PENGARUH AKTIVITAS FISIK DAN SOSIAL TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI PEDUKUHAN MURANGAN KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DIY
OLEH: THERESIA HERESTUWITO NARU 2012-060-021
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN 2015
PENGARUH AKTIVITAS FISIK DAN SOSIAL TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI PEDUKUHAN MURANGAN KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DIY Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH: THERESIA HERESTUWITO NARU 2012-060-021
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN 2015
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta, 13 November 2015
Tim Penguji
Pembimbing Utama,
dr. Dyonesia Ary Harjanti Sp.P.A.
Pembimbing Pendamping,
dr. Nelly Tina Widjaja, M.S.
Penguji
Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S.
ii
PANITIA SIDANG UJIAN KARYA TULIS ILMIAH UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA FAKULTAS KEDOKTERAN Jakarta, 13 November 2015 Ketua
dr. Dyonesia Ary Harjanti, Sp.P.A.
Anggota
dr. Nelly Tina Widjaja, M.S.
Anggota
Dr.dr. Yuda Turana, Sp.S.
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan tidak ada bagian dari tulisan ini yang telah dipublikasikan dan merupakan hak intelektual pihak lainnya, kecuali yang telah dinyatakan dalam referensi. Apabila saya melanggar pernyataan ini, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
NAMA : Theresia Herestuwito Naru NIM : 2012-060-021
Jakarta, 13 November 2015
Theresia Herestuwito Naru
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM / NIP Program Studi Fakultas Jenis Karya
: THERESIA HERESTUWITO NARU : 2012-060-021 : Sarjana Kedokteran : Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya : Skripsi / tugas akhir / tesis / disertasi / Laporan Penelitian / Makalah
Menyatakan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya hak menyimpan, mengalih-media / format, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (date base), mendistribusikannya, jika dalam waktu lebih 1 (satu) tahun belum dipublikasikan, maka saya setuju penelitian saya dipublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta atas karya ilmiah saya berjudul : “PENGARUH AKTIVITAS FISIK DAN SOSIAL TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI PEDUKUHAN MURANGAN KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DIY” Segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 13 November 2015 Yang menyatakan,
( Theresia Herestuwito Naru)
v
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA Jakarta, 13 November 2013 ABSTRAK Pengaruh Aktivitas Fisik dan Sosial Terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY THERESIA H. NARU Dibimbing oleh : dr. DYONESIA A. HARJANTI Sp.P.A. dan dr. NELLY T. WIDJAJA, M.S. Pendahuluan. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah dengan populasi lansia terbanyak di Indonesia. Bertambahnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan meningkatnya prevalensi gangguan degeneratif, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif. Aktivitas fisik dan aktivitas sosial memiliki peran dalam mencegah penurunan fungsi kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Metode. Desain penelitian deskriptif analitik, dengan metode cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Jumlah responden yang dilibatkan sebanyak 107. Populasi penelitian adalah lansia usia ≥ 60 tahun di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner, selanjutnya dianalisis dengan uji Chi Square dan analisis regresi sederhana. Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan sosial dengan fungsi kognitif (p=0,000; OR=25.1), (p=0.0000; OR=42.2). Aktivitas fisik berpengaruh terhadap fungsi kognitif sebesar 33%, aktivitas sosial berpengaruh terhadap fungsi kognitif sebesar 25,4%. Simpulan. Aktivitas fisik dan sosial berpengaruh dalam menurunkan resiko terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Namun aktivitas fisik memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan aktivitas sosial. Kata kunci : Aktivitas fisik, aktivitas sosial, fungsi kognitif, lansia.
vi
SCHOOL OF MEDICINE ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA Jakarta, November 13 2015 ABSTRACT The Effect of Physical and Social Activity to Cognitive Function on Elderly at Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY THERESIA H. NARU Mentored by dr. DYONESIA A. HARJANTI Sp.P.A. and dr. NELLY T. WIDJAJA, M.S. Backround. Yogyakarta province had the highest number of elderly population in Indonesia. The increasing number of elderly population would increase the prevalence of degeneration disorder, such as degraded cognitive function. Physical and social activity had a contribution to prevent degraded cognitive function. The goal of this research was to learn about the effect of physical and social activity to cognitive function in elderly population at Pedukuhan Murangan, Sleman subprovince, Yogyakarta province. Methods. Analytic descriptive, cross sectional study. All of the samples were taken by stratified random sampling. Total of the respondents were 107. The research population was elderly more than 60 y.o. in Pedukuhan Murangan, Sleman subprovince, Yogyakarta province. A questionnaire was used to collect all of the data then would be analyzed with Chi Square test and simple regression analyze. Result. There was a significant correlation between physical and social activity level with cognitive function (p=0.0000; OR=25.1), (p=0.0000; OR=42.2). The influence of physical activity to the cognitive function was 33%, the influence of social activity to cognitive function was 25.4%. Conclusion. Physical and social activity had effects on reducing the risk of cognitive function disorder, but physical activity had bigger influence than social activity. Key Words : Physical activity, social activity, cognitive function, elderly.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala hikmat dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Fisik Dan Sosial Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya. Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyempatkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing dan memberikan dukungan dengan segala cara dalam proses penulisan sampai penyelesaian karya tulis ini, terutama kepada : 1.
dr. Dyonesia Ary H., Sp.P.A. selaku pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah.
2.
dr. Nelly Tina Widjaja, M.S. selaku pembimbing pendamping Karya Tulis Ilmiah.
3.
Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S. selaku penguji Karya Tulis Ilmiah.
4.
Kepala Pedukuhan beserta seluruh Ketua RW/RT Pedukuhan Murangan Kapupaten Sleman, Provinsi DIY.
5.
Orang tua dan teman-teman penulis yang memberikan dukungan moral dan spiritual.
6.
Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan Karya Tulis Ilmiah ini di kemudian hari. Penulis juga memohon maaf jika ada kata-kata penulis yang kurang berkenan. Akhir kata, penulis berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat. Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Jakarta, 13 November 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................... .
ii
LEMBAR PANITIA SIDANG............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................
v
ABSTRAK............................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................
viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL................................................................................................
xii
DAFTAR ISTILAH.............................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang...........................................................................
1
1.2. Rumusan masalah....................................................................... 2
BAB II
1.3. Tujuan........................................................................................
2
1.3.1. Tujuan Umum................................................................ 1.3.2. Tujuan Khusus...............................................................
2 2
4.1. Manfaat Penelitian.....................................................................
3
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat.............................................. 1.4.2. Manfaat Bagi Pemerintah.............................................. 1.4.3. Manfaat Bagi Pendidikan..............................................
3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lansia........................................................................................
4
2.1.1. Definisi Lansia…………………………………........... 2.1.2. Penggolongan Lansia.....................................................
4 4
2.2. Aktivitas Fisik…………...........................................................
5
2.2.1. Definisi dan Manfaat Aktivitas Fisik............................. 5 2.2.2. Aktivitas Fisik pada Lansia............................................ 5 2.2.3. Pengukuran Aktivitas Fisik............................................ 6
ix
2.3. Aktivitas Sosial.......................................................................... 8 2.3.1. Definisi Aktivitas Sosial................................................. 8 2.3.2. Jenis Aktivitas Sosial...................................................... 8 2.3.3. Pengukuran Aktivitas Sosial........................................... 9 2.4. Fungsi Kognitif.......................................................................... 2.4.1. 2.4.2. 2.4.3. 2.4.4. 2.4.5.
9
Definisi Fungsi Kognitif................................................ Aspek Fungsi Kognitif................................................... Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif............... Fungsi Kognitif pada Lansia.......................................... Pengukuran Fungsi Kognitif..........................................
9 9 10 11 12
2.5. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Fungsi Kognitif.................
15
2.6. Pengaruh Aktivitas Sosial Terhadap Fungsi kognitif................
16
2.7. Kerangka Teori........................................................................... 18 BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konsep.......................................................................
19
3.2. Variabel dan Definisi Operasional.............................................
19
3.2.1. 3.2.2. 3.2.3. 3.2.4. 3.2.5. 3.2.6.
Jenis Kelamin................................................................. Usia................................................................................ Tingkat Pendidikan........................................................ Aktivitas Fisik................................................................ Aktivitas sosial............................................................... Fungsi Kognitif..............................................................
19 19 20 20 20 21
3.3. Hipotesis..................................................................................... 21 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian………............................................................
22
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian……..............................................
22
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian…….......................................... 22 4.3.1. Populasi Penelitian……................................................. 4.3.2. Sampel Penelitian………..............................................
22 22
4.4. Estimasi Besar Sampel……………...........................................
22
4.5. Cara Pengambilan Sampel Penelitian…….................................
24
4.6. Kriteria Responden………........................................................
24
4.6.1. Kriteria Inklusi…........................................................... 24 4.6.2. Kriteria Eksklusi……..................................................... 25 4.7. Cara Pengumpulan dan Alat Pengambilan Data........................
25
4.8. Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data……....................
25
x
BAB V HASIL 5.1. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia............................................ 27 5.2. Karakteristik Usia Lansia...........................................................
27
5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia................................... 28 5.4. Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia.................................. 28 5.5. Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia................................ 29 5.6. Gambaran Fungsi Kognitif Lansia.............................................
29
5.7. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif Lansia..................................................
29
5.8. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Usia dengan Fungsi Kognitif Lansia..................................................
30
5.9. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif Lansia..................................................
31
5.10. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia..................................................
31
5.11. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif Lansia..................................................
32
5.12. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia..................................................
33
5.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Sosial
BAB VI
dengan Fungsi Kognitif Lansia..................................................
33
PEMBAHASAN................................................................................
34
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan.................................................................................... 7.2. Saran..........................................................................................
37 37
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
39
LAMPIRAN.........................................................................................................
45
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1.
Pengukuran Aktivitas Fisik............................................................
Tabel 2.2.
Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik................ 7
Tabel 5.1.
Karakteristik Jenis Kelamin Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.................................................
Tabel 5.2.
29
Hasil Analisis Uji Chi Square antara Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif Lansia......................................................
Tabel 5.8.
29
Gambaran Fungsi Kognitif Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY...............................
Tabel 5.7.
28
Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY...............................
Tabel 5.6.
28
Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY...............................
Tabel 5.5.
27
Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY...............................
Tabel 5.4.
27
Karakteristik Usia Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY..................................................
Tabel 5.3.
7
30
Hasil Analisis Uji Chi Square antara Usia dengan Fungsi Kognitif Lansia................................................................... 30
Tabel 5.9.
Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif Lansia......................................................
Tabel 5.10.
Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia......................................................
Tabel 5.11.
31
32
Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif Lansia......................................................
32
Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia......................................................
33
Tabel 5.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif Lansia......................................................
xii
33
DAFTAR ISTILAH Lansia
Lanjut Usia
AAIC
Alzheimer’s Association International Conference
BkkBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana asional
BDNF
Brain- Derived Neurotropic Factor
CDC
Centers for Disease Control and Prevention
FITT
Frequency, Intensity, Time, Type
HLD
High Density Lipoprotein
IGF-1
Insulin Like Growth Factor
PAL
Physical Activity Level
PAR
Physical Activity Ratio
MCI
Mild Cognitive Impairment
MMSE
Mini Mental State Examination
MRI
Magnetic Resonance Imagine
UHH
Usia Harapan Hidup
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berstruktur tua, hal ini dapat dilihat
dari persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009, dan 2012 yang telah mencapai diatas 7% dari keseluruhan penduduk. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, populasi lansia berjumlah 18 juta jiwa dan akan meningkat menjadi 48 juta jiwa pada tahun 2035 dengan Usia Harapan Hidup (UHH) lebih dari 75 tahun.1,2 Sejak tahun 1995 Provinsi DIY merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan jumlah penduduk lansia tertinggi, yaitu sekitar 13,04 % dari total populasi lansia di Indonesia.2 Salah satu daerah di Yogyakarta dengan angka UHH yang tertinggi di Indonesia adalah Kabupaten Sleman. UHH penduduk di Kabupaten Sleman mencapai 75,6 tahun, sedangkan UHH di tingkat Provinsi DIY adalah 73,2 tahun. Adapun jumlah penduduk pra usia lanjut (45-59 tahun) sejumlah 53.146 (4,87%) jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) sejumlah 55.967 (5,13%) jiwa, dari total penduduk 1.090.567 jiwa.3,4 Bertambahnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan meningkatnya prevalensi gangguan degeneratif, salah satunya ialah penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa yaitu bentuk gangguan kognitif yang paling ringan, dan kemudian bisa berlanjut menjadi demensia sebagai bentuk gangguan kognitif yang paling berat.5 Perubahan-perubahan yang diakibatkan karena penurunan fungsi kognitif dapat menurunkan kemandirian dan kualitas hidup para lansia sehingga hal ini perlu diatasi. Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat dicegah dengan melibatkan lansia pada kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi otak seperti terlibat dalam aktivitas sosial, aktivitas fisik dan aktivitas mental.6 Milfa dkk dalam jurnal kesehatannya mengatakan bahwa aktivitas fisik seperti latihan ketahanan dan berjalan dapat meningkatkan fungsi kognitif pada orang dewasa tua termasuk mereka yang telah didiagnosis mengalami gangguan kognitif ringan.7 Selain aktif secara fisik
1
2
aktivitas sosial dinilai dapat memperbaiki kondisi kesehatan umum, mengurangi depresi dan menumbuhkan kebiasaan hidup sehat bagi para lansia. Berbagai kegiatan yang menstimulasi otak seperti aktifitas fisik dan sosial dapat membantu lansia terhindar dari penurunan fungsi kognitif. Belum banyak penelitian di Indonesia khususnya di daerah Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang meneliti secara bersamaan pengaruh dari kedua aktivitas tersebut. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari tingkat aktivitas fisik dan aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif lansia serta mengetahui aktivitas mana yang lebih mempengaruhi fungsi kognitif lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. 1.2.
Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif
lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. 1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan Umum Mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
1.3.2.
Tujuan Khusus Mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik yang dilakukan lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Mengetahui gambaran tingkat aktivitas sosial yang dilakukan lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Mengetahui gambaran fungsi kognitif lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
3
1.4.
Manfaat Penelitian 1.4.4.
Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY tentang pengaruh positif dari aktivitas fisik dan sosial bagi lansia, sehingga dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia.
1.4.2.
Bagi Pemerintah Sebagai bahan literatur bagi pihak pemerintah tentang aktivitas yang dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
1.4.3.
Bagi Pendidikan Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian berikutnya yang serupa.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Lansia 2.1.1. Definisi Lansia Fatmah
dalam
bukunya
yang berjudul
“Gizi
Usia
Lanjut”
menyebutkan bahwa lansia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.9 Pengertian lansia dibedakan menjadi 2 macam yaitu lansia kronologis dan lansia biologis. Lansia kronologis dapat dihitung berdasarkan kalender sedangkan lansia biologis menunjukan kondisi jaringan sebenarnya. Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik karena perubahan struktur, fungsi sel, jaringan serta sistem organ.10,11 Menurut Erik Erickson, tahap lansia merupakan tahap integrity versus despair, yaitu individu yang sukses melampaui tahap ini akan dapat beradaptasi dengan baik, menerima berbagai perubahan yang terjadi dengan tulus. Sebaliknya mereka yang gagal akan melewati tahap ini dengan penuh pemberontakan. Sukses atau tidaknya seseorang melewati tahap ini dipengaruhi
oleh
kematangan
kepribadian
dari
fase
perkembangan
sebelumnya, dukungan dari lingkungan, dan peristiwa hidup yang pernah dihadapi.12 2.1.2 Penggolongan Lansia Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 kelompok:13
kelompok usia pertengahan (middle age)
: usia 46-59 tahun
lansia (elderly)
: usia 60-74 tahun
tua (old)
: usia 75-90 tahun
sangat tua
: > 90 tahun.
Sementara di Indonesia, Undang-Undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
5
kegiatan maupun yang sudah tidak potensial lagi yang hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.1,11,14 2.2.
Aktivitas Fisik 2.2.1. Definisi dan Manfaat Aktivitas Fisik Menurut World Health Organization (WHO) aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka sehingga menghasilkan energi yang berfungsi untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental.15
Segala bentuk aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan
lansia sebaiknya memenuhi kriteria Frequency, Intensity, Time, Type (FITT). Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas dilakukan. Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas dilakukan. Waktu mengacu pada seberapa lama suatu aktivitas dilakukan dalam satu pertemuan. Sedangkan jenis aktivitas adalah jenis-jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh para lansia.16 Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) aktivitas fisik memberikan beberapa manfaat kesehatan antara lain :17
Aktivitas fisik menurunkan rasio kematian akibat penyakit hipertensi, stroke, dan penyakit kardiovaskuler.
Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko jatuh dan fraktur pada lansia
serta
meningkatkan
kemampuan
lansia
untuk
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Aktivitas fisik meningkatkan kesehatan mental, menurunkan risiko depresi serta menurunkan gejala gangguan tidur yang sering dialami lansia.
2.2.2. Aktivitas Fisik pada Lansia Menurut Howley (2001) aktivitas fisik dapat dibagi menjadi dua yaitu aktivitas fisik diwaktu senggang (leissure time physical activity) dan aktivitas fisik pada waktu bekerja (occupational). Aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia diwaktu senggang contohnya seperti berjalan, olahraga ringan, memasak, berkebun, menyapu, mencuci piring, memasak, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Menurut WHO, aktivitas tersebut sekurangkurangnya dapat dilakukan selama 75-150 menit untuk membantu menjaga fleksibilitas otot serta menjaga keseimbangan lansia. Contoh aktivitas pada saat bekerja antara lain, berdiri pada saat menjaga toko, menggunakan
6
transportasi umum, serta mengangkat beban yang ringan/berat. Aktivitas tersebut bermanfaat bagi lansia karena membantu tubuh agar tetap bergerak aktif dan stabil.18-20 Menurut Fatmah dalam buku berjudul “Asupan Gizi Lansia”, aktivitas fisik yang dilakukan lansia sebaiknya memenuhi ketiga unsur berikut:9
Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat ketahanan, dapat membantu jantung, paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : jalan kaki, lari ringan, senam, berkebun.
Kelenturan (flexibility) Ativitas fisik yang bersifat kelenturan dapat membantu pergerakan menjadi lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur, dan membuat sendi berfungsi dengan baik. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : mencuci pakaian atau mobil dan mengepel lantai.
Kekuatan (strength) Aktivitas fisik yang bersifat kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima, menjaga tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh, serta membantu mencegah osteoporosis. Contoh beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : naik turun tangga, mengangkat beban berat, dan membawa belanjaan.
2.2.3. Pengukuran Aktivitas Fisik Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik adalah recall kuisioner. Metode ini terbilang murah dan lebih cepat. Aktivitas fisik akan dikategorikan berdasarkan nilai Physical Activity Level (PAL).22
7
Tabel 2.1 Pengukuran Aktivitas Fisik Kategori Aktivitas Fisik
Nilai PAL
Sangat Ringan
1,20 – 1,39
Ringan
1,40 – 1,69
Sedang
1,70 – 1,99
Berat
2,00 – 2,40
Dalam pengukuran ini, akan dihitung total kalori yang dikeluarkan responden dalam melakukan aktivitas fisik berdasarkan tabel nilai Physical Activity Ratio (PAR) kemudian dimasukkan dalam rumus PAL. Ʃ (Lama melakukan aktivitas x Physical Activity Ratio)
Physical Activity Level (PAL) = 24 jam Tabel 2.2. Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik22 Aktivitas
Physical Activity Ratio
Tidur
1,0
Menggunakan transportasi umum
1,2
Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol)
1,4
Makan
1,5
Duduk (bekerja kantor, menjaga toko)
1,5
Mengendarai mobil/berjalan jarak dekat
2,0
Memasak
2,1
Membawa barang belanjaan
2,2
Mandi dan berpakaian
2,3
Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin
2,3
Mengepel lantai / menyikat lantai
2,8
Berjalan jauh
3,2
Berkebun / bertani
4,1
Olahraga ringan (senam, lari ringan)
4,2
8
2. 3.
Aktivitas Sosial 2.3.1. Definisi Aktivitas Sosial Menurut Papilla dan Odds dalam bukunya yang berjudul “Adult Development and Aging”, aktivitas sosial adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama dan sifatnya informal dan bukannya aktivitas yang sifatnya soliter, seperti menonton tv, membaca, atau mengerjakan berbagai hobi.23 2.3.2. Jenis Aktivitas Sosial Usia tua bukan merupakan halangan untuk tetap aktif dalam lingkungan masyarakat. Aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial seperti dikemukan Mathuranath dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi atau aktif dalam aktivitas kelompok.24 Selain aktivitas tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkBN) pada tahun 2012 merekomendasikan beberapa aktivitas sosial yang berguna bagi lansia antara lain :25 Kegiatan spiritual di bidang keagamaan, dalam rangka menyipakan lansia dalam menghadapi hari depan.
Kegiatan gotong royong untuk memupuk kebersamaan.
Kegiatan bakti sosial
Kegiatan ekonomi produktif bagi lansia yang ingin dan berminat untuk menambah penghasilan
Kegiatan penyaluran hobi dan bakat, seperti bidang kesenian, budaya dan kerajinan.
Menjadi guru tamu (membagikan pengalaman). Lansia dapat bekerjasama dengan PAUD, TK, SD yang ada di dekat lingkungannya
Menjadi pendamping kegiatan sosial kemasyarakatan bagi lansia
yang
mempunyai
keahlian
tertentu,
misalnya
pendamping Posyandu oleh lansia yang ahli di bidang kesehatan. Menjadi “Bapak atau Orang tua Asuh”, bagi lansia peduli yang ingin bersedekah dengan hartanya.
9
2.3.3. Pengukuran Aktivitas Sosial Aktivitas sosial lansia dapat diukur dari banyaknya waktu dan kegiatan dalam berinteraksi sosial misalnya berpartisipasi dalam kelompok keagamaan atau politik, rekreasi bersama, bermain kartu, kelompok olahraga dan berbagai aktivitas sosial lainnya yang melibatkan interaksi antar individu.26,27 Pengukuran aktivitas sosial dilakukan menggunakan kuisioner wawancara. Kuisioner terdiri dari 10 pertanyaan yang dimodifikasi dari beberapa jurnal mengenai hubungan aktivitas sosial dan fungsi kognitif pada lansia.26,28,29 Hasil dari pengukuran aktivitas sosial dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu “Aktif” yakni lansia yang sering terlibat dalam beberapa kegiatan sosial, dan “Kurang aktif’’ yakni lansia kurang berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial atau sama sekali tidak mengikuti kegiatan sosial. 2.4.
Fungsi kognitif 2.4.1. Definisi Fungsi Kognitif Dalam Buku Ajar Psikiatri, kognitif didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenal atau mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas intelejensi seseorang.30 2.4.2. Aspek Fungsi Kognitif Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain :31-33 a) Orientasi Orientasi
merupakan
kemampuan
dalam
mengenali
lingkungan yang meliputi kemampuaan untuk mengenali dimana seseorang berada (orientasi tempat) dan kemampuan seseorang untuk mengenali waktu (orientasi waktu). b) Atensi (pemusatan perhatian) Atensi merupakan kesadaran selektif seseorang untuk bereaksi atau memperhatikan satu stimulus tertentu, dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan. Untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lama dibutuhkan sebuah konsentrasi. Gangguan atensi dan konsentrasi akan
10
mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa, dan fungsi eksekutif. c) Bahasa Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi. Komponen ini meliputi kemampuan pengulangan, penamaan, pengertian verbal, pengertian membaca dan menulis tulisan. d) Memori Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat berdasarkan neurologi klinis memori dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu immediated memori, recent memori dan remote memori. e) Visuospasial ( pengenalan ruang ) Kemampuan visuospasial berhubungan dengan persepsi visual dari hubungan-hubungan ruang. Contoh dari kemampuan visual adalah kemampuan menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun balok-balok. 2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Selain aktivitas, ada beberapa faktor lain yang berhubungan dengan fungsi kognitif, yaitu.34,35 a) Usia Dengan meningkatnya usia terjadi perubahan fungsi kognitif sesuai dengan perubahan struktur dan fungsi otak. Hasil dari pengukuran fungsi kognitif pada lansia
adalah terjadi
perubahan 16% pada kelompok umur 65-69 tahun, 21% pada 70-74 tahun, 30% pada 75-79 tahun, dan 44% pada 80 tahun keatas. b) Pendidikan Studi menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi beresiko
rendah menderita penurunan fungsi
kognitif.
Sedangkan tingkat pendidikan rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang lebih cepat.
11
c) Jenis Kelamin Perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi kognitif dibandingkan laki-laki. Penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal dikaitkan dengan rendahnya level estradiol dalam tubuh. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer. d) Genetik Penyakit Alzheimer merupakan penyebab yang paling sering, ditemukan pada 50-60% pasien demensia. Penyakit ini merupakan sebuah penyakit genetik heterogen yaitu pada alel apolipoprotein EE4 di kromosom 19 pada q13.2. e) Gaya Hidup Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok dinilai dapat menurunkan fungsi kognitif seseorang. Sebaliknya, memiliki gaya hidup yang lebih sehat dengan cara mengonsumsi makanan yang bergizi, rutin melakukan aktivitas fisik dan aktif bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dapat mencegah penurunan fungsi kognitif. f) Penyakit Hipertensi, Jantung dan Diabetes Melitus Penyakit hipertensi dan jantunng dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognitif karena dihubungkan dengan meningkatnya aterosklerosis, dan jumlah plak neuritik di hipokampus. Begitu pula dengan penyakit diabetes mellitus yang melibatkan beberapa proses vaskular dan inflamasi yang dapat menyebabkan gangguan sistem pembuluh darah termasuk di otak. Penyakit hipertensi, jantung dan diabetes lebih sering dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif berupa dimensia vaskuler. 2.4.4. Fungsi Kognitif Pada Lansia Ketika seseorang memasuki usia lanjut terjadi berbagai perubahan. Kemampuan kognitif, yang berupa belajar, mengingat dan kecerdasan akan
12
menurun bersamaan dengan meningkatnya umur seseorang. Hal ini diperkuat oleh Neil Charness dalam beberapa studinya yang mengatakan bahwa fungsi kognitif seperti ingatan, perhatian dan kecepatan memproses semuanyanya mengalami penurunan. Sebuah studi pencitraan otak menjelaskan bahwa di usia >50 tahun seseorang akan mengalami perubahan volume otak. Volume hipokampus, struktur serebral yang memainkan peranan penting dalam fungsi memori akan menurun setidaknya 0,86% pertahun dimulai dari usia 28 hingga 82 tahun.6 Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa bentuk gangguan kognitif yang paling ringan yaitu mudah lupa, yang diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59 tahun dan meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini fungsi kognitif seseorang masih bisa berfungsi normal meskipun mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment) sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat. Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari seseorang.5
Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh kemunduran kognitif antara lain sebagai berikut:36
Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
Ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama
Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang tempat mundur, karena daya ingat sudah mundur dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur.
2.4.5.
Skor yang dicapai dalam tes intelegensi menjadi lebih rendah
Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru
Pengukuran Fungsi Kognitif Pengukuran fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan kuisioner
Mini Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini merupakan prosedur baku secara umum dan sering dipakai dalam beberapa penelitian untuk mengukur fungsi kognitif pada lansia. Aspek kognitif yang diuji dalam
13
tes ini adalah kemampuan orientasi waktu dan tempat, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, kemampuan bahasa serta konstruksi visual. Intrepretasi hasil MMSE berbeda-beda. Secara umum jika hasil skor < 24 maka dianggap abnormal. Berdasarkan pendidikannya jika pendidikan terakhir sampai tingkat ke 8 maka skor 21 menunjukann adanya gangguan fungsi kognitif. Jika pendidikan terakhir SMA < 23 berarti abnormal dan berpendidikan terakhir di bangku kuliah < 24 adalah abnormal. Sedangkan berdasarkan tingkat keparahan, skor 24 menunjukan tidak ada gangguan kognitif, skor 18-23 menunjukan mild Cognitive Impairment (MCI) dan skor 0-17 menunjukan gangguan kognitif berat.37 Cara mengukur dengan MMSE yaitu : a. Orientasi (10 point) Pemeriksa akan memberikan pertanyaan tentang nama, tahun, musim, tanggal, hari, bulan, negara, provinsi, kota, atau letak suatu
tempat
sesuai
dengan
waktu
saat
pemeriksaan
dilaksanakan. Untuk setiap jawaban yang benar, akan diberikan nilai 1. b. Registrasi (3 poin) Pemeriksa akan menyebutkan 3 kata yang tidak saling berhubungan dengan suara yang jelas dan perlahan, setelah itu pemeriksa akan meminta peserta untuk mengulanginya. Jumlah kata yang disebutkan dengan benar pada pengulangan pertama menentukan nilainya (0-3). Bila peserta tidak mengulang dengan lengkap seluruh 3 kata tersebut pada pengulangan pertama, maka pemeriksa akan mengulangi kembali
kata-kata
tersebut
sampai
peserta
dapat
mengulanginya tiga kali, lakukan hal ini sebanyak 6 kali percobaan. Pemeriksa akan mencatat jumlah pengulangan yang pemeriksa lakukan sampai peserta dapat mengulanginya. Bila pada akhirnya peserta tidak dapat mengulangi ketiga kata tersebut, maka ingatan tidak dapat diperiksa secara bermakna. Setelah menyelesaikan prosedur di atas, pemeriksa akan memberitahu peserta, “Cobalah untuk mengingat kata yang telah diucapkan, nanti akan saya tanyakan kembali.”
14
c. Atensi dan Kalkulasi (5 poin) Pemeriksa akan meminta peserta untuk menghitung mundur dengan selisih 7 angka dari angka 100. Pemeriksa akan menghentikan perhitungan setelah 5 kali pengurangan (93, 86, 79, 72, 65). Selanjutnya, pemeriksa akan menghitung jumlah jawaban yang benar. Jika peserta, tidak dapat melakukan hitung mundur, pemeriksa akan meminta peserta untuk mengeja kata “wahyu” dari huruf terakhir sampai huruf pertama. Nilai tes ini sesuai huruf yang disebutkan dengan benar (misalnya uyhaw=5, uyahw=3). d. Mengingat (3 poin) Pemeriksa meminta pasien untuk mengulangi 3 kata yang telah disebutkan sebelumnya ( nomer 2 ). Jumlah nilai dihitung dari jawaban yang benar (0-3). e. Bahasa dan Frase (9 poin)
Memberi nama: Pemeriksa menunjukkan kepada peserta sebuah jam tangan dan menanyakan kepadanya apa nama benda tersebut, pemeriksa akan melakukan hal yang sama dengan menggunakan pensil. Nilailah setiap jawaban yang benar (0-2).
Repetisi: Pemeriksa meminta peserta untuk mengulangi kalimat yang telah diucapkan. Kesempatan pengulangan hanya sekali. Pemeriksa memberi nilai 0 atau 1.
3 Perintah : Pemeriksa memberi peserta sebuah kertas kosong dan meminta peserta untuk melakukan instruksi berikut : “Peganglah kertas tersebut dengan tangan kanan!” “Lipatlah menjadi dia bagian!” “Letakkan kertas tersebut di lantai!” Pemeriksa akan memberikan nilai pada setiap perintah yang dijalankan dengan benar (0-3 poin)
15
Membaca Pemeriksa akan menuliskan sebuah kalimat pada selembar kertas kosong. “Tutuplah mata anda!” dalam huruf yang cukup besar sehingga peserta dapat melihat tulisan tersebut dengan jelas. Pemeriksa meminta peserta untuk membaca kalimat tersebut dan melakukan perintah tersebut. Pemeriksa akan memberikan nilai 1 bila peserta dapat menutup mata langsung. Ini bukanlah penilaian memori, maka pemeriksa akan meminta peserta untuk melakukan perintah tersebut dengan cepat.
Menulis Pemeriksa akan memberi peserta selembar kertas kosong dan meminta peserta untuk menulis sebuah kalimat untuk
pemeriksa.
Kalimat
yang
dituliskan
tidak
didiktekan, pemeriksa akan meminta peserta menulis secara spontan. Kalimat tersebut harus terdiri atas subjek dan predikat, serta memiliki makna. Tata bahasa dan tanda kalimat yang benar tidak terlalu diperhitungkan.
Menyalin Pemeriksa akan menunjukkan 2 gambar segilima yang saling berpotongan dan meminta peserta untuk menyalin gambar tersebut. 10 sudut yang terdapat pada segilima harus tampak dan kedua segilima harus berpotongan, abaikan garis yang tidak lurus dan rotasi. Pemeriksa akan memberi nilai 1 pada gambar tersebut.
2.5.
Pengaruh Aktifitas Fisik Terhadap Fungsi Kognitif Beberapa studi telah menyimpulkan adanya pengaruh positif dari aktifitas
fisik terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia. Aktifitas fisik dinilai dapat meningkatkan peredaan darah serta suplai nutrisi dan perfusi ke otak, peningkatan level dopamine, meningkatkan lipoprotein serta meningkatkan produksi endhotelial nitric oxide. Efek langsung terhadap otak yaitu memelihara struktur saraf dan meningkatkan perluasan serabut saraf, sinaps dan kapilaris. sehingga mengurangi resiko terjadinya penurunan fungsi kognitif.7,38,39
16
Pada aktifitas fisik terjadi peningkatan faktor neurotropic salah satunya yaitu produksi Brain-Derived Neurotropic Factor (BDNF) yang berperan banyak dalam menjaga fungsi otak antara lain sebagai mediator penghubungan sel saraf dan, sebagai
neuroprotektif,
neuroplastisitas,
serta
dapat
meningkatkan
volume
hipocampus.40 BDNF merupakan faktor yang baik dalam memediasi manfaat jangka panjang dari aktifitas fisik terhadap otak. Pada berbagai penelitian terhadap hewan dan manusia, meningkatnya neurotropin yang melindungi susunan saraf berhubungan dengan meningkatnya aktivitas fisik, dan efek fisiologis ini mempunyai manfaat positif terhadap fungsi kognitif pada otak yang sedang mengalami penuaan.41 Sebuah studi mengatakan bahwa terjadi peningkatan kadar BDNF pada seseorang yang melakukan latihan ketahanan selama 3 bulan.42 Peningkatan produksi Insulin Like Growth Factor (IGF-1) juga memainkan peranan yang baik dalam neurogenesis dan angiogenesis terutama dalam hal meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan saraf. Level serum IGF-1 meningkat pada lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat selama 6 bulan.43 Selain itu aktivitas fisik juga meningkatkan level high density lipoprotein (HDL) yang dianggap terlibat dalam mempertahankan integritas sistem saraf dan fungsi kognitif.44 Bherer dan kawan-kawan dalam penelitiannya menggunakan MRI terhadap 165 lansia non-demensia, menemukan bahwa peningkatan aktifitas kebugaran berhubungan dengan struktur hippocampus yang berkorelasi dengan peningkatan fungsi memori yang lebih baik.6 Sedangkan sebuah studi neuroimaging lain menunjukan bahwa latihan aerobik rutin selama 6 bulan meningkatkan volume substansia alba dan grisea terutama yang terletak di korteks prefrontal. 45 2.6.
Pengaruh Aktifitas Sosial Terhadap Fungsi Kognitif Pada lansia, mereka yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial diketahui
dapat membantu menstimulasi fungsi kognitif dan memperlambat terjadinya kepikunan.29 Aktifitas sosial mendatangkan efek positif bagi psikologi seseorang dintaranya menimbulkan rasa kepercayaan diri, sehingga berdampak baik bagi fungsi kognitif lansia. Efek positif tersebut dapat mengaktifasi struktur neural dan sistem mesolimbik sehingga mendatangkan efek protektif bagi kesehatan.46,47 Beberapa penelitian mengatakan bahwa aktifitas sosial bersifat menstimulasi dan menjaga fungsi kognitif, memperbaiki kondisi kesehatan umum dan mengurangi
17
risiko terkena penyakit kardiovaskuler, mengurangi depresi dan menumbuhkan kebiasaan hidup sehat.8,48,49 Ertel dkk mendapatkan bahwa setiap penambahan skor aktifitas sosial berhubungan dengan meningkatnya level fungsi kognitif secara umum dan menurunkan resiko gangguan fungsi kognitif.50 Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif lebih lanjut, aktivitas sosial memiliki pengaruh tidak langsung dalam memperlambat proses patologi pada otak yang berhubungan dengan fungsi kognitif sehingga dapat menurunkan risiko demensia.51 Sebuah penelitian di California menemukan bahwa koneksi sosial yang aktif merupakan faktor protektif bagi fungsi kognitif seseorang. Aktifitas dan koneksi sosial bahkan berperan dalam memperlambat kejadian demensia dan penyakit Alzheimer.52 Sebuah studi lain tentang hubungan antara keterikatan sosial dan kejadian penurunan kognitif dalam suatu komunitas lansia juga menunjukan bahwa lansia dengan keterikatan dan aktifitas sosial yang tinggi mempunyai resiko penurunan fungsi kognitif yang lebih lambat.28
18
2.7.
Kerangka Teori Peningkatan volume substansia grisea Menurunkan tekanan darah
Aktivitas Fisik : Ketahanan Kelenturan Kekuatan
Meningkatkan HDL F Mempertahankan plastisitas saraf
U N
Meningkatkan produksi IGF-1
S I
Memperbaiki kesehatan umum Aktivitas Sosial : Kegiatan sosial : keagamaan, olahraga, persahabatan, hobi, gotong royong Menjadi guru tamu dan pendamping sosial
Mengurangi depresi
K
Menimbulkan kepercayaan diri
O
Meningkatkan fungsi memori
N
G
I T
Usia Pendidikan
Faktor lain
Jenis kelamin
Penyakit atau kondisi lain yang menyebabkan gangguan pada otak
I F
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL , HIPOTESIS
3.1.
Kerangka Konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
Aktivitas Fisik
Fungsi Kognitif pada Lansia
Aktivitas Sosial
Faktor Lain 3.2.
Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Jenis kelamin
Definisi operasional : ciri-ciri dari penampilan fisik seseorang yang menunjukan perbedaan biologis laki-laki dan perempuan.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner
Hasil ukur : 0 = laki-laki 1 = perempuan
Skala ukur : nominal
3.2.2. Usia
Definisi operasional : usia responden dalam hitungan tahun, dari lahir hingga ulang tahun terakhir pada saat dilakukan wawancara.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner
Hasil ukur : 0 = 60-74 1 = 75-90
Skala ukur : nominal
19
20
3.2.3. Tingkat Pendidikan
Definisi operasional : tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan responden. Tidak terhitung pendidikan yang sedang dijalani.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner
Hasil : 0 = rendah ≤ SMP 1 = tinggi ≥ SMA
Skala ukur : ordinal
3.2.4. Aktivitas fisik
Definisi operasional : setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot dan memenuhi unsur ketahanan, kekuatan, kelenturan rangka sehingga menghasilkan energi yang berfungsi untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner
Hasil : Sangat Ringan: 1,20 - 1,39 Ringan: 1,40 - 1,69 Sedang: 1,70 - 1,99 Berat: 2,00 - 2,40
Skala : ordinal
3.2.5. Aktivitas sosial
Definisi operasional : kegiatan yang dilakukan bersama-sama dan sifatnya informal dan bukannya aktivitas yang sifatnya soliter, seperti menonton tv, membaca, atau mengerjakan berbagai hobi.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner
Hasil : Kurang aktif : 0-14 Aktif : 15-30
Skala : ordinal
21
3.2.6. Fungsi Kognitif
Definisi operasional : pekerjaan yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner
Hasil : ≥ 24 : tidak ada gangguan 18-23 : MCI 0-17 : gangguan kognitif berat
3.3.
Skala ukur : ordinal
Hipotesis Aktivitas fisik dan sosial berpengaruh dalam mencegah penurunan fungsi kognitif. Aktivitas fisik lebih berpengaruh dalam mencegah penurunan fungsi kognitif dibanding aktivitas sosial.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Desain Penelitian Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitik, cross sectional. 4.2.
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 25 hari pada tanggal 10 Desember 2014 – 3
Januari 2015 di Padukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. 4.3.
Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi Target Populasi target penelitian adalah seluruh lansia usia ≥ 60 di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
Populasi Terjangkau Populasi terjangkau penelitian adalah seluruh lansia usia ≥ 60 di Padukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
4.3.2. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia ≥ 60 tahun pertanggal 10 Desember 2014 dan bertempat tinggal di Padukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang memenuhi kriteria inklusi. 4.4.
Estimasi Besar Sampel Perhitungan jumlah menggunakan rumus : n=
(Zα)2PQ d2
Keterangan : Zα
: derivat baku alpha (96%)
p
: prevalensi tidak diketahui jadi peneliti mengunakan nilai 0,5
22
23
:1–p
Q
1 – 0,5 = 0,5 d n=
: derajat ketepatan yang diinginkan 10% (Zα)2PQ
= (1,96)20,5 X 0,5
d2
0,12
= 0,9604
= 96,04 = 97
untuk menghindari adanya drop out sampel ( n ) dikalikan 10% dari total penghitungan sampel n X 10%
= 97 X 0,1 = 9,7 responden = 10 responden
Jadi total sampel yang akan diteliti sebesar 97 + 10 = 107 responden Setelah menentukan besar sampel, maka jumlah sampel yang diperoleh harus di uji tingkat validitas dengan syarat p X n ≥ 5 0,5 X 97 = 49 (minimal sampel valid ). Pedukuhan Murangan terdiri dari 4 RW dan 13 RT
Tabel 2. Daftar Jumlah lansia di Pedukuhan Murangan Padukuhan
RW
1
Murangan
2 3
4 Jumlah
RT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13 11 12
Jumlah lansia/RT 30 20 17 14 22 20 8 10 11 21 10 19 17
219
24
Jumlah sampel dari masing-masing RT
ditentukan kembali dengan rumus n =
(populasi kelas / jumlah populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan. RW 1 :
RT 1: RT 2: RT 3: RT 4:
RW 2 :
RT 5: RT 6: RT 7:
RW 3 :
RT 9:
30
= 14,6 = 15
𝑥 107
= 9,7 = 10
𝑥 107
= 8,3 = 9
𝑥 107
= 6,8 = 7
𝑥 107
= 10,7 = 11
𝑥 107
= 9,7 = 10
𝑥 107
= 3,9 = 4
20 219 17 219 14 219 22 219 20 219 8 219 11 219
RT 10: RT 13: RW 4:
𝑥 107
219
RT 11: RT 12:
𝑥 107
21
𝑥 107
= 10,2 = 11
𝑥 107
= 4,8 = 5
𝑥 107
= 9,2 = 10
𝑥 107
= 8,3 = 9
219 10 219 19 219 17 219
= 5,3 = 6
Sehingga dari keseluruhan sampel kelas tersebut adalah 15 + 10 +9 + 7 + 11 + 10 + 4 + 6 + 11 + 5 + 10 + 9 = 107. 4.5.
Cara Pengambilan Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling. Dalam
penelitian ini dipilih sampel dari masing-masing RT dengan menggunakan rumus n = (populasi kelas / jumlah populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan. 4.6.
Kriteria Responden 4.6.1. Kriteria Inklusi 1. Usia ≥ 60 tahun. 2. Berdomisili di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
25
4.6.2. Kriteria Eksklusi 1. Responden menolak untuk ikut dalam penelitian. 2. Responden tidak dapat berkomunikasi. 3. Responden tidak dapat membaca dan menulis. 4.7.
Cara Pengumpulan dan Alat Pengambilan Data Ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Alat ukur
: Kuisioner
b) Teknik Pelaksanaan : 1. Peneliti akan mengunjungi rumah responden, memperkenalkan diri, menjelaskan sekilas tentang maksud dan tujuan penelitian, meminta persetujuan dan setelah itu melakukan wawancara. Wawancara dilakukan ditempat yang tenang dengan tujuan meminimalisir adanya gangguan selama wawancara berlangsung. 2. Jika terdapat kesulitan dalam bahasa, peneliti meminta bantuan penterjemah. 3. Peneliti kemudian melakukan wawancara secara sistematis sesuai dengan isi kuisioner selama kurang lebih 30 menit. 4. Peneliti menulis pada lembar kuisioner semua jawaban dari responden tanpa adanya subjektivitas dari peneliti. 5. Peneliti melakukan pengecekan dan pengolahan data hasil wawancara. 6. Peneliti menganalisis data dan setelah itu melakukan pengambilan kesimpulan. 4.8.
Rencana Pengolahan Dan Analisis Data Tahap-tahap setelah data terkumpul dari kuisioner adalah sebagai berikut : 1. Editing Data yang terkumpul pada kuisioner diperiksa kelengkapan, kejelasan jawaban, relevansi, dan kekonsistenan dalam menjawab. Jika terdapat kekurangan jawaban responden maka bisa dilakukan wawancara ulang untuk memperbaiki jawaban. 2. Coding Data tersebut kemudian dimodifikasi menjadi data yang dapat dengan mudah dianalisis lebih lanjut.
26
3. Entry Setelah pengisian kuisioner telah selesai dilakukan maka dilakukan pemrosesan data agar data dapat dianalisis. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam komputer (proses entry). Data entry ini akan dilakukan dengan program komputer, yaitu SPSS. Persiapan untuk data entry seperti penyiapan program dan pembuatan template, data editing pra data entry; dan penamaan variabel dalam template data entry. double data entry akan dilakukan untuk meningkatkan akurasi data, kemudian hasil tersebut akan dibandingkan untuk melihat kesalahan pada pemasukan data. 4. Clean data Sebelum diolah, data perlu dilakukan clean up untuk mencegah terjadinya kesalahan waktu memasukkan data. Data cleaning dapat dilakukan secara manual dengan membuat tabel distribusi frekuensi dari semua variabel dan membuat tabel silang. 5. Analisis Data Analisis data diakukan untuk menjawab tujuan penelitian dengan melakukan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih sederhana, mudah dibaca dan menggunakan program analisis statistik. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis.
BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA
Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY terdiri dari 4 RW dan 12 RT dengan jumlah lansia pertanggal 10 Desember 2014 – 3 Januari 2015 sebesar 219 orang. Dengan menggunakan metode stratified random sampling terpilih jumlah responden sebanyak 107 orang. Seluruh reponden yang terpilih memenuhi kriteria inklusi serta bersedia untuk diwawancarai. Berikut distribusi responden berdasarkan beberapa kelompok serta hasil analisis hubungan dan pengaruh variabel aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif lansia. 5.1.
Karakteristik Jenis Kelamin Lansia Pada penelitian ini jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingan
jumlah responden laki-laki yaitu berjumlah 59 (55,1%) responden. Tabel 5.1. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY Jumlah Responden
Jenis Kelamin
N
%
Perempuan
59
55,1
Laki-laki
48
44,9
Total
107
100%
5.2.
Karakteristik Usia Lansia Pada penelitian ini, responden yang berusia 60-74 tahun lebih banyak
jumlahnya, yaitu 86 (80,4%) orang. Sisanya yang berumur 75-90 tahun berjumlah 21 (19,6%) orang. Tabel 5.2. Karakteristik Usia Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY Umur 60-74 75-90 Total
Jumlah Responden N 86 21 107
% 80,4 19,6 100% 27
28
5.3.
Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia Pada penelitian ini, jumlah responden yang berpendidikan rendah (≤SMP)
lebih banyak yaitu 73 (68,2%) orang. Sisanya, responden yang berpendidikan tinggi (≥SMP) berjumlah 34 (31,8%) orang. Tabel 5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY Jumlah Responden Tingkat Pendidikan N
%
Tidak sekolah
19
17,7
Tidak tamat SD
14
13,1
Tamat SD
22
20,6
Tamat SMP
18
16,8
Tamat SMA
11
10,3
Tamat Perguruan Tinggi
23
21,5
Total
107
100%
5.4
Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia Pada penelitian ini responden yang melakukan tingkat aktivitas fisik berat
lebih banyak jumlahnya yaitu 62 (57,4%) orang. Responden yang melakukan aktivitas fisik sangat ringan dan sedang berjumlah 32 (29,6%) orang dan responden yang melakukan aktivitas fisik ringan berjumlah 13 (12%) orang. Tabel 5.4. Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY Aktivitas Fisik
Jumlah Responden N
%
Sangat Ringan
16
14,8
Ringan
13
12
Sedang
16
14,8
Berat
62
Total
107
57,4 100
29
5.5.
Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia Responden dalam penelitian ini lebih banyak yang aktif melakukan aktivitas
sosial, yaitu sebanyak 87 (81,5%) orang. Sedangkan sisanya yaitu 20 (18,5%) orang kurang aktif melakukan aktivitas sosial. Tabel 5.5. Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY Jumlah responden
Aktivitas sosial
N
%
Kurang aktif
20
18,5
Aktif
87 107
81,5 100
Total
5.6.
Gambaran Fungsi Kognitif Lansia Pada penelitian ini, lebih banyak responden yang tidak memiliki gangguan
fungsi kognitif yaitu 61 (56,5%) orang. Responden dengan gangguan fungsi kognitif ringan berjumlah 40 (38%) dan gangguan fungsi kognitif berat berjumlah 6 (5,5%) orang. Tabel 5.6. Gambaran Fungsi Kognitif Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY Fungsi Kognitif Berat Ringan Tidak ada Total
5.7.
Jumlah Responden N
%
6
5,5
40 61 107
38 56,5 100
HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA JENIS KELAMIN DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.7 diketahui bahwa secara
statistik variabel jenis kelamin dengan fungsi kognitif lansia tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,367 (p>0,05). Lansia perempuan yang
30
memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 24 (52,2%) orang dan lansia laki-laki yang memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 22 (47,8%) orang. Tabel 5.7. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif Lansia Fungsi Kognitif Variabel
Jenis Kelamin
5.8.
Gangguan
Normal
n
%
n
Perempuan
24
52,2
Laki-laki
22
Total
46
Total
%
n
%
35 57,4
59
55,1
47,8
26 42,6
48
44,9
100
61
107
100
100
P
OR
0,367
0,81
HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA USIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.8 diketahui bahwa secara
statistik variabel jenis kelamin dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,004 (p<0,05). Lansia usia 60-74 tahun yang memiliki gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih banyak (67,4%) dibandingkan dengan lansia usia 75-90 tahun (32,6%). Nilai OR 0,225 menjelaskan bahwa lansia dengan usia 75-90 tahun mempunyai kemungkinan 22,5 kali (95,7%) untuk mengalami gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan lansia usia 60-74 tahun. Tabel 5.8. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Usia dengan Fungsi Kognitif Lansia Fungsi Kognitif Variabel
Usia
Gangguan
Total
Normal
n
%
N
%
n
%
60-74
31
67,4
55
90,2
86
80,4
75-90
15
32,6
6
9,8
21
19,6
Total
46
100
61
100
107
100
P
OR
0,004 0,225
31
5.9.
HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA Dari hasil analisis yang terdapat pada tabel 5.9 diketahui bahwa secara
statistik variabel pendidikan dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,005). Lansia berpendidikan rendah yang memiliki gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih banyak (95,7) dibandingan dengan lansia yang berpendidikan tinggi (4,3%). Nilai OR 22,7 menunjukan bahwa lansia dengan pendidikan rendah mempunyai kemungkinan 22,7 kali (95,7%) untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Tabel 5.9. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif Lansia Fungsi Kognitif Variabel
Tingkat Pendidikan
5.10.
Total
Gangguan
Normal
N
%
N
Rendah
44
95,7
29 47,5
73
68,2 0,000 22,7
Tinggi
2
4,3
32 52,5
34
31,8
Total
46
100
61
107
100
%
100
n
P
OR
%
HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.10 diketahui bahwa secara
statistik kedua variabel mempunyai hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai OR yang didapatkan ialah 25,1. Hal ini menunjukan bahwa lansia dengan aktivitas fisik sangat ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Nilai OR sebesar 25,1 juga dapat diinterpretasikan bahwa probabilitas lansia yang mempunyai aktivitas fisik sangat ringan dan ringan untuk mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebesar 96,1 %.
32
Tabel 5.10. Analisis Uji Chi Square Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia Fungsi Kognitif Variabel
Gangguan
Total
Normal
P
OR
N
%
N
%
N
%
ringan
26
56,5
3
4,9
29
27,1 0,000 25,1
Sedang + berat
20
43,4 58 95,1
78
72,9
Total
46
100
107
100
Sangat ringan +
Fisik
5.11.
61
100
HASIL ANALISIS UJI CHI-SQUARE ANTARA AKTIVITAS SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.11 diketahui bahwa kedua
variabel mempunyai hubungan yang bermakna antara aktivitas sosial dengan fungsi kognitif lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai OR yang didapatkan ialah 42,2. Hal ini menunjukan bahwa lansia yang kurang aktif melakukan aktivitas sosial mempunyai kemungkinan 42,2 kali untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Nilai OR sebesar 42,2 juga dapat diinterpretasikan bahwa probabilitas lansia yang kurang melakukan aktivitas sosial untuk mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebesar 97,6 %. Tabel 5.11. Hasil Analisis Uji Chi Square Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif Lansia Fungsi Kognitif Variabel
Sosial
Gangguan
Normal
Total
P
OR
N
%
N
%
N
%
Kurang aktif
19
41,3
1
1,6
20
18,7 0,000 42,2
Aktif
27
58,6
60
98,3
87
81,3
46
100
61
100
107
100
33
5.12.
HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 5.12 diketahui
bahwa nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,330 mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif lansia adalah sebesar 33%. Tabel 5.12. Analisis Regresi Sederhana Antara Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif
5.13.
Variabel
R2
p
aktivitas fisik
0,330
0,000
HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA ANTARA AKTIVITAS SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 5.13 diketahui
bahwa nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel aktivitas sosial berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,254 mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif lansia adalah sebesar 25,4%. Tabel 5.13. Analisis Regresi Sederhana Antara Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif Variabel
R2
p
aktivitas fisik
0,254
0,000
BAB VI PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY usia rata-rata terbanyak responden ialah 60-74 (80,4%) tahun dengan usia tertinggi 90 tahun. Rata-rata responden berjenis kelamin perempuan (55,1%) dengan pendidikan terakhir terbanyak ialah berpendidikan rendah (68,2%). Kebanyakan responden aktif melakukan aktivitas fisik dan aktivitas sosial sehingga lebih banyak lansia yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, salah satu aktivitas fisik yang dilakukan ialah mengikuti senam lansia yang diadakan 3 kali dalam seminggu. Responden juga masih banyak yang melakukan aktivitas fisik yang sifatnya cukup berat antara lain mengerjakan lahan pertanian dan berjalan jarak jauh. Selain itu lansia juga aktif mengikuti aktivitas sosial, baik yang diadakan didalam lingkungan seperti pengajian dan gotong royong maupun diluar lingkungan seperti mengikuti kegiatan perkumpulan lansia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif selain aktivitas ialah jenis kelamin. Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan fungsi kognitif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas dkk yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil skor penilaian fungsi verbal dan memori pada lansia pria dan wanita.53 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafael dkk di Peru, dalam penelitiannya fungsi kognitif pada lansia wanita lebih baik daripada lansia pria dalam hal memori dan perintah, sedangkan fungsi kognitif lansia pria lebih baik dari wanita dalam hal orientasi dan visiospasial.54 Selain faktor jenis kelamin, faktor lain yang mempengaruhi fungsi kognitif lansia adalah usia dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara usia dengan fungsi kognitif lansia serta tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif lansia. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yao yang mengatakan bahwa usia merupakan faktor risiko bagi kognisi pada lansia dan menjadi faktor utama bagi penurunan kemampuan kognitif lansia.55 Penelitian oleh Wu pada lansia di Taiwan menunjukan adanya hubungan
34
35
antara tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif, lansia dengan tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki masalah kognitif dibandingkan dengan lansia yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.56 Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia (p=0.000). Lansia yang melakukan aktivitas fisik intensitas sedang dan berat cenderung mempunyai fungsi kognitif yang baik. Hal yang sama dijumpai dalam 6 penelitian yang dilakukan Milfa, Blonde, Baker, Allison, Middleton dan Tung Wai.7,57-61 Aktivitas fisik berhubungan dengan menurunnya risiko terkena demensia sampai 18% dan semakin berat tingkat aktivitas fisik lansia akan memperlambat penurunan fungsi kognitifnya. Erickson dkk dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin jauh seseorang berjalan berhubungan dengan lebih besarnya volume substansia grisea sembilan tahun kemudian.62 Hasil odds ratio penelitian ini menunjukkan bahwa lansia dengan aktivitas fisik sangat ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali (96,1%) untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Hasil tersebut sejalan dengan tiga penelitian di Amerika Serikat yaitu penelitian tahun 2004 oleh Weuve, tahun 2010 oleh Geda, dan tahun 2001 oleh Yaffe.39,63-64 Dalam ketiga penelitian tersebut dikatakan bahwa nilai odds ratio untuk kejadian penurunan fungsi kognitif lebih rendah pada lansia yang aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa, di Pedukuhan Murangan lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat mempunyai kemungkinan lebih kecil (3,9%) untuk mengalami penurunan fungsi kognitif. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif (p=0,000). Pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif lansia adalah sebesar 33%. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bherer dkk yang menyimpulkan bahwa aktivitas fisik mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan melakukan aktivitas fisik terjadi peningkatan pelepasan brain-derived neurotrophic factor (BDNF). BNDF berfungsi menjaga
fungsi
otak
antara
lain
sebagai
neuroprotektif,
neuroplastisitas,
meningkatkan volume hippocampus serta mempengaruhi memori dan kemampuan belajar.6 Selain aktivitas fisik, penelitian ini juga mencari hubungan aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif lansia. Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan bermakna antara tingkat aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif lansia (p=0,000).
36
Selain ditemukannya hubungan bermakna antara tingkat aktivitas sosial dan fungsi kognitif lansia, hasil odds ratio penelitian ini juga menunjukan bahwa bahwa lansia yang kurang aktif melakukan aktivitas sosial mempunyai kemungkinan 42,2 kali (97,6%) untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Artinya lansia yang aktif dalam aktivitas sosial memiliki resiko lebih rendah (2,4%) untuk mengalami pnurunan fungsi kognitif. Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian oleh James (2011) dan Yoqing (2012) yang menyatakan bahwa lansia yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial mempunyai skor fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif berpartisipasi.26,65 Hasil analisis regresi sederhana penelitian ini menjelaskan bahwa variabel aktivitas sosial berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif sebesar 25,4%. Hasil yang sama diungkapkan dalam Foubert dkk dalam penelitiannya terhadap lansia di Perancis yang menyimpulkan bahwa aktivitas sosial berpengaruh terhadap penurunan resiko kejadian dimensia.66 Teori tentang pengaruh aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif dijelaskan oleh Glass dkk dalam penelitiannya terhadap lansia di Amerika. Aktifitas sosial mendatangkan efek positif bagi psikologi seorang yang dapat mengaktifasi struktur neural dan sistem mesolimbik sehingga mendatangkan efek protektif bagi kesehatan.47 Penelitian yang dilakukan pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY ini memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan. Pertama, pengukuran aktivitas fisik dan sosial responden dilakukan berdasarkan laporan ingatan responden sehingga memungkinkan terjadinya bias recall.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dengan mengacu pada tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY aktif melakukan aktivitas fisik sedang dan berat (72,2%). 2. Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY aktif melakukan aktivitas sosial ( 81,5%). 3. Sebagian besar (56,5%) lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY tidak mempunyai gangguan fungsi kognitif. 4. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan sosial dengan fungsi kognitif lansia (p=0,000) di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. 5. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang lebih besar (33%) terhadap fungsi kognitif dibandingkan dengan aktivitas sosial (25,4%) pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. 6. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan fungsi kognitif (p=0,367). Sementara itu terdapat hubungan antara usia (p=0,004) dan pendidikan (p=0,000) dengan fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
7.2.
Saran Peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya : 1. Untuk menghindari adanya bias recall, peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan metode observasi dalam periode waktu tertentu terhadap aktivitas fisik dan sosial yang dilakukan lansia. 2. Dapat dilakukan perlakukan terhadap kelompok yang ingin diteliti kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Misalnya, peneliti dapat membentuk kelompok lansia yang melakukan senam dan kegiatan penyaluran hobi kemudian dibandingkan dengan lansia lain yang tidak ikut berpartisipasi. 37
38
3. Adanya penelitian lanjut yang dilakukan terhadap sekelompok lansia yang melakukan jenis aktivitas fisik atau aktivitas sosial yang lebih spesifik. Misalnya meneliti lansia yang aktif mengikuti aktivitas fisik senam Tai Chi atau aktivitas sosial religius.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kementrian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta; 2013.
2.
Siti PS. Usia lanjut di Indonesia. Dalam: Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada;2011. h.4-7.
3.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Kesehatan Usia Lanjut [Internet]. [cited 2014 Feb 2011]. Available from: http://dinkes.slemankab.go.id/kesehatan-usialanjut.
4.
Pemerintah Kabupaten Sleman. Bina Keluarga Lansia, Upaya Pemerintah Maksimalkan Kesejahteraan Lansia [Internet]. [cited 2014 Feb 2013]. Available from: http://www.slemankab.go.id/3411/bina-keluarga-lansia-upayapemerintah-maksimalkan-kesejahteraan-lansia-sleman-2.slm.
5.
Wreksoatmodjo RB. Cermin Dunia Kesehatan. Dalam: Beberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang Merupakan Faktor Resiko Gangguan Fungsi Kognitif. Jakarta. Kable Farma. 2014;41:25-32.
6.
Bherer L, Erickson KI, Liu-Ambrose T. A review of the effects of physical activity and exercise on cognitive and brain functions in older adults. Journal of Aging Research. 2013;1-8.
7.
Milfa SM, Afriwardi, Rose DM. Hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada usila di kelurahan jati kecamatan padang timur. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;3:202-5.
8.
Wreksoatmodjo RB. Pengaruh Sosial Engagement Terhadapt Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta [thesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta; 2013.
9.
Fatmah. Aktivitas fisik dan olahraga bagi lansia. Dalam: Astikawati R, editor. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga; 2010. h.166-8.
10.
Nina S. Hubungan Status Mental dengan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari pada Lanjut usia di Kelurahan Banjardowo, Gunuk Semarang [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah. Semarang; 2012.
11.
Endang S. Menuju Lansia Paripurna. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta; 2014. 39
40
12.
Kendra C. Integrity Versus Despair: Stage Eight of Phychosocial Development.
[Internet].
[cited
2014 Jul
14]
Available
from
:
http://psychology.about.com/od/psychosocialtheories/a/integrity-versusdespair.htm. 13.
Proposed Working Definition of an Older Person in Africa for the MDS Project [Internet]. [cited 2014 Jul 14]. Available from : http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/.
14.
Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. [Internet]. [cited 2014 Jun 14]. Available from www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp.
15.
WHO. Physical activity [Internet]. [cited 2014 Jul 14]. Available from: http://www.who.int/topics/physical_activity/en/.
16.
W Paigae. What is the FITT principle [Internet]. [cited 2014 Jul 23]. Available from:http://exercise.about.com/old/weightloss/g/FITTprinciple.htm.
17.
Physical activity for everyone: the benefits of physical activity. CDC. [Internet]. [cited 2014 Jul 23]. Available from: http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/health/.
18.
Definitions: Health, Fitness, and Physical Activity. The President’s Council On Physical Fitness and Sports. Department of Health and Human Service; 2010.
19.
WHO | Physical Activity and Older Adults. [Internet]. WHO. [cited 2014 Jul 20]. Available from: http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_olderadults/en/.
20.
Physical Activity for Everyone: Guidelines: Older Adults. CDC. [Internet]. [cited 2014 Jul23]. Available from: http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/guidelines/olderadults.html.
21.
Borodulin
K.
Physical
Activity,
Fitness,
Abdominal
Obesity,
And
Cardiovascular Risk Factors In Finnish Men And Women [thesis]. Helsinki (Finland): University of Helsinki; 2006. 22.
Kraisid Tontisirin. Human energy requirements [report series]. Roma. FAO/WHO/UNU Expert Consultation; 2001.
41
23.
Papila DE. Aging Psychology Aspects. In: Stems HL, Teldman RD, Camp CJ, editor. Adult Development And Aging.Ed 2. McGraw-Hill. New York; 2002. p.32.
24.
Marthuranath PS, George A, Cherian PJ, Mathew R, Sarma PS. Instrumental activities of daily living scale for dementia screening in elderly people. Journal International Psyhogeriatrics. 2004;3:461-74.
25.
[BkkBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia. Ed ke 6. Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan. Jakarta; 2012.
26.
James BD, Wilson RS, Barnes LL, Bennett DA. Late-life social activity and cognitive decline in old age. Journal of the International Neuropsychological Society. 2011;17:998–1005.
27.
Puspita, Noviana, Dewi, Lukita Z. Perbedaan Tingkat Worry Antara Lansia yang Mengikuti Aktivitas Sosial dan Tidak Mengikuti Aktivitas Sosial [thesis].
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya. Jakarta; 2006. 28. Wang H-X, Karp A, Winblad B, Fratiglioni L. Late-life engagement in social and leisure activities is associated with a decreased risk of dementia: a longitudinal study from the Kungsholmen project. Am J Epidemiol. 2002;155:1081–7. 29.
Glei DA, Landau DA, Goldman N, Chuang YL, Rodríguez G, Weinstein M. Participating in social activities helps preserve cognitive function: an analysis of a longitudinal, population-based study of the elderly. Int J Epidemiol. 2005;34:864–71.
30.
Darmono S. Kesadaran dan kognisi. Dalam: Elvira DS, Hadisukanto G, editor. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke 2. Jakarta. FKUI. 2013. h.63.
31.
Podewils LJ, Guallar E, Kuller LH, Fried LP, Lopez OL, Carlson M. Physical activity, APOE genotype, and dementia risk: findings from the cardiovascular health cognition study. Am J Epidemiol. 2005;161:639–51.
32.
Sidiarto, Jokosetio. Proses ingat dan lupa. Dalam: Sribawa S, editor. Memori Anda Setelah Usia 50. Jakarta. Universitas Indonesia. 2003. h.30.
33.
Glisky EL. Changes in cognitive function in human aging. In: Riddle DR. Brain Aging: Models, Methods, and Mechanisms [ebook]. Boca Raton (FL): CRC Press; 2007.
42
34.
Myers JS. Factors associated with changing cognitive function in older adults: implications for nursing rehabilitation. Rehabil Nurs. 2008;33:117– 23.
35.
Akdag B, Telci EA, Cavlak U. Factors affecting cognitive function in older adults: a Turkish sample. International Journal of Gerontology. 2013;7:137–41.
36.
Siti PS. Berbagai perubahan kognitif. Dalam: Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. 2011. h.68.
37.
Folstein MF, Folsten SF, McHugh PR. Mini-mental state : a practical method for grading the cognitive state of patients for the clinician. J Psychiatr Res. 1975;12:189-98.
38.
Rogers RL, Meyer JS, Mortel KF. After reaching retirement age physical activity sustains cerebral perfusion and cognition. J Am Geriatr Soc. 1990;38:123–8.
39.
Weuve J, Kang JH, Manson JE, Breteler MM, Ware JH, Grodstein F. Physical activity, including walking, and cognitive function in older women. JAMA. 2004: 292;1454–61.
40.
Rasmussen P, Brassard P, Adser H. Evidence for a release of brain-derived neurotrophic factor from the brain during exercise. Exp Physiol. 2009;94:106269.
41.
Vayman D, Gomez PF. License to run: exercise impacts functional plasticity in the intact and injuried central nervous system by using neurothropines. Neurorebabil Neural Repair. 2005;19:283-95.
42.
Seifert T, Brassard P, Wissenberg M. Endurance training enhance BDNF release from the human brain. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 2010;298:372-77.
43.
Cassilhas RC, Viana VA, Grassmann V. The impact of resistance exercise on the cognitive function of the elderly. Med Sci Sports Exerc. 2007;39:1401-7.
44.
Podewils LJ, Guallar E, Kuller LH, Fried LO, Lopez OL, Carlson M et al. Physical activity, APOE genotype, and dementia risk : findings from the cardiovascular health cognition study. Am J Epidemol. 2005;161:639-51.
45.
Colcombe SJ, Ericson KI, Raz N, Webb AG, Cohen NJ, McAuley E et al. Aerobic exercise training increases brain volume in aging humans. J Gerontol A Bio Sci med Sci. 2003;58:176-80.
43
46.
Siegrist J. Social productivity and well-being of older people: a sociological exploration. Social Theory and Health. 2004;2:1–17.
47.
Glass TA, de Leon CM, Marottoli RA, Berkman LF. Population based study of social and productive activities as predictors of survival among elderly Americans. BMJ. 1999;319:478–83.
48.
Yuda Turana. Stimulasi otak pada kelompok lansia di komunitas. Dalam: Gambran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Dalam: Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 2013. h.19.
49.
Polidori MC, Nelles G, Pientka L. Prevention of dementia: focus on lifestyle. International Journal of Alzheimer’s Disease. 2010;10:1-9.
50.
Ertel KA, Glymour MM, Berkman LF. Effect of social integration on preserving memory function in a nationally representative US elderly population. AM J Public Health. 2008;98:1215-20.
51.
Crooks VC, Lubben J, Petitti DB, Little D, Chiu V. Social network, cognitive function, and dementia incidence among elderly women. AM J Public Health. 2008;98:1221-7.
52.
Ristau S. People do need people: social interaction boots brain health in older age. Journal of the American Society on Aging. 2011;35:70-6.
53.
Thomas D, Ablert R, Cherly V, Jocelyn S, Galen J. Gender differences and cognition among older adults. A Neurophys Cog. 2006;12:78-88.
54.
Rafael N, Javier O. Gender differences in cognitive abilities among the elderly poor of Peru [paper discussion]. Luxembourge. University of Luxembourge; 2014;1-21.
55.
Yao S, Zeng H, Sun S. Investigation on status and influential factors of cognitive function of the community-dwelling elderly in Changsha city. Journal of Gerontology and Geriatrics. 2009;49:329-34.
56.
Wu MS, Lan TH, Chen CM, Chiu HC, Lan TY. Socio-demographic and health-related factors associated with ciognitive impairment in the elderly in Taiwan. BMC Public Health. 2011;11:2-8.
57.
Blondell SJ, Hammersley-Mather R, Veerman JL. Does physical activity prevent cognitive decline and dementia?: a systematic review and metaanalysis of longitudinal studies. BMC Public Health. 2014;14:510.
44
58.
Baker LD, Prank LL, Foster SK, Green PS, Wilkinson CW, McTiernan A et al. Effects of aerobic exercise on mild cognitive impairment: a controlled trial. Arch Neurol. 2010;67:9-71.
59.
Allison J, Soham Al, Saad M, Kyriakos S, James E, Graham et al. Role of physical activity in reducing cognitive decline in older mexican-american adults. J Ant Geriatr Soc. 2014;62:1786-91.
60.
Middleton LE, Manini TM, Simonsic EM, Harris TB, Tamara B, Deborah E et al. Activity energy expenditure and incident cognitive impairment in older adults. Arch Intern Med. 2011;171:1251–7.
61.
Tung WA, Timothy K, Jenny L, Ping CL, Jason L, Jean W. Functional decline in cognitive impairment-the relationship between physical and cognitive function. Neuroepidemiology. 2008;31:167-73.
62.
Erickson KI, Raji CA, LopezOL, Becker JT, Rosano C, Newman AB et al. Physical activity predicts gray matter volume in late adulthood. Neurology. 2010;75:1415-22.
63.
Geda YE, Roberts RO, Knopman DS, Teresa J, Christianson TJ, Pankratz VS et al. Physical exercise, aging, and mild cognitive impairment: a populationbased study. Arch Neurol. 2010:67;80–6.
64.
Yaffe K, Barnes D, Nevitt M, Lui LY, Covinsky K. A prospective study of physical activity and cognitive decline in elderly women: women who walk. Arch Intern Med. 2001:161;1703–8.
65.
Yoqing H, Lei X, Smith JP, Zhao Y. Effects of social activities on cognitive functions: evidence from charls [Working Paper]. 2012
66.
Foubert S, Goffl L, Helmer C, K Pérès1, Orgogozo JM, Barberger G et al. Change in leisure and social activities and risk of dementia in elderly cohort. J Nutr Health Aging. 2014:18;876-82.
LAMPIRAN
45
46
Lembar Persetujuan Kuisioner Aktivitas Fisik dan Aktivitas Sosial terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia Kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas fisik dan sosial serta untuk mengetahui tingkat fungsi kognitif dari Bapak / Ibu. Bapak / Ibu akan diwawancarai tentang beberapa hal mengenai aktifitas fisik dan sosial yang biasanya dilakukan. Setelah itu akan dilakukan tes sederhana untuk mengetahui tingkat fungsi kognitif Bapak/Ibu. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang pengaruh positif
aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi
kognitif, sehingga dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia. Informasi yang Bapak / Ibu berikan bersifat rahasia dan tidak akan kami sebarkan.
Sebelum wawancara dimulai, kami hendak terlebih dahulu meminta persetujuan Bapak / Ibu. Apakah Bapak / Ibu beredia untuk diwawancarai? 1. Ya 2. Tidak, Alasan
Yogyakarta, ………………………………
Responden
Pewawancara
(…………………..........)
(…………………..........)
47
Aktivitas Fisik FORMULIR SATU KALI 24 JAM RECALL AKTIVITAS FISIK Berikut ini adalah daftar aktivitas fisik yang rutin dilakukan. Kegiatan apa saja yang Bapak/Ibu lakukan setiap hari selama 24 jam. Aktivitas
Waktu (lama melakukan)
Keterangan
48
Aktivitas Sosial 1. Apakah bapak/ibu sedang terlibat dalam perkumpulan organisasi lansia? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 2. Apakah bapak/ibu ikut dalam kegiatan keagamaan ? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 3. Apakah bapak/ibu berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan di lingkungan sekitar rumah? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 4. Apakah bapak/ibu mengikuti kegiatan kebugaran atau senam lansia? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 5. Apakah bapak/ibu mengikuti keanggotaan tertentu? (misalnya pengajian atau kelompok arisan) Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 6. Apakah Bapak / Ibu menghadiri acara perkawinan atau penguburan? Ya…………………….Berapa kali dalam setahun terakhir?….. Tidak 7. Apakah Bapak / Ibu pergi ke tempat-tempat hiburan seperti pertunjukan wayang, bioskop, atau tempat rekreasi lainnya bersama teman atau keluarga? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 8. Apakah Bapak / Ibu mengunjungi anak / saudara kandung? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 9. Apakah Bapak / Ibu dalam 3 bulan ini mengunjungi teman atau relasi? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak 10. Apakah Bapak / Ibu terlbat dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial seperti mengunjungi orang sakit, mengunjungi panti jompo, mengajar anak-anak dan kegiatan sejenisnya? Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?….. Tidak
49
Kuisioner MMSE
I
II
III
IV
V
VI
ORIENTASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 REGISTRASI 11 12 13 ATENSI/KALKULASI 14 15 16 17 18 MEMORI 19 20 21 BAHASA 22 23 24 25
KONSTRUKSI
26 27 28 29 30
Hari Tanggal Bulan Tahun Musim Ruangan saat ini Alamat Kota Propinsi Negara Bola Melati Kursi 93 atau A 86 atau I 79 atau N 72 atau U 65 atau D Bola Melati Kursi Jam Tangan Pensil Namun, tanpa dan bila Ambil kertas ini dengan tangan kanan Lipatlah menadi dua dan Letakkan di lantai Tutup mata anda (tulis kalimat lengkap S+P) Ikuti gambar di bawah ini Total skor
Daftar Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis Kelamin perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki
Usia 70 61 61 67 80 76 65 63 73 63 69 69 61 74 63 63 73 76 71 72 72 76 72
Pendidikan tidak sekolah tamat perguruan tinggi tamat perguruan tinggi tamat perguruan tinggi tidak tamat sd tamat sd tidak tamat sd tamat smp tamat sd tamat sd tamat perguruan tinggi tamat smp tamat smp tamat sd tamat sd tamat sd tamat perguruan tinggi tamat perguruan tinggi tamat smp tamat perguruan tinggi tamat smp tamat sma tamat sd
Aktivitas Fisik sangat ringan Berat Berat Berat sangat ringan Sedang Berat berat ringan berat berat berat berat sedang berat berat sedang sedang ringan ringan sedang sedang sedang
Aktivitas Sosial kurang aktif aktif aktif aktif kurang aktif kurang aktif aktif aktif kurang aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif kurang aktif kurang aktif aktif aktif
Kognitif1 gangguan kognitif normal normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif normal normal gangguan kognitif normal normal normal normal gangguan kognitif normal normal normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif normal gangguan kognitif
Kognitif2 berat tidak ada tidak ada tidak ada berat ringan tidak ada tidak ada ringan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ringan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ringan ringan ringan tidak ada ringan 50
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan perempuan laki-laki laki-laki laki-laki laki-laki perempuan laki-laki laki-laki laki-laki laki-laki laki-laki laki-laki
70 78 70 60 86 62 67 69 60 65 73 62 60 64 73 74 63 63 70 64 62 60 72 63 65
tidak sekolah tamat sd tidak sekolah tamat smp tidak sekolah tidak tamat sd tamat perguruan tinggi tamat perguruan tinggi tamat sma tamat sd tamat sd tamat sd tamat sma tamat sd tamat smp tamat sd tamat sma tamat perguruan tinggi tidak sekolah tidak sekolah tamat sma tamat smp tamat perguruan tinggi tamat smp tidak sekolah
berat sangat ringan berat berat ringan berat berat berat berat berat sangat ringan berat berat berat ringan sangat ringan berat berat sangat ringan berat berat berat ringan berat berat
kurang aktif aktif kurang aktif aktif kurang aktif aktif aktif aktif aktif aktif kurang aktif aktif aktif aktif aktif kurang aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif
gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif normal gangguan kognitif gangguan kognitif normal normal normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif normal gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif normal normal normal normal gangguan kognitif
ringan ringan ringan tidak ada ringan ringan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ringan ringan tidak ada ringan ringan ringan tidak ada tidak ada ringan ringan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ringan 51
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki laki-laki laki-laki laki-laki laki-laki perempuan laki-laki laki-laki laki-laki perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan
68 74 60 68 78 85 73 68 72 62 60 66 75 73 65 63 60 60 70 60 63 88 87 67 65
tamat smp tamat perguruan tinggi tamat smp tamat sd tamat sd tidak tamat sd tidak sekolah tamat perguruan tinggi tidak tamat sd tamat perguruan tinggi tamat sma tamat perguruan tinggi tidak tamat sd tamat perguruan tinggi tamat smp tamat perguruan tinggi tamat sma tidak sekolah tamat smp tamat sma tamat smp tidak sekolah tidak sekolah tamat smp tamat perguruan tinggi
berat sangat ringan berat berat sedang sangat ringan sedang berat sangat ringan berat berat berat sangat ringan sedang berat berat berat berat ringan berat berat sedang sedang sedang sedang
aktif kurang aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif kurang aktif aktif aktif kurang aktif aktif aktif aktif
normal gangguan kognitif normal gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif normal gangguan kognitif normal normal normal gangguan kognitif normal normal normal normal normal gangguan kognitif normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif normal normal
tidak ada ringan tidak ada ringan ringan ringan ringan tidak ada ringan tidak ada tidak ada tidak ada ringan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ringan tidak ada tidak ada ringan berat tidak ada tidak ada 52
74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98
perempuan laki-laki laki-laki perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan
65 78 79 86 63 78 69 70 79 90 75 85 63 64 67 74 65 73 63 66 70 76 63 62 62
tamat perguruan tinggi tamat perguruan tinggi tidak sekolah tidak sekolah tidak sekolah tidak sekolah tamat sma tamat smp tamat smp tamat sd tidak sekolah tidak sekolah tamat smp tidak sekolah tidak tamat sd tamat sd tidak tamat sd tidak sekolah tidak tamat sd tidak tamat sd tamat sd tidak tamat sd tamat perguruan tinggi tamat sd tidak tamat sd
berat berat sangat ringan sangat ringan berat ringan berat ringan sangat ringan sangat ringan ringan sangat ringan berat berat berat ringan berat sangat ringan berat berat berat berat berat berat berat
aktif aktif aktif kurang aktif aktif kurang aktif aktif kurang aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif kurang aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif
normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif normal normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif normal gangguan kognitif normal gangguan kognitif normal gangguan kognitif normal normal normal normal normal normal normal
tidak ada tidak ada ringan berat ringan ringan tidak ada tidak ada tidak ada berat ringan berat tidak ada ringan tidak ada ringan tidak ada ringan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 53
99 100 101 102 103 104 105 106 107
laki-laki laki-laki laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
60 66 67 62 72 73 66 76 68
tamat sma tamat sd tidak tamat sd tidak tamat sd tamat sd tamat sd tamat perguruan tinggi tamat perguruan tinggi tamat sma
berat berat berat ringan sedang ringan berat sedang berat
aktif aktif aktif aktif kurang aktif kurang aktif aktif aktif aktif
normal normal gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif gangguan kognitif normal normal normal
tidak ada tidak ada ringan ringan ringan ringan tidak ada tidak ada tidak ada
54