Konsep Dasar Profesi

  • Uploaded by: nasyiatul farihah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Dasar Profesi as PDF for free.

More details

  • Words: 2,894
  • Pages: 12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini

ada

kegandrungan

dalam

masyarakat

untuk

menuntut

profesionalisme dalam bekerja. Walaupun istilah ini sering digunakan serampangan tanpa jelas konsepnya, namun hal tersebut menunjukkan refleksi dari adanya tuntutan yang makin besar dalam masyarakat akan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh tanggung jawab, bukan hanya sekedar asal dilaksanakan. Dikalangan profesi-profesi yang ada, terdapat kesepakatan tentang pengertian profesi, yaitu profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Namun, ketika dilacak secara mendalam apa dibalik batasan itu, banyak perbedaan ditemukan. Seluk beluk profesi tidaklah sederhana, bahkan mulai konsep dasar tentang profesi terdapat perbedaan mendasar. Misalnya profesi tetentu mensyaratkan anggotanya layak disebut profesional manakala pendidikannya sarjana keatas, dalam profesi lain hal ini tidak penting. Suatu profesi dimungkinkan karena ada kejelasan mengenai profesi itu: apa bidang garapannya, siapa yang boleh mengerjakan profesi itu dan dengan kualifikasi pendidikan/latihan bagaimana? Jadi, ada uraian yang jelas mengenai keahlian (expertise), ada tujuan yang dirumuskan secara jelas, dan ada kualifikasi minimal untuk disebut profesional. Semuanya jenis profesi yang ada dalam masyarakat, ada yang sudah memenuhi kriteria. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang diamksud dengan profesi? 2. Apa saja syarat-syarat profesi? 3. Istilah apa yang berkenaan dengan profesi? 4. Apa saja tingkatan profesi? 5. Apa saja jenis-jenis profesi? 6. Apa urgensi profesional? C. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar profesi.

1

BAB II PEMBAHASAN Konsep Dasar Profesi A. Pengertian Profesi Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita dengar kata profesi. Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa inggris profession atau bahasa latin profecus yang berarti mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara terminologi, profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual.1 Ada beberapa pendapat menurut para ahli adalaah sebagai berikut: 1. Volmer dan Mills (1966) Profesi adalah sebagai suatu spesilisasi dari jabatan intelektual yang di peroleh melalui studi dan training, bertujuan mensuplay keterampilan melalui pelayanan dan bimbingan pada orang lain untuk mendapatkan bayaran atau gaji. 2. Diana W. Kommers Profesi adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh lewat pendidikan atau training dengan waktu yang panjang yang diasumsikan berorientasi pelayanan dan memiiki otonomi. 3. Cogen (1953) Profesi adalah suatu jabatan (vocation) dalam pelaksanaannya seseorang lebih dulu memperoleh ilmu pengetahuan teoritis secara terstruktur dengan cara belajar pada suatu jurusan yang relevan dengan profesi.2 Ornstein dan Levine (1984) dalam Soetjipto (2009) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini: a. Melayani masyarakat merupakan karir yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (atau tidak berganti-ganti pekerjaan). b. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya). c. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru dikembangkan dari hasil penelitian). d. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. e. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya). 1 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Hlm: 101-102 2 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: ALFABETA, 2013), Hlm: 195196

2

f. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh orang luar). g. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku. h. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan. i. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya; relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri). j. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. k. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bukan oleh Departemen Kesehatan). l. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. m. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang dilayaninya). n. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainnya). Menurut Musriadi (2016) untuk membedakan profesi guru dengan profesi yang lainnya, terlebih dahulu harus tahu apa itu profesi dan apa itu guru. profesi berasal dari bahasa latin “professio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Sedangkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk membedakan profesi guru dan profesi lainnya cukup sulit misalnnya polisi, tentara, perawat, atau pramugari mungkin bisa cepat dikenali seragamnya. Namun guru tidak demikian karena guru dilihat dari berbagai aspek misalnya a. Jabatan guru sebagai suatu profesi b. Profesi sebagai keahlian khusus c. Guru sebagai profesi yang luhur, dll. Jadi, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan berdasarkan bisang keahlian yang khusus dan kemampuan yang mempunyai tugas utama dalam melayani masyarakat.

3

B.

Syarat-syarat Profesi Agar suatu pekerjaan dapat menjadi profesi diperlukan syarat-syaratkan tertentu. Menurut Wirawan (dalam Departemen Agama,2001:12) menyebutkan suatu jabatan dikatakan profesi apabila memenuhi persyaratan pokok suatu profesi, yaitu : 1. Pekerjaaan dilakukan secara penuh(komperehensif). 2. Memiliki dasar sains yang jelas 3. Aplikasi dari sains yang dimiliki. 4. Berasal dari lembaga pendidikan profesi. 5. Berprilaku profesional. 6. Berorientasi pada standar keprofesian. 7. Memiliki kode etik profesi3 Menurut Syafrudin Nurdin ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h.

Panggilan hidup yang sepenuh waktu Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian Kebakuan yang universal Pengabdian Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif Otonomi Kode etik Klien

Sementara Ahmad Tafsir mengemukakan 10 kriteria/syarat untuk sebuah pekerjaan yang bisa disebut profesi, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Profesi adalah diperuntukkan bagi masyarakat. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan kompetensi aplikatif. Pemegang profesi memegang otonomi dalam melakukan profesinya. Profesi memiliki kode etik. Profesi miliki klien yang jelas. Profesi memiliki organisasi profesi. Profesi mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.(Ahmad Tafsir, 1992: 108).4

3

Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Hlm: 13 4 Konsep Dasar Profesi, http://digilib.uinsby.ac.id/6465/2/Bab%201.pdf, 26 Maret 2019 pukul : 18.27 WIB

4

C. Istilah yang berkenaan dengan profesi Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi, profesional, profesionalisme, profesionalisasi, dan profesionalitas. Sanusi et.al (dalam Udin Syaefudin Saud 2013:6) menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut: 1. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari para anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi (inservice training). Diluar pengertian ini, ada beberapa ciri profesi khususnya yang berkaitan dengan profesi kependidikan. 2. Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misalnya “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini, profesional dikontraskan dengan “non-profesional” atau “amatir”. 3. Profesionalisme menunjuk pada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. 4. Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. 5. Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan profesional (profesional development) baik dilakukan melalui pendidikan/latihan “pra-jabatan”. Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang life-long dan never-ending, secepat seseorang telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi. Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan disiapkan untuk itu. Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya, tapi bisa juga menunjuk pada orangnya. Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang sebagai profesional melalui pendidikan pra-jabatan dan/atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif. Profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada 5

sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.5 D. Tingkatan Profesi Tingkat profesi seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang telah dicapai (kualifikasi akademik). Berdasarkan jenjang kualifikasi akademik tingkat profesi dibedakan menjadi beberapa kelompok: 1. Pra Profesional Orang yang tugasnya membantu profesional. Pendidikan pra profesional lebih rendah dari seorang profesional. Pendidikan pra profesional hanya sampai program diploma I-III. Contoh, paramedis (perawat) yang tugasnya membantu tenaga medis (dokter). 2. Profesional Yaitu orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal sarjana dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi. Disamping lulus pendidikan sarjana dalam bidangnya juga harus mengikuti pendidikan profesi (diklat khusus profesi). Misalnya diklat calon hakim dan pengawas. Dengan cara demikian profesional dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Selain diklat yang bersifat khusus, sebagai profesi biasanya juga mengikuti pendidikan dan latihan yang berkaitan dan menunjang tugas keprofesian. Pendidikan dan pelatihan dimaksud berupa pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan atau peningkatan kopetensi dalam melaksanakan tugas sebagai profesi, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional. 3. Profesional spesialis Yaitu tingkat tertinggi dalam dunia profesional. Profesional spesialis adalah mereka yang pendidikannya minimal pascasarjana (Master, S2) atau graduate study. Selain jenjang strata 2, dewasa ini beberapa profesi tertentu semisal profesi dosen, mensyaratkan kualifikasi akademik minimal doctor (S3), Khususnya diperuntukkan bagi para dosen yang akan mengampu jenjang pendidikan bagi program magister dan program doktor sendiri. Hal yang sama untuk profesi dokter dewasa ini juga dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik spesialis yaitu suatu jenjang yang setingkat dengan doktor (S-3). Dengan demikian semakin tinggi jenjang kualifikasi akademik seseorang (profesi), maka semakin pula tingkat profesionalisasi profesi tersebut. Dengan kata lain, bahwa jenjang profesionalisasi profesi berbanding lurus dengan tingkat kualifikasi akademik (Trianto, 2010). E. Jenis-jenis Profesi Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan 5

Saud Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabetam 2013), Hlm: 90

6

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5) menyebutkan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya pada ayat (6) dijelaskan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 1. Tenaga Kependidikan Orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan, diantaranya: a. Kepala Satuan Pendidikan, yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator (Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah: i. Kepala Sekolah Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin pada sebuah sekolah dan merupakan manajer tingkat atas pada sebuah organisasi pendidikan (khususnya SD, SMP, SMA atau SMK). Kepala sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen Rektor Rektor dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pimpinan lembaga perguruan tinggi. Di dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional 2009 (UU SISDIKNAS), Rektor adalah pimpinan tertinggi perguruan tinggi yang berkewajiban memajukan ilmu pengetahuan di masing-masing institusi melalui pendidikan dan penelitian, serta memberikan kontribusi maksimal kepada hal layak luas. b. Wakil/Kepala Urusan, umumnya pendidik yang mempunyai tugas tambahan dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum. c. Tata Usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya : i. Administrasi surat menyurat dan pengarsipan, ii. Administrasi Kepegawaian, iii. Administrasi Peserta Didik, iv. Administrasi Keuangan, v. Administrasi Inventaris dan lain-lain. 7

d. Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di Laboratorium. e. Pustakawan ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu orang menemukan buku, majalah, dan informasi lain. f. Pelatih ekstrakurikuler. g. Petugas keamanan (penjaga sekolah), Petugas kebersihan, dan lainya. 2. Tenaga Pendidik Pendidik atau di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: a. Guru Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama pendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. b. Dosen Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1, Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. c. Konselor Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan Konselor adalah pendidik dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005 mengemukakan Konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah. Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling (BK), atau Bimbingan Penyuluhan (BP). Mempunyai organisasi profesi bernama Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN). d. Pamong Belajar Menurut Permenpan dan RB (Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi) No. 15 Tahun 2012, Pamong Belajar adalah pendidik dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar, pengkajian program, dan pengembangan model pendidikan nonformal dan informal (PNFI) pada unit pelaksana teknis (UPT) atau unit pelaksana teknis daerah (UPTD) dan satuan PNFI. Pamong belajar merupakan jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. PNFI sekarang 8

berganti nama menjadi PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal). e. Widyaiswara Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih pegawai negeri sipil (PNS) pada lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) pemerintah. f. Tutor Tutor adalah orang yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi proses pembelajaran di kelompok belajar (Chairudin Samosir, 2006:15). Tutor merupakan pembimbing dan pemotivasi peserta didik untuk mempelajari sendiri materi ajar yang tersaji dalam modul pembelajarannya. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. (Hamalik dalam Abi Masiku, 2013). g. Instruktor Instruktor adalah orang yang bertugas mengajarkan sesuatu dan sekaligus memberikan latihan dan bimbingannya; pengajar; pelatih; dan pengasuh (sumber : KBBI online). h. Fasilitator Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan. Tugas fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran pada hakikatnya mengantarkan peserta didik untuk menemukan sendiri isi atau materi pelajaran yang ditawarkan atau yang disediakan melalui atau oleh penemuannya sendiri.6 F. Urgensi Profesionalisme Beberapa argumentasi yang memandang bahwa pendidikan harus dikelola secara profesionalm jika mengutip pendapat dari sanusi dalam sulaiman samad menjelaskan diantaranya : 1. Pendidikan dilakukan secara internasional, maksudnya dilakukan dengan sadar dan memiliki tujuan tang jelas. 2. Substansi pendidikan adalah proses didalamnya berupa proses terjadinya dialog antara peserta didik dengan pendidik. 3. Subjek pendidikan yaitu pada dasarnya manusia dengan memiliki kemauan, pengetahuanm emosim perasaan, dan potensi yang dapat dikembangkan. 4. Berbagai teori dalam pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis untuk menjawab segala persoalan pendidikan. 6

Muhammad Hanafi, Tingkat dan Jenis Profesi, http://galerimakalah31.blogspot.com/2016/11/tingkatdan-jenis-profesi.html, diakses pada 25 maret 2019, pukul : 19.00 WIB.

9

5. Manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang, maka perlu dilakukan suatu proses pendidikan terhadapnya.7

7

Sulaiman Samad. Dkk, Profesi Keguruan, (Makasar: Badan Unismuh Makasar, 2004), hlm. 12

10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dapat kita simpulkan bahwa profesi itu pada hakikatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya. Kehadiran suatu profesi itu pada dasarnya merupakan suatu fenomena sosial atau kemasyarakatan. Hal itu berarti bahwa keberadaan suatu profesi dimasyarakat bukan diakui dan diyakini oleh para pengemban profesinya itu semata, justru diakui dan dirasakan manfaat dan kepentingannya oleh masyarakat yang bersangkutan. Pengakuan (recognition) terhadap suatu profesi itu pada dasarnya secara implisit mengimplikasikan adanya penghargaan, meskipun tidak selalu berarti financial (uang) melainkan dapat juga bahkan terutama mengandung makna status social. Tidak mengherankan karenanya, banyak dari warga masyarakat, terutama golongan menengah, yang memandang bahwa menjadi seorang profesional itu merupakan dambaan yang menjanjikan. B. Saran Makalah ini disusun berdasarkan referensi yang ada dan tentunya banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon kepada pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

11

Daftar Pustaka Danim. Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sagala. Syaiful. 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : ALFABETA. Hanafi. Muhammad. Tingkat dan Jenis Profesi, http://galerimakalah31.blogspot.com/2016/11/tingkat-dan-jenis-profesi.html Konsep Dasar Profesi, http://digilib.uinsby.ac.id/6465/2/Bab%201.pdf Syaefudin. Saud. 2013. Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabetam Samad. Sulaiman Dkk. 2004. Profesi Keguruan. Makasar: Badan Unismuh Makasar. Trianto. 2013. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

12

Related Documents

Konsep Dasar Profesi
October 2019 22
Konsep Dasar
May 2020 49
Konsep Dasar
November 2019 61
Konsep Dasar
November 2019 71
Konsep Profesi 2003
April 2020 8

More Documents from ""

Konsep Dasar Profesi
October 2019 22
Kelana Malam.docx
November 2019 19