Konsep_iman_islam_dan_ihsan.docx

  • Uploaded by: Wahida Selvia Ansyar
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep_iman_islam_dan_ihsan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,332
  • Pages: 30
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-Nya merupakan dasar bagitiap agama, baik agama langit atau pun bumi Namun kesadaran manusia akan eksistensinyamenggiring ia untuk melihat bahwa eksistensinya dipengaruhi oleh tiga sifat; faktisitas,transendensi Dan kebutuhan untuk mengerti. Faktisitas berarti, bahwa eksistentsi selalu Nampak di depan kesadaran man usia

sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan yang

transendensi pada eksistensi manusia merupakan

dimaksud

sifat yang

dengan

nampak secara

langsung dalam kesadaran manusia bahwa ia manusia, bukan hanya sekedar tubuh yang nampak dalam ruang dan waktu bersama “ada” yang lain, namun manusia adalah makhluk yang dapat melampaui dirinya melebihi dari batas ruang dan

waktu

dalam

kesadarannya.

Keberadaan

kebutuhan

untuk

mengerti merupakan modus yang paling jelas dari transendensikesadaran manusia. Termasuk dalam kesadaran ini adalah bahwa manusia selalu terdoronguntuk selalu mempertanyakan hakikat dirinya dan dunianya. Karena hal inilah kemudianmenimbulkan suatu pertanyaan mengenai dari mana ia dan dunianya berasal. Dalam filsafatketuhanan, pertanyaan ini akan bermuara pada wilayah mengenai eksistensi Tuhan. Persoalan mengenai eksistensi Tuhan walau kadang suka melingkar pada pengulangan kata “ada dan tiada” namun dpat

2

diterangkan dengan beberapa argumentasi, yakni: argumentasi ontology, teologi dan kosmologi. Pendekatan ontology lebih bersifat apriori, yang mencakuptentang pengetahuan mistik dan kesadaran manusia, sedangkan argumentasi teologi dankosmologi merupakan argumentasi yang bersifat apriost Setiap yang “ada” memiliki

eksistensinya,

dan

yang

bereksistensi

pasti

memiliki

sebab

keberadaannya dalam mengada untuk sebuah “ada” dari eksistensinya. Oleh karena hal itu, alam semestapun memiliki sebab dari bermulanya. Pengejaran sebab atau alasan inilah yang menjadi kajian hangat dalamargumentasi sebuah penciptaan, baik ari kalangan filsafat ataupun saintis. Adapun tentang iman , islam dan ihsan maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw di yakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.

3

Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari‟ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya. Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ‟ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia itu berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusiadi segala bidang. Seseorang yan g memiliki ilmu pengetahuan dan tehnologi modern dan berakhlak mulia tentu saja akan memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya , orang yang memiliki

ilmu

pengetahuan dan tehnologi modern

, memiliki pangkat

, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak di sertai akhlak yang mulia ,, maka dia akan membuat kerusakan di dunia ini. Maka dari itu faedah akhlak bukan hanya dirasakan oleh manusia dalamkehi dupan perseorangan, berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat dan bernegara.M anusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya, bahkan akan lebih rendah derajatnya dari pada binatang. Dalam Al-Qur‟an banyak yang menyebutkan tentang akal, maka para ulama menjadikan akal sebagai sumber hukum yang ketiga di dalam ajaranIslam.Hasil dari akal inilah yaitu ra‟yu yang pelaksanaannya adalah melalui ijtihad.Untuk memahami sumber-sumber hukum Islam di atas akan dijabarkan secara terinci mulai dari Al-Qur‟an, Al Hadits atau As Sunnah dan Ijtihad.

4

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan

pemaparan

di bab

Latar

Belakang, penulis

dapat

merumuskan masalah atas makalah ini, yaitu sebagai berikut : 1.2.1

Bagaimana konsep Ketuhanan.

1.2.2

Bagaimana konsep iman, islam dan ihsan.

1.2.3

Bagaimana Al-quran Sumber Hukum 1.

1.2.4

Bagaimana Al-quran.

1.2.5

Bagaimana Akhlaq dan Ruang Lingkupnya.

1.2.6

Bagaimana Hadist dan Ijtihad.

1.2.7

Bagaimana Ibadah Ritual Umat.

1.2.8

Bagaiamana Agama dan Iptek.

1.2.9

Bagaimana Waris , Wasiat ,Hibah dan Waqaf.

1.2.10 Bagaimana Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. 1.2.11 Bagaimana Menyikapi Berbagai Aliran. 1.2.12 Bagaimana Kerukunan Antar Umat. 1.2.13 Bagaimana Munahakat ( Pernikahan ).

1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan pemaparan rumusan masalah, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut : 1.3.1

Untuk mengetahui konsep Ketuhanan.

1.3.2

Untuk Mengetahui konsep iman, islam dan ihsan.

1.3.3

Untuk Mengetahui Al-quran Sumber Hukum 1.

1.3.4

Untuk Mengetahui Al-quran.

1.3.5

Untuk Mengetahui Akhlaq dan Ruang Lingkupnya.

1.3.6

Untuk Mengetahui Hadist dan Ijtihad.

penulisan

5

1.3.7

Untuk Mengetahui Ibadah Ritual Umat.

1.3.8

Untuk Mengetahui Agama dan iptek.

1.3.9

Untuk Mengetahui Waris , Wasiat ,Hibah dan Waqaf.

1.3.10 Untuk Mengetahui Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. 1.3.11 Untuk Mengetahui Menyikapi Berbagai Aliran. 1.3.12 Untuuk Mengetahui Kerukunan Antar Umat. 1.3.13 Untuk Mengetahui Munahakat ( Pernikahan ).

1.4 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, dan tujuan penulisan. BAB II PEMBAHASAN Berisi deskripsi Tentang materi agama yang berhubungan dengan daftar isi yaitu di antara nya konsep ketuhanan , iman ,islam dan ihsan sampai bab munahakat ( pernikahan ) . BAB III PENUTUP Berisi tentang kesimpulan atas pembahasan, dan saran dari kelemahankelemahan atas Laporan yang penulis buat baik itu dari segi penulisan , tata Bahasa yang kurang efisien dan lain-lain.

6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep iman, islam dan ihsan Perkataan iman berasal dari bahasa Arab yang berarti tashdiq (membenarkan). Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat. Menurut Hassan Hanafi, ada empat istilah kunci yang biasanya dipergunakan oleh para teologi muslim dalam membicarakan konsep iman, yaitu: 1. Ma’rifah bi al-aql, (mengetahui dengan akal). 2. Amal, perbuatan baik atau patuh. 3. Iqrar, pengakuan secara lisan, dan 4. Tashdiq, membenarkan dengan hati, termasuk pula di dalamnya ma’rifah bi alqalb (mengetahui dengan hati).1 Keempat istilah kunci di atas misalnya terdapat dalam hadis Nabi saw. Yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri: )‫من رأي منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذالك أضعف االءيمان (رواه مسلم‬

1

Haq ainal 2011. Konsep iman (www.academia.edu).

7

Artinya: “Barang siapa di antara kalian yang melihat (marifah) kemungkaran, hendaklah mengambil tindakan secara fisik. Jika engkau tidak kuasa, lakukanlah dengan ucapanmu. Jika itu pun tidak mampu, lakukanlah dengan kalbumu. (Akan tetapi yang terakhir) ini merupakan iman yang paling lemah”(H.R. Muslim) 2

Dan kemudian di dalam pembahasan ilmu tauhid/kalam, konsep iman ada beberapa pendapat antara lain: 1. Iman adalah tashdiq di dalam hati akan wujud Allah dan keberadaan nabi atau rasul Allah. Menurut konsep ini, iman dan kufur semata-mata urusan hati,

bukan

terlihat

dari

luar.

Jika

seseorang

sudah

tashdiq

(membenarkan/meyakini) akan adanya Allah, ia sudah disebut beriman, sekalipun perbuatannya tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama. Konsep Iman seperti ini dianut oleh mazhab Murjiah, sebagaian penganut Jahmiah, dan sebagaian kecil Asy’ariah. 2. Iman adalah tashdiq di dalam hati dan di ikrarkan dengan lidah. Dengan kata lain, seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan keberadaan Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini juga tidak menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia. Yang penting tashdiq dan ikrar. Konsep iman seperti ini dianut oleh sebagian pengikut Maturidiah 3. Iman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan, konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia

2

Rosihan Anwar, Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm.141-142.

8

dengan iman. Karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut oleh Mu’tazilah, Khawarij, dan lain-lain. Di samping masalah konsep iman, pembahasan di dalam ilmu tauhid/kalam juga menyangkut masalah apakah iman.itu bisa bertambah atau berkurang atau tidak. Dalam hal ini ada dua pendapat. 1. Iman tidak bisa bertambah atau berkurang. 2. Iman bisa bertambah atau berkurang. Ulama yang berpendapat seperti ini terbagi pula kepada dua golongan: a. Pendapat yang mengatakan bahwa yang bertambah atau berkurang itu adalah tashdiq dan amal. b. Pendapat yang mengatakan bahwa yang bertambah dalam iman itu hanya tashdiqnya. Menurut sebagian ulama, bertambah atau berkurangnya tashdiq seseorang tergantung kepada: a. Wasilahnya. Kuat atau lemahnya dalil (bukti) yang sampai dan dterima oleh seseorang dapat menguatkan atau melemahkan tashdiq-nya. b. Diri pribadi seseorang itu sendiri, dalam arti kemampuannya menyerap dalil-dalil keimanan. Makin kuat daya serapnya, makin kuat pula tashdiqnya. Sebaliknya, jika daya serapnya lemah atau tidak baik, tashdiq-nya pun bisa lemah pula; 3 Pengamalan terhadap ajaran agama. Seseorang yang melaksanakan kewajibankewajiban agama dengan baik dan benar dan frekuensi amaliahnya tinggi, akan

3

Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), hlm. 157-158.

9

merasakan kekeuatan iman/tashdiq yang tinggi pula. Makin baik dan tinggi frekuensi amaliahnya, makin bertambah kuat iman/tashdiq-nya. Tingkatan-tingkatan Iman: Iman itu memiliki rasa, manis dan hakekat. 1. Adapun rasanya iman, maka Nabi r menjelaskan dengan sabda-Nya:

"Yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepada Allah I sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai agama, dan Muhammad r sebagai rasul." (HR. Muslim) 2. Adapun manisnya iman, maka Nabi r menjelaskan dengan sabdanya:

"Ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan nikmatnya iman: bahwa Allah I dan RasulNya r lebih dicintainya dari apapun selain keduanya, dia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah I, dan dia benci kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api neraka." (Muttafaqun 'alaih. HR.Shohih bukhari.) 3. Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan oleh orang yang memiliki hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah, berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak. Agama Islam dalam istilah Arab disebut Dinul Islam. Kata Dinul Islam tersusun dari dua kata yakni Din (‫ )الدين‬dan Islam (‫)ا مس‬. Arti kata din baik secara

10

etimologis maupun terminologis sudah dijelaskan di depan.4 Sedangkan kata ‘Islam’ secara etimologis berasal dari akar kata kerja ‘salima’ yang berarti selamat, damai, dan sejahtera, lalu muncul kata ‘salam’ dan ‘salamah’. Dari ‘salima’ muncul kata ‘aslama’ yang artinya menyelamatkan, mendamaikan, dan mensejahterakan. Kata ‘aslama’ juga berarti menyerah, tunduk, atau patuh. Dari kata ‘salima’ juga muncul beberapa kata turunan yang lain, di antaranya adalah kata ‘salam’ dan ‘salamah’ artinya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan penghormatan, ‘taslim’ artinya penyerahan, penerimaan, dan pengakuan, ‘silm’ artinya yang berdamai, damai, ‘salam’ artinya kedamaian, ketenteraman, dan hormat, ‘sullam’ artinya tangga, ‘istislam’ artinya ketundukan, penyerahan diri, serta ‘muslim’ dan ‘muslimah’ artinya orang yang beragama Islam laki-laki atau perempuan (Munawwir, 1997: 654-656). Makna penyerahan terlihat dan terbukti pada alam semesta. Secara langsung maupun tidak langsung alam semesta adalah islam, dalam arti kata alam semesta menyerahkan diri kepada Sunnatullah atau ‘hukum alam’, seperti matahari terbit dari timur dan terbenam di barat yang berlaku sepanjang zaman karena dia menyerah (islam) kepada sunatullah yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Ditegaskan dalam al-Quran Surat Ali ‘Imran (3): 83: 5

4 5

Irfan fahrul 2013. Islam dan Konsep-konsep Asas Islam(www.academia.edu,2013) Irfan fahrul 2013. Islam dan Konsep-konsep Asas Islam(www.academia.edu,2013)

11

Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah (mereka) menyerah diri, segala apa yang (ada) di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. Dan hanya kepada Allahlah mereka kembali (mati).” (QS. Ali ‘Imran [3]: 83). Dengan demikian Islam mengandung pengertian serangkaian peraturan yang didasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada para nabi/rasul untuk ditaati dalam rangka memelihara keselamatan, kesejahteraan, dan Konsep Agama Islam 39 perdamaian bagi umat manusia yang termaktub dalam kitab suci. Islam merupakan satu-satunya agama yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada manusia melalui para nabi/rasul-Nya mulai dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Inti ajaran Islam yang dibawa oleh para nabi ini adalah satu, yaitu tauhid, yakni mengesakan Allah atau menuhankan Allah yang Esa. Tidak ada satu pun di antara para nabi Allah yang mengajarkan prinsip ketuhanan yang bertentangan dengan tauhid.6 Dalam perjalanannya ajaran Islam kemudian berubah-ubah di tangan para pengikutnya sepeninggal nabi pembawanya. Umat Nabi Musa tidak lagi bisa mempertahankan Islam yang diajarkan Nabi Musa, begitu juga umat Nabi Isa tidak lagi mempertahankan Islam yang diajarkan Nabi Isa. Kedua agama ini hingga sekarang masih dianut oleh sebagian besar umat manusia dengan segala perubahan yang dilakukan oleh para penganutnya. Karena tidak lagi mengajarkan prinsip tauhid, kedua agama itu tidak lagi bisa disebut Islam. Melalui al-Quran, Allah memberikan nama khusus untuk kedua agama tersebut, yakni Yahudi untuk agama yang dianut oleh para pengikut Nabi Isa. Ajaran ketuhanan dalam kedua

6

Irfan fahrul 2013. Islam dan Konsep-konsep Asas Islam(www.academia.edu,2013)

12

agama ini sudah jauh berubah dari prinsip tauhid, dan sudah mengarah kepada syirik, yakni mengakui keberadaan Tuhan di samping Allah. Dari semua Islam yang ada tersebut, tinggal Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. yang hingga sekarang masih tetap mempertahankan ajaran tauhid dan semua ajaran lain yang secara rinci telah termaktub dalam kitab suci al-Quran. Kitab al-Quran yang masih tetap autentik memberi jaminan akan orisinalitas ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. hingga sekarang. Islam inilah yang merupakan agama terakhir yang berlaku untuk semua umat manusia hingga akhir zaman. 4 dasar yang dapat menjelaskan pemahaman kita tentang Islam, yaitu: 1. Islam adalah agama yang benar di sisi Allah. Maksudnya adalah bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang diakui kebenarannya oleh Allah. Allah hanya menurunkan satu agama kepada umat manusia sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw., karena itulah maka Allah hanya mengakui Islam sebagai agama yang benar. Semua agama yang diajarkan oleh nabi-nabi sebelum Muhammad juga disebut Islam. Ketika Allah menurunkan Islam kepada Nabi Muhammad saw, agama-agama Islam sebelumnya sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada, ajarannya sudah mulai berubah dari prinsip utamanya, tauhid. Karena itulah, sejak diutusnya Nabi Muhammad saw. Allah hanya mengakui satu agama Islam, yakni Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini ditegaskan dalam alQuran sebagai berikut:7

7

Marzuki M.Ag. 2003. Konsep agama islam(http://staff.uny.ac.id )

13

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 19). 2. Agama selain Islam tidak akan diterima di sisi Allah Maksudnya adalah bahwa Allah tidak akan menerima seseorang yang memeluk agama selain Islam, seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan lain-lainnya. Semua yang dilakukan oleh penganut agama selain Islam dalam rangka pengamalan agamanya akan sia-sia, karena tidak akan diperhitungkan oleh Allah sebagai amal baiknya. Allah menegaskan hal ini dengan firman-Nya:

Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orangorang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 85). 3. Islam adalah agama yang sempurna Maksudnya adalah bahwa Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah agama yang paling sempurna, karena ajarannya meliputi semua ajaran yang pernah diturunkan oleh Allah kepada para nabi sebelum Muhammad. Ajaran agama Islam juga meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, mulai aspek ibadah dan muamalah hingga aspek-aspek lainnya. Kesempurnaan Islam ini ditegaskan dalam al-Quran: 8

8

Marzuki M.Ag. 2003. Konsep agama islam(http://staff.uny.ac.id )

14

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah [5]: 3). 4. Islam adalah agama hidayah Allah Maksudanya adalah bahwa orang yang memeluk atau menganur agama Islam bukan semata-mata atas kehendaknya sendiri, melainkan atas petunjuk atau hidayah dari Allah Swt. Sebaliknya, orang yang tidak dapat memeluk Islam juga bukan karena semata-mata pengaruh orang lain, tetapi karena Allah memang sengaja menyesatkan orang tersebut. Allah Swt. berfirman:9

Artinya: “Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. al-An’am [6]: 125). Di samping empat ayat di atas, kata Islam juga disebutkan dalam empat ayat al-Quran lainnya, yakni :

9

Marzuki M.Ag. 2003. Konsep agama islam( http://staff.uny.ac.id )

15

Artinya : Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah,

bahwa

mereka

tidak

mengatakan

(sesuatu

yang

menyakitimu).

Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (QS. al-Taubah [9] : 74)

Artinya : Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang

16

telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. al-Zumar [39] : 22)

Artinya : Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orangorang yang benar". (QS. al-Hujurat(49): 17)

Artinya : Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. Dari empat ayat ini dapat diketahui bahwa hidayah Islam itu merupakan karunia dan nikmat dari Allah Swt. kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

17

Ihsan itu ialah bahwa “kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihatNya,tetapi jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.”

Artinya : “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila

engkau

tidak

dapat

melihat-Nya,

maka

sesungguhnya

Dia

melihatmu”. (HR. Muslim) Ihsan juga adalah melakukan ibadah dengan khusyuk,ikhlas dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang dilakukannya. Ihsan ( ‫ناسح‬I ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. 10 Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya.

10

Farida ana 2012. Konsep ihsan (http://blog.umy.ac.id )

18

Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan. 1.

Ibadah Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan

semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan olehNya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi,

Artinya : “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR. Muslim). Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah

19

pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yang mubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya. 11 2. Muamalah Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat 36, yang

berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun

dan berbuat baiklah kepada dua

orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.” Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut: a. ihsan kepada kedua orang tua b. ihsan kepada karib kerabat c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat

11

Farida ana 2012. Konsep ihsan (http://blog.umy.ac.id )

20

e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia g. ihsan dalam hal muamalah h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang 12 Aspek ihsan dalam muamalah ini dijelaskan Allah SWT pada surah an Nisaa’ ayat 36:

Artinya : “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri“ (QS : Nisaa’ [4] : 36.) Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihatNya, maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam bahasannya. Aspek muamalah dalam berihsan ini dijelaskan memalui firman Allah di atas.

12

Farida ana 2012. Konsep ihsan (http://blog.umy.ac.id )

21

3. Akhlak Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya. Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya, maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya.

Bagaimana

ia

bermuamalah

dengan

sesama

manusia,

lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw mengatakan dalam sebuah hadits :

Artinya

:

“Aku

diutus

hanyalah

demi

menyempurnakan

akhlak

yang

mulia”(HR.Muslim). Pelaksanaan ibadah dengan baik dan benar menjadi barometer ukuran akhlak ihsan seseorang. Untuk membenahi akhlak seorang muslim maka dimulai dengan membenahi aspek ibadahnya, sebagaimana akan dijelaskan nantinya.

22

2.2 Korelasi iman, islam dan ihsan

Suatu ketika malaikat Jibril dalam rupa seorang manusia datang kpd Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam & para shahabat utk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran agama, yaitu Islam, Iman & Ihsan.

Hadits tersebut kemudian dikenal dgn Hadits Jibril, sebuah hadits yg dipandang oleh para ulama mempunyai posisi yg sangat penting, karena mencakup semua amal baik lahir maupun batin serta menjadi referensi ajaran Islam. 13

Musaddad telah menceritakan kpd kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn Ibrahim telah menceritakan kpd kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah telah menyampaikan kpd kami dari Abu Hurairah r.a berkata: Pada sesuatu hari ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba

13

Sumarna elan 2005. Kaitan iman islam dan ihsan (http://file.upi.edu )

23

datang seorang laki-laki & bertanya, “apakah iman itu?”. Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “iman adl percaya Allah Subhanahu wa ta’ala, para malaikatNya, & pertemuannya dgn Allah, para Rasul-Nya & percaya pd hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam itu? Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam ialah menyembah kpd Allah & tdk menyekutukan-Nya dgn sesuatu apapun, mendirikanshalat, menunaikan zakat yg difardhukan & berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kpd Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau

engkau

tdk

mampu

melihat-Nya,

ketahuilah

bahwa

Allah

melihatmu. “Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu? “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “orang yg ditanya tdk lbh mengetahui daripada yg bertanya, tetapi saya memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, & jika penggembala onta & ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung megah. Termasuk 5 perkara yg tdk dpt diketahui kecuali oleh Allah, selanjutnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat: “Sesungguhnya Allah hanya pd sisi-Nya sajalah yg mengetahui hari kiamat… (ayat).[1] Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kpd para sahabat: “antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat tdk melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Itu adl Malaikat Jibril a.s. yg datang utk

24

mengajarkan agama kpd manusia.” (Hadis Riwayat: Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah & Ahmad bin Hambal). 14

Islam, Iman & Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan ke lima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan yang maknanya, Bila dibandingkan dengan iman maka Ihsan itu lebih luas cakupannya bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada iman bila ditinjau dari orang yang sampai pada derajat ihsan. Sedangkan iman itu lebih luas daripada islam bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada islam bila ditinjau dari orang yang mencapai derajat iman. Maka di dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan islam. Sehingga orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa dibandingkan orang-orang mu’min yang lain, dan orang yang mu’min itu juga lebih istimewa dibandingkan orang-orang muslim yang lain.(15) Oleh karena itulah para ulama’ menyatakan bahwa setiap mu’min pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Dan belum tentu setiap muslim itu pasti mu’min, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mu’min dengan iman yang sempurna.

14 15

Sumarna elan 2005. Kaitan iman islam dan ihsan (http://file.upi.edu ) At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 63

25

Sebagaimana Alloh Ta’ala telah berfirman :

Artinya : “Orang-orang Arab Badui itu mengatakan ‘Kami telah beriman’. Katakanlah ‘Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan: ‘Kami telah berislam’.” (Al Hujurat [49] : 14). Dengan demikian jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan (16)

2.3 Implementasi iman, islam dan ihsan Iman adalah akar sikap hidup seorang muslim dalam segala dimensinya. Islam adalah perwujudan nyata dari janji dan komitmen seseorang dengan keimanannya. Sedangkan Ihsan diartikan sebagai pengawasan Allah Swt kepada hamba-Nya dan kondisi merasa diawasi diri hamba oleh Allah Swt. Hal ini dapat kita contohkan seperti sebuah cermin, di mana kita dapat melihat diri kita melalui cermin tersebut. Orang yang berbuat baik (muhsin) adalah orang yang dapat melihat Allah Swt baik melalui zat (nanti di hari kiamat) maupun sifatNya, dan

16

At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64

26

apabila tidak bisa melihatNya maka yakinlah Allah Swt melihatnya. Dengan demikian, muraqabah yaitu perasaan diri diawasi oleh Allah Swt dalam segala hal, termasuk bekerja-merupakan hal penting dan utama untuk dilakukan karena muraqabah adalah merupakan ihsan itu sendiri. Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh Allah, minimal akan membuatnya dapat menunaikan semua ibadah dengan sungguh-sungguh dan baik. Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri/suami dan bekerja.17 Oleh karena itulah Rasulullah Saw menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya. Dalam bekerja, seharusnya kita bekerja secara Ihsan. Bekerja secara ihsan adalah bekerja dengan ikhlas, bekerja dengan mengharapkan pahala dan ridha dari Allah Swt. Seorang yang bekerja secara ihsan akan melaksanakan pekerjaannya dengan sepenuh hati, baik ketika berada di halayak ramai maupun ketika

berada

sendirian

sehingga

dia

boleh menghasilkan yang terbaik. Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri

17

Fauziah uchi 2014.iman islam ihsan dan taqwa (https://id.pdfcoke.com )

27

seseorang yang diperoleh dari hasil ibadahnya, maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Kesimpulannya, ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.18

2.4 Implikasi iman, islam dan ihsan Kita telah mengetahui pengertian iman secara umum, yaitu sikap percaya, dalam hal ini khususnya percaya pada masing-masing rukun iman yang enam (menurut akidah Sunni). Karena percaya pada masing-masing rukun iman itu memang mendasari tindakan seorang maka sudah tentu pengertian iman yang umum dikenal itu adalah wajar dan benar. Ada indikasi bahwa Islam adalah

inisial

seseorang

masuk

ke

dalam lingkaran ajaran Ilahi. Menurut Ibn Taimiyah, orang yang menerima warisan Kitab

Suci

(yakni,

mempercayai

dengan

berpegang

pada

ajaran-ajarannya) namun masih juga berbuat zalim adalah orang yang baru berIslam, menjadi seorang Muslim, suatu tingkat permulaan pelibatan dari dalam kebenaran. Nabi menjelaskan, "Ihsan ialah bahwa engkau menyembah akan

18

engkau melihat-Nya,

dan kalau engkau tidak

Allah

seakan-

melihat-Nya, maka

Fauziah uchi 2014.iman islam ihsan dan taqwa (https://id.pdfcoke.com )

28

sesungguhnya tentang

Dia

penghayatan

melihat pekat

engkau." akan

Maka

ihsan

adalah

ajaran

hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui

penghayatan diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadat. Ihsan

adalah

pendidikan

atau

latihan

untuk

mencapai

dalam arti sesungguhnya. Karena itu, seperti dikatakan Ibn Taimiyah di atas, ihsan menjadi puncak tertinggi keagamaan manusia. 19 Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sbg hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan utk mempelajari ihsan sbg tata cara beribadah adl bagian dari ilmu Tasawuf. Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

19

Fauziah uchi 2014.iman islam ihsan dan taqwa (https://id.pdfcoke.com )

29

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dari beberapa pembahasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan : 1. Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai dengan dalil .

2. Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.20

3. ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak.

Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu

20

Wahyudi ari Ssi 2008. Iman islam dan ihsan (https://muslim.or.id )

30

akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.

4. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal,ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.

More Documents from "Wahida Selvia Ansyar"