Konsep Dasar.docx

  • Uploaded by: Inda Febriana Dewi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Dasar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,267
  • Pages: 16
KONSEP DASAR A. Pengertian CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2015). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus

yang

dapat

digolongkan

dalam

kategori

ringan,

sedang

dan

berat (Price,2016)

B. Etiologi Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral. 1.

Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.

2.

Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.

3.

Penyakit

vaskuler

hipertensif,

misalnya

Nefrosklerosis

benigna,

nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis. 4.

Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

5.

Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler ginjal.

6.

Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.

7.

Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.

8.

Nefropati obstruktif a. Saluran

Kemih

bagian

atas:

Kalkuli

neoplasma,

fibrosis,

netroperitoneal. b. Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

C. Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 2014, 368) Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Smeltzer, 2015). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu: 

Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal) Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.



Stadium 2 (insufisiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.



Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia) Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini

kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) : 1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2) 2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89 mL/menit/1,73 m2) 3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2) 4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2) 5. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

D. Tanda dan gejala Pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien. Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik). Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang. Manifestasi klinik antara lain : 1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi 2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2015) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). Manifestasi klinik menurut Supartondo (2017) adalah sebagai berikut: 1. Sistem kardiovaskuler a. Hipertensi b.

Pitting edema

c. Edema periorbital d. Pembesaran vena leher e. Friction sub pericardial

2. Sistem Pulmoner a. Krekel b. Nafas dangkal c. Sputum kental dan liat d. Kusmaull 3. Sistem gastrointestinal a. Anoreksia, mual dan muntah b. Perdarahan saluran GI c. Ulserasi dan pardarahan mulut d. Nafas berbau ammonia 4. Sistem musculoskeletal a. Kram otot b. Kehilangan kekuatan otot c. Fraktur tulang 5. Sistem Integumen a. Warna kulit abu-abu mengkilat b. Pruritis c. Kulit kering bersisik d. Ekimosis e. Kuku tipis dan rapuh f. Rambut tipis dan kasar 6. Sistem Reproduksi a. Amenore b.

Atrofi testis

E. Komplikasi 1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet berlebih. 2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat 3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renninangiotensin-aldosteron

4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama hemodialisa 5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal. 6. Asidosis metabolic 7. Osteodistropi ginjal 8. Sepsis 9. neuropati perifer hiperuremia F. Pemeriksaan penunjang 1. Laboratorium a. Urin 1) Volume biasanya < 400ml/24 jam atau tak ada (anuria) 2) Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin. 3) Berat jenis : < 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat 4) Osmoalitas : < 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1 5) Kreatinin : mungkin agak turun 6) Natrium : >40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium 7) Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada b. Darah 1) BUN/ Kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir 2) Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya < 7-8 gr/dl 3) SDM : menurun, defisiensi eritropoietin 4) GDA : asidosis metabolic, ph < 7,2 5) Natrium serum rendah 6) Kalium meningkat 7) Magnesium meningkat 8) Kalsium menurun 9) Protein (albumin) menurun

10) Osmolaritas serum > 285 mOsm/kg 2. Pelogram retrograde : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter 3. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas 4. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif 5. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentiikasi ekstravaskuler masa 6. Radiology Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa. 7. IIntra Vena Pielografi (IVP) Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter. 8. USG Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat. 9. EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

G. Penatalaksanaan medis Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi. (Smeltzer, 2015). Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis) transplantasi ginjal. (Smeltzer, 2015). Mnurut (Smeltzer, 2015) tujuan

penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :

1. Dialisis Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas,

menghilangkan

kecenderungan

pendarahan,

dan

membantu

menyembuhkan luka. 2. Koreksi hiperkalemi Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa. 3. Koreksi anemia Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner 4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis 5. Pengendalian hipertensi Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium. 6. Transplantasi ginjal Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru

H. Terapi obat dengan implikasi keperawatan Obat yang diberikan antara lain: 1.

Obat hipertensi dapat menurunkan fungsi ginjal dan mengubah komposisi elektrolit dalam tubuh. Bagi penderita GGK yang juga disertai hipertensi, dokter dapat memberikan obat ACE inhibitor atau ARB.

2.

Suplemen untuk anemia untuk mengatasi anemia pada penderita GGK adalah suntikan hormon eritropoietin yang terkadang ditambah suplemen besi.

3.

Obat diuretik. Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian tubuh, seperti tungkai. Contoh obat ini adalah furosemide. Efek samping yang mungkin ditimbulkan adalah dehidrasi serta penurunan kadar kalium dan natrium dalam darah.

4.

Suplemen kalsium dan vitamin D. Kedua suplemen ini diberikan untuk mencegah kondisi tulang yang melemah dan berisiko mengalami patah tulang.

5.

Obat kortikosteroid. Obat ini diberikan untuk penderita GGK karena penyakit glomerulonefritis atau peradangan unit penyaringan dalam ginjal.

Penderita gagal ginjal kronis juga disarankan untuk melakukan perubahan pola hidup yang meliputi: 1.

Menjalankan pola makan yang sehat dan seimbang dengan mengurangi konsumsi garam, serta membatasi asupan protein dan kalium dari makanan untuk meringankan kerja ginjal. Makanan dengan kadar kalium tinggi, di antaranya adalah pisang, jeruk, kentang, bayam, dan tomat. Sedangkan makanan dengan kadar kalium rendah, antara lain adalah apel, kol, wortel, buncis, anggur, dan stroberi. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman beralkohol.

2.

Berolahraga secara teratur, setidaknya 150 menit dalam seminggu.

3.

Menurunkan berat badan jika berat badan berlebih atau obesitas.

4.

Tidak mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang dapat menyebabkan gangguan pada ginjal.

5.

Menerima vaksinasi karena GGK membuat tubuh rentan terserang infeksi. Contohnya adalah vaksinasi flu dan dan pneumonia.

6.

Berkonsultasi dan senantiasa mengamati kondisi kesehatan dengan memeriksakan diri ke dokter secara teratur.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu. Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal. (Doenges M, 2014) 1. Identitas Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat. 2. Keluhan utama Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan. Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST ) Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji penurunan urine output,

penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa

sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga. 6. Riwayat Psikososial Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga. 7. Lingkungan dan tempat tinggal Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll. 8. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum dan TTV 1) Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat a) Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat b)

TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat

b. Sistem Pernafasan Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi c. Sistem Hematologi Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema

penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel. Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia. d. System Neuromuskular Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot. e. Sistem Kardiovaskuler Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi. f. Sistem Endokrin Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea. Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit)

terjadi penuruna klirens

metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D. g. Sistem Perkemihan Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat h. Sistem pencernaan Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

i. Sistem Muskuloskeletal Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

B. Analisa data No 1

2

3

Analisa Data DS: - Klien menyatakan kembung di daerah abdomen - Klien menyatakan kesulitan kesulitan bernapas (Dispnea) - Klien mengeluh sesak saat berbaring (Ortopnea) DO: - Kadar Hb/Ht turun - Hepatomegali BB meningkat dalam waktu singkat - Tekanan darah tinggi - Distensi vena jugularis - Distensi abdomen/asites - Intake lebih banyak dari output - Oliguria - Edema anasarka dan/atau edema perifer - Terdengar suara napas tambahan - Perubahan turgor kulit DS: - Klien menyatakan nyeri ulu hati - Tidak adanya nafsu makan - Mual DO: - Penurunan berat badan minimal 10% di bawah rentang ideal - Adanya cegukan - Muntah - Serum albumin turun - Porsi makan tidak dihabiskan - Sariawan - Napas berbau amonia - Membran mukosa pucat

DS: - Nyeri DO: - Terdapat kerusakan kulit dan/atau jaringan

Kemungkinan Penyebab Kerusakan fungsi ginjal ↓ Disfungsi glomerulus ↓ Penurunan GFR ↓ Retensi cairan beserta natrium ↓ Penurunan haluaran urin ↓ Peningkatan tekanan hidrostatik ↓ Edema

Penurunan GFR ↓ Sekresi urin ↓ ↓ BUN, Cr, ureum dan amonia ↑ ↓ Azotemia ↓ Rangsangan nervus vagus ↓ Hipotalamus ↓ Mual, muntah ↓ Anoreksia ↓ Nutrisi inadekuat Kerusakan fungsi ginjal ↓ Peningkatan BUN, kreatinin, ureum dalam darah

4

Kemerahan Hematoma Perdarahan

DS: DO: -

Klien menyatakan lemah, tidak ada gairah Ketidakmampuan melakukan sesuatu Penurnan tonus otot Klien nampak lemah Penurunan lemak subkutan

↓ Pruritus ↓ Lesi pada kulit Kehilangan fungsi ginjal

↓ Produksi eritropoetin berkurang

↓ Stimulasi eritrosit sum-sum tulang ↓

↓ Anemia

↓ Suplai O2 & nutrisi ke sel dan jaringan ↓

↓ Penurunan pembentukan ATP ↓ Kelemahan otot dan tungkai C. Diagnosa keperawatan 1. Hipervolumia berhubungan dengan haluaran urin diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium 2. Defisit nutri berhubungan dengan peningkatan BUN, kreatinin, dan amonia 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, anemia

E. Implementasi Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Nursalam, 2016)

F. Evaluasi 1. Evaluasi Sumatif Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisan format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP. (Nursalam, 2016) 2. Evaluasi formatif Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangaan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi. (Nursalam,2016)

DAFTAR PUSTAKA Doenges E, Marilynn, dkk. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Long, B C. (2014). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC Nursalam. (20016). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Salemba Medika. Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2016). Patofisiologi Konsep Kllinis Prosesproses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Supartondo. ( 2017 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Related Documents

Konsep
July 2020 35
Konsep
October 2019 54
Konsep
June 2020 40

More Documents from "Tugiyo Sanyoto"