BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spondylosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang. Spondylosis ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebrae sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebralis dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada spondylosis ini disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan tertekan radiks oleh kantong durameter yang mengakibatkan iskemik dan radang Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L4 – L5 dan L5 – S1. Komponen-komponen vertebrae yang seringkali mengalami spondylosis adalah diskus intervertebralis, facet joint, corpus vertebra dan ligament (terutama ligament flavum) (Harsono dan Soeharso, 2015). Spondylosis lumbalis muncul dari populasi yang asimtomatis. Di dunia spondylosis lumbal dapat mulai berkembang pada usia 20 tahun. Hal ini meningkat, dan mungkin tidak dapat dihindari, bersamaan dengan usia. Kira-kira 84% pria dan 74% wanita mempunyai osteofit vertebralis. Di Amerika Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia lebih dari 40 tahun mengalami spondylosis lumbalis, meningkat dari 3% pada individu berusia 20-29 tahun.(Mahadewa dan Maliawan, 2009). Adapun Spondylosis lumbalis diindonesia terjadi pada pria 8,2% dan wanita 13,7% terjadi pada usi 45-65 tahun (Persatuan Dokter Saraf Indonesia ,2012).
Sedangkan di Banjarmasin tepatnya di Rumah Sakit Drs. Moch Anshari Saleh terdapat 180 Orang kunjungan setiap bulan yang mengalami yang mengalami low back pain myogenik termasuk spondylosis lumbalis (Rekap Rumah Sakit Drs.Moch Anshari Saleh, 2018). Spondylosis lumbalis dapat menyebabkan gangguan impairment berupa nyeri pada punggung bawah, terbatasnya lingkup gerak sendi lumbal, adanya kelemahan otot perut dan punggung. Fungtional limitation berupa kesulitan melakukan gerakan membungkuk, berjalan dalam waktu yang lama dan duduk dalam waktu yang lama karena adanya nyeri yang dirasakan. Disability dalam aktifitas sehari-hari seperti tidak lagi dapat mengikuti kegiatan-kegiatan sosial masyarakat di lingkungannya. Untuk mengembalikan dan mengatasi gangguan impairment, fungtional limitation dan disability tersebut sehingga pasien dapat beraktifitas kembali. dapat menggunakan modalitas fisioterapi berupa Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan berupa William Flexion Exercise serta pemberian edukasi kepada pasien. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi jaringan yang rusak tersebut, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada punggung bawah didapatkan gerakan yang lebih ringan (Garisson 2011) .
William Flexion Exercise adalah exercise therapy yang diperkenalkan oleh Dr. Paul Williams pada tahun 1937. Latihan William Flexion Exercise ini dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang degan memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama otot-otot abdominal dan otot gluteus maksimus
dan
meregangkan
kelompok
ekstensor
punggung
bawah
(Luklukaningsih, 2014). Penelitian Fu-Chun Cen (2017) “A retrospetive study of transcutaneus electrical nerve stimulation for chronic pain following ankylosing spondylitis” disebutkan bahwa dijurnal tersebut efek TENS memberikan manfaat kepada penderita low back pain setelah 6 minggu pengobatan . Dan penelitian Eddy Triono, Rini Widarti (2018) “ penerapan william flexion pada kasus nyeri punggung bawah” disebutkan bahwa latihan william flexion bisa mengurangi nyeri punggung bawah dan meningkatkan aktivitas fungsial lumbal . Berdasarakan penelitian Martharina Friska Pasha, Nur Susanti (2014) dalam judul penelitian “penetalaksaan fisioterapi pada kondisi low back pain akibat spondylosis lumbal dengan modalitas Transcutaneus Electrical Stimulation dan wiliam fleksi” disebutkan dijurnal tersebut TENS dan Wiliam Flexion Exercise dapat
menurunkan
nyeri,
meningkatakan
lingkup
gerak
sendi
dan
meningkatankan kekuatan otot Trunk dan Core yang akhirnya akan meningkatkan aktivitas fungsional lumbal. Dengan pemberian modalitas dan terapi latihan tersebut diharapkan mampu mengurangi nyeri dan terjadi peningkatan fungsional dan mengembalikan aktivitas
fisik pasien menjadi lebih baik. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di Rumah Sakit Drs.Moch Anshari Saleh Banjarmasin tentang penatalaksaan fisioterapi pada kondisis low back pain akibat spondylosis lumbalis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah akibat Spondylosis Lumbal adalah bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus gangguan fungsional lumbal akibat spondylosis dengan TENS dan William Flexion Exercise? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus gangguan fungsional lumbal akibat Spondylosis dengan TENS dan William Flexion Exercise. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui manfaat TENS, dan William Flexion Exercise dalam mengurangi nyeri pada Low Back Pain akibat Spondylosis Lumbalis. b. Mengetahui manfaat TENS, dan William Flexion Exercise dalam meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kondisi Low Back Pain akibat Spondylosis Lumbalis. c. Mengetahui Pemberian Intervensi Fisioterapi Bagi Penderita Low Back Pain akibat Spondylosis Lumbalis. d. Mengetahui Evaluasi Terhadap Gangguan Fungsional Lumbal akibat Spondylosis Lumbal Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis a. Bagi Peneliti Menambah pemahaman dan wawasan dalam melaksanakan proses penatalaksaan fisioterapi pada kasus Low Back Pain akibat Spondylosis Lumbalis. b. Institusi Pendidikan Hasil Penelitian ini diharapkan sebagai referensi untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Low Back Pain akibat Spondylosis Lumbalis. 2. Praktisi a. Bagi Pasien Membantu mengatasi masalah yang terjadi pada penderita dan juga pengobatan untuk meningkatkan Fungsional lumbal penderita. b. Bagi Masyarakat Untuk memberi informasi bagi masyarakat tentang kasus Low Back Pain akibat Spondilosis Lumbalis serta memperkenalkan peran fisioterapi dalam menangani kasus tersebut sehingga masyarakat mengetahui upaya pencegahan Low Back Pain akibat Spondylosis Lumbalis.