MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS KONSEP DASAR PERAWATAN IBU HAMIL
OLEH KELOMPOK 3 1. Ni Luh Made Desi Ratih
(P07120016010)
2. Ni Kadek Rai Dwijayanti
(P07120016081)
3. Ni Luh Putu Sariani
(P07120016082)
4. Cok Istri Yogantari
(P07120016083)
5. Ni Kadek Dwi Handayani
(P07120016084)
6. Komang Risti Indriani
(P07120016085)
7. Kadek Kartini Anggarini Putri
(P07120016086)
8. Ni Kadek Kristian Purnama Dewi
(P07120016087)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR TAHUN AKADEMIK 2017/2018 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas yang membahas mengenai “Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil”. Dalam penyusunan makalah ini penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Sumber informasi penyajian uraian menyeluruh mengenai makalah yang penulis dapatkan diperoleh dari hasil pencarian di beberapa buku pembelajaran dan jurnal resmi dari situs internet sehingga sangat mendukung penyelesaian makalah ini. Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ns. Nyoman Hartati, S.Kep, M. Biomed selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini. 2. Teman-teman kelompok yang sudah membuat makalah ini dengan sebaikbaiknya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten .
Denpasar, Februari 2018
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3
Tujuan Makalah ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3 2.1
Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil ................................................ 3
2.2
Siklus Menstruasi ............................................................................................... 5
2.3
Patofisiologi Kehamilan .................................................................................. 10
2.4
Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil ....................................... 28
2.5
Diagnosa medis Ibu hamil ............................................................................... 36
2.6
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil ...................................................................... 37
2.7
Review anatomi panggul ................................................................................. 54
2.8
Pemeriksaan Ibu Hamil .................................................................................... 66
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 72 3.1
Simpulan .......................................................................................................... 72
3.2
Saran ................................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 73
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehamilan atau disebut juga Gestasi adalah suatu proses/ rangkaian peristiwa baru yang akan dialami oleh wanita bila sel ovumnya dibuahi oleh sel sperma yang berasal dari tubuh pria dalam proses reproduksi. Oleh karena itu, ibu yang sedang hamil dikatakan pula sedang mengandung. Pertanyaan ini dapat pula menimbulkan pertanyaan, mengandung apa? Jawabannya tidak lain adalah mengandung sel telur yang telah dibuahi oleh sel mani atau sperma. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin ke dunia luar. Lainnya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimaster pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai bulan ke 4 sampai bulan ke 6, trimaster ketiga dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9. Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang hasil sampai aterm. Kehamilan menyebabkan perubahan fisik, psikis, dan sosial pada ibu oleh karena itu peran keluarga sangat besar dalam upaya memelihara kehamilan. Pada primigravida merupakan suatu kondisi kehamilan yang pertama kali dialami oleh ibu maka asuhan antenatal care merupakan standar terpenting dalam mendeteksi dini komplikasi yang terjadi, baik pada ibu maupun pada janin. Dulu orang menganggap bahwa pertolongan pada persalinan adalah yang terpenting untuk menyelamatkan ibu dan anak. Tapi persalinan boleh diibaratkan dengan pertandingan olahraga, prestasi pertandingan tidak ditentukan oleh daya upaya untuk persalinan saja tetapi jauh sebelumnya adalah sangat tergantung pada persiapan fisik maupun mental, sebelum pertandingan harus dimulai sejak ibu semasa hamil.
1
1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian dari latar belakang adalah sebagai berikut. a. Apakah yang dimaksud dengan Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil ? b. Bagaimana Siklus Menstruasi ? c. Bagaimana Patofisiologi Kehamilan? d. Bagaimana Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil? e. Bagaimana Diagnosa medis Ibu hamil? f. Bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Hamil? g. Bagaimana Review anatomi panggul? h. Bagaimana Pemeriksaan Ibu Hamil?
1.3 Tujuan Makalah Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain : a. Untuk mengetahui Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil b. Untuk mengetahui Siklus Menstruasi c. Untuk mengetahui Patofisiologi Kehamilan d. Untuk mengetahui Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil e. Untuk mengetahui Diagnosa medis Ibu hamil f. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Ibu Hamil g. Untuk mengetahui Review anatomi panggul h. Untuk mengetahui Pemeriksaan Ibu Hamil
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Dasar Perawatan Ibu Hamil a. Pengertian Kehamilan Menurut
Federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional,
kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bisa dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bylan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo, 2009)
b. Pengertian Ibu Hamil -
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ibu hamil adalah keadaan wanita yang sedang mengandung janin didalam rahimnya karena sel telur telah dibuahi oleh sprematozoa dari pria. Lebih lanjut, kehamilan adalah akibat sel telur yang telah matang kemudian bertemu spermatozoa dari pria sehingga terjadi lah proses pembuahan yang kemudian menghasilkan janin.
-
Menurut D.S Soewito M Ibu hamil adalah kondisi dimana seorang wanita mengandung bayi dari hasil hubungan seksual antara pria dan wanita. Inilah definisi yang banyak orang mengerti. Ini merupakan pengertian dari ibu hamil yang sederhana. Walaupun pengertian ini adalah cukup sederhana, namun hal ini dapat memberikan pengertian kepada masyarakat luas tentang definisi ibu hamil secara umum.
-
Menurut Yahya Andi Saputra Ibu hamil adalah kondisi seorang wanita yang sedang mengandung janin yang merupakan pintu gerbang bagi penciptaan generasi penerus yang handal.
3
Menurut pengetian ini, ibu hamil merupakan sosok yang kelak akan melahirkan generasi-genarasi penerus yang mempunyai keterampilan dan kemampuan untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Ibu hamil juga merupakan suatu anugerah bagi sebuah kemajuan bangsa karena dari para ibu hamil terlahir calon penerus bangsa yang akan memimpin suatu generasi dimasa yang akan datang.
c. Perawatan Kehamilan/Ibu Hamil Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. (Depkes RI, 2010). Perawatan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran, dan nifas yang terdiri atas edukasi, scrining, deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik. (Sosroatmodjo, 2010).
d. Tujuan Perawatan Kehamilan Menurut Mansjoer (2005), tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau kompliksi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik, mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal, oleh karena itu pelayanan / asuhan pemeriksaan kehamilan merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan pada ibu hamil (Saifudin, et.al., 2002).
4
2.2 Siklus Menstruasi a. Pengertian Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulas (Bobak, 2004). Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan – perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998). Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang mengawalinya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun, yang dikenal dengan istilah menopause. Setelah mengalami menstruasi biasanya terlihat perubahan fisik wanita seperti pada pinggul dan payudaranya. Untuk dapat terjadi menstruasi maka perlu adanya fungsi vagina, rahim, indung telur dan adanya hubungan yang sinergis dari hipotalamus susunan syaraf pusat dengan indung telur. Hubungan ini digambarkan dengan terciptanya kekompakan sistem kerja hormon dalam tubuh seorang perempuan terutama hormon steroid (estrogen dan progesteron). Seorang perempuan mepunyai dua indung telur atau disebut juga ovarium. Secara periodik setiap satu siklus kira - kira pada hari ke 14 ada salah satu sel matang yang dilepaskan dari indung telur. Bila tidak ada pertemuan sel sperma dan sel telur maka pembuahan tidak terjadi. Nah karena sel telur tidak dibuahi akan menyebabkan dinding rahim meluruhkan lapisan endometrium, terjadilah menstruasi. b. Gambaran klinis menstruasi Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita
5
dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi fase folikular bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi fase luteal relatif konstan dengan rata - rata 14 kurang lebih 2 hari pada kebanyakan wanita (Grenspan, 1998). Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen - fragmen kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata - rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400mg per tahun (Cunningham, 1995). c. Aspek hormonal selama siklus menstruasi Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah : a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis : 1. Luteinizing Hormon (LH) 2. Folikel Stimulating Hormon (FSH) 6
3. Prolaktin Releasing Hormon (PRH) b. Steroid ovarium Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon - hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium. c. Fase-fase dalam siklus menstruasi Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah : 1. Fase menstruasi atau deskuamasi Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari. 2. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama kurang lebih 4 hari. 3. Fase intermenstum atau fase proliferasi Setelah luka sembuh. akan terjadi penebalan pada endometrium kurang lebih 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke~5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi.
Fase proliferasi dini. terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.
7
Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
d. Fase pramenstruasi atau fase sekresi Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya. tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelokkelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu : 1. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan. 2. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak Akhir masa ini,
stroma
endometrium berubah kearah sel-sel: desidua, terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial, Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Hanafiah. 1997).
d. Mekanisme siklus menstruasi 1. Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior hipofisis yang menyebabkan beberapa lolikel primer berkembang dalam ovarium. 2. Folikel primer berkembang menjadi folikel de Grasi yang membuat esterogen. 3. Esterogen
menekan
FSH,
sehingga
lobus
anterior
hipofisis
mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing hormone)
8
4. Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis 5. Dibawah pengaruh RH folikel de grati semakin lama semakin matang dan makin banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung esterogen. 6. Esterogen mempunyai pengaruh terhadap ende metrium menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang disebut masa proliferasi 7. Dibawah pengaruh LH folikel de grati menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi. 8. Setelah ovulasi terjadi. terbentuklah korpus rubrum(berwarna merah) yang akan menjadi korpus luteum (berwarna kuning). 9. Korpus luteum menghasilkan hormon progestemn, Hormon progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa sekresi) 10. Bila tidak ada pembuahan. korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan kadar esterogen dan progesteron menurun. sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. yang disebut masa mestruasi. 11. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis. Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5 ng/ml (atau setara dengan 10 mUl/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase tolikuier akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi. kadar estradiol mencapai 150400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35
9
ng/mi atau setara dengan 30-40 mUl/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUl/ml. Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu memberi arti. bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan endometrium sesuai dengan tase luteal. Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus _ luteum. Sekresi progesteron terus menerus meningkat clan mencapa kadar antara 6 dan 20 ng/ml. Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan progesteron maksimal diiumpa antara hari ke-20 dan 23 (Jacoeb 1994).
2.3 Patofisiologi Kehamilan
1. Patofisiologi Kehamilan (Trimester 1)
Perdarahan sedikit/spotting Kondisi ini terjadi 11 hari setelah kosepsi. Perdarahan atau spotting terjadi karena corpun luteum tidak memproduksi cukup progesteron untuk menghentikan menstruasi, sehingga keluar sedikit darah yang haid. Hal ini dapat terjadi satu atau dua kali. Ada pula yang terus berlangsung selama kehamilan, meskipun jarang terjadi.
Mual dan Muntah (Morning sickness) Mual dan muntah adalah masalah umum selama kehamilan, biasanya terjadi pada pagi hari. Dimulai sekitar 8 minggu dan terakhir sampai 12 minggu. Gejala ini muncul karena perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar estrogen dan kadar HCG dalam darah. Pada trimester
10
II mual dan muntah akan hilang dengan sendirinya.Apabila mual dan muntah terlalu sering dan banyak maka disebut hiperemesis gravidarum. Banyak ibu hamil yang merasa mual juga merasa keletihan, tetapi tidak semua ibu hamil merasakan hal demikian. Hal ini dapat diatasi dengan mengajurkan wanita hamil untuk menyelingi makanan pereda mual. Kegiatan rutinnya sehari-hari dengan istirahat dan meminta bantuan dari keluarga atau teman
Sering kencing Terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Ibu hamil akan mengalami sering buang air kecil baik siang/malam. Hal ini karena rahim membesar menekan kandung kemil atau adanya perubahan hormonal. Pada trimester III timbul lagi karena kepala janin mulai turun ke bawah PAP, sehingga kandng kencing tertekan kembali. -
Hidroreter dekstra dan pielitis dekstra
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar karena lebih banyak mengalami tekanan dibandingkan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar kearah kanan.
-
Poliuria
Karena peningkatan sirkulasi darah diginjal saat kehamilan, sehingga filtrasi di glomerolus juga meningkat lebih, lebih banyak dikeluarkan urea, asam urine, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.
Chloasma Gravidarum Berupa bintik-bintik hitam atau bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi. Chloasma di alami 50% - 70% wanita hamil, dimulai minggu ke-16 dan meningkat secara bertahap sampai bayi lahir. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormone) yang dikeluarkan juga didorong oleh sinar matahari yang mengenai kulit.
11
Obstipasi Disebabkan karena reaksi otot halus diusus besar dengan adanya jumlah progesteron yang meningkat reabsorbsi air di usus besar meningkat. Progesteron dan penekanan terhadap perut oleh gerak kinerja yang menurun dalam saluran pencernaan. Selain itu obstipasi juga disebabkan oleh hipoperistaltik (perlambatan usus). Pilihan makanan yang tidak lazim, kurang cairan, disertai abdomen akibat kehamilan dan pergeseran usus akibat kompresi.
2. Hipertensi
Definisi hipertensi dalam kehamilan Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Boyce dkk, 2011).
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000 yang digunakan sebagai acuan klasifikasi di Indonesia, hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Hipertensi Kronik 2. Preeklampsia-eklampsia 3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia 4. Hipertensi gestasional
Diagnosis hipertensi dalam kehamilan 1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan. 2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. 3. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang atau koma.
12
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria. 5. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. (Prawirohardjo, 2009)
Faktor Risiko Hipertensi dalam Kehamilan Dari berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Primigravida 2. Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar. 3. Umur yang ekstrim. 4. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia dan eklampsia 5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil 6. Obesitas (prawirohardjo, 2009)
Patofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah ( Prawirohardjo, 2013) : 1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darahdari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi
arteri
basalis
dan memberi cabang arteri spiralis. Pada
kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks
13
menjadi gembur dan memudahkan lumen spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri apiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhna janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”. Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya. 2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta
yang mengalami
iskemia dan
hipoksia akan
menghasilkan oksidan (radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan iskemia plasenta adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal bebas dalam darah, maka hipertensi dalam kehamilan disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jernih menjadi peroksida lemak.
14
Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi antioksidan. b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misalnya vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominan kadar oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksik ini akan beredar di seluruh tubuh melalui aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak. c. Disfungsi sel endotel Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut “disfungsi endotel”
(endothelial
disfunction).
Pada
waktu
terjadi
kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi: 1) Ganggguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya
produksi
prostasiklin
(PGE2)
suatu
vasodilator kuat.
15
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokontriktor kuat. Dalam keadaan
normal
perbandingan
kadar
protasiklin/tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin (vasodilator). Pada preeklampsi kadar tromboksan lebih tinggi
dari
kadar
prostasiklin
sehingga
terjadi
vasokonstriksi, maka terjadi kenaikan tekana darah. 3) Perubahan
khas
pada
sel
endotel
kapiler
glomerulus(glomerular endotheliosis). 4) Peningkatan permeabilitas kapiler. 5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar vasodilator menurun, sedangkan endotelin (vasokontriksi) meningkat. 6) Peningkatan faktor koagulasi. 3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin Faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam kehamilan dengan fakta sebagai berikut : a. Primigravida hipertensi
mempunyai
dalam
resiko
kehamilan
lebih
jika
besar
terjadinya
dibandingkan
dengan
multigravida. b. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya. c. Seks
oral
mempunyai
resiko
lebih
rendah
terjadinya
hipertensidalam kehamilan. Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah makin lama periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte
16
antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh natural killer cell (NK)” ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblaska dalam jaringan desidua ibu, jadi HLA-G merupakan prokondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibudisamping untuk menghadapi sel natural killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan HLA-G. Berkurngnya HLA-G di desidua didaerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga mepermudah terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-maladaptation pada preeklampsia. Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi sel yang lebih rendah di banding pada normotensif. 4. Teori adaptasi kardiovaskular Pada hamil normal pembulu darah refrakter tehadap bahan-bahan vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka tehadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh daerah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh
adanya sitensis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa daya rafrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintensa inhibitor (bahan yang menghambat produksi prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata adalah prostasiklin.Pada
hipertensi
dalam
kehamilan
kehilangan
daya
refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti telah
17
membuktikan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. 3. Preeklamsia
Definisi Preeklamsia Preeklampsia merupakan hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Hipertensi yang ditemukan dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dengan pemeriksaan dua kali dengan jarak 6 jam dan terdapat proteinuria ≥0,3 gram/24 jam atau 1+ dipstick (Miller, 2007). Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma (prawirohardjo, 2009). Diagnosa preeklampsia berdasarkan adanya hipertensi dan proteinuria, edema ataupun keduanya. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda yang lain. Penyakit ini didiagnosa berdasarkan tanda-tanda disfungsi endotel maternal yang tersebar luas. Pada kehamilan normal, sebagian sel-sel sitotropoblast plasenta menghentikan aktifitas perubahan yang tidak sesuai yang menyebabkan infasi ke rahim dan pembuluh darahnya. Proses ini menyebabkan melekatnya konseptus pada dinding rahim dan memulai aliran darah ibu ke plasenta. Preeklampsia berhubungan dengan perubahan sitotropoblas abnormal, infasi dangkal dan penurunan aliran darah ke plasenta (Tarigan, 2008).
Klasifikasi Preeklamsia 1. Preeklampsia Ringan Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosa preeklampsia ringan ditegakkan dengan kriteria: a. Hipertensi: Sistolik/diastolik ≥ 140/90mmHg. b. Proteinuria: ≥300mg/24 jam atau ≥1+ dipstik.
18
c. Edema: Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata. (prawirohardjo, 2009) 2. Preeklampsia Berat Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan dengan kriteria: a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg. Tekanan darah tidak menurun meskipun sudah dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring. b. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam. d. Kenaikan kadar kreatinin plasma. e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur. f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat tegangnya kapsula Glisson). g. Edema paru-paru dan sianosis. h. Hemolisis mikroangiopatik. i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/ atau penurunan trombosit dengan cepat. j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartat aminotransferase k. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat. l. Sindrom HELLP. (Prawirohardjo, 2009)
Gejala dan Tanda Klinis Preeklamsia Sesuai dengan definisi preeklampsia, gejala utama preeklampsia adalah hipertensi, proteinuria dan edema yang dijumpai pada kehamilan semester 2 atau kehamilan diatas 20 minggu dengan atau tanpa edema karena edema dijumpai 80% pada kehamilan normal dan edema tidak meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal. Gejala-gejala dan tanda-tanda lain yang timbul pada preeklampsia sesuai dengan kelainan-kelainan organ yang terjadi akibat preeklampsia:
19
1. Hipertensi Disebut hipertensi bila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. 2. Proteinuria Pada wanita tidak hamil dijumpai protein dalam urin sekitar 18 mg/24 jam. Disebut proteinuria positif/patologis bila jumlah protein dalam urin melebihi 300 mg/24 jam. Deteksi proteinuria penting dalam diagnosis dan penanganan hipertensi dalam kehamilan. Proteinuria merupakan gejala yang terahir timbul. Eklampsia bisa terjadi tanpa proteinuria. Proteinuria pada preeklampsia merupakan indikator adanya bahaya pada janin. Berat badan lahir rendah dan kematian perinatal meningkat pada preeklampsia dengan proteinuria. Diagnosis preeklampsia ditegakkan bila ada hipertensi dengan proteinuria. Adanya kelainan cerebral neonatus dan retardasi intra uterin. Proteinuria juga ada hubungannya dengan meningkatnya risiko kematian janin dalam kandungan. Risiko terhadap ibu juga meningkat jika dijumpai proteinuria. 3. Edema Edema bukan merupakan syarat untuk diagnosa preeklampsia karena edema dijumpai 60-80% pada kehamilan normal. Edema juga tidak meningkatkan risiko hipertensi dalam kehamilan. Edema yang dijumpai pada tangan dan muka selain pagi hari merupakan tanda patologis. Kenaikan berat badan melebihi 1 kg per minggu atau kenaikan berat badan yang tiba-tiba dalam 1 atau 2 hari harus dicurigai kemungkinan adanya preeklampsia. Edema yang masif meningkatkan risiko terjadinya edema paru terutama pada masa post partum. Pada 15-39 % kasus preeklampsia berat tidak dijumpai edema. 4. Oliguria Urin normal pada wanita hamil adalah 600-2000 ml dalam 24 jam. Oliguria dan anuria meurpakan tanda yang sangat penting pada preeklampsia dan merupakan indikasi untuk terjadi terminasi sesegera mungkin. Walaupun demikian, oliguria atau anuria dapat terjadi karena sebab prerenal, renal dan post renal. Pada preeklampsia, hipovolemia
20
tanpa vasokonstriksi yang berat, intrarenal dapat menyebabkan oliguria. Kegagalan ginjal akut merupakan komplikasi yang jarang pada preeklamspia, biasanya disebabkan nekrosis tubular, jarang karena nekrosis kortikal. Pada umumnya kegagalan ginjal akut ditandai dengan jumlah urin dibawah 600 ml/24 jam dan 50% dari kasus tersebut terjadi sebagai komplikasi koagulasi intravaskular yang luas disebaban solusio plasenta. 5. Kejang Kejang tanpa penyebab lain merupakan diagnosis eklampsia, kejang merupakan salah satu tanda dari gejala dan tanda gangguan serebral pada preeklampsia. Tanda-tanda serebral yang lain pada preeklampsia antara lain, sakit kepala, pusing, tinnitus, hiperrefleksia, gangguan visus, gangguan mental, parestesia dan klonus. Gejala yang paling sering mendahului kejang adalah sakit kepala, gangguan visus dan nyeri perut atas. 6. Asam Urat Korelasi meningkatnya asam urat dengan gejala-gejala kilinis dari toksemia gravidarum mula-mula didapatkan oleh williams. Kadar asam urat juga mempunyai korelasi dengan beratnya kelainan pada biopsi ginjal. Kelainan patologis pembuluh darah uteroplasenta dan berkorelasi dengan luaran janin pada preeklampsia. Hiperuricemia menyebabkan kematian perinatal. 7. Gangguan Visus Gangguan visus pada preeklampsia berat dapat merupakan flashing. Cahaya berbagai warna, skotoma, dan kebutaan sementara. Penyebabnya adalah spasme arteriol, iskemia dan edema retina. Tanpa tindakan operasi penglihatan akan kembali normal dalam 1 minggu. (Tanjung, 2004)
Patofisiologi Preeklamsia Menurut Cunningham, dkk (2005:644) semua teori yang memuat tentang preeklamsi harus dapat menjelaskan pengamatan bahwa hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar, wanita yang kemungkinan terkena hipertensi: a.
Terpajan virus korion untuk pertama kali.
21
b.
Terpajan virus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatidosa.
c.
Sudah mengidap penyakit vascular.
d.
Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil Walaupun esensial, virus korion tidak harus menunjang janin atau terletak di dalam uterus
4. Anemia
Definisi Anemia pada Kehamilan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Gejala Anemia pada Ibu Hamil Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar ( Wiknjosastro, 2005). Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).
22
Patofisiologi Anemia Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
23
Pathway 1.
Patofisiologi Kehamilan
Perdarahan sedikit/spotting
Mual dan Muntah (Morning sickness)
Sering kencing
Hidroreter dekstra dan pielitis dekstra
Poliuria
Chloasma Gravidarum
Obstipasi
24
Pathway 2.
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi kronik
Hipertensi Gestasional
Preeklampsi
Invasi trofoblas yang abnormal pada arteri spiralis ibu
Penurunan perfusi plasenta
Istemik Plasenta
Rasio TxA2/pl endotelin NO
Sirkulasi faktor-faktor sitokin(TNF-a dan IL) dan lemak peroksia
Peningkatan Leukosit dan Neutrofit
Disfungsi Endotel
Mikroangiopatihemolisis intravaskuler
Agresi platelet
Jumlah eritrosit anemianormositik normokromik
Trombositopenia
Vasospasme
Permeabilitas kapiler
Volume darah hematokrit
25
Pathway 3. PREEKLAMPSIA
Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Hipertensi 140/90 mmHg, Proteinuria, Edema , asam urat gangguan visus
Terpajan virus korion
Mengidap penyakit vascular
Hipertensi
26
Pathway 4. ANEMIA
Kadar hemoglobin < 10,5 gr%
Perubahan sirkulasi
Volume plasma
45-65%
sekresi aldesteron
Trimester II
100 ml
27
2.4 Perubahan fisik , Fisiologi dan Psikologi Ibu Hamil A. Perubahan Fisik 1. Perubahan Fisik pada Trimester I Menurut Kurnia (2009) perubahan fisik pada trimester I adalah : a) Pembesaran Payudara Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui. b) Sering buang air kecil Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. c) Konstipasi Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik saat hamil. d) Morning Sickness, mual dan muntah Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. e) Merasa lelah Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga peningkatan hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur. f) Sakit Kepala Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingg ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering
28
daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala. g) Kram Perut Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim. h) Meludah Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness. i) Peningkatan Berat Badan Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan air.
2. Perubahan Fisik pada Trimester II Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester II adalah : a) Perut semakin membesar Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.
29
b) Sendawa dan buang angina Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman. c) Pelupa Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah karena tubuh ibu hamil terus
bekerja
berlebihan
untuk
perkembangan
bayinya
sehingga
menimbulkan blok pikiran. d) Rasa panas di perut Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat Rahim yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung kearah atas. e) Pertumbuhan rambut dan kuku Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir. f) Sakit perut bagian bawah Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap.
g) Pusing Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.
30
h) Hidung dan Gusi berdarah Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama masa kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini disebabkan karena adanya perubahan hormonal. i) Perubahan kulit Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, tetapi dapat diobati setelah persalinan. j) Payudara Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit. k) Kram pada kaki Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas. l) Sedikit Pembengkakan Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.
31
3. Perubahan Fisik pada Trimester III Menurut Kurnia (2009) perubahan fisik pada trimester III adalah: a) Sakit bagian tubuh belakang Sakit
pada
bagian
tubuh
belakang
(punggung-pinggang),
karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan ke arah tulang belakang. b) Payudara Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, yakni keluarnya colostrum. c) Konstipasi Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormone progesteron. d) Pernafasan Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran darah ke paruparu, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan merasakan lega dan bernapas lebih mudah, dan rasa panas diperut biasanya juga ikut hilang, karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah diafragma / tulang iga ibu. e) Sering kencing Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil. f) Masalah tidur Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak. g) Varises Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol, dan
32
dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor keturunan. h) Kontraksi perut Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat. i) Bengkak Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan. j) Kram pada kaki Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena kekurangan kalsium. k) Cairan vagina Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair. B. Perubahan Fisiologi Hampir setiap tubuh wanita hamil mengalami perubahan baik pada organ dan sistem organnya. Menurut Mochtar (2011) dan Bobak, Lowdermilk & Jensen (2004) perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil antara lain: (1) Sistem Reproduksi Ukuran uterus membesar akibat dari hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim, berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram, isthmus Rahim hipertrofi dan serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan bertambah lunak. Proses ovulasi berhenti, vagina dan vulva berwarna lebih merah atau kebiruan. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastin di bawah kulit sehingga timbul stirae gravidarum. (2) Sistem Sirkulasi Darah Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester pertama. Gambaran protein darah berubah; jumlah protein, albumin dan gama
33
globulin menurun pada trimester pertama dan meningkat bertahap pada akhir kehamilan. Pompa jantung akan meningkat setelah kehamilan tiga bulan dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Tekanan darah cenderung turun pada trimester kedua dan akan naik lagi seperti pada prahamil. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali per menit. (3) Sistem pernapasan Adanya usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran uterus, akan menekan paru-paru sehingga wanita hamil akan cenderung mengeluh sesak dan napas pendek. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama kehamilan. (4) Sistem Pencernaan Pada trimester pertama, muncul keluhan mual dan muntah. Salivasi meningkat, tonus otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas usus menurun dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan. (5) Sistem Integumen Pada daerah kulit tertentu, terdapat hiperpigmentasi jaringan seperti pada muka, payudara (puting dan areola payudara), perut dan vulva. (6) Metabolisme Tingkat metabolik basal pada wanita hamil meningkat hingga 15-20% terutama pada trimester akhir. Terjadi gangguan keseimbangan asam basa, kebutuhan protein dan kalori meningkat. Wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan bertambah, sering buang air kecil dan kadang dijumpai glukosuria, serta berat badan ibu hamil akan meningkat.
(7) Payudara Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat terjadi noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli; bayangan vena-vena lebih membiru.
C. Perubahan Psikologis Selain menimbulkan perubahan fisik, kehamilan juga menimbulkan perubahan dan adaptasi psikologis bagi ibu hamil. Membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan calon ibu letih, tidak nyaman, tidak dapat tidur nyenyak, sering
34
mendapat kesulitan bernapas dan beban fisik lainnya. Semua pengalaman ini mengakibatkan timbulnya kecemasan, ketegangan, konflik batin dan lain-lain. Selain itu, adanya resiko perdarahan, rasa sakit pada saat melahirkan, bahaya kematian pada dirinya sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan juga menambah kecemasan dan ketakutan bagi ibu hamil (Lia, 2011). Menurut Nirwana (2011) dan Hamilton (2004), perubahan psikologis yang dialami ibu hamil berdasarkan usia kehamilan yaitu: (1) Perubahan psikologis pada trimester pertama Ibu membutuhkan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya pada trimester awal kehamilan. Banyak ibu yang merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan dan kesedihan. Sering kali pada awal kehamilan banyak ibu yang mengharapkan untuk tidak hamil. Hampir 80% wanita menolak, gelisah, depresi dan murung. Sebanyak 15% ibu hamil mengalami gangguan jiwa pada trimester pertama. Pada wanita hamil banyak mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang perubahan fisik yang terjadi pada dirinya. (2) Perubahan psikologis pada trimester kedua Terdapat dua fase perubahan psikologis pada trimester kedua. Fase pertama yaitu fase prequickening, dimana pada fase ini ibu menganalisis dan mengevaluasi segala hubungan interpersonal yang telah terjadi. Proses ini akan menjadi dasar bagaimana calon ibu mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkan. Proses yang terjadi pada pengevaluasian adalah perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Pada trimester kedua, calon ibu sudah dapat menerima kehamilannya. Fase kedua yaitu fase postquickening yaitu ibu hamil akan fokus pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut lahirnya bayi. Pergerakan yang dirasakan dapat membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dengannya dan menyebabkan ibu terfokus pada bayinya. (3) Perubahan psikologis pada trimester ketiga Pergerakan bayi akan semakin sering dirasakan oleh calon ibu pada trimester ketiga. Perasaan tersebut menimbulkan kecemasan tersendiri bagi seorang ibu seperti takut kalau sewaktu-waktu bayinya lahir, apakah bayinya akan terlahir normal, dan hal-hal lain terkait kondisi bayinya. Seorang ibu juga akan
35
memikirkan tentang proses persalinan yang akan dialami dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat persalinan. Trimester ketiga inilah ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga serta tenaga kesehatan. Penelitian dari Aprianawati (2007) tentang hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida menjelang persalinan. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil, dimana ibu hamil yang mendapat dukungan yang besar dari keluarganya, akan mengalami kecemasan yang rendah dalam menghadapi persalinannya
2.5 Diagnosa medis Ibu hamil Diagnosis berasal dari bahasa Yunani “Dia” berarti melalu I dan “Gnosis” berarti Ilmu Pengetahuan. Jadi diagnosis berarti penetapan suatu keadaan yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetahuan. Menurut Salmann(1950) Diagnosa Medis (Medical diagnosis), yaitu suatu diagnosis yang menetapkan keadaan normal atau keadaan menyimpang yang disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan tindakan medis/pengobatan. Diagnosis ditetapkan berdasarkan atas pertimbangan data hasil pemeriksaan secara sistematis, Data diagnostic yang paling utama harus dipunyai untuk dapat menetapkan diagnosis adalah data pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan subjektif dan objektif serta data pemeriksaan dan pengukuran pada model studi. Diagnosa Medis Ibu Hamil meliputi: G2P1A0 Hamil Aterm dengan Presentasi Bokong. Cara membaca diagnosa medis tersebut yaitu:
G (Gravida) yaitu jumlah kehamilan termasuk mola, Ke, abortus, jadi G2 berarti kehamilan yang kedua
P (Para) yaitu jumlah anak yang dilahirkan > 500gr, jadi P1 berarti sudah melahirkan anak yang pertama dengan berat >500gr
36
Dan A (Abortus) yaitu pengeluaran hasil konsepsi / aborsi, jadi A0 berarti tidak ada aborsi
Hamil Aterm artinya kehamilan cukup bulan
Presentasi Bokong artinya letak bayi sungsang
2.6 Asuhan Keperawatan Ibu Hamil 1. PENGKAJIAN Tangggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien Jam
:-
No. RM
: untuk dapat membedakan antara pasien dengan pasien yang lain dalam
suatu ruangan. a. Data Subjektif 1) Biodata a. Nama
: Nama ibu dan suami untuk mengenal, ,memanggil, dan
menghindari terjadi kekeliruan. b. Umur
:Ditanyakan
untuk
mengetahui
umur
ibu,
dimana
kehamilan normal terjadi pada saat ibu berusia lebih dari 16 tahun dan kurang dari 35 tahun. c. Agama
:Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuha keperawatan. d. Suku
:Untuk mengetahui dari suku mana ibu beraal dan
menentukan cara pendekatan di dalam melaksanakan asuhan keperawatan. e. Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam memberikan asuhan. f. Pekerjaan :Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu/ suami dapat mempengaruhi kesehatan klien atau tidak.
37
g. Penghasilan :Untuk mengetahui status ekenomi penderita dan mengetahui pola keniasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan klien h. Alamat apakah
: Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai lingkungan
cukup
aman
bagi
kesehatannya
serta
mempermudah untuk melakukan kunjungan ulang. 2) Alasan Datang Apa alasan ibu sehingga datang untuk memeriksakan diri. 3) Keluhan Utama Ditanyakan untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat pengkajian. Keluhan yang disampaikan ibu pada kunjungan ulan sangat penting untuk mengontrol kehamilan ibu. 4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Ditanyakn untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria, ataupun penyakit keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu menderita kanker ataupun tumor, serta untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. 5) Riwayat Kesehatan Sekarang Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria, ataupun penyakit keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu menderita kanker ataupun tumor. 6) Riwayat Kesehatan Keluarga Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama : a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis. b. Peenyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma. c. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur, wanita, dan paritas.
38
Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan arau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai karena ha ini bisa menurun pada ibu. 7) Riwayat Haid Ditanyakan mengenai : a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi paa usia pubertas yaitu sekitar 12-16 tahun. b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal /dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur 3 hari. Panjang siklus haid yang biaa pada manusia adalah 25-32 hari. c. Lamanya haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari, diikuti darah sedikit-sedikit dan ada sampai 7-8 hari. Pada wanita biasanya lama haid ini tetap. d. Keluhan yang dirasakan. e. Keputihan warnanya bau, gatal/tidak. 8) Riwayat Perkawinan Ditanyakan tentang : Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kai menikah a. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko waktu melahirkan. b. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, plasenta previa, pre-eklamsia, KPD, persalinan tidak lancar/macet, perdarahan setelah bayi lahir, BBLR. 9) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang terdahulu apakah pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga dapat memperkirakan adanya kelainan atau keabnormalan yang dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya. 10) Riwayat Kehamilan Sekarang a. Berapa kali periksa dan dimana
39
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu tiap minggu. b. Gerakan janin. Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada kehamilan 18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu pada multi gravid. Pengamatan pergerakan janin dilakukan setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu. c. Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan. d. Imunisasi TT diberikan sekurang-kurangnya diberikan 2x dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali (TT boster). Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin walaupun diberikan pada kehamilan muda. e. Pemberian vitamin, zat besi : tablet sehari segera setelah rasa mual hilang, minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. f. Riwayat kehamilan sekarang membantu bidan untuk menentukan usia kehamilan, memberikan konseling tentang keluhan hamil yang biasa, dan dapat medeteksi adanya komplikasi. 11) Riwayat KB Ditanyakan pernahkah ibu mengikuti KB/tidak, apa macamnya, ada keluhan /tidak, setelah persalinan rencananya ibu menggunakan KB apa. 12) Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Nutrisi Nutrisi yang diperlukan ibu hamil : kalori, protein, kalsium, zat besi, vitamin A B C D, dan air. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan hidartarang seperti manisan dan gorengan perlu dikurangi untuk menghindari kelebihan berat badan yang berlebihan. b. Eliminasi Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh sering kencing, hal ini dipengaruhi oleh uterus yang semakin membesar secara fisiologis dan pada akhir kehamilan biasanya ibu juga mengeluh sering
40
kencing karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin. Perubahan horm,onal mempengaruhi aktifitas usus halus dan usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan secara karena menurunnya gerakan ibu hamil, tekanan kepala janin terhadap usus besar dan rectum. c. Istirahat Waktu istirahat harus lebih lama kurang lebih 10-11 jam. Untuk wanita hamil, juga dianjurkan untuk tidur siang. Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan dengan baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin. d. Aktivitas Wanita yang hamil boleh bekerja tetapi sifatnya tidak melelahkan dan menggangu kehamilan. Misalnya : pekerjaan rumah tangga yang ringan, masak, menyapu, tetapi jangan menimba, mengangkat air, dll. Pekerjaan dinas missal guru, pegawai kantor boleh diteruskan. Pekerjaan yang sifatnya dapat mengganggu kehamilan lebih baik dihindarkan misalnya pekerjaan dipabrik rokok, percetakan, yang mengeluarkan
zat
yang
dapat
mengganggu
janin
dalam
kandungannya. e. Personal Higiene (1) Rambut harus sering dicuci (2) Gigi betul-betul harus mendapat perawatan untuk mencegah caries. (3) Buah dada adalah organ yang berat hubungannya dengan kehamilan dan nifas, sebagai persiapan untuk produksi makanan bayi oleh karena itu bila kurang kebersihannya bisa menyebabkan infeksi. (4) Kebersihan vulva. Vulva harus selalu daam keadaan bersih. Setelah BAK/BAB harus selalu dikeringkan, cara cebok yang dari depan kebelakang.
41
(5) Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku bisa tersembunyi kuman penyakit. (6) Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi tidak hanya membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan, karena pembuluh darah terangsang dan badan terasa nyaman. (7) Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih, kalau dapat pagi dan sore, lebih-lebih pakaian dalam seperti BH dan celana dalam. 13) Riwayat Psikososial dan Budaya Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kehamilannya serta bagaimana tanggapan suami dan keluarga tentang kehamilan, budaya ditanyakan untuk mengetahui kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu dan keluarga berhubungan dengan kepercayaan pada takhayul, kebiasaan berobat dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu. 14) Pola Spiritual untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu.
b. Data obyektif 1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: baik/cukup/lemah
Kesadaran
: composmentis/apatis/somnolen
Tinggi badan
: normal > 145 cm, ibu hamil dengan tinggi
badan krang dari 145 cm kemungkinan panggul sempit.
BB sebelum hamil
: mengetahui perubahan berat badan
sebelum hamil dan saat hamil adakah penambahan BB atau penurunan BB
BB sekarang
: selama kehamilan TM II dan III
pertambahan berat badan kurang lebih 0,5 kg perminggu. Hingga akhir kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 9-13,5 kg .
42
LL atas
: normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan
indicator kuat untuk status gizi ibu yanh kurang baik atau buruk, sehingga beresiko untuk meahirkan BBLR.
Tekanan darah, pernapasan, nadi, temperature.
2) Pemeriksaan Fisik a. Kepala dan leher 1. Kepala
: bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka atau lesi.
2. Rambut
: warna hitam, tidak ada ketombe, tidak rontok, dan
distribusi merata. 3. Wajah
: tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedema,
dan tidak pucat. 4. Mata
: konjungtiva tidak pucat dan sclera tidak ikterius.
5. Mulut dan gigi : bersih, warna bibir kemerahan, tidak ada stomatitis, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah. 6. Leher
: tidk ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. 1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: baik/cukup/lemah
Kesadaran
: composmentis/apatis/somnolen
Tinggi badan
: normal > 145cm, ibu hamil dengan tinggi
badan kurang dari 145 cm kemungkinan panggul sempit
BB sebelum hamil : mengetahui BB sebelum hamil dan saat hamil adalah penambahan BB atau penururnan BB
BB sekarang
: selama kehamilan TM II dan III
pertambahan BB kurang lebih 0,5kg perminggu, hingga akhir kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 9-13,5kg
LL atas
: normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan
indicator kuat untuk status gizi ibu yang kurang baik/buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
Tekanan darah, pernapasan, nadi, temperature.
43
2) Pemeriksaan Fisik a. Kepala dan leher (1) Kepala
: bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka
atau lesi. (2) Rambut
: warna rambut, tidak ada ketombe, tidak
rontok, dan distribusi merata. (3) Wajah
: tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada
oedema, dan tidak pucat. (4) Mata
:konjungtiva tidak pucat dan sclera tidak
ikterus. (5) Mulut dan gigi : bersih, warna bibir kemerahan, tidak ada stomatitis, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah. (6) Leher
: tidak ada bendungan vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. b. Payudara (1) Inspeksi
: bentuk melingkar, simetris, hiperpi-
mentasi pada areola, putting susu menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling (2) Palpasi
: tidak ada masa/benjolan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, colostrums (-) 3) Abdomen a. Inspeksi
: tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra
dan pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan. b. Palpasi
Leopold I
(1) Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha (2) Pemeriksaan berdiri sebelah kanan klien dan melihat kea rah muka klien (3) Rahim dibawah ketengah (4) Tinggi fundus uteri ditentukan
44
(5) Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus uteri. Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sifar bokong adalah lunak, kurang bundar dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri kosong. Variasi menurut knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis.
Leopold II (1) Kedua tangan pindah kesamping (2) Tentukan batas samping rahim kiri dan kanan Ttentukan letak punggung anak (3) Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala janin. Leopold II untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil. Variasi menurut poudin : menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus.
Leopld III (1) Dipergunakan satu tangan saja (2) Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya (3) Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan. Leopold III menentukan apa yang terdapat dibawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Variasi menurut ahlfeld menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut.
Lepold IV (1) Pemeriksaan merubah sikapnya yaitu melihat ke arah kaki si penderita. (2) Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah.
45
(3) Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul. Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan : a. Kedua tangan pada pinggir kepala divergent (ukuran terbesar kepala sudah melewati pintu atas panggul) b. Kedua tangan pada pinggir kepala convergent (ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul). Leopold IV untuk menentukan bagian yang terendah dan berapa masuknya bagian yang bawah ke dalam rongga panggul. 4) Pemeriksaan Khusus Inspeculo bertujuan untuk mengetahui apakah pendarahan berasal dari osteum uteri eksternumatau dari kelainan cervik vagina. Apabila perdarahan dari osteum uteri ekternum, adanya plasenta harus dicurifai. USG untuk menentukan letak plasenta. 5) Pemeriksaan penunjang (laboratorium), (buku KIA). a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di awal kehamilan untuk memberikan data tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan dan untuk mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi (Reeder, Martin, Griffin, 2011). Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan antara lain pemeriksaan golongan darah, ultrasonografi (USG), pemeriksaan urin (apakah terdapat proteinuri atau glukosuria). Ada beberapa hasil pengkajian yang perlu Anda perhatikan jika menemukan hasil seperti berikut (Chapman & Durham, 2010):
46
Tabel 2.1. Komponen Kritis atau Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester I
- Kram perut atau nyeri: Kemungkinan terancam aborsi, Infeksi Saluran Kemih/ISK, usus buntu/ apendisitis.
- Bercak atau perdarahan vagina: kemungkinan terancam aborsi.
- Tidak adanya denyut jantung janin (DJJ): Kemungkinan aborsi
- Disuria (nyeri berkemih), frekuensi berkemih meningkat, urgensi (tidak bisa menahan berkemih): Kemungkinan ISK
- Demam, menggigil: infeksi
Trimester I
Trimester II
- Nyeri perut atau panggul menunjukkan kemungkinan ISK, pielonefritis (gangguan ginjal), apendisitis (usus buntu).
- Tidak adanya gerakan janin setelah ibu merasakan gerakan setiap hari menunjukkan kemungkinan kematian janin.
- Mual berkepanjangan dan muntah menunjukkan kemungkinan hiperemesis gravidarum, berisiko
Trimester II
Trimester III
- Nyeri perut atau panggul (ISK, pielonefritis, apendisitis).
- Penurunan atau tidak ada gerakan janin.
- Mual berkepanjangan dan muntah (dehidrasi, Hiperemesis gravidarum).
- Demam, menggigil (infeksi)
- Disuria, frekuensi, urgensi (ISK).
- Perdarahan vagina (infeksi), leher rahim gembur akibat kehamilan perubahan atau patologi, plasenta
Trimester III
47
- Mual berkepanjangan dan muntah:
untuk dehidrasi.
- Demam dan menggigil menunjukkan kemungkinan infeksi.
Hiperemesis gravidarum
- Disuria, frekuensi, dan urgensi mengindikasikan kemungkinan ISK.
- Perdarahan vagina mengindikasikan kemungkinan infeksi, serviks tidak kuat karena perubahan kehamilan, plasenta previa, solusio plasenta, peningkatan risiko dehidrasi.
previa, abruptio plasenta: terjadi ketika plasenta telah mulai terpisah dari dinding rahim sebelum bayi lahir (kamuskesehatan.com).
- Vagina bercak atau pendarahan.
- Tanda/gejala gangguan hipertensi: sakit kepala parah, langkah–langkah perubahan visual, edema wajah atau umum.
- Mual dan muntah. - Tidak adanya gerakan janin.
- Tidak adanya denyut jantung janin (DJJ).
b. Hb : jika terjadi pendarahan yang banyak dan keadaan umu pasien lemah serta pucat, kemungkinan pasien mengalami anemia. c. Urine
: dicurigai ada protein urine yang
memperberat kehamilan. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan pada mekanika tubuh efek dari perubahan hormone. b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung kemih karena pembesaran uterus. c. Kurangnya pengetahuan. Perawatan kehamilan berhubungan dengan kurangnya informasi. d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan kenyaman.
48
e. Ganguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pembuluh darah abdomen yang mengalirkan O2.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN a. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan pola mekanika tubuh efek dari perubahan hormone. Tujuan : ketidaknyamanan berkurang/hilang Kriteri Hasil : 1. Klien dapat mengidentifikasi dan mendemonstrasikan tindakan perawatan diri yang tepat. 2. Ketidaknyamanan dapat dicegah dan diminimalkan INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji faktor pencetus perasaan tidak nyaman yang dirasakan klien
1. Menentukan
intervensi
selanjutnya
2. Kai TTV klien
2. Ketidaknyamanan
dapat
diakibatkan pola nafas, curah jantung,
temperature/suhu
yang tidak stabil 3. Atur posisi klien senyaman mungkin saatn
dilakukan
pengkajian/pemeriksaan 4. Ajarkan meminimalkan saat
berada
klien/ibu
menentukan
perasaan/ketidaknyamanan dari klien atau ibu hamil
untuk
ketidaknyamanan dirumah
3. Posisi
dengan
4. Posisi tubuh, porsi makan, dan
aktivitas
berlebihan
faktor
penyebab
adalah
mengatur posisi tubuh, porsi makan
munculnya ketidaknyamanan
(6x dengan porsi makan sedikit), dan
saat hamil.
aktivitas 5. Berikan lingkungan yang nyaman bagi
klien
saatn
5. Peningkatan
kenyamanan
bagi klien
pengkajian/pemeriksaan
49
6. Kolaborasikan dengan dokter ahli kandungan
dalam
6. Pengobatan efektif dan aman
tindakan
pada ibu hamil
pengobatan bila perlu
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung kemih karena pembesaran uterus. Tujuan : masalah eliminasi urine dapat teratasi Kriteria hasil : 1. Klien dapat myebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah. 2. Klien
dapat
mengidentifikasi
tanda/gejala
yang
memerlukan
evaluasi/intervensi medis. 3. Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan edema pada daerah wajah dan ektremitas. INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji kenaikan berat badan
1. Mendeteksi
penambahan
BB berlebihan dan retensi cairan yang tidak terlihat 2. Member penjelasan tentang perubahan sistem perkemihan selama kehamilan
2. Penekan
terjadi
pada
kandung
kemih
akibat
pembesaran uterus 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan posisi miring saat tidur
3. Meningkatkan
perkusi
ginjal memobilisasi bagian edema
4. Anjurkan klien menghindari posisi
4. Posisi
memungkinkan
tegak atau supine dalam waktu yang
terjadi sindrom vena kava
lama
dan
menurunnya
aliran
vena 5. Berikan
info
mengenai
perlunya
masukan cairan 6-8 gelas perhari
5. Memungkinkan diafragma menurun,
membantu
mengembangkan ekspansi paru.
50
c. Kurangnya pengetahuan. Perawatan kehamilan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : menambah wawasan tentangS perawatan kehamilan Kriteria hasil : 1. Klien dapat memahami tentang perawat kehamilan 2. Klien dapat menyebutkan tentang perawatan kehamilan 3. Klien dapat terhindar dari resiko komplikasi kehamilan
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat pendidikan ibu
1. Mengetahui
tingkatan
pendidikan
ibu
dapat
memudahkan memberikan penjelasan
tentang
perawatan kehamilan 2. Berikan penjelasan tentang perubahan-
2. Mencegah
tingkatan
perubahan biologis dan psikologis
kekhawatiran
normal pada ibu hamil
selama kehamilan
3. Berikan imunisasi TT 0,5 ml IM
pada
ibu
3. Melindungi bayi pada saat lahir dari tempat yang tidak bersih
dan
mencegah
bakteri
menyerang
bayi
baru lahir 4. Lakukan diskusi tentang penyakit-
4. Membantu ibu mengetahui
penyakit yang dapat mempengaruhi
tentang
kehamilan,
beresiko selama kehamilan
resiko
komplikasi
hal-hal
yang
kehamilan, dan hal-hal yang dapt membahayakan janin. 5. Jelaskan
rencana
pengobatan
perawatan
dan
5. Membantu ibu mengetahui hal-hal
yang
perlu
dilakukan saat kehamilan dan proses pengobatan jika terjadi sakit pada ibu
51
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan kenyamanan. Tujuan : masalah gangguan tidur teratasi Kriteria Hasil : 1. Klien tahu cara mengatasi gangguan istirahat tidur 2. Klien mendapatkan istirahat yang maksimal INTERVENSI
RASIONAL
1. Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur
normal
berkenaan
dengan
kehamilan
1. Membantu mengidentifikasi kebutuhan pola tidur
2. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan
2. Meringankan rasa lelah
klien untuk istirahat 1-2 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari 3. Kaji
insomnia,
anjurkan
teknik
3. Ansietas yang berlebihan,
relaksasi, membaca, mandi air hangat,
kegembiraan,
dan penurunan aktivitas
ketidaknyamanan
fisik,
dapat mempersulit tidur 4. Anjurkan tidur pola posisi semi fowler
4. Memungkinkan diafragma menurun,
membantu
mengembangkan ekspansi
e. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pembuluh darah abdomen yang mengalirkan O2. Tujuan : pola nafas kembali normal Kriteria hasil : 1. Klien mengatakan sesak nafas berkurang 2. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi pernafasan.
52
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji status, pola, frekuensi pernafasan
1. Menentukan
luas
atau
beratnya masalah 2. Kaji
riwayat
medis
terdahulu,
misalnya : riwayat alergi, asma, TBC
2. Masalah
lain
dapat
mempengaruhi pola nafas dan
menurunkan
oksigenasi
jaringan
ibu/janin 3. Posisikan ibu dengan posisi senyaman mungkin
3. Menghindari masalah pola nafas akibat posisi yang salah/kurang tepat
4. Beri informasi pada ibu tentang
4. Menurunkan kemungkinan
kesulitan pernafasan dan program
gejala
latihan yang realistis
tidak stabil/tidak efektif dan
pernafasan
agar
ibu
yang
dapat
mengatasi apabila terjadi sesak tiba-tiba 5. Berikan lingkungan yang nyaman, aman,
tenang,
bebas
dari
asap
rokok/bau yang menyengat 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen bila diperlukan
5. Menghindari sesak akibat rangsangan zat kimia yang berbau menyengat 7. Tindakan
efektif
dan
efisien dalam menangani sesak
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan
5. EVALUASI KEPERAWATAN a. Klien dapat mengidentifikasi dan mendemonstrasikan tindakan perawatan diri yang tepat. b. Ketidaknyamanan dapat dicegah dan diminimalkan. c. Klien dapat menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah. 53
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi medis. e. Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan edema pada daerah wajah dan ektremitas. f. Klien dapat memahami tentang perawatan kehamilan. g. Klien dapat menyebutkan tentang perawatan kehamilan. h. Klien dapat terhindar dari resiko komplikasi kehamilan. i. Klien tahu cara mengatasi gangguan istirahat tidur. j. Klien mendapatkan istirahat yang maksimal. k. Klien mengatakan sesak nafas berkurang. l. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi pernafasan.
2.7 Review anatomi panggul A. Anatomi Panggul Pada setiap persalinan harus di perhatikan 3 faktor berikut: 1) Jalan lahir 2) Janin 3) Kekuatan yang ada pada Ibu. Jalan lahir dibagi atas a) bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya (artikulasio) ; dan b) bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen. Dalam proses persalinan pervaginam janin harus melewati jalan lahir ini. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang mempunyai bentuk dan ukuran rata-rata normal serta ukuran janinnya pun ratarata normal, maka dengan kekuatan yang normal pula persalinan pervaginam akan berlangsung tanpa kesulitan. Penolong persalinan harus mampu mengenal panggul normal dalam kehamilan, serta mampu pula mengenal penyimpangan dari keadaan normal. Kelainan
54
panggul bawaan karena sesuatu penyakit pada umumnya jarang, dan kalaupun ada mudah dikenal secara klinis. Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu : 1. Bagian keras yang dibentuk oleh tulang 2. Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamenta Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu : 1. Pelvis mayor Mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas dll 2. Pelvis minor Tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina, kandung kemih, dll B. Tulang-Tulang Yang Menyusun Panggul Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang yaitu : a)
2 buah tulang pangkal aha ( os coxae )
b)
1 buah tulang kelangkang (os sacrum)
c)
1 buah tulang tungging (os coccygis) Tulang-tulang panggul terdiri atas os koksa disebelah depan dan samping
dan os sakrum dan os koksigis di sebelah belakang. Os koksa terdiri dari 3 bagian, yaitu os ilium, os iskhium, dan os pubis. Tulang-tulang ini satu dan lainnya berhubungan.di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang terdapat artikulasio sakro-iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di bawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigis. Diluar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh
55
lebih kurang 2,5cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan kebelakang. a. Os ilium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior superior. b. Os iskhium adalah bagian terendah dari os koksa. Tonjolan dibelakang disebut tuber iskhii yang menyangga tubuh sewaktu duduk. c. Os pubis terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior os pubis berhubungan dengan os ilium, sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramis inferior berhubungan dengan ops iskhium kira-kira pada 1/3 distal dari foramen obturator. Kedua os pubis bertemu pada simfisis. d. Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar, menghadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikelnal sebagai promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan anterior sakrum berbentuk konkaf. e. Os koksigis merupakan tulang kecuil, terdiri atas 4 vertebra koksigis. 1. Tulang Pangkal Paha (OS COXAE) Tulang coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain.Batas os coxae dari articulatio sakroiliaka sampai pertengahan pubis. Ketiga tulang itu ialah : a. Tulang usus ( os illium) b. Tulang duduk ( os ischium) c. Tulang kemaluan ( os pubis )
56
2.
Tulang Usus ( OS ILLIUM ) Os illium terletak dari articulatio sakroilliaka sampai pinggir atas acetabulum. Batas atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal yang disebut Crista illia ujung depan maupun belakang dari crista illiaka menonjol terdiri atas 4 spina yaitu :
a. Spina illiaka anterior superior (SIAS) b. Spina illiaka anterior inferior (SIAI) c.
Spina illiaka posterior superior (SIPS)
d. Spina illiaka posterior inferior (SIPI) Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat tekik yang disebut Incisura Ischiadika Mayo 3. Tulang Duduk (OS ISCHIUM) Os ischium terletak dari foramen obsturatorium sampai pada pinggir atas acetabulum.Tonjolan yang ada pada ischium yaitu SPINA ISCHIADICA. Tulang yang tebal yang menyangga berat badan pada saat duduk adalah TUBER ISCHADICUM. Bagian yang cekung besar sebelah atas disebut inchisura isciadica mayor.Bagian yang cekung kecil sebelah bawah disebut inchisura ischiadica minor. 4. Tulang Kemaluan ( OS PUBIS ) Tulang yang membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul dinamakan FORAMEN OBTURATORIUM. Bagian atas yang menonjol pada os pubis dinamakan RAMUS SUPERIOR, cekungannya dinamakan Linea Inominata atau Linea Terminalis.Pertemuan kedua ramus superior dinamakan tepi atas simfisis.Pada bagian bawahnya dinamakan Ramus Inferior, pertemuan antara ramus inferior membentuk tepi bawah simfisis.Pada ramus inferior membentuk sudut yang disebut Arcus Pubis yang sudutnya tidak boleh kurang dari 90 derajat.
57
5. Tulang Kelangkang( OS SACRUM ) Tulang kelangkang berbentuk segitiga melebar di atas dan meruncing ke bawah.Batas-batas dari os sacrum yaitu : 1. Articulatio sakro illiaca ( batas kanan dan kiri ) 2. Prosesus lumbal ke 5 ( batas belakang atas ) 3. Coccygis ( batas bawah ) 4. Promontorium ( batas depan atas ) Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai petunjuk saat melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan PROMONTORIUM. Pada bagian anterior memanjng sampai illium dinamakan sayap sacrum. Lubang yang terdapat pada bagian depan dinamakan FORAMINA SACRALIA ANTERIORA. Lubang yang terdapat pada bagian belakang dinamakan FORAMINA SACRALIA POSTERIORA. Pada vertebra terdapat bagian yang berduri yang dinamakan KRISTA SAKRALIA. Pada bagian samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha dengan perantara articulatio sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang tungging. 6. Tulang Tungging ( OS COCCYGIS ) Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu. Pada persalinan ujung tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah panggul bertambah besar. Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi lebar dari ukuran panggul dalam. C. Jaringan Lunak Panggul Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah, yang menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul dan disebut DIAFRAGMA PELVIS. Diafragma pelvis dari dalam ke luar terdiri atas :
58
a. Musculus levator ani Terdiri atas 3 bagian, dari depan ke belakang dapat dikenal : 1. Musc. Pubo coccygeus dari os pubis ke septum anococcygeus. 2. Musc. Ilio coccygeus dari arcus tendineus m.levator ani ke os coccygis dan septum anococcygeus. 3. Musc. (ischio) coccygeus dari spina ischiadica ke pinggir sacrum dan coccygis. b. Antara m.pubo coccygeus Kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urogenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitale. DAERAH PERINIUM Merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terdiri dari 2 bagian yaitu : 1. Regio analis di sebelah belakang Terdapat m.sphincter ani externus yang mengelilingi anus 2. Regio urogenitalis Terdapat : a. M. Bulbo cavenosus, yang mengelilingi vulva b. M. Ischio cavernosus c. M. Transversus perinei superficialis Ligamen-ligamen yang penting adalah ligamen sacro illiaka, ligamen sacro spinosum dan ligamen sacro tuberosum. Diafragma pelvis terdiri dari: 1.
Pars Muskularis
59
Pars muskularis yaitu muskulus levator ani. Muskulus levator ani terletak agak ke belakang dan merupakan suatu sekat yang ditembus oleh rektum. Muskulus levator ani kiri dan kanan terdiri dari 3 bagian yaitu: a. Muskulus pubokogsigis dari os pubis ke septum anokogsigeum b. Muskulus illio kogsigeus dari arkus tendineus muskulus levator ani ke os kogsigis dan septum anokogsigeum c. Musculus ischio coccygis dari spina ischiadika ke pinggir os sacrum dan os coccygis 2.
Pars Membranosa Pars membranosa yaitu diafragma urogenital. Antara muskulus pubio
kogsigeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urigenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitalis. Sekat ini menutupi pintu bawah panggul disebelah depan dan ditembus oleh uretra dan vagina. 3.
Regio Perineum Regio perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul.
Daerah ini terbagi menjadi 2 bagia, yaitu: a. Regio analis disebelah belakang – Pada regio analis terdapat muskulus spinter eksternus yang mengelilingi anus dan liang senggama bagian bawah b. Regio urogenitalis – Pada regio urogenitalis terdapat muskulus ischiokavernosus dan muskulus transversus perinei superfisialis D. Bentuk-Bentuk Panggul Klasifikasi menurut Caldwell dan Molloy, bentuk panggul terbagi menjadi 4 yaitu: 1. PANGGUL GYNECOID
60
Panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita. 2. PANGGUL ANDROID Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter transversa dekat dengan sakrum. Pada wanita ditemukan 15%. 3. PANGGUL ANTHROPOID Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita 4. PANGGUL PLATYPELOID Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan SUMBU PANGGUL Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan pusat-pusat dari beberapa bidang di dalam panggul berupa garis lurus di bagian atas sampai suatu titik sedikit di atas spina ischiadika dan kemudian melengkung ke depan di daerah PBP. Sumbu jalan lahir sedikit berbeda dari sumbu anatomis. Bagian atas dari jalan lahir merupakan silinder yang lurus tapi ujung bawahnya melengkung ke depan, ditentukan oleh perubahan dasar panggul karena desakan bagian depan anak. INCLINATIO PELVIS Inclinatio pelvis adalah sudut antara PAP dengan bidang sejajar pada wanita berdiri. Sudut ini sebesar 55 derajat. Besar dan kecilnya dapat mempengaruhi proses persalinan.
61
BIDANG-BIDANG PANGGUL 1. Pintu Atas Panggul Pintu atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil. Bentuknya bulatan oval dengan panjang kesamping dan dibatasi oleh : Promontorium Sayap sacrum Linea terminalis Ramus superior Pinggir atas symphysis Biasanya 3 ukuran ditentukan dari PAP yaitu: 1)
Ukuran muka belakang, dari promontorium ke pinggir atas symphysis,
dikenal dengan nama conjugata vera dengan ukuran 11 cm. Pada wanita hidup conjugata vera tak dapat diukur dengan langsung, tapi dapat diperhitungkan dari conjugata diagonalis (dari promontorium ke pinggir bawah symphysis) 2)
Ukuran melintang adalah ukuran terbesar antara linea terminalis kanan dan
kiri dengan jarak kurang lebih 13,5 cm
3)
Ukuran serong, dari articulatio sacroilliaka ke tuberpubikum dari belahan
panggul yang bertentangan, dengan jarak kurang lebih 13 cm. BIDANG LUAS PANGGUL Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terbesar. Bidang luas panggul terbentang antara pertengahan symphysis, pertengahan acetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75 cm, dan ukuran melintang 12,5 cm. Bidang ini tidak menimbulkan kesukaran dalam persalinan.
62
BIDANG SEMPIT PANGGUL Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terkecil. Bidang sempit panggul terdapat setinggi pinggir bawah symphysis, kedua spina ischiadicae dan memotong sacrum krang lebih 1-2 cm di atas ujung sacrum. Bidang ini paling sulit penilaiannya karena ukurannya paling kecil, dan sulit mengukurnya. Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan bidang sempit panggul. PINTU BAWAH PANGGUL Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama, ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung os sacrum sedangkan segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis. Pada pintu bawah panggul biasanya ditentukan oleh 3 ukuran yaitu : 1. Ukuran muka belakang, dari pinggir bawah symphysis ke ujung sacrum (11,5 cm) 2. Ukuran melintang, ukuran antara tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah dalam (10,5cm) 3. Diameter sagitalis posterior, dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang (7,5cm) BIDANG HODGE Bidang hodge untuk menentukan berapa jauh bagian depan anak itu turun ke dalam rongga panggul. Bidang hodge antara lain : a.
Hodge I, Ialah setinggi pintu atas panggul
b.
Hodge II, Sejajar dengan hodge I setinggi tepi bawah symphisis
c.
Hodge III, Sejajar dengan hodge I setinggi spina ischiadica
d.
Hodge IV, Sejajar dengan hodge I setinggi ujung os coccygis
63
UKURAN-UKURAN PANGGUL 1. Ukuran Dalam Panggul Conjugata vera yaitu perbatasan dari tepi atas symphysis sampai ke promontorium, tidak dapat diukur secara klinis ( kurang lebih 11 cm ) Conjugata diagonalis yaitu tepi bawah symphysis sampai ke promontorium (kurang lebih 1213 cm) Cara mengukur conjugata diagonalis Dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavitas dari sacrum, jari tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba promontorium. Sisi radial dari jari telunjuk ditempelkan pada pinggir bawah symphysis dan tempat ini ditandai dengan kuku jari telunjuk tangan kiri. Diameter oblique (menyilang) yaitu articulatio saccroilliaka sampai tuber pubicum (12,5 cm) Diameter tranversal adalah jarak antara linea terminalis kiri dan kanan (13,5 cm ) 2. Ukuran Luar Panggul ukuran luar panggul tidak dapat digunakan untuk penilaian apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak. Walaupun begitu ukuran luar panggul dapat memberi petunjuk akan kemungkinan panggul sempit.
Ukuran-ukuran luar panggul yaitu : a. Distania spinarum adalah jarak antara SIAS kiri dan kanan (26-28 cm) b.Distania cristarum adalah jarak antara crista iliaca kiri dan kanan (28-30 cm) c. Diastania boudeloque adalah jarak antara tepi atas symphysis sampai ruas lumbal ke 5 (18-20 cm)
64
d.Lingkar panggul adalah dari tepi atas symphisys ke pertengahan SIAS lalu ke proxesus lumbal ke 5 kembali ke pertengahan SIAS dan kembali di tepi atas shymphisis (80-100 cm) E. Kelainan Panggul Sebagai sebuah kondisi yang sulit didiagnosis, disfungsi dasar panggul (pelvic floor dysfunction/PFD) ternyata cukup banyak dialami wanita, terutama setelah melahirkan. dan jika tidak ditangani dengan baik, maka kelainan itu bisa memengaruhi kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul merupakan suatu keadaan di mana dasar panggul mengalami kelemahan, sehingga membuat organ-organ panggul – seperti kandung kemih dan rektum – turun dari tempat yang seharusnya. Sebanyak satu dari sepuluh wanita akan terkena kelainan tersebut, dan sekitar 50 persen wanita memiliki keluhan disfungsi dasar panggul setelah melahirkan. Keluhan disfungsi dasar panggul dapat berupa prolaps organ panggul atau yang lebih dikenal dengan turun peranakan, inkontinensia urine (mengompol, karena kesulitan menahan kencing), inkontinensia alvi (gangguan buang air besar), disfungsi seksual dan kelainan bawaan genital. Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab kemunculan gangguan tersebut, yaitu melahirkan anak yang terlalu besar, terlalu sering melahirkan, pertambahan usia, perubahan hormonal akibat menopause, obesitas, merokok, genetik, kelainan sifat jaringan dan tekanan intraabdominal (rongga perut) yang meningkat terus-menerus, seperti mengangkat beban terlalu berat. Meski tidak mengakibatkan kematian, disfungsi dasar panggul menyebabkan cacat yang mengganggu aktivitas para wanita, dan menurunkan kualitas hidup mereka, apabila tidak segera dicegah dan diobati. Upaya pencegahan disfungsi dasar panggul bisa dilakukan dengan menghindari obesitas, serta faktor risiko, seperti aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdominal. Sementara cara paling sederhana untuk mengatasi disfungsi dasar panggul yang masih bersifat ringan adalah dengan rutin melakukan senam kegel. Cukup lakukan minimal 10 kali dalam sehari, selama tiga bulan. Senam kegel sendiri
65
terdiri dari gerakan yang dapat memperkuat otot-otot dasar panggul. Caranya, kerutkan otot dasar panggul, dengan gerakan seperti buang air kecil dan air besar, tahan beberapa hitungan, lalu lepaskan lagi. Dengan otot dasar panggul yang kuat, maka diharapkan otot-otot kandung kemih dan vagina bisa menguat lagi. Untuk mencegah disfungsi dasar panggul yang lebih parah, hindari mengejan terlalu keras saat buang air besar, perbanyak konsumsi makanan berserat dan atur pola buang air besar yang teratur, serta obati batuk kronis yang ada. Saat hamil, upayakan berat bayi tidak terlalu besar, dan hindari persalinan macet. Bila sudah terjadi turun peranakan, namun masih ingin mempertahankan fungsi reproduksi, maka bisa digunakan cincin vagina atau pesarium berdiameter 60-80cm, yang dapat bertahan selama empat tahun. Namun jika gangguan sudah semakin berat dan fungsi reproduksi tidak dipertahankan lagi, akan dilakukan tindakan operatif dengan mengangkat rahim.
2.8 Pemeriksaan Ibu Hamil 1. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari kepala sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahim ibu. Pemeriksaan fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin yang dikandungnya. Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada kelainan kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang tepat. Tumbuh kembang buah hati juga lebih terpantau dengan baik, sehingga bisa mencegah bayi lahir mati, berat badan bayi rendah, lahir prematur dan mencegah bayi mati saat baru lahir. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya sekali saat trimester pertama dan sebulan sekali saat trimester kedua. Sedangkan kalau usia kehamilan 28 minggu pemeriksaan diterapkan 3 minggu sekali, 32 minggu 2 minggu sekali dan 38 minggu seminggu sekali. Pemeriksaan fisik pada kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan. Secara umum meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
66
kebidanan. Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan jantung dan paruparu,reflex, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernapasan. Pemeriksaan umum pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi,tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan.pemeriksaan
kebidanan
dilakukan
melalui
pemeriksaan
pandang
(inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi), periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan. Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien. Pengkajian fisik harus dilakukan secara komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di antaranya sikap petugas kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain harus menjaga kesopanan, petugas harus membina hubungan yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan lingkungan tempat pemeriksaan senyaman mungkin, termasuk mengatur pencahayaan. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pemeriksaan berikutnya. Penentuan apakah sang ibu sedang hamil atau tidak sangat diperlukan saat ibu pertama kali berkunjung ke petugas kesehatan. Jika hasil pemeriksaan pada kunjungan pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka langkah selanjutnya perlu ditentukan berapa usia kehamilannya. Setiap pemeriksaan kehamilan adalah dengan melihat dan meraba petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan atau tidak, serta di mana letak janin. a. Inspeksi Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau
67
kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan perineum, ada tidaknya tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan ektremitas untuk menilai ada tidaknya varises. b. Palpasi Palpasi dilakukan utnuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan menggunakan metode Leopold yakni : Cara kerja untuk melakukan palpasi leopold pada ibu hamil menurut Sulistyawati (2010), adalah:
Leopold I
1) Pemeriksa menghadap pasien 2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri. 3) Meraba bagian apa yang berada di fundus. Jika teraba benda bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat, besar, lunak, tidak melenting itu adalah bokong.
Leopold II
1) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut ibu 2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah kiri kearah kanan. 3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan rasakan bagian apa yang ada disebelah tangan kanan ( jika teraba bagian yang rata, terasa ada tahanan, tidak teraba bagian kecil, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba bagianbagian kecil dan menonjol maka itu adalah bagian kecil janin.
Leopold III
1) Tangan kiri menahan fundus uteri 2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus teraba bagian yang bulat, melenting, keras, dan dapat digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak dan sulit digerakkan maka ini adalah
68
bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti diatas, maka pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang. 3) Pada letak sungsang atau melintang dapat dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan). 4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala goyangkan jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul , namun jika tidak dapat digoyangkan berarti kepala sudah masuk panggul, lalu lanjutkan dengan Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh kepala masuk panggul.
Leopold IV
1) Pemeriksa menghadap kaki pasien 2) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah 3) Jika teraba kepala tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanandi bagian bawah. 4) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk panggul. 5) Jika kedua tangan divergen ( tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk panggul. c.
Auskultasi Auskultasi, dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan kanan di bawh tali pusar bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah bokong. Bila terdenga pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali permenit. Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang
69
dari 120 kali permenit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
2. Menghitung taksiran persalinan Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia kehamilan : a) Hari pertama haid terakhir (HPHT) Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus menstruasi. Berdasarkan siklus, dokter bisa memperkirakan usia kehamilan dan tanggal kelahiran si kecil yang dihitung berdasarkan rumus Naegele. Cara menghitungnya yaitu tentukan hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP = Last Menstrual Periode). Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0). Misal, HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) = 17-10-2010 atau 17 Oktober 2010 Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1). Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3), (2010 + 1) = 17-7-2011 atau 17 Juli 2011. Catatan:
Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya teratur, yakni antara 28-30 hari.
Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.
Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita yang daur haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H. Sedang yang daur haidnya panjang, akan dikurangi beberapa hari.
b. Gerakan janin
70
Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin mulai terasa setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu. Sedangkan pada kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu. c. Tinggi puncak rahim Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan. Jika jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36 cm, ini menunjukkan usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu. Perlu dietahui, ukuran maksimal adalah 36 cm dan tidak akan bertambah lagi meskipun usia kehamilan mencapai 40 minggu. Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan yang akan dialami adalah janin Anda besar, kembar, atau cairan tubuh Anda berlebih. d. Menggunakan 2 jari tangan Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa dilakukan jika ibu hamil tidak memiliki berat badan yang berlebih. Caranya; letakkan dua jari Anda diantara tulang kemaluan dan perut. Jika jarak antara tulang kemaluan dengan puncak rahim masih di bawah pusar, maka setiap penambahan 2 jari berarti penambahan usia kehamilan sebanyak 2 minggu. e. Menggunakan ultrasonografi (USG) Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan dan perkiraan waktu kelahiran si kecil bisa dilihat dengan jelas melalui “gambar” janin yang muncul pada layar monitor.
71
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasiIbu hamil adalah keadaan wanita yang sedang mengandung janin didalam rahimnya karena sel telur telah dibuahi oleh sprematozoa dari pria. Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. (Depkes RI, 2010). Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik, mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal. Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulas (Bobak, 2004). Pemeriksaan fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin yang dikandungnya. Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada kelainan kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang tepat.
3.2 Saran
72
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Depkes, 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta. Salemba Medika Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Depkes RI,2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46832/4/Chapter%20II.pdf
(diakses
tanggal 02 Februari 2018) Lathifa,
ST.
2015.
Proses
Kehamilan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42092/5/Chapter%20I.pdf
(diakses
tanggal 02 Februari 2018) Miller, D. A.2007. Hypertension in pregnancy. In : De Cherney, Alan H. Lauren, N. Goodwin, T . editors. Current diagnosis and treatment obstetrics and Gynecology 10 th. Ed New York : McGraw Hiil. P 318-328. Noverstiti.
2015.
Anemia
pada
Ibu
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-391-62850896-tesis.pdf
Hamil. (diakses
tanggal 02 Februari 2018) Prawirohardjo,Sarwono.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Jakarta : PT Bina Pustaka. Surya, Indah. 2016. Kehamilan. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimusgdl-indahsurya-5622-3-babii.pdf (diakses tanggal 02 Februari 2018) Sinsin,lis. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan, Jakarta: Elex Media Komputindo
73
Aprianawati, R. B. & Sulistyorini, I. R. 2007. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga.
Psikologi.
Dikutip
2
Februari
2018,
dari
http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/56.pdf.
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah, Jakarta : EGC Hamilton, Perry M. 2004, Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Kurnia, . 2009. Menghindari Gangguan Saat Melahirkan & Panduan Lengkap Mengurut Bayi. Yogjakarta : Panji Pustaka. Lia , 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC Nirwana, 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika. Wayan
Ardhana.
2010
www.google.co.id/wayanardhana.staff.ugm.ac.id/materi_orto2_diag.pdf. Diakses pada tanggal 2 Februari 2018 DepKes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: DepKes Ellen, Christina dkk. 2002. “konsep anc kehamilan normal” Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Manuaba, A. 2000. Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam Wygnyosoebroto s & Wiranto, S.E:Eds. Processing Seminar Nasional Ergonomi PT. guna Widya Surabaya Riyadi, Sujono, Biologi Reproduksi, (Yogyakarta: STIKES Yogyakarta, 2012) hlm. 111116 http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/macam-macam-bentuk-panggul-padawanita.html#ixzz3ljbd6YuW Faiz Omar, Moffat David.At a Glance Anatomi .Jakarta.Erlangga.2003
74
Dr.dr.Harjadi Widjaja,I.Anatomi Pelvis.Jakarta:EGC,2010 Varney, Helen dkk. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 Vol.1. Jakarta:EGC Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC Bobak, Lowdermik, dan Jensen, Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC. Icesmi Sukarni.2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta, Nuha Medika
75