KONSEP DAN ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA ANAK USIA DINI
Oleh: DHEA KURNIATY PAPUTUNGAN 17.3.6.007
PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH IAIN MANADO 2018
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia diberikan kemampuan-kemampuan tertentu leh Allah SWT. Setiap anak yang telah diciptakan-Nya memliki potensi dan bakat di dalam dirinya yang pelu dikembangkan. Memahami perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia sedari dini sangatlah penting. Karena perubahan yang terjadi akan berpengaruh pada masa depan anak dan akan memudahkan individu untuk mengenal individu lain. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah perkembangan kognitif pada anak usia dini? 2. Bagaimanakah perkembangan bahasa pada anak usia dini?
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini Anak usia dini ialah anak yang berumur 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat dan fundamental pada awalawal tahun kehidupannya. Dimana perkembangan menunjuk pada suatu proses kea rah yang lebih sempurnadan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Jean Piaget (1896-1980)yaitu seorang ahli psikologi perkembangan memandang bahwa bahwa anak sebagai partisipan aktif di dalam proses ketimbang sebagai resipien aktif perkembangan biologisnya. Jelasnya Piaget yakin bahwa harus dipandang seperti ilmuan yang sedang mencari jawaban yang melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi (Atkinson, 1986:145).1 Jadi, perkembangan kognitif merupakan aspek yang sangat berarti. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padananya knowing berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neiser dalam Jahja,2013:56). Kognitif juga dapat berarti dengan kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana (Pudijiati & Masykouri,2011:6). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif dairtikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan factual yang empiris. Sebagian besar psikologi terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan 1
Rifa Hidayah, M.Si.,Psi, Psikologi Pengasuhan Anak, UIN-Malang Press, Malang, 2009, hlm.
manusia, yakini kapasitas motor dan sensory ternyata pada batas tertentu juga dipengaruhi oleh aktifitas ranah kognitif. Hubungan sel-sel otak terhadap perkembangan bayi baru dimulai setelah ia berusia lima bulan saat kemampuan sensorinya (seperti melihat dan mendengar) benar-benar mulai tampak.2 Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan kognitif anak usia dini tersebut secara rinci yaitu sebagai berikut: a. Karakteristik tahap sensoris motoris Tahap sensori motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut: 1) Segala tindakannya masih bersifat naluriah. 2) Aktifitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indera. 3) Individu baru mampu melihat dan meresap pengalaman, tetapi belum untuk mengkategorikan pengalaman itu. 4) Individu mulai belajar menangani obyek-obyek konkrit melalui skemaskema sensori-motorisnya. Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap sensoris motoris ini, maka Piaget (Bybee dan Sund, 1982) merinci lagi tahap sensori motoris ke dalam enam fase dan setiap fase memiliki karakteristik tersendiri sebagai berikut; Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Individu mampu bereaksi secara refleks 2) Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum terkoordinir 3) Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya. Fase kedua (1-4 bulan) memilki karakteristik bahwa individu mampu memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan heriditas. Fase ketiga (4 - 8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu. Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain 2) Individu mulai mampu mencoba-coba sesuatu 2
Dr. Hj. Khadijah, M.Ag, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Publishing, Medan, 2016, hlm.36
3) Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada orang tua. Fase kelima (12-18 bulan), memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Individu mulai mampu untuk meniru 2)Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap lingkungannya secara lebih lancar Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Individu mulai mampu untuk mengingat dan berfikir 2) Individu mampu untuk berfikir dengan menggunakan symbol-simbol bahasa sederhana 3) Individu mampu berfikir untuk memecahkan masalah sederhana sesuai dengan tingkat perkembangnnya. 4) Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. b. Karakteristik tahap pra operasional Tahap pra operasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut: 1) Individu telah mengkombinasikan dan mentransformasikan berbagai informasi 2) Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide 3) Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu pristiwa konkrit, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat. 4) Cara berfikir individu bersifat egosentris yang ditandai oleh tingkahlaku berikut ini: a) Berfikir imanigatif b) Berbahasa egosentris c) Memiliki aku yang tinggi d) Menampakkan dorongan ingintahu yang tinggi e) Perkembangan bahasa mulai pesat c. Karakteristik Tahap operasional konkrit Tahap operasional konkrit ini ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berfikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berfikirnya sudah nampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. (Asrori, 2003:39-42) Dengan demikian, karakteristik-karakteristik yang dikemukakan di atas dapat dijadikan pedoman bagi orang tua/guru dalam
melihat perkembangan kognisi anak dari tahap-ketahap pada setiap perkembangannya. Sehingga dapat diketahui apakah anak tersebut sudah memiliki kemampuan kognitif yang optimal atau belum?. Untuk menghindari keterlambatan perkembangan anak tersebut, maka orang tua/guru dapat melakukan berbagai kegiatan stimulasi atau perangsangan pada anak agar mencapai tingkat perkembangan yang wajar. Menurut Piaget setidaknya ada empat kemampuan dasar yang perlu dirangsang pada anak pra sekolah, ialah: 1) kemampuan transformasi: yaitu perubahan bentuk dapat dikenalkan pada anak pra sekolah lewat eksperimen sederhana, misalnya meniupkan balon, menuangkan air kedalam gelas yang berbeda, merubah benda lunak menjadi berbagai bentuk, dan lain-lain. 2) kemampuan reversibility; yaitu cara berfikir alternatif atau bolak balik, misalnya dengan sebuah gambar anak diajak untuk mencari jalan keluar dari sebuah jalan yang banyak liku-likunya, atau anak diminta mengurutkan angka dari kecil ke yang lebih besar dan kemudian kembali dari angka yang besar ke yang lebih kecil, 3) kemampuan klasifikasi; yaitu anak diajak untuk melakukan klasifikasi berdasarkan jenis, bentuk, warna, ukuran dan lain-lain, kemampuan klasifikasi ini ada tiga ialah klasifikasi tunggal, ganda dan jamak. Tunggal misalnya hanya berdasarkan satu aspek misalnya warna saja. Ganda sudah dua aspek, misalnya warna dan bentuk, sedangkan jamak sudah dengan banyak aspek, misalnya warna, bentuk dan bahan dasarnya. Hal penting dari latihan ini adalah pada kemampuan berfikir logis. 4) kemampuan hubungan asimetris: yaitu tidak semua klasifikasi didasarkan atas kesamaan, tetapi juga bisa atas dasar perbedaan. Misalnya besar, kecil, panjang, pendek, tinggi dan rendah, anak dapat dilatih menyususn balok secara urut dari yang besar sampai yang kecil atau dari yang panjang sampai kepada yang pendek. (Yuasuf, 2005:12)
B. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Perkembangan bahasa pada anak terjadi dari aktivitas mendengar, melihat, dan meniru orang dewasa disekitar mereka. Bahasa digunakan untuk mengajarkan anak tentang sesuatu. Menurut Vygotsky, anak belajar bahasa berasal dari orang dewasa kemudian diinternalisasikan sebagai alat berfikir dan alat kontrol. Perkembangan bahasa juga dinyatakan akan berkembang sesuai atau sejalan dengan perkembangan biologisnya. Sehingga apabila perkembangan biologisnya belum pada tahap tertentu, kemampuan bahasa juga tidak bisa dipaksakan. Perkembangan biologis disini terkait dengan pertumbuhan fisiologis seperti lidah masih terlalu besar, laring masih terlalu tinggi, mulut masih kecil atau sempit, dan lainnya. Menurut Chomsky mengatakan bahwa bahasa diperoleh secara kodrati dan berjalan terus menerus sesuai jadwal genetik yang berkembang. Artinya perkembangan bahasa akan menyesuaikan dengan perkembang tubuh atau biologis anak.
Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai factor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Bahasa adalah suatu system symbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), semantic (variasi arti), dan pragmatic (penggunaan) bahasa. Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain. Anak usia 4-5 tahun rata-rata dapat menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat yang dapat berbentuk kalimat pernyataan, negative, Tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai menggunakan kalimat yang beralasan seperti “saya menangis karena sakit”. Pada usia 5 tahun pembicaraan merka mulai berkembang dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit. Haliday (dalam Rita Kurnia, 2009:68) mengemukakan beberapa fungsi bahasa bagi anak, fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fungsi instrumental; bahasa di gunakan sebagai alat perpanjangan tangan”tolong ambilkan pensil’’. 2. Fungsi regulative; bahasa di gunakan untuk mengatur orang lain” jangan ambil buku ku!” 3. Fungsi interaksional; bahasa di gunakan untuk bersosialisasi “ apa kabar?” 4. Fungsi personal; bahasa di gunakan untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, dan sebagainya. “saya senamg sekali!” 5. Fungsi heuristic / mencari informasi; bahasa di gunakan untuk bertanya. “Apa itu?” 6. Fungsi imajinatif; bahasa digunakan untuk memperoleh kesenangan, misalnya, bermain-main dengan bunyi, irama. 7. Fungsi representative; bahasa di gunakan untuk memberikan informasi atau fakta. “sekarang hujan”.
a. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Karakteristik kemampuan bahasa pada anak usia dini dibedakan menurut rentang usia : A. Anak usia 4 tahun 1. Mampu menunjukkan dirinya dengan kata ganti saya. 2. Kemampuan bahasa berkembang cepat.
3. 4. 5. 6.
Menguasai fonem dan sintaksis bahasa yang digunakan. Menunjukkan pemahaman tentang sesuatu yang dilihat atau didengarnya. Mampu mengungkapkan keinginannya dengan kalimat sederhana. Mampu memahami gambar dan mengungkapkannya dengan kata. B. Anak usia 5- 6 tahun
1. 2. 3. 4.
Dapat mengucapkan lebih dari 2500 kata. Lingkup kosa kata yang dikuasai cukup luas. Mampu menjadi pendengar yang baik. Dapat diajak berinteraksi atau bercakap –cakap. Anak sudah bisa menanggapi pembicaraan. 5. Anak sudah bisa mengekspresikan dirinya, belajar menulis, membaca, dan bercerita. Dari klasifikasi karakteristik sesuai umurnya tersebut, maka akan terlihat jelas kemampuan bahasa yang harus dimiliki anak pada usia tersebut. Setiap anak tumbuh dan berkembang secara berbeda. Ada kemungkinan perkembangan bahasa bisa lebih cepat dari rentang usia yang disebutkan atau bahkan lebih lambat dari rentang tersebut. berbagai faktor mampu mempengaruhi laju perkembangan bahasa anak, misalnya tingkat intelegensi bawaan dan paparan interaksi sosial.
KESIMPULAN Dari pemaparan materi diatas saya dapat menarik kesimpulan bahwa usia dini ataubiasa disebut dengan golden age menjadi tahap yang sangat berharga di masa-masa pertumbuhan dimana semua perkembangan terjadi dan jika tidak diajarkan atau di isi dengan hal-hal yang baik akan berpengaruh pada masa depannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA King, Laura.A. 2017. Psikologi Umum. Salemba Humanika Dr. Hj. Khadijah, M.Ag. 2016 Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini.Perdana Publishing. Medan Hidayah,Rifa. 2009. Psikologi Pengasuhan Anak, UIN-Malang Press, Malang