO INDUKSI

1453

22.35.79

G3P2A0 H 38 MG

30

KALA I FASE LATEN, BSC 6 TH LL

1454

17.07.75

G4P3A0 H 38MG

30

GEMELLY, PRO SC

1455

22.26.94

G1P1A0 H 40MG

20

KALA I LATEN, PEB, KPD

1456

22.28.54

G1P0A0 H 38MG

19

KALA I FASE LATEN, KPD

1457

22.39.97

G1P0A0 H ATERM

21

PRO SC, CPD

1458

17.71.50

G4P3A0 H 37MG

36

PRO INDUKSI, BSC 2 TH LL

1459

22.38.40

G3P2A0 H 37MG

30

PRO SC, BSC 3 TH LL

1460

22.40.11

G4P3A0 H 38MG

34

PRO SC, CPD

1461

22.36.10

G2P1A0 37MG

22

GEMELLY, PRO SC ELEKTIF

1462

22.33.23

G4P3A0 H 40MG

45

KPD

1463

21.71.44

G3P1A1 H 28 MG

36

KPD

1464

19.68.46

G1P0A0 H 36MG

20

KPD

1465

22.27.83

GIP0A0 H 38 MG

19

KPD

1466

21.97.13

G3P2(+1)A0 H 39MG

26

KPD, KALA I FASE LATEN

1467

22.40.98

G1P0A0 H 35MG

20

CPD, KPD

Related Documents

Hub
June 2020 15
Hub
June 2020 17
Hub
December 2019 32
Hub
June 2020 19

More Documents from ""