Konsep Lansia Dan Penuaan.pptx

  • Uploaded by: Ongis Nade
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Lansia Dan Penuaan.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,796
  • Pages: 38
Definisi keperawatan gerontik  Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk

pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-psikososio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014).

 Keperawatan gerontik adalah praktek

keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987)  keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi (Lueckerotte, 2000)

Fokus keperawatan gerontik Peningkatan kesehatan (health promotion)  Pencegahan penyakit (preventif)  Mengoptimalkan fungsi mental  Mengatasi gangguan kesehatan yang umum 

Peningkatan kesehatan (health promotion)

 Upaya yang dilakukan adalah memelihara

kesehatan dan mengoptimalkan kondisi lansia dengan menjaga perilaku yang sehat.  Contohnya adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada lansia, perilaku hidup bersih dan sehat serta manfaat olah raga.

Pencegahan penyakit (preventif)  Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena

proses penuaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyakit,  contohnya adalah pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol secara berkala, menjaga pola makan, contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi makanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24 jam.

Mengoptimalkan fungsi mental  Upaya yang dilakukan dengan bimbingan

rohani, diberikan ceramah agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) dan melakukan terapi aktivitas kelompok, misalnya mendengarkan musik bersama lansia lain dan menebak judul lagunya.

Mengatasi gangguan kesehatan yang umum  Melakukan upaya kerjasama dengan tim

medis untuk pengobatan pada penyakit yang diderita lansia, terutama lansia yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan Posyandu Lansia.

Tujuan perawatan lanjut usia Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan produktif. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life Support). Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis atau akut). Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin.

Landasan Penanganan Lanjut Usia UUD 1945, pasal 27 ayat 2 dan pasal 34  Pasal 27 ayat 2, berbunyi:

“ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak ”.  Pasal 34, berbunyi: Ayat 1 : “ Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara ”. Ayat 2 : “ Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan ”. Ayat 3 : “ Negara bertanggungjawab atas penyediaan pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayan umum yang layak ” UUD No.9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan bab 1 pasal 1 ayat 1, berbunyi : “ Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikut sertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah ”.

Landasan Penanganan Lanjut Usia  UU N0.4 tahun 1965, Tentang pemberian bantuan 

   

penghidupan orang tua UU No.6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial Keputusan Presiden No.44 Tahun 1974 Program PBB tentang lansia , anjuran kongres internasional WINA 1983 GBHN 1983 / Repelita IV Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ( Lansia)

OVERVIEW  Definisi lansia  Batasan lansia  Permasalahan lansia di Indonesia

 Tipe-tipe lansia  Teori penuaan  Proses penuaan

Definisi lansia  Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas.  Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh

 Undang-Undang No 13 tahun 1998 menyatakan

bahwa: pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, telah menghasilkan:  kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan  usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah.

 Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan

mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.





Batasan lansia

WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :  Usia lanjut (elderly)  60-74 tahun,  Usia tua (old) 75-90 tahun  Usia sangat tua (very old)  > 90 tahun. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:  Usia lanjut presenilis  45-59 tahun,  Usia lanjut  60 tahun ke atas,  Usia lanjut beresiko  70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

Permasalahan lansia di Indonesia Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014  18 juta jiwa diperkirakan 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050 1 : 4 penduduk Indonesia adalah penduduk lansia Lebih mudah menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.

Data Susenas tahun 2012: angka kesakitan lansia tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan 28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28 orang mengalami sakit.

No

Jenis Penyakit (Kemenkes RI,

Prevalensi Umur

Menurut

Kelompok

Riskesdas, 2013)

55-64 th 45,9

65-74 th 57

75 th + 63,8

1

Hipertensi

2

Artritis

45

51

54,8

3 4

Stroke Peny. Paru Obstruksi Kronis DM Kanker

33 5,6

46 8,6

67 9,4

5,5 3,2

4,8 3,9

3,5 5

2,8

3,6

3,2

8

Peny. Koroner Batu ginjal

1,3

1,2

1,1

9 10

Gagal jantung Gagal ginjal

0,7 0,5

0,9 0,5

1,1 0,6

5 6 7

Jantung

 lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya

sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :  Masalah fisik

fisik mulai melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra penglihatan mulai kabur, indra pendengaran mulai berkurang, serta daya tahan tubuh menurun sehingga sering sakit.  Masalah kognitif ( intelektual) melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.

 Masalah emosional

rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi  Masalah spiritual kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

Tipe-tipe lansia Tipe (Nugroho, 2008) arif bijaksana Tipe mandiri mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan

kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan

Tipe tidak puas

Tipe bingung mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh

konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

Tipe pasrah menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

Proses penuaan  Menua didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru et al., 2009).  Penuaan adalah suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan fisik, sosial, dan psikologis yang dapat terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2010).

 Menua merupakan proses yang terjadi terus menerus

secara alamiah (Ratmini dan Arifin, 2011).  Tahap dewasa merupakan tahapan dalam mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh akan mulai menyusut dan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan.  Suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Martono dan Pranaka, 2011).

 Setiap orang akan mengalami penuaan, tetapi

penuaan pada setiap individu berbeda. Tubuh kita berada pada puncaknya pada usia 25 tahun. Tanda – tanda penuaan dimulai dari umur 30 tahun tampak dari kulit mulai mengendur dan memori jangka pendek mulai menurun.  Antara 50-60 tahun, otak mengalami penyusutan, pendengaran dan penglihatan memburuk, persendian mulai kaku, jantung dan paru-paru mulai kurang efisien. Hal ini tergantung pada faktor herediter, dan stresor lingkungan, biologis, psikologis, dan sosial (Lueckenotte, 2000)

Teori penuaan Ada dua jenis teori penuaan yaitu, teori biologi, teori psikososial (Stanley, 2010).

Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)  Menua telah terprogram secara genetik, terjadi sebagai

akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA yaitu setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.  Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)

Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)  Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran

dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan.  Ketika bertambahnya usia seseorang, pertahanan tubuh mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan.  Hal ini mengakibatkan tubuh mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit.

Teori stres  Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh.  Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

Teori radikal bebas  Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak

stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.  Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

Teori rantai silang  Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.  Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

Teori Menua Akibat Metabolisme  Pengurangan “intake” kalori akan menghambat

pertumbuhan dan memperpanjang umur.  Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.  Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.

Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)  Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus

memelihara keaktifannya setelah menua.  Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua.  Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)  Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah

pada lansia.  Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal

Teori Pembebasan (Disengagement Theory)  Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya

usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya

Teori Interaksi Sosial  Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada

suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.  Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya bersosialisasi.

Teori perkembangan  Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses

menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif

Related Documents


More Documents from "andika"