Konsep Fraktur.pptx

  • Uploaded by: RirinAstikaSari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Fraktur.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,626
  • Pages: 22
KONSEP FRAKTUR OLEH

SUDARYANTO, SST.FT, M.FIS

DEFINSI 

Fraktur adalah putusnya kontinuitas dari suatu tulang.



Kata fraktur mencakup gambaran cidera secara meluas, mulai dari fraktur terbuka, multifragmen pada femur sampai pada undisplaced stress fracture pada metatarsal.

ETIOLOGI 

Traumatic fractures : 

Cidera atau fraktur disebabkan oleh kontak langsung atau tidak langsung, terjadi gaya abnormal/berlebihan pada tulang.

ETIOLOGI 

Patological fractures : 



Akibat adanya penyakit tulang atau abnormal tulang, dimana adanya kontak yang kecil atau gaya yang kecil (dalam kategori normal) dapat menyebabkan fraktur pada bagian tulang, seperti adanya tumor atau infeksi tulang.

Insufficiency fractures : 

Kondisi ini sering digolongkan kedalam patological fracture, namun dianggap terpisah karena berkaitan dengan prevalensinya.



Insufficiency fractures paling sering terjadi akibat kondisi osteoporosis, yaitu penyakit tulang progresif dengan ciri khas adanya penurunan kepadatan tulang (bone mineral density=BMD) dan penurunan mikoarsitektur tulang.



Lokasi fraktur osteoporotik yang sering terjadi adalah hip, wrist, proksimal humerus, dan spine

ETIOLOGI 

Insufficiency fractures : 



Sebaliknya, osteomalacia adalah pelunakan tulang yang disebabkan oleh kerusakan mineralisasi dari matriks tulang ; penyebab paling sering adalah defisiensi vitamin D, sering penyebabnya oleh penyakit renal/ginjal atau konsumsi alkohol

Fatigue (stress) fractures : 

Kondisi ini disebabkan oleh siklus aplikasi gaya normal yang terjadi pada tulang normal dengan frekuensi berlebihan.



Kondisi ini seringkali terjadi pasca adanya perubahan intensitas dari aktivitas fisik.



Contoh : fraktur metatarsal II pada rekruitmen tentara atau pada pelari jarak jauh pemula.



Secara khas, jenis fraktur ini tergolong fraktur linear dan incomplete.

ETIOLOGI 

Fatigue (stress) fractures : 

Pada awalnya, fraktur jenis ini sangat halus, hanya terlihat setelah berkembang callus, atau hanya dengan MRI atau bone scan.



Tergolong kedalam fraktur undisplaced, kadang-kadang diberi nama “infraction”

MORPHOLOGY 

Transverse dan oblique fractures : 

Kedua tipe fraktur ini disebabkan oleh gaya bending yang berasal dari pukulan langsung oleh objek bergerak, atau oleh objek terfiksir yang memukul/menabrak tulang (spt lantai)



Adanya transfer energi yang tinggi akan menyebabkan fraktur dgn jumlah fragmen yang banyak

MORPHOLOGY 



Transverse dan oblique fractures : 

Menghasilkan wedge atau butterfly fragmen pada sisi tension tulang.



Jika masih ada energi yang tinggi maka dapat menyebabkan fraktur multifragmen (communited fracture)



Pada segmental fraktur (atau double fracture) terjadi pemisahan segmen tulang secara komplit

Spiral fractures : 

Jenis fraktur ini disebabkan oleh gaya rotasional secara tidak langsung.



Mekanisme injury seringkali berkaitan dengan gaya twist yang simple atau jatuh, atau kecelakaan dalam olahraga, secara khas terjadi pada tibia, humerus, atau jari-jari tangan.



Spiral fracture dapat menghasilkan butterfly fragmen atau comminution saat peningkatan energi transfer.

MORPHOLOGY 



Avulsion fractures : 

Fraktur ini disebabkan oleh gaya traksi yang berasal dari insersio ligamen, tendon, atau kapsul.



Kondisi ini dapat disebabkan oleh gaya/kontraksi muskular yang eksplosif (spt avulsion SIAS akibat kontraksi otot rectus femoris saat menendang), suatu gerakan sendi yang sangat kuat dan tiba-tiba (spt avulsi basis metatarsal V akibat kontraksi otot peroneus brevis selama inversi ankle), atau dislokasi sendi yang bersifat sementara (spt dislokasi sendi jari-jari tangan)

Impaction fractures : 

Jenis fraktur ini terjadi ketika tulang gagal menahan beban kompresi.



Umumnya terjadi pada sendi (spt fraktur dataran tibia akibat valgus injury pada knee), atau pada collum humerus atau femur (spt valgus impacted fractures), atau pada calcaneus (pasca jatuh dari ketinggian)

MORPHOLOGY 

Impaction fractures : 



Variasi jenis fraktur ini adalah wedge compression fracture pada spine.

Pediatric fractures : 

Jenis fraktur ini terjadi pada tulang anak-anak yang belum matang, dimana jauh lebih fleksibel daripada tulang orang dewasa.



Torus (buckle) fracture terjadi ketika gaya yang teraplikasi menyebabkan kompresi sisi tulang sampai terjadi lengkungan pada sisi tulang tersebut ; secara keseluruhan tipe fraktur ini adalah stabil.



Greenstick fracture terjadi ketika tulang gagal menahan gaya tension pada sisi tulang sehingga menyebabkan periosteum robek dan lapisan luar tulang yang mengalami tension timbul celah (gap) ; tipe cidera ini sulit untuk di reduksi.

MORPHOLOGY 

Pediatric fractures : 

Kemungkinan lain, terjadi plastic deformation yang menyebabkan tulang menjadi bengkok dengan tanpa abnormalitas, seringkali terjadi pada salah satu lengan bawah ketika terjadi fraktur di lokasi lain.



Cidera lainnya adalah physeal injuries (cidera physis)

TINGKAT KEPARAHAN 



Open fractures : 

Tipe fraktur ini menjadi pertimbangan khusus karena ditandai dengan risiko infeksi yang besar.



Open fractures seringkali digambarkan sebagai compound fractures ; fraktur dengan complicated karena berhubungan dengan kerusakan jaringan disekitarnya.



Seringkali memerlukan pengobatan emergency jika terjadi kerusakan neurovascular

Intraarticular fractures : 

Fraktur yang merusak permukaan sendi sangat penting diperhatikan karena adanya incongruitas sendi setelah union tulang akan memicu terjadinya post traumatic arthritis.

TINGKAT KEPARAHAN 

Intraarticular fractures : 





Jika ada indikasi pergeseran/perpindahan maka diperlukan reduksi dan fiksasi secara bedah.

Comminution fractures : 

Fraktur dengan multiple fragmen merupakan cidera dengan energi/gaya yang tinggi



Tipe ini meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, yaitu non-union.

Dislokasi sendi : 

Dislokasi sendi adalah hilangnya secara sempurna kongruitas antara permukaan sendi



Dislokasi sendi paling sering terjadi pada shoulder dan patella.

TINGKAT KEPARAHAN 



Dislokasi sendi : 

Subluksasi sendi adalah hilangnya kongruitas sendi secara parsial dimana kedua permukaan sendi masih tetap kontak.



Transient subluksasi yang terjadi selama gerakan dapat menyebabkan nyeri tiba-tiba dan sensasi “slipping out” (terasa meluncur keluar), tetapi seringkali menurun secara spontan saat pemeriksaan sendi.

Fracture-dislocation : 

Tipe ini merupakan cidera yang kompleks, karena melibatkan fraktur pada tulang dan dislokasi sendi didekatnya, sering menyebabkan tantangan manajemen yang sulit



Pada tipe ini, kemungkinan besar terjadi komplikasi neurovascular ; bahkan closed reduksi sulit diaplikasikan dan dapat menyebabkan pergeseran yang lebih besar

TINGKAT KEPARAHAN 



Dislokasi sendi : 

Subluksasi sendi adalah hilangnya kongruitas sendi secara parsial dimana kedua permukaan sendi masih tetap kontak.



Transient subluksasi yang terjadi selama gerakan dapat menyebabkan nyeri tiba-tiba dan sensasi “slipping out” (terasa meluncur keluar), tetapi seringkali menurun secara spontan saat pemeriksaan sendi.

Fracture-dislocation : 

Tipe ini merupakan cidera yang kompleks, karena melibatkan fraktur pada tulang dan dislokasi sendi didekatnya, sering menyebabkan tantangan manajemen yang sulit



Pada tipe ini, kemungkinan besar terjadi komplikasi neurovascular ; bahkan closed reduksi sulit diaplikasikan dan dapat menyebabkan pergeseran yang lebih besar

TINGKAT KEPARAHAN 

Fracture-dislocation : 



Open reduksi dan stabilisasi fraktur seringkali dibutuhkan, dan sangat penting diperlukan perhatian pada komplikasi neurovascular.

Sprain dan strain 

Sprain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada ligamen, sedangkan strain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada tendon



Stabilitas sendi sangat berhubungan dengan kerobekan ligamen atau overstretch ligamen.



Beberapa kondisi sprain memiliki sistem klasifikasi yang menggambarkan derajat instabilitas (spt cidera ligamen collateral medial knee)



Begitu pula, inversion injuries pada ankle umumnya disebabkan oleh sprain ligamen collateral lateral ankle yang kompleks.

BERDASARKAN LOKASI 

Regio anatomical pada tulang yang belum matang berhubungan dengan physis (growth plate) ; terdiri dari epiphysis, metaphysis, dan diaphysis ; regio tersebut berhubungan dengan pediatric fracture



Pada tulang matang (tulang dewasa), lokasi fraktur terdiri atas fraktur 1/3 distal, 1/3 proksimal, dan 1/3 middle.



Beberapa fraktur juga menggunakan label tertentu, seperti Colles’ fracture yang terjadi pada distal radius (2,5 cm dari distal) dan menyebabkan deformitas “dinner fork” (distal radius mengalami translasi dorsal dan tilt), Maisonneuve fracture dislocation pada ankle, dan Lisfranc dislocation pada tarsometatarsal joint.

BERDASARKAN DISPLACEMENT 

Suatu fraktur yang complete namun tidak berpindah fragmen tulang maka dinamakan fraktur undisplaced atau fraktur dalam posisi anatomis.



Begitu pula, reduksi pada displaced fracture sampai pada posisi sempurna dikenal sebagai reduksi anatomis.



Suatu fraktur yang fragmennya sangat mendekati posisi anatomis dikenal sebagai minimally displaced fracture.



Gambaran fraktur displacement terdiri atas : 

Length : distraction/shortening



Angulation : varus/valgus dalam bidang frontal dan fleksi/ekstensi dalam bidang sagital



Rotation : internal dan external rotation



Translation : bergerak ke anterior, posterior, medial atau lateral

Displacement in length 

Fraktur oblique dan spiral, mengalami displacement (pemendekan).

serta beberapa fraktur comminution dengan menghasilkan shortening



Jika kedua ujung fragmen tulang yang fraktur tidak kontak lagi dan berpindah satu sama lain maka disebut dengan off-ended fracture.



Fraktur shortening dapat disertai dengan kerutan/terbelit dinding pembuluh darah sekitarnya sehingga dapat menyebabkan gangguan vaskular ; fraktur ini memerlukan reduksi melalui manipulasi dan traksi ; traksi yang berlebihan akan menyebabkan deformitas kontralateral (terjadi distraksi)

Displacement by angulation 

Tipe displacement ini berdasarkan referensi apex fraktur.



Dalam bidang frontal, suatu fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah midline, dikatakan sebagai medial angulasi atau valgus angulasi.



Fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah lateral maka dikatakan sebagai lateral angulasi atau varus angulasi.



Dalam bidang sagital, fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah posterior maka dikatakan sebagai posterior angulasi, apex-posterior, atau terjadi ekstensi atau recurvatum ; sedangkan apex fraktur terangulasi kearah anterior maka dikatakan sebagai anterior angulasi, apex-anterior, atau terjadi fleksi atau procurvatum.



Pada tangan dan wrist, istilah tersebut sering digunakan bergantian.

Displacement by angulation 

Secara klinis, Colles’ fracture memiliki deformitas benjolan yang jelas pada bagian posterior wrist, meskipun frakturnya menyebabkan angulasi kearah anterior (volar angulation) tetapi sebagian besar dikatakan terjadi kemiringan (tilt) kearah dorsal

Displacement by rotation 

Suatu fraktur dapat terjadi displacement rotasi kearah internal atau eksternal.



Displacement rotasi dapat dinilai lebih mudah dengan pemeriksaan klnis daripada dengan pemeriksaan radiograph (atau fluoroscopy).



Secara radiographical, displacement rotasi paling mudah dinilai melalui penampakan kedua ujung tulang sehingga pemeriksaan radiograph pada fraktur tulang panjang harus mencakup sendi di atas dan di bawah.



Deformitasi rotational yang tidak terkoreksi sering menimbulkan disabilitas; pada tungkai bawah, deformitas rotational akan menyebabkan posisi kaki yang janggal ; pada jari2 tangan, dapat mencegah fungsi normal tangan.

Displacement by translation 

Displacement translation terjadi ketika permukaan yang fraktur bergeser ke samping yang relatif satu sama lain.



Gambaran displacement ini berdasarkan posisi fragmen distal.



Sebagai contoh, suatu fraktur dapat dikatakan mengalami lateral translation, posterior translation, atau kedua-duanya (lateral dan posterior translation), bergantung pada arah pergeseran fragmen distal.

Related Documents

Konsep
July 2020 35
Konsep
October 2019 54
Konsep
June 2020 40

More Documents from "Tugiyo Sanyoto"