Konsep Pengetahuan1.docx

  • Uploaded by: Hafizh Zaki Irsyad
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Pengetahuan1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,356
  • Pages: 5
2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek dapat terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pada waktu penginderaan hingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dapat mengacu pada pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Hal ini dapat diperoleh baik secara implisit, dengan keterampilan atau keahlian praktis, maupun secara eksplisit, dengan pemahaman teoritis terhadap suatu subjek serta dapat disesuaikan formalitas atau sistematisnya (Oxford Dictionary, 2018). 2.1.4 Tingkat pengetahuan Domain yang terpenting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt behavior) merupakan pengetahuan atau kognitif (Notoatmodjo, 2014). Tingkatan pengetahuan didasarkan pada taksonomi Bloom dalam ranah/domain kognitif. Domain kognitif mengandung tingkah laku yang mengutamakan aspek intelektual, seperti kemampuan berpikir, pengetahuan, dan pemahaman.

Pengetahuan yang cukup di dalam ranah kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan, antara lain: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali (recall) terhadap hal-hal yang spesifik dan universal dari seluruh bahan yang dipelajari atau stimulus yang telah diterima, mengingat kembali metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur atau setting. Oleh

karena itu, tingkatan ini merupakan tingkat pengetahuan yang yang paling rendah. Pengukuran bahwa seseorang telah “tahu” mengenai apa yang dipelajari yaitu apabila ia dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari tersebut. 2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk dapat menjelaskan dan menginterprestasikan mengenai objek yang diketahui secara benar. Pemahaman berkaitan dengan inti dari sesuatu, yakni suatu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang dapat mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan menggunakan objek atau ide yang sedang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan materi lain. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi yang dipelajari diukur apabila ia dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek tersebut. Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni:

(1) penerjemahan (translasi) yaitu kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya; (2) penafsiran (interpretasi) yaitu penjelasan atau rangkuman atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai data sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel, diagram; dan (3) ekstrapolasi yaitu meluaskan kecenderungan melampaui datanya untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan kondisi suatu fenomena pada awalnya, misalnya membuat pernyataan-pernyataan yang eksplisit untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam suatu karya sastra 2.1.2.1 Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Di tingkat ini, seseorang dapat mengaplikasikan atau menerapkan hukum-hukum, gagasan, prosedur, rumus, metode, prinsip, teori dan sebagainya di dalam berbagai konteks atau situasi yang lain. 2.1.2.2 Analisis (Analysis) Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan pemecahan, pemisahan, penguraian suatu isi materi atau objek (peristiwa, pengertian, konsep) menjadi elemen-elemen atau unsur-unsur penyusunnya namun masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih terdapat hubungan satu sama lain, sehingga hierarki ide itu relatif menjadi lebih jelas dan/atau hubungan antar ide-ide lebih eksplisit. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, antara lain menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 2.1.2.3 Sintesis (Synthesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk memadukan atau menghubungkan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan atau keseluruhan baru yang sebelumnya tidak tampak jelas. Dengan kata lain, sintesis ini merupakan suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan formulasi baru terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 2.1.2.4 Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau menentukan nilai terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi berkaitan dengan penentuan secara kuantitatif atau kualitatif mengenai suatu nilai materi atau metode untuk tujuan tertentu dengan memenuhi tolok ukur yang didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (KBBI Edisi V, 2016). Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar termasuk juga perilaku seseorang terhadap pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh, seseorang akan

semakin cenderung untuk mendapatkan lebih banyak informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat, terutama mengenai kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.

2.1.5.1 Informasi/media massa Menurut Romney dan Steinbart (2015:4) dan Fajri (2014) , Informasi merupakan suatu data

yang telah diolah, diproses atau diubah menjadi bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam mendukung pernbangunan dalam bidang tertentu serta berperan sebagai dasar dalam memperbaiki proses pengambilan keputusan. Bergantung pada berbagai konteks yang digunakan, informasi dapat diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.

Pendidikan formal ataupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) bagi individu untuk memperoleh informasi sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Perkembangan teknologi akan menyediakan berbagai bentuk media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai inovasi baru, sehingga sarana komunikasi, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan lain-lain memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan keyakinan orang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 2.1.5.2 Pekerjaan Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek (Arifin, 2016). Seseorang yang bekerja di sektor formal mendapatkan akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mengenai kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

3. Umur

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut: 1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan. 2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Agus, 2013). Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor eksternal 1. Faktor lingkungan Menurut Notoatmodjo (2014), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2. Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 2.1.8 Kriteria tingkat pengetahuan Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : 1. Baik : Hasil presentase 76% - 100% 2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75% 3. Kurang : Hasil presentase < 56%

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitutelinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012). Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013).

Related Documents

Konsep
July 2020 35
Konsep
October 2019 54
Konsep
June 2020 40

More Documents from "Tugiyo Sanyoto"