Korelasi Dan Regresi .ppt

  • Uploaded by: Joanna Christy Hasibuan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Korelasi Dan Regresi .ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 1,180
  • Pages: 28
Pengantar  Regresi dan korelasi digunakan untuk mempelajari

pola dan mengukur hubungan statistik antara dua atau lebih variabel.  Jika digunakan hanya dua variabel disebut regresi dan korelasi sederhana.  Jika digunakan lebih dari dua variabel disebut regresi dan korelasi berganda.

 Analisis Regresi Analisis statistika yang

memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih peubah kuantitatif sehingga salah satu peubah dapat diramalkan dari peubah lainnya.  Korelasi mengukur keeratan dari dua variabel.

 Variabel yang akan diduga disebut variabel terikat (tidak

bebas) atau dependent variable, biasa dinyatakan dengan variabel Y.  Variabel yang menerangkan perubahan variabel terikat disebut variabel bebas atau independent variable, biasa dinyatakan dengan variabel X.  Persamaan regresi (penduga / perkiraan / peramalan) dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabelvariabel.  Analisa korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel-variabel.

Analisis Regresi Sederhana  Persamaan garis regresi linier sederhana untuk sampel

y = a + bx  Bila diberikan data sampel {(xi, yi); i = 1, 2, …, n} maka

nilai dugaan bagi parameter dalam garis regresi  y = a + bx

Dimana :  b = NΣxy – Σx. Σy

NΣx2 – (Σx)2 a

=y–bx

Keterangan  y= nilai yang diukur/dihitung pada variabel tidak bebas

x = nilai tertentu dari variabel bebas a = intersep/ perpotongan garis regresi dengan sumbu y b =koefisien regresi / kemiringan dari garis regresi / untuk mengukur kenaikan atau penurunan y untuk setiap perubahan satu-satuan x / untuk mengukur besarnya pengaruh x terhadap y kalau x naik satu unit.

Analisis Korelasi Sederhana  ANALISA KORELASI digunakan untuk mengukur kekuatan

keeratan hubungan antara dua variabel melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi.  Koefisien korelasi linier ( r ) adalah ukuran hubungan linier antara dua variabel/peubah acak X dan Y.  Bila dua peubah tidak berhubungan ; korelasinya 0,  Bila sempurna korelasinya 1 (kolinier)

Rumus korelasi r=

NΣXY – (ΣX) (ΣY)



NΣX2 – (ΣX)2 x

Di mana :

NΣY2 – (ΣY)2

ΣXY ΣX2 ΣY2 N=

= jumlah perkalian X dan Y = jumlah kuadrat X = jumlah kuadrat Y banyak pasangan nilai

Beberapa penelitian di bidang kedokteran sering ingin menilai apakah ada hubungan antara dua variabel (dependent dan independent) yang numerik. contoh :  Hubungan Index Massa Tubuh dengan kadar kolesterol.  Hubungan antara KGD dengan Kadar LDL pada pasien DM.

 Analisis regresi  dapat diketahui bentuk hubungan antara dua variabel (Prediksi dari data yang ada).

 Analisis korelasi  untuk mengetahui eratnya hubungan antara dua variabel.  Semakin erat hubungannya maka semakin yakin

bahwa hubungan dua variabel tersebut adalah hubungan sebab akibat.  Analisis regresi dan korelasi didasarkan atas hubungan yang terjadi antara dua variabel atau lebih.

 Variabel yang digunakan untuk meramal disebut variabel bebas (independen). Dapat

lebih dari satu variabel.  Variabel yang akan diramal  variabel respons (dependen). Terdiri dari satu variabel.

A. Diagram Tebar (Scatter plot)  Diagram tebar adalah diagram dengan memakai garis koordinat dengan axis X dan ordinat Y.  Tiap pengamatan diwakili oleh satu titik.  Hubungan antara variabel dapat berupa garis lurus (linier), garis lengkung (kurva linier) atau tdk terlihat pola tertentu.  Dapat berupa garis regresi positif atau negatif.

Contoh  linier positif

 linier negatif

Kekuatan Hubungan  Bila titik-titik menbar pada satu garis lurus, maka

kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut sangat sempurna.  Kekuatan hubungan dapat dikuantifikasi melalui suatu koefisien yaitu koefisien korelasi (r pearson).  Koefisien ini akan berkisar antara 0 – 1. bila r = 0  tidak ada hubungan linier. r = 1  hubungan linier sempurna. 0-1 = bila mendekati 1 semakin kuat hubungannya, bila mendekati 0 semakin lemah hubungannya.  Lihat tandanya apakah korelasi positif atau negatif.

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0.000 – 0.199

Sangat rendah

0.200 – 0.399

Rendah

0.400 – 0.599

Sedang

0.600 – 0.799

Kuat

0.800 – 1.000

Sangat kuat

Rumus koefisien korelatif (Pearson) n(∑XY) – (∑X) (∑Y) r= √[(n∑X2) – (∑X)2] [(n∑Y2) – (∑Y)2] Ket: n = jumlah sampel X = nilai pada ordinat X Y = nilai pada ordinat Y

Contoh.. No

X (SGOT)

Y (HDL)

XY

X2

Y2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

12.7 11.3 13.5 15.1 17.9 19.3 15.5

42.2 41.2 42.3 42.8 43.8 44.5 45.5

535.94 465.56 571.05 646.28 784.02 858.85 705.25

161.29 127.69 182.25 228.01 320.41 372.49 240.25

1780.84 1697.84 1789.29 1831.84 1918.44 1980.25 2070.25



105.3

302.3

4566.95

1632.39

13068.35

n(∑XY) – (∑X) (∑Y) r=

√[(n∑X2) – (∑X) 2] [(n∑Y2) – (∑Y)2]

7 (4566.95) – (105.3) (302.3) r=

= 0.768 √[(7x1632.39) – (105.3)2] [(7x13068.35) – (302)2]

Scatter Plot Hubungan Kadar SGOT dengan Kadar HDL 46 45

HDL

44 43 42 41 40 10

12

14

16 SGOT

18

20

Kesimpulan hasil  Dilihat dari besarnya r yang mendekati 1, maka

hubungan antara SGOT dengan HDL adalah kuat.  Berpola linier positif  Maka makin tinggi SGOT maka akan semakin tinggi kadar HDL.

Koefisien Determinasi  R = r2  Yaitu besarnya proporsi variasi Y yang dapat dijelaskan

oleh variabel X.  Apabila r = 1 maka R = 100% X memegang peranan dalam perubahan Y. bila terjadi perubahan X, maka Y akan berubah. Pada kasus diatas r = 0.768 maka R = r2 R= (0.768)2 = 0.59  59%. Hal ini berarti HDL dapat dijelaskan oleh Variabel SGOT sebesar 59%.

Uji Hipotesis koefisien Korelasi  Pengujian signifikansi Selain menggunakan tabel r, juga

dapat dihitung dengan uji t. rumusnya: t=

r√(n-2)

√(1-r2)

df= n-2

bila t hitung > t tabel, Ho di tolak bila t hitung < t tabel, Ho diterima

B. Regresi Linier  Persamaan garis Linier :

Y = a + bX  Pada persamaan ini harus jelas dan tentukan mana variabel Y (dependen) dan variabel X (independen). Penetapan disesuaikan dengan tujuan analisis.  Biasanya variabel Y  lebih sulit diukur  Variabel X  lebih mudah diukur  Mengapa?

 Karena dari persamaan garis regresi linier, kita dapat

melakukan banyak hal. Contohnya : menduga satu nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel bebasnya.  Dari contoh kasus diatas, SGOT merupakan variabel bebas dan HDL merupakan variabel terikat. Sehingga: HDL = a + b SGOT  Garis linier dapat digambarkan bila koefisien a dan b

diperoleh.

Metode kuadrat terkecil b=

n(∑XY) – (∑X) (∑Y)

n∑(X)2 – (∑X)2

Koefisien b = besarnya perubahan nilai variabel Y apakah nilai variabel X berubah sebesar satu unit (satuannya) Koefisien a = nilai awal/intercept  besarnya nilai variabel Y, bila variabel X = 0 a = y - bx

 Maka dari contoh soal diatas dapat dihitung: n(∑XY) – (∑X) (∑Y) b=

n∑(X)2 – (∑X)2

b=

7x4566.95 – (105.3x302.3) 7x1632.39 –

(105.3)2

a= y – bX = (302.3/7) – (0.403)(105.3/7) = 37.123

Maka HDL = 37.123 + 0.403 SGOT

= 0.403

Regresi Linier Ganda  Contoh kasus diatas adalah Regresi linier sederhana.  Hubungan 1 variabel dependen biasanya tidak hanya

dengan satu variabel saja.  Variabel X lebih dari 1. maka : Y = a + b1X1 + b2X2 + …….+bpXp  Hasilnya sudah terkontrol koefisien b terhadap variabel bebas lain yang berada dalam model.  Dalam hal ini koefisien determinasi (R) cukup penting. Untuk menjelaskan variabel X yang kita pilih dapat menjelaskan vaiasi Y.

Related Documents


More Documents from "Besty Berliana"