Konsep Nyeri A.pptx

  • Uploaded by: puskesmasserpong
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Nyeri A.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,553
  • Pages: 71
NYERI: KONSEP DAN MULTIDIMENSIONALITAS

• Nyeri : alasan yg paling umum orang mencari perawatan kesehatan • Gejala yg paling sering terjadi, tapi paling sedikit dipahami • Nyeri bersifat subjektif, sumber frustasi baik bagi klien maupun tenaga kesehatan • Nyeri dpt merupakan faktor utama yg m`hambat kemampuan & keinginan individu u/pulih dari suatu penyakit.

DEFINISI Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif (Arif Muttaqin, 2008).

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial terjadi kerusakan (The International Association for the Study of Pain (IASP) Sub-committee on Taxonomy,1986). Nyeri (pain) adalah suatu konsep yang komplek untuk didefenisikan dan dipahami. Nyeri barangkali adalah suatu fenomena yang sering dihadapi oleh petugas kesehatan (Montes-Sandoval, 1999).

DEFINISI Perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yg mengalaminya yg dpt menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tsb (Long, 1996) Perasaan tdk nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992) Kondisi dmn individu mengalami dan menyampaikan rasa tidak menyenangkan yang berat atau adanya sensasi ketidaknyamanan (Carpenito, 1999) “Pain is whatever the experiencing person says it is, existing whenever he says it does” (Mc cafery ^ Pasero, 1999)

SIFAT NYERI Menurut Mahon (1994) : – Nyeri bersifat individu – Tidak menyenangkan – Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi – Bersifat tidak berkesudahan Keluhan nyari dapat disampaikan dalam kata; pegal, linu, keju, kemeng, cangkeul, dll. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.

FAKTOR2 YG MEMENGARUHI NYERI : 1. Usia : anak - lansia 2. Jenis kelamin : laki2 - perempuan 3. Kebudayaan : cara menebus dosa 4. Makna nyeri : ancaman, kehilangan, hukuman, tantangan 5. Perhatian : relaksasi, masase, guided imagery 6. Ansietas : cemas 7. Keletihan : penyakit terminal 8. Pengalaman sebelumnya 9. Gaya koping : terapi musik 10. Dukungan keluarga & sosial

KLASIFIKASI NYERI BERDASARKAN DURASI NYERI AKUT • Berlangsung tiba-tiba, berkaitan dengan trauma atau cedera spesifik. • Sensasi nyeri menurun seiring dengan proses penyembuhan. • Berlangsung kurang dari 6 bulan. • Bersifat tajam dan terlokalisasi. • Respon saraf simpatis. • Penampilan gelisah dan cemas.

KLASIFIKASI NYERI BERDASARKAN DURASI NYERI KRONIS • Berlangsung konstan atau intermitten dalam satu periode tertentu. • Tidak memiliki awitan dan tidak berespon terhadap pengobatan. • Berlangsung 1- lebih dari 6 bulan. • Bersifat tumpul dan menyebar. • Respon saraf parasimpatis. • Bersifat maligna: nyeri kanker atau nyeri pengobatan kanker, AIDS. • Bersifat non maligna: nyeri punggung bawah, migrain, artritis

KLASIFIKASI NYERI BERDASARKAN PATOFISIOLOGI • NOSISEPTIF Nyeri inflamasi dan non inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan kimia, mekanik, dan suhu yang menyebabkan aktifasi saraf perifer. Memberikan respon terhadap analgesik opioid dan non opioid. • NEUROPATIK Nyeri akibat kerusakan atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer atau pusat. Digambarkan seperti terbakar dan menusuk.

KLASIFIKASI NYERI BERDASARKAN PATOFISIOLOGI • Nyeri viseral Menjalar dan mengarah ke daerah permukaan tubuh jauh dari tempat nyeri. Berasal dari kontraksi ritmis otot polos. Penyebab nyeri viseral termasuk iskemia, peregangan ligamen, spasme otot polos, distensi struktur lunak seperti kantung empedu, saluran empedu, ureter. • Nyeri somatik Tajam, menusuk, mudah dilokalisasi, rasa tebakar biasanya dari kulit, jaringan subkutan, membran mukosa, otot skeletal, tendon, tulang, dan peritonium

STIMULUS NYERI • MEKANIK Diterima oleh reseptor mekanosensitif Misal; distensi duktus, tumor • THERMAL Diterima oleh reseptor thermosensitif Misal; terbakar suhu panas/dingin yang ekstrim • KIMIA Diterima oleh reseptor chemosensitif Misal; inflamasi Zat kimia yg merangsang nyeri adalah bradikinin, serotonin, ion kalium, asetil kholine dan enzim proteolitik.

SENSASI NYERI Nyeri berperan melindungi tubuh Nosiseptor adalah suatu reseptor nyeri pada ujung saraf bebas yg ditemukan pada jaringan tubuh, kecuali otak. Rangsangan termal, kimia dan mekanik akan mengaktifkan nosiseptor, dengan jalan melepaskan prostaglandin, kinin dan ion kalium

MEKANISME NYERI (Persepsi dan Respon terhadap nyeri) • Konfersi stimulus nyeri menjadi bentuk yang dapat diakses oleh otak. • Aktivasi nosiseptor oleh stimulus yang dianggap membahayakan.

• Pengalaman subjektif dalam menggambarkan pengalaman nyeri. • Nosisepsi dg nyeri, nosisepsi tanpa nyeri, nyeri tanpa nosisepsi.

TRANSDUKSI

TRANSMISI

PERSEPSI

MODULASI

• Proses membawa impuls listrik dari saraf perifer menuju saraf pusat melalui medula spinalis. • Saraf aferen – kornu dorsalis di medula spinalis – sistem contralateral spinalthalamic – thalamus – korteks serebral.

• Upaya mengontrol jalur transmisi nosiseptor oleh sistem analgesik endogen tubuh. • Mengirimkan kembali impuls ke kornu dosalis (sistem nyeri desenden).

Rangsangan stimulus mekanik/ thermal/ kimia mengaktifkan nosiseptor dengan mengeluarkan prostaglandin, bradikinin, serotonin dan ion kalium.

Impuls nyeri menyebar di sepanjang saraf perifer aferen Impuls nyeri cepat (0,1 dtk, saraf A delta bermielin, akut, tajam, menusuk, superfisial). Impuls nyeri lambat (saraf C tidak bermielin, kronik, terbakar, tumpul, berdenyut, misal; sakit gigi, infeksi kuku)

Ditransmisi di sepanjang saraf aferen

Kornu dorsalis di medula spinalis

Dari MS – Batang otak (2 teori jaras): Neo-spinotalamikus dan Paleo-spinotalamikus

Neo-spinotalamikus untuk nyeri cepat berakhir di lamina I (lamina marginalis) – kolumna anterolat sebagian berakhir di kompleks ventrobasal dan sebagian lagi di korteks somatosensorik Paleo-spinotalamikus untuk nyeri lambat dan khronik melalui saraf tipe C dan sebgn saraf tipe Aδ berakhir di lamina II dan III subs. Gelatinosa dan lamina V dan VII kornu dorsalis. Neurotransmiternya Subst. P dan Glutamat. Berakhir di tiga tempat ■ Nc. Retikularis medula, pons dan mesensefalon ■ Area tekt. mesensefalon dan kol. Sup dan Inf ■ Subst. grisea peri akuadukt

SSP di otak (pembentukan retikuler, sist limbik,talamus, korteks sensori, korteks asosiasi) Kompensasi tbh (mengirim stimulus kembali ke bawah kornu dorsalis di medulla spinalis/sistem nyeri desenden) Neuroregulator (endorfin, denorfin) yang menghambat stimulus nyeri

Nyeri berkurang

TEORI GATE KONTROL (Melzack & Wall; 1965) “impuls nyeri dpt diatur atau bahkan dihambat o/mekanisme pertahanan di sepanjang SSP, impuls nyeri dibuka saat sebuah pertahanan dibuka”. contohnya : menggosok punggung dgn lambat, teknik distraksi, konseling, & pemberian plasebo melepaskan endorfin & dinorfin

SISTEM INTERAKSI PERSEPSI NYERI (Meinhart & McCaffery, 1983)

1. Sensori - Diskriminatif 2. Motivasi - Afektif 3. Kognitif - Evaluatif

Sensori - Diskriminatif • Transmisi nyeri antara talamus dan korteks sensori • Persepsi individu tentang lokasi, keparahan dan karakteristik nyeri • Penurunan kesadaran menurunkan persepsi nyeri • Peningkatan kesadaran meningkatkan persepsi nyeri

Motivasi - Afektif • Persepsi nyeri dihasilkan oleh interaksi sistem retikuler dan sistem limbik • Sistem retikuler menghasilkan respon pertahanan terhadap nyeri; menghindari stimulus nyeri • Sistem limbik menghasilkan respon kontrol terhadap nyeri

Kognitif - Evaluatif • Persepsi nyeri dihasilkan oleh sistem kortikal di otak • Dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, pengalaman dan emosi • Intepretasi intensitas dan kualitas nyeri

REAKSI TERHADAP NYERI • RESPON FISIOLOGIS Aktivasi sistem saraf otonom (simpati dan parasimpatis) • RESPON PERILAKU Cemas, takut Ekspresi wajah : mengatupkan geraham, menggigit bibir, meringis, menangis,dsb Fokus perhatian hanya kpd sensasi nyeri Apasia, bingung, atau disorientasi Depresi

MULTIDIMENSIONALITAS Fisiologis

Sensori

NYERI

Afektif

Kognitif

Perilaku

MULTIDIMENSIONALITAS • DIMENSI FISIOLOGIS Nyeri dilihat dari penyebab organiknya. Dua karakteristik nyeri dari dimensi fisiologis adalah durasi (akut, kronik) dan pola (singkat, ritmik, periodik, menetap). • DIMENSI AFEKTIF Sifat personal individu dalam berespon terhadap nyeri. Terdapat hubungan antara tingkat keparahan nyeri dengan tingkat depresi.

MULTIDIMENSIONALITAS • DIMENSI SENSORIK Berhubungan dengan lokasi, intensitas dan kualitas. Lokasi menunjukkan penyebab nyeri. Intensitas merupakan sejumlah nyeri yang dirasakan, dapat dilihat berdasarkan skala. Kualitas merupakan gambaran bagaimana nyeri itu dirasakan; menusuk, berdenyut. • DIMENSI KOGNITIF Pengaruh nyeri yang dirasakan terhadap proses berfikir. Pengetahuan tentang nyeri dan penanganannya mempengaruhi respon terhadap nyeri.

MULTIDIMENSIONALITAS • DIMENSI PERILAKU Seseorang yang mengalami nyeri akan memperlihatkan perilaku tertentu. Misal; meringis, menghela nafas, menjaga, keluhan verbal

PENILAIAN NYERI • Wong-Baker Faces Pain Rating Scale Enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, senyum – menangis. Digunakan pada klien dengan masalah komunikasi; anak – anak, lansia, klien bingung, atau klien yang tidak memahami bahasa lokal setempat. • Verbal Rating Scale (VRS) Klien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan skala enam poin ; tidak nyeri, ringan, sedang, berat, sangat berat, dan paling berat. •

PENILAIAN NYERI • Numerical Rating Scale (NRS) Klien ditanya tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan angka 0 – 10, dimana 0 tidak ada nyeri dan 10 nyeri yang sangat hebat. • Visual Analogue Scale (VAS) Skala dengan garis lurus sepanjang 10 cm, 0 penanda tidak ada nyeri dan 10 penanda nyeri hebat. Klien diminta membuat tanda di garis untuk mengekspresikan nyeri. 0 – 4 tingkat nyeri rendah, > 4 dianggap nyeri sedang menuju berat sehingga membutuhkan tindakan.

PENATALAKSANAAN NYERI

FARMAKOLOGIS

NON FARMAKOLOGIS

TUJUAN •

• • • •

mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi nyeri kronik yang persisten meningkatkan kualitas hidup klien mengurangi ketidakmampuan akibat nyeri meminimalkan intoleransi terhadap nyeri

PENATALAKSANAAN NYERI FARMAKOLOGIS Menggunakan obat untuk pengurang nyeri. GOLONGAN

JENIS ANALGESIK

Non opiat

paracetamol, NSAIDs (ketorolak), Gabapentin, Pregabilin

Opiat lemah

Codeine, tramadol, kombinasi paracetamol dengan codeine atau tramadol.

Opiat kuat

Morphine, diamorphine, pethidine, piritramide, oxycodone

Ajuvan (antidepresan)

Ketamine, clonidine

PRINSIP PENATALAKSANAAN NYERI FARMAKOLOGIS Dimulai dari analgesik yang paling ringan sampai ke yang paling kuat. Tahap I analgesik non-opiat : AINS Tahap II analgesik AINS + ajuvan (antidepresan) Tahap III analgesik opiat lemah + AINS + ajuvan Tahap IV analgesik opiat kuat + AINS + ajuvan

ANALGESIK NON OPIAT • Parasetamol • Salisilat: Aspirin Mg salisilat Diflunisal • Fenamat: Meklofenamat Asam mefenamat • Asam asetat Na diklofenak • Antalgin

• Asam propionat: Ibuprofen Fenoprofen Ketoprofen Naproksen • Asam pirolizin • karboksilat: Ketorolak • Inhibitor Cox-2: Celecoxib Valdecoxib

• PARASETAMOL (ASETAMINOFEN) Analgetik dan antipiretik Menghambat pembentukan protaglandin secara sentral Dosis (6-12 g) menyebabkan kerusakan hati Pada dosis terapi aman untuk anak – anak dan ibu hamil/menyusui. • ASETOSAL (ASAM ASETILSALISILAT, ASPIRIN) Analgetik, antipiretik, antiinflamasi, antiplatelet Asam, iritasi mukosa lambung Tidak digunakan pada anak< 12 tahun, riwayat asma, riwayat alergi, wanita hamil.

• ANTALGIN (METAMPIRON, METAMIZOL, DIPIRON) Analgetik, antipiretik, antiinflamasi Efek samping leukopenia dan agranulositosis • ASAM MEFENAMAT Analgetik, antipiretik, anti inflamasi Efek samping: diare, trombositopenia, anemia hemolitik Tidak direkomendasikan pada anak – anak, wanita hamil, jangka waktu> seminggu.

ANALGESIK OPIAT • Agonis seperti morfin Morfin Hidromorfon Oksimorfon Levorvanol Kodein Hidrokodon Oksikodon • agonis seperti meperidin Meperidin Fentanil

• agonis seperti metadon Metadon Propoksifen • antagonis Nalokson • analgesik sentral Tramadol

• MORFIN s.c., i.v., i.m. Efek samping; depresi respirasi, mual mutah, konstipasi Metabolisme di hepar • KODEIN Untuk nyeri ringan dan sedang Dosis oral 30 mg setara dengan aspirin 325-600 mg • PETIDIN Oral atau I.M. Efektifitas > kodein, tapi< morfin, efek samping setara morfin

• TRAMADOL Efektifitas sebanding dengan petidin Efek samping lebih ringan daripada morfin • FENTANIL Bisa untuk anaestesi 80 x lebih efektif dari morfin, berakhir dalam 30-60 menit Bisa dalam bentuk plester: 25 mg/jam untuk 72 jam (penderita kanker).

EFEK SAMPING ANTI INFLAMASI NON STEROID (AINS/NSAIDs) • • • • •

Sakit perut Luka Perdarahan Sakit kepala Telinga berdenging

EFEK SAMPING GOLONGAN OPIAT • • • • • •

Perubahan mood (disforia, euforia) Kesadaran (lemah, mengantuk, apatis) Depresi pernafasan Konstipasi Retensi urin Asma, pruritus

PENATALAKSANAAN NYERI NON FARMAKOLOGIS • • • •

Resiko rendah Bukan sebagai pengganti analgetik Lebih efektif bila dikombinasikan dengan analgetik Perhatikan waktu paruh analgetik saat evaluasi penatalaksanaan nyeri non farmakologis

• DISTRAKSI Teknik memfokuskan perhatian klien pada sesuatu selain nyeri dengan menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Penglihatan; membaca, menonton tv Pendengaran; mendengarkan musik, kicauan burung, gemericik air (guided imagery)

Taktil kinestik; memegang orang tercinta, hewan peliharaan Projek; bermain kartu, puzzle, mengisi teka teki silang

• RELAKSASI Menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Terutama efektif untuk nyeri kronik. Keuntungan relaksasi; Menurunkan kecemasan, depresi terkait nyeri atau stres Menurunkan nyeri otot Meningkatkan periode istirahat dan tidur Relaksasi nafas dalam; Pernafasan melalui hidung, pernafasan dada rendah, dan pernafasan abdominal Memaksimalkan oksigen yang masuk untuk sel yang cidera atau stres

• MASASE Tindakan penekanan pada jaringan lunak (otot tendon atau ligamen) tanpa menyebabkan pergeseran atau perpindahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi dan/atau meningkatkan sirkulasi. Memberikan efek menurunkan kecemasan dan ketegangan otot. Merangsang serabut diameter besar untuk menurunkan atau memblok impuls nyeri. Meningkatkan produksi endorphin.

• TENS (TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION) Mengirimkan stimulsi elektrik melalui kulit dan sepanjang saraf. Stimulasi listrik membantu pencegahan transmisi impuls nyeri ke otak dan merangsang tubuh untuk memproduksi endorphin.

TENS

• KOMPRES DINGIN Memberikan kompres air dingin dengan suhu 15° C pada daerah nyeri selama 15 menit. Keuntungan; Menurunkan aliran darah menuju area cidera Menurunkan inflamasi Meningkatkan ambang batas reseptor nyeri Merangsang serabut saraf berdiameter luas untuk menghantarkan impuls sehingga menutup pintu medula spinalis dan memblok transmisi impuls nyeri ke otak. Meningkatkan produksi endorphin.

• HIPNOTERAPI Kemampuan mengontrol alam pikiran bawah sadar untuk mengendalikan alur gelombang otak dengan membuka gelombang alpha. Kekuatan sugesti/keyakinan terhadap sesuatu yang positif. HYPNOANESTHESI; menggunakan metode hipnosis untuk mengontrol nyeri Meningkatkan kadar endorphin Dilakukan oleh tenaga yang terlatih.

PROSES KEP I. II. III. IV. V.

Pengkajian Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi

I. PENGKAJIAN Pengkajian diperlukan untuk : a. Menetapkan data dasar b. Menegakkan diagnosa keperawatan c. Menyeleksi terapi yg cocok d. Mengevaluasi respon klien terhadap terapi

Pendekatan Klinis Rutin thd Pengkajian & Penatalaksanaan “ABCDE” Nyeri A : Ask/ Tanyakan nyeri scr teratur Assess/ Kaji nyeri scr sistematis B : Believe/ Percaya apa yg dilaporkan K & klg serta apa yg mereka lakukan u/menghilangkan nyeri C : Choose/ Pilih cara pengontrolan nyeri yg cocok u/K, klg, dan kondisi D : Deliver/ Berikan intervensi scr terjadwal, logis, & terkoordinasi E : Empower/ Dayagunakan K & klg mereka Enable/ Mampukan mereka mengontrol pengobatan sejauh yg dpt dilakukan

I. PENGKAJIAN A. Nursing History 1. Awitan & durasi 2. Lokasi nyeri : perlu diagram tubuh manusia 2. Intensitas/ tk keparahan : menggunakan skala Skala yg digunakan : - Visual Analog Scale (VAS) : tdk nyeri- nyeri tdk tertahankan ( K menetapkan suatu titik) - Verbal Pain Scale/Numerical Rating Scales : tidak nyeri – sangat nyeri - Verbal Descriptor Scale (VDS) : tdk nyeri – nyeri ringan-sedang-berat-tdk tertahankan - Face Rating Scale : 0 - 5 - Behavioral Scale : OUCHER (0-100)

3. Kualitas nyeri ( menggunakan kata2 pasien, ex : seperti ditusuk, rasa terbakar, sensasi remuk/crushing, berdenyut/throbbing, tajam atau tumpul, dll). Bedah : tajam, infarkmiokard : crushing 4. Pola nyeri : apa saja yg dpt mempresipitasi/ memperburuk nyeri. Ex : faringitis smakin nyeri jika menelan/berbicara. Ruptur diskus intravertebral smakin nyeri jika membungkuk atau mengangkat benda. 5. Tindakan u/menghilangkan nyeri : mengubah posisi, berayunayun, menggosok, makan, meditasi, mengompres 6. Gejala Penyerta : gejala yg menyertai nyeri (mual, nyeri kepala, pusing, keinginan u/miksi, konstipasi, gelisah)

7. Efek nyeri pada klien  Tanda & gejala fisik : TTV, diaforesis  Efek perilaku a. Vokalisasi : mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur b. Ekspresi wajah : meringis, menggertakan gigi, mengernyitkan dahi, menutup mata& mulut dgn rapat, menggigit bibir c. Gerakan tubuh : gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan, gerakan menggosok, melindungi bag tubuh d. Interaksi sosial : m`hindari percakapan, fokus hanya pd aktivitas u/menghilangkan nyeri, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian.



Pengaruh pada aktivitas sehari-hari : aktivitas sosial, pola tidur, aktivitas seksual

8. Status neurologis Pasien DM : neuropati perifer kurang merasakan nyeri

II. DIAGNOSA KEP

II. DIAGNOSA KEP a. b.

c.

d. e. f. g. h. i. j.

Ansietas b.d nyeri yang tidak hilang Ggn rasa nyaman : nyeri b.d. cedera fisik atau trauma, penurunan suplai darah ke jaringan, proses melahirkan normal Nyeri kronik b.d. jaringan parut, kontrol nyeri yg tidak adekuat Ketidakberdayaan b.d. nyeri maligna kronik Ketidakefektifan koping individu b.d. nyeri kronik Hambatan mobilisasi fisik b.d. nyeri muskuloskeletal, nyeri insisi Resiko cedera b.d. penurunan resepsi nyeri Defisit perawatan diri b.d. nyeri muskuloskeletal Disfungsi seksual b.d. nyeri artritis panggul Ggn pola tidur b.d. nyeri punggung bag bawah

TERIMA KASIH Selamat Belajar !!!

Related Documents

Konsep Nyeri
April 2020 10
Konsep Nyeri A.pptx
April 2020 5
Nyeri
August 2019 75
Nyeri
April 2020 48
Nyeri Dan Manajemen Nyeri
August 2019 65

More Documents from "wathy"