BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Angka harapan hidup
merupakan salah satu indikator atau
penilaian derajat kesehatan suatu negara dan digunakan sebagai acuan dalam perencanaan program kesehatan. (Pudiastuti 2013) Untuk itu, penulis ingin menerapkan terapi musik Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal, jika hipertensi ini terjadi secara terus menerus menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal kronik. Jika tidak segera diatasi penderita penyakit hipertensi
akan
berakibat fatal, maka perlu dilakukan penatalaksanaan baik secara farmakologi dan non-farmakologi (Pudiastuti 2013). Data dari WHO 2015, 1,3 miliar orang di dunia menderita penyakit hipertensi yang diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang di dunia akan menderita penyakit hipertensi. Riskesdas 2013 menyatakan, 25,8% dari penduduk Indonesia mengalami penyakit hipertensi, dengan jumlah tertinggi di Bangka Belitung dengan persentase 30,9% dan paling rendah di Papua dengan persentase 16,8%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2017, penyakit hipertensi merupakan penyakit terbanyak diderita dengan pesentase 55%. Dan dari data Germas 2017, penderita penyakit hipertensi di Temanggung masih menduduki proporsi terbesar yaitu sebesar 67,17% . Jika tidak segera diatasi penderita penyakit hipertensi berakibat
fatal,
apabila
hipertensi
terjadi
secara
terus
akan
menerus
menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal kronik. Orang yang mungkin bisa terkena penyakit hipertensi yaitu orang dengan keturunan dari keluarganya atau orang yang berusia lanjut, karena seiring bertambahnya umur atau usia risiko terjadinya
hipertensi semakin pada usia lanjut semakin berpengaruh. Untuk penatalaksanaannya sendiri terdapat terapi farmakologi dan nonfarmakologi atau dengan obat ataupun terapi tidak menggunakan obat. Terapi non-farmakologi atau terapi tanpa obat seperti relaksasi distraksi, nafas dalam dan terapi musik bisa diterapkan pada pasien hipertensi. Perlu diupayakan penatalaksanaan secara non-farmakologi seperti mengatur pola hidup sehat dan mengubah gaya hidup serta menciptakan keadaan rileks yang dapat dilakukan menggunakan terapi musik klasik. Dengan terapi musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. (Masnina 2018). Dengan terapi musik klasik dapat digunakan dalam hubungan terapeutik serta meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan fisik, emosional, kognitif, dan menimbulkan rasa nyaman. Maka penulis sangat tertarik untuk melaukan penelitian dengan terapi musik klasik karena selain untuk memberikan rasa nyaman terapi musik juga bisa menurunkan tekanan darah. Terapi musik memanfaatkan kekuatan musik untuk membuat klien merasa rileks, sehingga klien dapat menentukan jalan keluar atau mengalami perubahan dan akhirnya dapat sembuh dari gangguan yang dideritanya (Djohan 2006). Dalam sebuah penelitian American Heart Association pada tahun 2008, mendengarkan musik klasik selama 30 menit sehari terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Sarayar 2013). Menurut penulis, terapi musik klasik dapat diterapkan pada klien hipertensi untuk mengurangi tekanan darah. Dari data di atas, penulis tertarik untuk meneliti “ Pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Temanggung. Terapi non-farmakologis tidak hanya terapi musik saja melainkan ada terapi relaksasi distraksi, nafas dalam dan lain sebagainnya. Namun penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap terapi musik, karena terapi musik jarang diterapkan di rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya. Penulis tertarik menggunakan terapi musik karena selain mudah ditemukan, terapi musik juga mudah diterapkan pada
pasien. Terapi musik klasik ini sangat mungkin diterapkan pada pasien karena bisa membuat rasa nyaman terhadap pasien dan menurunkan tekanan darah.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah “ apakah ada hubungan antara terapi musik klasik dengan penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi ? “
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan penyakit hipertensi. 2. Tujuan khusus : Mengidentifikasi pengaruh musik klasik tehadap penurunan tekanan darah pada lansia yang mengidap penyakit hipertensi.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian, dapat digunakan untuk pengobatan pada penderita penyakit hipertensi. Agar menggukan terapi non-farmakologi yang tidak menimbulkan efek samping, khusunya terapi musik klasik untuk menurunkan tekanan darah pada penderita penyakit hipertensi.
E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian disajikan dalam bentuk tabel berikut Tabel 1.1 keaslian penelitian. Nama Peneliti
Judul
Metode
Muhammad Fadhil Hidayat, Pepin Nahariani, Alik Septian Mubbarok
Pengaruh musik klasik jawa terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di UPT
Rancangan penelitian praeksperimental design dengan menggunakan rancangan Onegroup pra-post
Hasil Tekanan darah lansia sebelum dilakukan terapi musik jawa setengahnya dari 30 0rang 160/100 mmHg. Dan
Perbedaan Penelitian dilakukan pada tahun 2017 di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto menggunakan metode one-group pra-post test design dengan hasil ada
Andhika Mahatidanar H, Khairun Nisa
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
test design
Pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimental dengan pendekatan pre and post test tanpa kelompok konrol
setelah diberikan terapi musik jawa sebagian besar mengalami penurunan. Ada pengaruh terapi musik jawa terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada lansia dengan ratarata penurunan sistolik sebesar 4,3 mmHg dan diastolic sebesar 4,4 mmHg.
pengaruh terapi music klasik jawa terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi.
Penelitian dilakukan di kelurahan Kota Baru kecamatan Tanjung Karang Timur kota Bandar Lampung. Dengan judul pengaruh music klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi pada tahun 2017. Metode yang digunakan adalah kuasi ekperimental dengan pendekatan pre and post test tanpa kelompok control dengan hasilterapi music klasikdapat menurunkan tekanan darah pada lansia dengan rata-rata penurunan tekanan sistolik sebesar 4,3 mmHg dan disrolik sebesar 4,4 mmHg.
BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah di atas normal yang meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian atau mortalitas (Triyanto, 2014). Hipertensi adalah peningkatan tekanan arteri akibat peningkatan kardiak output dan peningkatan resistensi periferi. Hipertensi dapat berbentuk primer bila penyebabnya tak jelas atau sekunder bila penyebabnya adalah suatu penyakit primer. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. (Tamher, 2011). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode, hal ini terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi ini membuat darah sulit untuk mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri, jika berlanjut akan menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.(Padila, 2013) Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan diastoliknya ≥ 90 mmHg
2. Etiologi Menurut (Murwani, 2011), penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu: a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal i.
Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan. ii.
Penyakit parenkim dan vaskular ginjal Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitr 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal. a) Peningkatan volume intravaskular b) Merokok Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin
menyebabkan
iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah Menurut (Sudarta, 2013), faktor risiko untuk hipertensi primer : a) Riwayat keluarga Riwayat keluarga disebut juga riwayat penyakit genetic, yang disebebkan oleh keturunan dari keluarga. b) Usia yang bertambah lanjut Usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi. Hipertensi primer biasanaya muncul antara usia 30-50 tahun. Klien dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. c) Obesitas
Dengan meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang dan perut berhubungan dengan hipertensi. Obesitas dengan faktor – faktor lain ditandai dapat ditandai dengan sindrom metabolis yang meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. d) Kebiasaan merokok Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin, yang menyebabkan
iritabilitas
miokardia,
peningkatan
denyut
jantung dan menyebabkan vasokontrasi yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. e) Konsumsi alcohol yang berlebih f) Stress Stress meningkatkan resitensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis inilah yang mengakibatkan timbulnya hipertensi. Hipertensi sekunder : a) Stenosis arteria renalis dan penyakit parenkimal b) Tumor otak, quadriplegia, dan cedera kepala Kontrasepsi hormonal, kokain, terapi penggatian esterogen, dan obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) (Murwani, 2011) 3. Patofisiologi Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, ateri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga tidak bisa mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dan meyebabkan naiknya tekanan darah, inilah yang terjadi pada saat usia lanjut, dimana dinding arteri telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga mengikat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormone didalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa meningkatkan tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Perubahan fungsi ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara , jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekakan darah kembali normal.
Ginjal
juga
bisa
meningkatkan
tekanan
darah
dengan
menghasilkan enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormone aldosteron. (Tamher, 2011)
4. Klasifikasi Tabel 1.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa No
Kategori
Sistolik(mmHg)
Diastolik(mmHg)
1.
Normal
<120
<80
2. 3. 4. 5.
Prehipertensi Stadium 1 Stadium 2 Krisis Hipertensi (membtuhkan penanganan gawat darurat)
120-139 140-159 ≥160 >180
80-89 90-99 ≥100 >110
Sumber : (JNC, 2017)
5. Manifestasi klinis Manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri menjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukan kerusakan vaskuler, dengan dipaksa berkontraksi melawantekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Pada patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pasa malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stoke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan. (Murwani, 2011) (Corwin, 2009) menyebutkan bahwa sebagian gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intracranial. Menurut (Muttaqin, 2009), gejala-gejala yang dirasakan penderita hipertensi antara lain pusing/sakit kepala, vertigo, mudah marah, telinga berdengung, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, perubahan penglihatan/mata berkunang-kunang, dan mual muntah
6. Komplikasi Menurut Sudarta, (2013) komplikasi hipertensi meliputi : a. Krisis hipertensi, penyakit arteri perifer, ancurisma aorta dissecting, PJK, angina, infark miokard, gagal jantung, aritmia dan kematian mendadak. b. Serangan iskemik sepintas
c. Gagal ginjal Menurut (Kowalak, 2012), komplikasi hipertensi : a. Aritmia b. Gagal jantung c. Gagal ginjal Terjadi akibat tekanan darah tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neufron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian d. Stroke Stroke dapat timbul akibat peredaran tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi baik secara fisik maupun psikologi yang bersifat kronis (menahun), terutama pada fisik sering menyerang yaitu kerusakan pada otak, jantung, ginjal dan mata. Penelitian di Inggris melaporkan bahwa penderita hipertensi memiliki resiko yang lebih besar mengalami panik, stress, depresi yang terjadi perlahan maupun tiba- tiba 1. Kerusakan pada otak Kerusakan ini terjadi akibat stroke karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Akibatnya timbul kelemahan atau kelumpuhan separuh badan dengan berbagai gangguan lainya. Kerusakan parah bahkan bisa menyebabkan kematian. 2. Kerusakan pada jantung Komplikasi tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembesaran otot jantung kiri yang berakhir dengan gagalnya jantung menjalankan
fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini ditandai dengan bengkak pada kaki dan kelopak mata, cepat lelah dan sesak nafas. 3. Kerusakan pada ginjal Ginjal yang rusak amat berbahaya karena dapat mengakibatkan gagalnya fungsi ginjal untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya dan zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Dan memerlukan cuci darah. 4. Kerusakan pada mata Organ penglihatan pun dapat terkena komplikasi penyakit hipertensi, kerusakan pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan. 5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamasi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi. (Ruhyanudin, 2006)
7. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler.. Menurut (Kowalak, 2012), prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1) Modifikasi gaya hidup Dengan cara olahraga, penurunan berat badan, mengurangi garam, alcohol, dan asupan lemak, berhenti merokok, mengurangi stress. 2) Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks. b. Terapi musik Terapi musik adalah suatu tehnik yang bertujuan untuk membantu klien meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka. (Suryana, 2012). Pada penelitian Herawati (2018) dengan judul “Pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di kelurahan Simpang Rumbio kota Solok” dengan hasil ada pengaruh antara terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah. Istiqomah & Edy Soesanto, (2018) dengan judul “Relaksasi dan Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang” dengan hasil ada pengaruh terapi musik dengan penurunan tekanan darah pada lansia. Dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi bukti yang nyata, bahwa terapi musik dapat menurunkan tekanan darah tinggi. c. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan) Tujuan
pendidikan
pengetahuan
pasien
kesehatan tentang
yaitu
untuk
penyakit
meningkatkan
hipertensi
dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 3) Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi.
Obat yang digunakan adalah diuretik tipe thiazid, inhibitor ACE, penyekat reseptor angiotensin, penyekat beta adrenergic, penyekst kanal kalsium.
B. KERANGKA KONSEP DAN TEORI 1. Kerangka Teori
Klien Hipertensi
Penurunan tekanan darah klien Hipertensi
Komplikasi : Kerusakan pada otak Kerusakan pada jantung Kerusakan pada ginjal Kerusakan pada mata Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi
Tekanan darah normal <120/<80 mmHg Prehipertensi 120-139/80-89 Hipertensi Stadium I 140159/90-99 Hipertensi Stadium II ≥160/≥100 Krisis Hipertensi >180/>110
Penatalaksanaan : Terapi tanpa obat ( Terapi music ) Terapi dengan obat
2. Kerangka Konsep
Variable bebas : Terapi musik klasik
Variabel terkait : Penrunan tekanan darah pasien hipertensi
C. HIPOTESA 1. Hipotesa Nol (Ho) Tidak adanya pengaruh terapi musik klasik dengan penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi 2. Hipotesa Alternatif (Ha) Adanya pengaruh terapi musik klasik dengan penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian Desain penelitian ini merupakan desain analitik yang menggunakan metode kuantitatif dengan eksperimen pre dan post test, yang dilakukan sebelum dan setelah penelitian itu dilakukan.
B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Ngesti Waluyo Parakan pada bulan Maret-Mei tahun 2019, karena di Rumah Sakit Ngesti Waluyo Parakan banyak pasien dengan penyakit hipertensi.
C. Subjek penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang menderita penyakit hipertensi. Populasi merupakan seluruh objek atau subjek akan diteliti yang berada pada suatu wilayah yang telah memenuhi syarat penelitian. Berdasarkan hasil survei berbasis website seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Kabupaten Temanggung (Suparjo, 2017). Penyakit hipertensi masih menduduki proporsi terbesar dari seluruh penyakit tidak menular lainnya yaitu sebesar 67,17% atau sejumlah 26.863 orang. Penderita yang pernah dirawat di RSK Ngesti Waluyo Parakan pada tahun 2017 sejumlah 210
pasien.
Metode dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik sampling criteria: inclusion atau pengambilan sampel dengan karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap subjek sampel. Sampel yang dijadikan populasi targetnya adalah penderita hipertensi dengan usia lanjut sejumlah 50 orang, karena peneliti akan melakukan
penelitian penurunan tekanan darah tinggi khususnya pada penderita hipertensi usia lanjut. Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. Menentukkan sampel dengan menggunakan ketetapan absolut dan menggunakan rumus :
(Z∝ - Zả)² p(1-p) (1-f) (p0-p1)²
Keterangan : p1 : proporsi partisipasi tidak terpapar yang diharapakan terjadi kasus yang diteliti p0 : proporsi partisipan terpapar yang diharapkan terjadi kasus yang diteliti f : proporsi partisipan hilang/mundur dari pengamatan. Penentuan sampel secara umum jika populasi ≤1000 maka sampel bisa diambil 20-30% Kriteria yang ditentukan untuk subjek penelitian adalah sebagai berikut : a) Kriteria Inklusi Pasien yang berusia ≥ 59 tahun atau lansia menderita penyakit hipertensi yang bersedia menjadi responden. b) Kriteria Ekslusi Pasien yang termasuk subjek penelitian namun tidak bisa dilakukan penelitian karena keterbatasan sesuatu. Misalnya pasien dengan hipertensi dengan komplikasi stroke yang koma dan tidak kooperative.
D. Variabel dan definisi operasional Variabel penelitian adalah objek penelitian yang dijadikan sebagai sasaran penelitian. Variabel disebut juga sebagai gejala penelitian yang akan diteliti. Definisi operasional adalah variabel operasional yang dilakukan penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati dan ditentukan berdasarkan
parameter ukuran dalam penelitian yang mengungkapkan variabel dari skala pengukuran masing-masing variabel tersebut.
No
Variabel
1
Terapi musik klasik
2
Tekanan darah
Definisi Operasional Terapi musik yang dilakukan untuk menurunkan tekanan darah pasien. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan untuk mengetahui tekanan darah klien
Alat Ukur
Cara Ukur
Headphone, headset, musik player
Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik klasik Mengukur tekanan darah klien sesui SOP yang ada, dan menggunakan tensimeter sebagai alat ukurnya.
Tensimeter SOP pengukuran tekanan darah
Hasil Ukur
Skala
Nominal
E. Instrumen Penelitian dan Uji Validitas serta Reabilitas 1. Instrumen Penelitian Didalam sebuah penelitian dibutuhkan instrument untuk data yang valid. Dalam penelitian kuantitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dan yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data. Dengan perannya sebagai pengumpul data penelitian, maka peneliti sebagai instrumen melakukan “validasi” terkait kesiapan melakukan penelitian sebelum pada objek penelitian. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen penelitian meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif dan penguasaan mengenai objek yang diteliti, yaitu terkait pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, sedangkan berbagai bentuk alat-alat bantu serta dokumen-dokumen lainnya akan digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.
Kehadiran peneliti secara langsung saat dikunjungi sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informasi dan pendukung serta sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan. 2. Uji Validitas Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen yang dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Hamdi, 2014). Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Yusuf, 2017). Validitas diuji dengan menggunakan formula koefisien korelasi product moment, yaitu : 𝑟𝑥𝑦 =
n(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥𝑦) √{𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥 2 }{𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦 2 }
Keterangan : r
: korelasi antara variabel xdany
x
: skor item
y
: skor total
n
: jumlah responden
untuk menguji keberartian koefisien𝑟𝑥𝑦 valid atau tidak, valid akan digunakan uji t, yang dilakukan dengan membandingkan antara 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Keputusan penguji validitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikan 5% yaitu, item instrumen dikatakan valid jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar atau sama dengan 0,005, makan item instrumen tersebut dapat digunakan. 3. Uji Reabilitas Pengujian terhadap tingkat reliabilitas atau keandalan sebuah instrumen, dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat
memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Pengukuran reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha dari Cronbach (Siswantoro, 2010), yaitu: Koefisien Reliabilitas Alpha 4.
Keterangan: r11 = Koefisien Reliabilitas Alpha k
= Jumlah item pertanyaan
σi2 = Varians item pertanyaan σt2
= Varians skor total
Perhitungan Nilai Varians 5.
Koefisien reliabilitas Alpha yang dihasilkan kemudian dilihat nilainya dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut : Jika r11 > r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan reliabel. Jika r11 < r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan tidak reliable.
F. Rencana jalannya penelitian Menurut Yusuf (2017), pada penelitian kuantitatif, peneliti harus melakukan lima tugas proses jalannya penelitian, yaitu : 1. Memilih subjek
Penentuan pemilihan subjek bergantung pada rancangan penelitian yang digunakan peneliti. Peneliti harus mempertimbangkan faktorfaktor
yang terjadi selama proses
menghindari
terjadinya
suatu
pengumpulan data untuk
bias
penelitian.
Faktor-faktor
penghambat dalam pemilihan subjek antara lain adalah semakin miningkatnya perawat yang melakukan riset, sehingga jumlah subjek juga terbatas, melibatkan klien atau perawat sebagai subjek berarti juga menjadi maslah perawatan dan institusi dan klien dilindungi secara hukum dari berbagai kegiatan penelitian yang makin dapat merugikan klien. 2. Mengumpulkan data secara konsisten Konsep pengumpulan data agar akurat adalah perlunya suatu konsistensi yang diperlukan untuk mempertahankan pola pengumpulan data pada pasien setiap tahap berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi perbedaan hasil atara waktu pengumpulan data yang satu dengan yang lainnya. 3. Mempertahankan pengendalian dalam penelitian Tujuan pengendalian penelitian adalah untuk meminimalisasikan terjadinya bias pada hasil penelitian. Peneliti perlu memperhatikan dan mengendalikan adanya variabel-variabel yang tidak diteliti tetapi mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti. 4. Menjaga integritas atau validitas penelitian Mempertahankan
konsistensi
dan
pengendalian
selama
pengumpulan data berarti mempertahankan adanya suatu integritas atau validitas penelitian. Untuk dapat melaksanakannya, peneliti harus selalu cermat terhadap adanya setiap perubahan ataupun upaya merubah suatu rencana yang telah ditetapkan agar tidak terjadi ketidakseimbangan. 5. Memecahkan masalah Masalah dapat dipersepsikan sebagai suatu frustasi atau sebagai suatu tantangan. Tugas yang penting dalam proses jalanya penelitian
adalah menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Jalan yang bisa ditempuh untuk bisa menyelesaikan maslah pada proses jalannya penelitian adalah perlu adanya orang lain untuk memberikan masukan dan berdikusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik, agar tujuan penelitian dapat dicapai.
G. Rencana analisis data Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kuantitatif yang terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini: 1. Editing Proses yang dilakukan setelah data terkumpul untuk melihat apakah jawaban-jawaban pada daftar pertanyaan sudah terisi dengan lengkap atau belum. 2. Coding Data yang telah di edit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. 3. Tabulating Pengolahan data secara teratur dihitung dan dijumlah secara teratur dan sempurna.
H. Jadwal penelitian Tabel jadwal penelitian. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kegiatan Penyusunan Proposal Penyusunan Instrumen Persiapan Lapangan Uji Coba Insrumen Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Data Penyusunan Laporan
1
Bulan ke 2
3